• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM KAITANNYA DENGAN PERATURAN HUKUM POSITIF INDONESIA

1. Pendahuluan: Perjanjian Internasional

a. Perjanjian internasional merupakan sumber hukum terpenting dalam mengatur hubungan atau interaksi antar subyek hukum internasional, terutama negara. Peran penting sumber hukum ini digunakan sebagai sumber hukum utama yang digunakan atau dijadikan acuan bagi Mahkamah Internasional (International Court of Justice) di dalam memutus sengketa.20 b. Sedangkan fungsinya di dalam hukum internasional, perjanjian internasional

memainkan peran penting di dalam di dalam berbagai aspek hubungan antar negara.

Peran penting ini tampak antara lain dalam hal:

1) Mengatur hubungan antar negara agar terjalin dengan tertib;

2) Menyatakan keterikatan suatu negara di dalam kesepakatan bilateral, regional dan multilateral;

3) Menyatakan perang atau perdamaian dengan negara lain,

4) Menyatakan dan menetapkan garis batas (darat atau laut) antara satu negara dengan negara tetangganya,

5) Menjalin kerja sama dengan negara lain di berbagai bidang, termasuk kerjasama di bidang ekonomi atau perdagangan, dan lain-lain.

c. Peran perjanjian internasional di bidang hukum, antara lain, adalah sebagai sarana bagi negara-negara untuk membentuk suatu kesepakatan bahkan melahirkan kaidah-kaidah hukum baru yang mengatur pergaulan internasional. Misalnya, negara-negara menggunakan sarana perjanjian

110 internasional ini untuk meletakkan aturan-aturan atau norma-norma baru di bidang kerjasama pengaturan pemanfaatan ruang udara dan angkasa,21 pengaturan rejim hukum baru di bidang negara kepulauan,22 pengaturan kerjasama di bidang penanggulangan tindak pidana atau kejahatan terorganisir transnasional,23 dll.

d. Pembentukan norma hukum baru di dalam lingkup kerjasama internasional ini turut pula berdampak secara langsung terhadap pembentukan hukum baru di negara-negara anggotanya. Dengan lahirnya suatu norma baru yang dibentuk oleh negara-negara di dunia dan adanya kehendak negara-negara anggota perjanjian internasional untuk terikat terhadapnya membawa konsekuensi bagi negara tersebut. Keterikatan suatu negara mengakibatkan muatan perjanjian termasuk di dalamnya norma-norma hukum baru yang lahir dari perjanjian internasional tersebut akan melahirkan kewajiban hukum bagi negara anggotanya untuk melaksanakan muatan perjanjian di dalam wilayah negaranya.

e. Mengingat arti penting perjanjian internasional, negara-negara yang tergabung dalam berbagai organisasi internasional baik multilateral atau regional (misalnya PBB, Uni Eropa atau ASEAN), atau pun secara bilateral, telah menggunakan sarana perjanjian internasional untuk mengikatkan negara-negara anggotanya.

f. Proses pengikatan diri suatu negara terhadap perjanjian internasional dapat dilakukan melalui penyerahahan dokumen atau instrumen berupa pernyataan kehendak keterikatan negara tersebut kepada perjanjian internasional. Dokumen atau instrumen tersebut berupa ratifikasi (ratification), aksesi (accession), atau penerimaan (acceptance) serta penyetujuan (approval). g. Instrumen ratifikasi (ratification) digunakan apabila negara yang akan

mengesahkan suatu perjanjian internasional turut menandatangani naskah perjanjian. Instrumen aksesi (accession) apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasional tidak turut menandatangani

21

Misalnya Perjanjian Ruang Angkasa (Space Treaty) 1972.

22

Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of Treaties of 1982), khususnya Bab IV mengenai Negara Kepulauan (Archipelagic State).

23

Misalnya United Nations Convention against Transnational Organized Crime and the Protocols

111 naskah perjanjian. Sedangkan instrumen penerimaan (acceptance) dan penyetujuan (approval) adalah pernyataan menerima atau menyetujui dari negara-negara pihak pada suatu perjanjian internasional atas perubahan perjanjian internasional tersebut. Berdasarkan praktik yang berlaku, terdapat pula perjanjian internasional yang tidak memerlukan pengesahan dan langsung berlaku setelah penandatanganan.24

i. Sumber hukum internasional mengenai perjanjian internasional adalah Konvensi Wina 1969 mengenai Perjanjian (Vienna Convention on the Law of Treaties). Di Indonesia, sumber hukum perjanjian yang mengatur perjanjian internasional adalah UUD 1945, UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Di samping UU mengenai Perjanjian Internasional ini, aturan hukum lain yang terkait dengan perjanjian internasional adalah UU Nomor 37 Tahun 2009 tentang Hubungan Luar Negeri dan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera serta Lagu Kebangsaan. j. Pemerintah Indonesia sampai tulisan ini dibuat, telah mengikuti 4707 (empat

ribu tujuh ratus tujuh) perjanjian internasional, baik yang sifatnya bilateral, regional, atau pun multilateral.25 Sedangkan jumlah ratifikasi yang pemerintah telah berikan terus berubah seiring dengan masa berlaku perjanjian tersebut.

a. Permasalahan Hukum

Permasalahan bagian tulisan ini terkait dengan permasalahan utama kajian mengenai analisis dan evaluasi hukum kolonial adalah:

(1) Bagaimanakah pelaksanaan ratifikasi perjanjian-perjanjian internasional yang pemerintah telah ratifikasi?, dan

(2) Bagaimanakan peran perjanjian internasional di dalam rangka analisis dan evaluasi terhadap hukum kolonial?

b. Hipotesis

24

Penjelasan UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

25

Lihat Treaty Room Kementerian Luar Negeri RI pada:

112 Tulisan ini menggunakan anggapan-anggapan kebenaran relatif (hipotesis) guna menganalisis dan menjawab dua permasalahan utama di atas. Hipotesis yang digunakan adalah:

(a) bahwa perjanjian internasional yang telah diratifikasi hanya akan efektif berlaku apabila dapat dilaksanakan secara operasional di dalam negeri; (b) bahwa perjanjian internasional akan secara efektif dapat dilaksanakan

secara operasional apabila muatan perjanjian internasional tersebut dapat dipahami atau dimengerti oleh penduduknya terutama para penegak hukum sebagai instansi terakhir yang akan menerapkannya, yaitu pengadilan (hakim). Pemahaman ini hanya akan berlaku apabila muatan perjanjian internasional tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai hukum (nasional) Indonesia.

Untuk menjawab identifikasi masalah kedua di atas, hipotesis atau asumsi lainnya (ketiga) yang digunakan atau menjadi acuan adalah:

(c) bahwa perjanjian internasional merupakan sarana untuk memodernisasi aturan-aturan hukum nasional di Indonesia, terutama untuk mengganti peninggalan hukum kolonial di Indonesia.

k. Sebelum menjawab permasalahan utama tulisan ini, tulisan ini akan menguraikan secara singkat sumber hukum utama mengenai perjanjian interansional dalam lingkup internasional yaitu Konvensi Wina 1969 dan dalam hukum nasional Indonesia yaitu UUD 1945, UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, UU Nomor 37 Tahun 2009 tentang Hubungan Luar Negeri dan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera serta Lagu Kebangsaan.

2. Sumber Hukum Perjanjian Internasional

Dokumen terkait