A. Latar Belakang Masalah
Saat ini yang menjadi pembicaraan dalam dunia pendidikan selain tentang kurikulum pendidikan. Salah satunya yaitu tentang mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung terhadap pendidik, peserta didik, dan materi. Tidak hanya itu, proses penyampaian materipun sebenarnya ikut andil dalam keberhasilan mutu pendidikan. Banyak sekali pendekatan, strategi, metode ataupun model yang dapat digunakan seorang guru agar penyampaian materi dapat berjalan dengan baik. Misal, materi yang penyapaiannya lebih mudah menggunakan pendekatan, strategi, metode ataupun model yaitu pada mata pelajaran matematika.
Sudah sering kita mendengar bahwa matematika kerap kali menjadi monster yang menakutkan bagi anak. Anak tidak suka belajar matematika, bahkan mendengar kata matematika saja, dibenaknya seolah sudah tergambar sesuatu yang menyeramkan dan menakutkan. Seringkali matematika yang hadir di depan dan yang banyak dikenal hanyalah matematika yang penuh dengan rumus, abstrak, teoritis dan kering. Padahal, sebenarnya ada sisi menarik dalam matematika yang selama ini belum dikenal, dan sayangnya
jarang dihadirkan dikelas. (Sriyanto, : ). Matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analistis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam
membelajarkan matematika kepada peserta didik, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran satu arah, yaitu umumnya dari guru ke peserta didik, maka guru akan lebih mendominasi pembelajaran.
Dengan demikian, pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu, dalam membelajarkan matematika kepada peserta didik, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode ataupun model yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan pendekatan pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan
sumber-sumber belajar yang ada. (Daryanto, : ).
Dalam Sriyanto ( : - ) dikemukakan ada beberapa hal yang perlu
dipahami dulu tentang matematika. Pemahaman ini akan menjadi dasar bagi kita untuk menentukan pendekatan apa yang mesti dilakukan dalam belajar
matematika. Selanjutnya dikatakan “Math is Not a Spectator Sport”
Matematika bukan olahraga tontonan. Kira-kira begitulah terjemahan bebas dari sub judul di atas. Maksudnya, siswa tidak hanya menjadi penonton dalam pelajaran matematika. Siswa tidak dapat belajar matematika hanya dengan datang di kelas, memperhatikan guru dan belajar di rumah dengan mengerjakan PR yang diberikan oleh guru. Sebaliknya, untuk dapat mempelajari matematika dengan baik kita harus secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran matematika. “Understand the Principles” Mungkin banyak orang dapat lulus dalam tes pelajaran sejarah dengan mudah hanya dengan menghafal tanggal, nama dan peristiwa-peristiwa. Namun, untuk dapat lulus pelajaran matematika orang butuh melakukan lebih dari pada sekedar menghafal kumpulan rumus-rumus, prinsip-prinsip atau konsep-konsep dalam matematika. Guru dan siswa perlu memahami bagaimana menggunakan rumus-rumus tersebut, saat kapan rumus harus digunakan dan hal itu seringkali jauh berbeda dari hanya sekedar menghafalnya.
“Mathematics is Comulative” Yang perlu dipahami, matematika merupakan akumulasi atau kumpulan dari banyak materi. Seringkali apa yang sedang kita pelajari dalam pembelajaran matematika sekarang bergantung pada pemahaman materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain, seringkali untuk memahami materi baru dibutuhkan pemahaman dari materi-materi pelajaran sebelumnya.
Permasalahan dalam proses belajar mengajar yang terjadi di MI Al Huda
Munggangsari sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan wali kelas III
(Dwi Kurnianingsih) bahwa penguasaan siswa terhadap matematika khususnya pecahan masih tergolong rendah, menurut yang diperoleh rata-rata
nilai matematika siswa kelas III pada semester II tahun yaitu
menujukkan bahwa prestasi peserta didik masih tergolong rendah.
Pada pembelajaran matematika di MI Al Huda Munggangsari terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya adalah siswa kurang memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung,
masih banyak siswa yang mengobrol sendiri dan guru kurang menggunakan pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran sehingga siswa kurang bisa merespon yang disampaikan oleh guru. Selain itu, guru kurang mengembangkan pendekatan yang efektif dan peserta didik masih merasa kesulitan dalam mempelajari pembelajaran matematika.
Masalah yang dikemukakan tersebut, guru MI Al Huda Munggangsari perlu melakukan perbaikan proses pembelajaran; Salah satunya yaitu dengan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengembangkan potensi secara maksimal dan menggunakan alat peraga yang nyata agar siswa lebih dapat memaksimalkan proses pembelajaran. Maka
penulis memutuskan untuk menggunakan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pendekatan RME merupakan salah satu pendekatan yang dalam proses pembelajarannya peserta didik harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru dan penemuan kembali (reinvention) ide dan konsep matematika harus dimulai dari
penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “dunia riil”. (Daryanto :
). Dalam hal ini pembelajaran dengan pendekatan RME peserta didik
didorong untuk aktif bekerja bahkan diharapkan untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri konsep-konsep matematika, dengan demikian RME berpotensi untuk meningkatkan prestasi belajar matematika MI Al Huda
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba melakukan
Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) PADA KELAS III MI AL HUDA MUNGGANGSARI KECAMATAN KALIANGKRIK KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN
”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pecahan pada kelas III MI Al Huda Munggangsari
Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang tahun ajaran ?”.
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika materi pecahan melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada kelas III MI
Al Huda Munggangsari Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang tahun
ajaran .
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan . Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis
Education (RME) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi
pecahan pada kelas III MI Al Huda Munggangsari Kecamatan
Kaliangkrik Kabupaten Magelang Tahun ajaran .
. Indikator Keberhasilan
Penerapan pendekatan RME ini dapat dikatakan efektif apabila prestasi yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikatornya dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Secara Individu:
Adanya peningkatan prestasi belajar matematika materi pecahan
yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) ≥ .
b. Secara Klasikal :
Ketuntasan siswa secara klasikal dalam materi pecahan yang
mencapai presentase nilai sisa mencapai KKM. (Daryanto,
: ) E. Manfaat Penelitian
. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan yang ilmiah dalam khasanah keilmuan yang berkaitan dengan bidang pendidikan. Menambah wawasan dalam bidang penelitian dan pembuatan karya ilmiah, dan memberikan sumbangan pikiran bagi lembaga dimana tempat mahasiswa menimba ilmu.
. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan manfaat yang baik yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu:
a. Manfaat bagi siswa
) Menumbuhkan motivasi dan semangat baru untuk mengikuti
pembelajaran matematika.
) Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar
mengajar matematika.
) Meningkatkan keaktifan siswaselama proses belajar mengajar
matematika.
) Meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam memahami
materi matematika
b. Manfaat bagi guru
) Memberikan masukan bagi guru untuk menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan menarik minat belajar siswa.
) Meningkatkan kreativitas guru dalam melakukan pendekatan
terhadap mata pelajaran.
) Guru mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam
proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.
c. Manfaat bagi sekolah
) Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik
) Meningkatkan kualitas pendidikan.
) Sebagai masukan bagi sekolah untuk melakukan pembinaan
guru dalam inovasi dan implementasi pendekatan-pendekatan pembelajaran dalam matematiaka
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan pemahaman pembaca, maka diperlukan definisi operasional untuk menjelaskan kata kunci dalam penelitian ini.
. Matematika
Sebelum mempelajari matematika, alangkah baiknya kalau kita terlebih dahulu memahami arti matematika itu sendiri. Matematika adalah pengetahuan tentang bentuk yang terorganisasi. Sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan, sifat-sifat atau teori-teori yang sudah dibuktikan
kebenarannya. (Ensiklopedia Matematika, : )
. Prestasi Belajar
Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai seseorang dari suatu usaha yang telah dilakukan atau dikerjakan. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui
pengukuran dan penilain.(Yonny, : ). Sedangkan Prestasi belajar
adalah hasil dari evaluasi terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang
diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.
(Hamdani, : ).
Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku daftar nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada dibagian administrasi kurikulum sekolah. Selain itu, evaluasi juga disampaiakan kepada peserta didik dan orang tua melalui buku rapor yang yang disampaikan pada waktu pembagian rapor akhir semester atau kenaikan kelulusan. Jadi, prestasi belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar peserta didik. Karena itu, unsur yang ada dalamprestasi terdiri dari hasil belajar dan nilai siswa. (Tu’u : ).
. Pecahan
Kata pecahan berasal dari kata latin fractio, suatu bentuk kata lain
dari frangere, yang berarti membelah (memecah). Secara historis,
pecahan pertama kali digunakan untuk merepresentasikan bilangan yang bernilai kurang dari bilangan cacah serta digunakan dalam memecah dan
membagi makanan, perdagangan, dan pertanian. (Purnomo, : ).
Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan
pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap
sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. (Heruman, : ).
Dijelaskan dalam Purnomo ( : ) Makna ini merupakan konsep
paling umum dari pecahan, yaitu penggunaan pecahan untuk menunjukan
bagian dari keseluruhan. Dari pecahan , bilangan bagian bawah (yakni
b) disebut dengan penyebut yang menujukkan banyaknya bagian adil (sama besar;kongruen) secara keseluruan dan bilangan bagian atas (yakni a) disebut pembilang yang menunjukkan banyaknya bagian adil yang diamati, atau bagian pecahan yang dihitung. Dengan kata lain, pembilang adalah membilang bagian adil yang diamati dan penyebut adalah menyebutkan keseluruhan bagian yang sedang diamati.
. Pendekatan Realistic Mathematic Eduaction (RME)
Pernyataan Freudenthal bahwa matematika merupakan “suatu bentuk
aktivitas manusia” melandasi pengembangan Realistic Mathematic
Eduaction (RME). RME merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran matematika di Belanda. Kata “realistis” sering disalah
artikan sebagai “real-world” yaitu dunia nyata. Banyak pihak yang
menganggap bahwa RME adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan masalah sehari-hari. Pengunanan “realistis” sebenarnya berasal dari bahasa Belanda “zich realiseren” yang berarti “untuk dibayangkan” atau “to imagine. Menurut
Van den Heuvel-Panhuizen penggunaan kata “realistic‟ tersebut tidak
wold) tetapi lebih mengacu pada fokus pendidikan matematika realistis dalam menempatkan penekanan penggunan suatu situasi yang bisa
dibayangkan (imaginable) oleh peserta didik. (Wijaya, : ).
RME merupakan salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal nyata. Suatu prinsip RME yaitu siswa harus berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar. Siswa harus diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahan mereka
sendiri. (Susanto, : ). Dengan diberinya kesempatan untuk
membangun pengetahuan sendiri maka, siswa akan lebih paham dalam mempelajari materi.
G. Metode Penelitian
. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Rancangan penelitian hendaknya bisa digunakan untuk memperbaiki pembelajaran. Jadi, sebisa mungkin rancangan penelitian ini sudah disusun dan dirancang dengan baik. Sebenarnya banyak rancangan penelitian tindakan kelas, pada skripsi ini penulis menggunakan metode
penelitian dari Kesuma ( : ) ada empat tahapan-tahapan dalam
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Sebelum melakukan perencanaan, hendaknya guru
mengumpukan informasi yang diperlukan tentang pengetahuan siswa sebelumnya mengenai pelajaran yang akan dibahas. Perencanaan tindakan yaitu suatu perencanaan dalam bentuk penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi dan hasil pelaksanaan refleksi awal.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Dalam pelaksaan tindakan, peneliti melaksanaan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang tertuang dalam RPP. Kemudian dilaksanakan di kelas, dan selama proses pembelajaran dilakukan observasi atau pengamatan.
c. Observasi (Observation)
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran di kelas. Mulai dari bagaimana reaksi siswa hingga hasil evaluasi, apakah sesuai atau tidak dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian siswa dan guru dapat berkolaborasi untuk dapat memahami satu sama lain mengenai proses pembelajaran di kelas dan apa yang sesuai dilakukan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
d. Refleksi (Reflection)
Pada tahapan ini, guru melakukan refleksi terhadap hasil observasi. Refleksi yang dilakukan bisa berupa catatan atau
kekurangan dari metode yang digunakan dalam pembelajaran. Dari kekurangan atau kelemahan yang ditemukan, guru kemudian melakukan inovasi terhadap metode yang digunakan sebelumnya atau menambah metode baru untuk memenuhi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Gambar . Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK
(Kesuma, : ) Perencanaan Siklus Pelaksanaan Tindakan Observasi atau Pengamatan Refleksi Merevisi dan memperbaiki perencanaan
berdasarkan hasil reflesi masuk kesiklus Perencanaan Siklus Observasi atau Pengamatan Refleksi Merevisi dan memperbaiki perencanaan berdasarkan hasil reflesi masuk kesiklus
Dan seterusnya hingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai yang diharapkan
. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas MI Al Huda Munggangsari ini
dilaksanakan di:
Dusun : Kwayuhan
Desa : Munggangsari
Kecamatan : Kaliangkrik Kabupaten : Magelang
Provinsi : Jawa Tengah
. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah guru dan
siswa kelas III MI Al Huda Munggangsari Kecamatan Kaliangkrik
Kabupaten Magelang dengan jumlah siswa yaitu perempuan dan
laki-laki. .
. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu proses pengambilan data dalam penelitian dimana penelitian atau pengamat melihat situasi pembelajaran secara langsung. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. (Sugiyono, :
).
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi perlu digunakan untuk memperoleh data tentang sarana dan prasarana, alat atau media yang digunakan dan lain sebagainya yang dianggap penting. Dokumen dapat berupa bentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. (Sugiyono, : ).
c. Penilaian
Melaksanakan penilaian dengan bentuk soal esai yang berbeda setiap siklus untuk mengukur ketercapaian indikator-indikator yang disampaiakn oleh peneliti, sekaligus mengukur nilai kompetensi
dasar. (Dwitagama, : ).
. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Soal Tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil akhir kegiatan peserta didik. Soal tes terdiri dari soal tertulis dan soal lisan.
c. Silabus
Silabus di buat oleh pemerintah dan dijadikan sebagai panduan guru untuk membuat RPP.
d. RPP
RPP yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan sebagai pegangan guru saat mengajar agar pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
e. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam rangka untuk memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.
f. Alat Peraga RME
Alat peraga yaitu alat-alat yang digunakan untuk memperjelas materi pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri peserta didik. Alat peraga yang digunakan dalam PTK ini yaitu roti.
H. Teknik Analisis Data PTK
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan menggolongkan data untuk menjawab permasalahan, tema apa yang dapat ditemukan pada data ini dan seberapa jauh data ini
dapat menyokong tema tersebut (Basrowi dan Suwandi, ).
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas. Analisis data dalam kegiatan belajar mengajar ranah afektif menggunakan lembar pengamatan guru dan siswa, sedangkan untuk ranah kognitif analisis data menggunakan hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes siswa.
Penelitian ini menggunakan analisis data dengan rumus sebagai berikut:
a. Untuk Menghitung nilai rata-rata kelas
Keterangan :
M : Nilai rata-rata
: Jumlah nilai semua siswa
: Jumlah siswa (Djamarah, : - )
b. Dalam menghitung Presentase Ketuntasan Klasikal dapat dihitung
menggunakan rumus seperti berikut (Daryanto, : ):
P =
χ
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis tindakan dan indikator, manfaat,
M=
𝑿 𝑵
definisi operasional, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan.