• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang

Kelahiran Muhammadiyah dapat dilacak dari konteks sosial, politik, dan keagamaan umat Islam pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Aktivitas pribadi K.H. Ahmad Dahlan dapat menjadi sumber untuk memahami kelahirannya, demikian pula dengan kebijakan politik pemerintah Hindia Belanda yang diskriminatif terhadap umat Islam. Secara umum, Muhammadiyah lahir dalam rangka merespon kondisi sosio-politik umat Islam akibat kebijakan pemerintah Hindia Belanda.1 Hindia Belanda menciptakan kelas sosial di dalam masyarakat Jawa, orang-orang Belanda memiliki kasta paling tinggi yang kedua ialah orang Cina sedangkan masyarakat pribumi terdapat pada kasta terendah. Pada masyarakat Jawa sendiri juga tercipta kasta-kasta yang berlaku seperti priayi, Santri dan abangan. Strata sosial tersebut mengakibatkan praktek keagamaan masyarakat Jawa di Kauman masih bercampur pada tradisi-tradisi Jawa yang tidak sesuai dengan nilai ajaran agama Islam. Dengan tradisi Jawa yang mengarah pada batu besar sehingga mengusik K.H. Ahmad Dahlan untuk mengubah pandangan masyarakat mengenai beribadah pada Allah.

Pada masa itu umat Islam tidak mempraktikkan agama secara murni, bertaburnya mistisme dalam ritual keagamaan, akal tidak berdaya menghadapi tradisi yang penuh dengan kestatisan dan kepasifan. Sementara faktor di luar umat

1 Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 58

14

Islam juga memberi tekanan khususnya kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang membuka luas bagi tumbuh dan berkembangnya agama resmi Negara Kolonial, mendorong K.H. Ahmad Dahlan untuk menemukan metode yang tepat bagi pemebebasan umat Islam dari kestatisannya dan membentengi umat dari masyarakat untuk pengaruh luar dengan cara-cara rasional.2 Gerakan utama K.H. Ahmad Dahlan ialah mengikis kepercayaan-keperyaan mistisme yang mengarah pada kemusyrikan, metode yang digunakan ialah dengan memberi ilmu pengetahuan dan membuka wawasan umat muslim dan mencoba memberi pengajaran dengan cara-cara rasional. K.H. Ahmad Dahlan membuka jalan bagi umat muslim dengan mendidik para muslim untuk berpikir maju dan terbuka serta membentengi diri dari tradisi-tradisi yang mengarah pada kemusyrikan. Pendidikan merupakan jalan bagi masyarakat untuk bebas dari belenggu penjajahan.

Kelahiran Muhammadiyah merupakan titik balik bagi umat Islam sebagai refleksi terhadap kesadaran beragama, K.H. Ahmad Dahlan berperan memberi pemahaman pada umat Islam di Yogyakarta khususnya Desa Kauman bahwa perlu adanya gerakan pemurnian terhadap ajaran agama Islam. K.H. Ahmad Dahlan berupaya untuk mengikis praktek-praktek mistisme dalam tata melaksanakan tata cara beribadah. Dalam masyarakat Jawa agama Islam telah mengalami akulturasi dengan Budaya Jawa sehingga kemurnian agama Islam terkontaminasi dengan kepercayaan-kepercayaan mistisme. Pemurnian ajaran agama Islam menjadi motto gerakan organisasi Muhammadiyah.Cara-cara

2 Prof. Dr. Abdul munir Mulkhan, 1 Abad Muhammadiyah, (Jakarta : Kompas, 2010), hal.XII.

15

rasional yang digunakan Muhammadiyah untuk mengikis praktek-praktek mistisme. K.H. Ahmad Dahlan tetap tegak dalam pendiriannya dalam melakukan gerakan pemurnian ajaran agama Islam walaupun banyak tentangan dari masyarakat serta ulama-ulama dengan pemikiran dan gerakan yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan.

Muhammadiyah memang behasil meningkatkan partisipasi umat Islam Indonesia terhadap pendidikan modern dan menyadarkan fungsi dan hak sosialnya. Namun gerakan ini kemudian terperangkap pada tradisonalisasi birokrasi dan perutinan amal-usaha. Akibatnya, pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan tidak berlanjut dan generasi sesudahnya menjadi cukup puas dan bangga terhadap apa yang sudah dicapai pendirinya. Ketika masyarakat telah sampai pada suatu tahap perubahan yang nampak paralel dengan tradisi keagamaan yang ditumbuhkan Muhammadiyah, menyebabkan gerakan ini kehilangan daya tarik publik dan ruh pembaharuan pun melemah kalau bukan telah hilang.3

Kurang lebih pada tahun 1930-an sederet tokoh Muhammadiyah berkumpul dan bekerjasma untuk membentuk sebuah organisasi yakni Muhammadiyah untuk wilayah Kab. Semarang dan Kodia Salatiga. Muhammadiyah sudah ada di Salatiga sebelum kemerdekaan RI, yang ditandai dengan adanya sekolah HIS (Holland Inlandsche school) Muhammadiyah, kini berubah menjadi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Para tokoh pendiri Muhammadiyah Salatiga kala itu tidak hanya sebatas berkumpul dan bersepakat mendirikan Muhammadiyah, sebagai bentuk kongretnya mereka bersegera

16

melakukan gerakan dakwah amar makruf nahi munkar dengan mendirikan amal usaha sebagai bukti aktivitasnya. Amal usaha pertama yang didirikan adalah mendirikan dan mengelola Pendidikan formal yakni HIS (Hollands Inlandsche School) Muhammadiyah pada tahun 1932 yang merupakan cikal bakal perkembangan lembaga pendidikan bahkan kiprah Muhammadiyah di Salatiga sampai saat ini.4 Muhammadiyah memberi pengaruh cukup besar di kawasan Salatiga, berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dalam yayasan Muhammadiyah menjadi bukti bahwa keberadaan Muhammadiyah memberi pengaruh dalam dunia pendidikan serta pembentukan moral generasi muda yang sesuai dengan ajaran Islam yang benar.

Pada periode pra dan awal berdirinya hingga 1945, Muhammadiyah mengusung ide dan gagasan transformasi sosial keagamaan bagi umat Islam. Gagasan transformasi iu muncul dari kesadaran K.H. Ahmad Dahlan bahwa umat Islam hampir berada dalam keterpurukan yang sempurna, pengalaman ajaran Islam tidak lagi didasarkan pada nilai-nilai otentik dan banyaknya praktek peribadatan yang tidak berdasarkan pada Al-Qur‟an dan As-sunnah.5

Dengan gagasan transformatif yang mengubah paradigma umat muslim mengenai kemurnian ajaran agama Islam mengubah pemikiran yang sempit pada umat Islam. Dengan konsep pemikiran keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan dan sikap kritis terhadap ilmu pengetahuan mendorong Muhammadiyah mengalami perkembangan. Dalam aspek pemahaman keagamaan dapat

4Buhtari, S.Si, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga : Perda Muhammadiyah Salatiga, 2010), hal. 2.

5 Dr. Abdul Munir Mulkhan SU, Menggugat Muhammadiyah, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2000), hal XV.

17

mendorong sikap kritis umat Islam yang dapat memicu kemajuan dalam hal pemikiran. Peran Muhammadiyah terhadap mengembangkan pemikiran umat muslim mendorong penulis untuk mengangkat tema “Perkembangan Dan Peran Muhammadiyah Di Salatiga Tahun 2000-2015”.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

Peneliti ini bermaksud untuk menguraikan dan mendeskripsikan mengenai Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga Tahun 2000-2015. Agar proses pendeskripsian ini terarah maka peneliti ini harus dibatasi dan dirumuskan. Pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini menitik beratkan pada Seajarah Muhammadiyah di Salatiga.

Perkembangan dan Peran Muhammadiyah di Salatiga yang diteliti oleh peneliti ialah dari tahun 2000. Pembatasan ini dikarenakan pada tahun 2000 merupakan perkembangan Muhammadiyah Pasca Reformasi Muhammadiyah mengalami pasang surut kejayaannya di Salatiga dalam bidang pendidikan yang hampir jatuh (kolap). Pembatasan selanjutnya yaitu tahun 2015 dikarenakan pada tahun tersebut Muhammadiyah memiliki banyak peranan yang menojol di bidang pendidikan, ekonomi, dan tabligh (dakwah).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dikemukakan inti permasalahan dari penelitian ini, yaitu mengenai Sejarah Muhammadiyah di Salatiga. Permasalahan tersebut dapat dikemukakan dalam beberapa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

18

2. Bagaimana Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari tahun 2000 Sampai 2015?

3. Bagaimana Peran Muhammadiyah bagi Masyarakat Salatiga?

C. Tujuan Dan Ruang Lingkup Penelitian

Pada proses pembahasannya peneliti berusaha untuk menyusunnya secara sistematis, yang didasari dengan tujuan dan kegunaan penelitian ini sendiri. Tujuan dan kegunaan penelitian, berguna sebagai patokan untuk menentukan kearah mana penelitian ini dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Arti penting penelitian ini adalah tema penelitian ini belum pernah ada yang meneliti.Hal ini menjadi celah kajian penting bagi peneliti.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Menguraikan Gambaran Sejarah Lahirnya Muhammadiyah.

2. Menjelaskan Proses Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari tahun 2000 Sampai 2015.

3. Menguraikan Pengaruh Muhammadiyah bagi Masyarakat Salatiga.

Dengan adanya penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Secara praktis akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

mengenai Sejarah Perkembangan Muhammadiyah Di Salatiga.

2. Dapat memberikan koleksi pustaka bagi jurusan Sejarah Peradaban Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

19 D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini menggunakan sumber berupa pustaka-pustaka, sumber-sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : yang pertama buku dari Syarifuddin Jurdi 6 dalam bukunya yang berjudul Muhammadiyah Dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006 yang menjelaskan tentang keterlibatan Muhammadiyah dalam proses politik Indonesi dari periode ootoroter (1966-1998) dan periode transisi demokrasi pasca Orde Baru (1998-2006). Sebagian dari keluhan memperoleh ruang penjelasan dalam buku ini, khususnya bagaimana menata ulang peran politik Muhammadiyah dalam kehidupan politik Indonesia di masa depan.

Yang kedua, buku dari Abdul Munir Mulkhan7 dalam bukunya yang berjudul 1 Abad Muhaamadiyah tentang Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan yang memaparkan tentang eksistensi Muhammadiyah secara utuh, sejak gerakan ini berdiri pada 1912 hingga saat ini, ketika usianya telah mencapai satu abad. Hampir semua bidang yang menjadi perhatian Muhammadiyah sepanjang sejarahnya, sejak bidang pendidikan, kesehatan, sosial kemanusiaan, hingga politik, memperoleh ruang penjelasan yang memadai. Melalui bidang-bidang amal, Muhammadiyah terbukti telah secara aktif dan proaktif ikut menyelesaikan persoalan-persoalan sosial kemanusiaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan Negara. Keistimewaan buku ini terletak pada periodesasi dan urutan

6 Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Februari 2010).

20

eksistensinya, sehingga dengan mudah akan memeperoleh gambaran mengenai gagasan-gagasan besar dan aktivitas Muhammadiyah.

Yang ketiga, buku dari Abdul Munir Mulkhan8 dalam bukunya yang berjudul Marhaenis Muhammadiyah yang menjelakan tentang fakta yang menunjukkan bahwa Muhammadiyah bukanlah kesatuan entitas yang seragam atau homogeny. Keberagaman model kepengikutan itu muncul karena adanya gesekan manakala doktrin tarjih Muhammadiyah pasca kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan diberlkukan secara kaku. Konsep Islam murni syariahistis itu akibat dari mendominasinya elite ahli syariah yang ingin memusnahkan tradisi TBC (Takhayul, Bid‟ah, dan c(k)hurafat), bahkan jarang cara-cara kekerasan ditempuh demi menegakkan syariah. Gerakan pemurnian Islam seperti itu jelas bersebrangan dengan latar belakang kultural masyarakat desa yang mayoritas bermata pencaharian petani. Mereka tertarik bergabung dengan Muhammadiyah manakala gerakan yang menawarkan pembaruan ini meluas pedesaan. Mereka justru merasa nyaman dengan pola pemurnian Islam yang dibawa oleh K.H. Ahmad Dahlan yang mengedepankan kesalehan spiritual. Marhaenis Muhammadiyah ibarat “teologi petani” atau “jalan baru” Islam yang bisa mendorong etos kerja produktif serta mengembangkan pemikiran Islam yang inklusif. Dari sinilah, kehidupan masyarakat pluralis demokrasi tumbuh dengan subur.

8 Munir Mulkhan, Abdul, Marhaenisme Muhammadiyah, (Yogyakarta : Galang Press, 2010).

21

Yang keempat, buku dari H. Harmoko9 dalam bukunya yang berjudul Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah memuat tentang amanat lengkap Bapak Presiden Soeharto pada waktu pembukaan Muktamar, dan pengarahan Menko Polkam Bapak Surono, Menko Kesra Bapak H. Alamsyah Ratu Perwiranegara, Menteri Dalam Negeri Bapak Soepardjo Rustam, Menteri Agama Bapak Munair Syadzali dan Menteri Penerangan Bapak H. Harmoko dihadapan Muktamar pemuda Muhammadiyah bertempat di Universitas Muhammadiyah Surakarta serta pidato pembukaan Ketua Umum K.A.R. Fakhruddin di Stadion Sriwedari. Disamping sambutan dan ulasan dari para Duta Besar Negara sahabat dan tamu-tamu luar negeri yang menyatakan kekagumannya pada kebesaran Muhammadiyah, dihalaman lain mengetengahkan beberapa keputusan penting muktamar. Buku ini sangat besar artinya bukan saja bagi warga Muhammadiyah dalam menggerakkan roda organisasinya dan tugas mulia pembangunan mental dan spiritual bangsa, juga bagi segenap lapisan masyarakat untuk lebih mengenal Muhammadiyah.

Yang kelima, skripsi Fitri Apriliyanti10 dari Universitas Pendidikan Indonesia dalam skripsinya yang berjudul Peranan K.H. Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942) memuat tentang gambaran mengenai K.H. Mansur yang merupakan salah seorang pemimpin Islam yang mempunyai latar belakang pendidikan agama yang bagus. Dalam perjuangan kemerdekaan, kehadiran K.H. Mansur telah memberikan sumbangan yang tidak sedikit untuk

9 A.Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen Penerangan RI, 1986).

10

Skripsi Fitri Apriliyanti, Peranan K.H. Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah

22

bangsa Indonesia khususnya dalam gerakan Muhammadiyah bahkan beliau memberikan kontribusinya dengan membangun kemajuan Islam. Yang membedakan dengan penelitian penulis adalah perbedaan mengenai salah satu tokoh besar di Muhammadiyah, dan penulis meneliti tentang perkembangan Muhammadiyah di Salatiga tahun 2000-2015. Penulis menitik beratkan pada perkembangan yang ada di Kota Salatiga periode 2000-2015.

Yang keenam, skripsi Ninin Karlina11 dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam skripsinya yang berjudul Sejarah Perkembangan Muhammadiyah cabang Blimbing Daerah Sukoharjo yang memmuat tentang sejarah dan peranan Muhammadiyah cabang Blimbing Sukoharjo terhadap masyarakat Islam. Perkembangan Muhammadiyah cabang Blimbing Sukoharjo terdapat berbagai kegiatan dakwah dan amal usahanya dan Muhammadiyah cabang Blimbing Sukoharjo merupakan fenomena ormas yang mampu membangun basis dari tingkat bawah sampai tingkat elit Pimpinan cabang. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah perbedaan pada tempat penelitian di cabang Kota Salatiga dan penelitian menitik beratkan pada perkembangan yang ada di Kota Salatiga.

Yang ketujuh, buku dari Buhtari12 dalam bukunya yang berjudul Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga yang berisi tentang sebuah kenang-kenangan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga periode muktamar 2005-2010 di akhir masa jabatannya. Dalam membuat buku tersebut dengan mencari referensi dari ringkasan para tokoh generasi pendatang di era

11 Skripsi Ninin Karlina, Sejarah Perkembangan Muhammadiyah cabang Blimbing

Daerah Sukoharjo, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.

12 Buhtari, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga : Perda Muhammadiyah Salatiga, 2010).

23

orde baru, terdapat juga ringkasan dan catatan pribadi Bapak Sutjipto mengenai perkembangan amal usaha di bidang pendidikan terutama sekolah dasar dan menengah serta informasi dari pimpinan AUM seperti sekolah, panti, Lazim dan Koperasi. Dalam buku ini juga memuat periode kepemimpinan Muhammadiyah Salatiga dari masa ke masa.

E. Kerangka Konseptual

Perkataan sejarah dalam bahasa Indonesia adalah sama dengan History

(Inggris), Geschichte (Jerman) atau geschiedenis (Belanda). Sama berarti kurang lebih sama, sebab jumlah definisi yang memberikan arti kepada perkataan searah, history dan sebagian banyak itu banyak sekali. Menurut kamus umum bahasa Indonesia Sejarah diartikan Kesusastraan lama : silsilah; asal usul; kejadian dan peristiwa yang benar-benar telah terjadi pada masa yang lampau; ilmu pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar telah terjadi pada masa yang lampau.13

Dari sisi lain, kata sejarah berasal dari kata “Syajarah” yakni dari bahasa Arab yang berarti pohon. Kata ini masuk ke Indonesia sesudah terjadi akulturasi antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Dalam kaitan tersebut, ternyata bermacam-macam pengertian “sejarah” yaitu silsilah, riwayat, babad, tambo ataupun tarikh.14

13 R. Moh Ali, Pengantar Ilmu sejarah, (Yogyakarta : LKIS, Februari 2005), hal. 11-12.

14 Prof. Drs. H. Rustam E. Tamburaka, M.A, Pengantar Ilmu sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, dan Iptek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hal. 2.

24

Muhammadiyah adalah sebuah perserikatan (organisasi) yang didirikan pada tanggal 08 Dzulhijjah 1338 H/18 November 1912 Masehi di Kauman Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan. Organisasi ini mengedepankan konsep perjuangan untuk menegakkan “amar ma‟ruf nahi munkar” dan sumber gerakannya adalah Al Qur‟an dan as-sunnah.15

Muhammadiyah merupakan gerakan sosial Islam, aktivitasnya hanya berkaitan dengan bidang agama, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, tetapi juga dengan wilayah politik kenegaraan.16

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian sejarah tidak bisa lepas dari definisi sejarah secara umum, yaitu bahwa sejarah merupakan gambaran pengalaman manusia pada masa lalu. Adapun tujuan seorang sejarawan adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang masa lampau kemudian menyajikannya. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yaitu penyelidikan yang mengklasifikasikan metode pemecahan masalah ilmiah dari perspektif historis suatu masalah. Proses awal yang dilalui oleh sejarawan untuk menulis sejarah dengan menentukan tema sesuai dengan minat dan keyakinan peneliti. Hal ini diharapkan dapat memacu semangat peneliti untuk meneliti secara sungguh-sungguh, jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh maka akan mendapatkan hasil yang lebih baik.

15

Syarifuddin Jurdi, Negara Muhammadiyah, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005), hal. 3.

16

Ahmad Syafii Maarif, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 1.

25

Metode penelitian sejarah dalam penulisan proposal ini di bagi menjadi 4 langkah yaitu sebagai berikut:

a. Heuristik

Tahap pertama adalah heuristik atau pengumpulan sumber. Heuristik adalah sebuah kegiatan mencari sumber-sumber atau mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah.17 Sejarawan bekerja berdasarkan berbagai dokumen. Dokumen adalah jejak pikiran dan perbuatan yang telah ditinggalkan oleh orang-orang zaman dulu. Namun, pikiran dan perbuatan ini sangat sedikit meninggalkan jejak yang terlihat, dan jejak ini, kalaupun ada, jarang yang tahan lama, musibah dan bencana sering menghapus jejak tersebut. 18 Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang menunjukan segala aktifitasnya di masa lampau, baik berupa peninggalan-peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber ini dapat ditemukan di perpustakaan-perpustakaa, dari internet, dan untuk arsip dapat diperoleh di kantor-kantor atau instansi-instansi tertentu dalam penulisan ini peneliti menggunakan sumber yang berupa buku-buku dan internet.

Adapun proses heuristik dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini yakni :

1. Penelitian Lapangan

17 Philippe Carrard, Poetics The New History (Frenchhistorical Discourse From

BraudelTto Chartier, Baltimore And London: The Johns Hopkins University Press, 1992), hal. 2-4

18 Ch. V. Langlois & Ch. Seignobos, Instroduction To The Study Of History, New York : Henry Holt And Company, 1904), hal. 25.

26

Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan secara langsung ke lapangan untuk meneliti serta mencari data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, agar dapat dibahas berdasarkan informasi atau bukti data yang ditemukan. Ada 2 teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dan informasi penelitian lapangan, yaitu: - Pengamatan (observasi)

Adalah suatu teknik yang dilakukan peneliti untuk mengamati secara langsung objek yang berkaitan dengan penelitian dan bukti-bukti tentang Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga. Penulis mendapatkan sebuah buku tentang sejarah dan perkembangan Muhammadiyah di Salatiga tahun 2000-2010 sebagi penguat penelitian.

- Tradisi lisan / Wawancara

Adalah suatu teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan mencermati penuturan-penuturan informasi yang sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan keterangan terhadap masalah yang akan diteliti untuk mewujudkan fakta-fakta dalam rangka penyusunan sejarah lokal tersebut, misalnya dengan mengadakan wawancara langsung dengan orang-orang yang mengetahui tentang hal-hal yang berkenaan sejarah Muhammadiyah, Peneliti akan mengadakan wawancara kepada Bapak Imam Sutomo, M.A selaku ketua Muhammadiyah

27

periode 2010-2015 karena beliau mempunyai peran penting dalam Muhammadiyah pada tahun 2000-2005 dan tahun 2005-2010 menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga, peneliti juga akan mengadakan wawancara kepada Bapak Amar Ma‟ruf selaku Sekretaris II dan Bendahara Muhammadiyah di salatiga periode 2010-2015 dari beliau penulis mendapatkan berbagai rancangan kerja Muhammadiyah di Salatiga, selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara kepada Bapak Hamam selaku sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Salatiga tahun 2010-2012, alasan penulis mewawancari Bapak Hamam adalah karenan beliau termasuk pengurus dalam Pimpinan Daerah Muhammadiyah di Kota Salatiga.

2. Penelitian Kepustakaan

Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan. Dalam kajian kepustakaan ini peneliti akan mengadakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan informasi-informasi serta data-data yang berkaitan dengan peristiwa sejarah tersebut.

Melalui penelitian kepustakaan ini sumber-sumber buku yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini. sumber kepustakaan yang akan dikaji adalah perpustakaan Daerah

28

Salatiga dari situ penulis mendapat berbagai buku yaitu A.Harmoko

Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, Abdul Munir Mulkhan

Marhaenisme Muhammadiyah, Dr. Abdul Munir Mulkhan SU

Menggugat Muhammadiyah, Abdul munir Mulkhan 1 Abad Muhammadiyah, Syarifuddin Jurdi MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006, Teddy Sulistio Memory Masa Jabatan DPRD Kota Salatiga 2009-2014, perpustakaan Percik Kampoeng Percik Salatiga, dari situ penulis mendapatkan sumber buku dari Syarifuddin Jurdi, Negara Muhammadiyah,

Ahmad Adaby Darban Sejarah Kauman (Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah). Dari BPS Kota Salatiga penulis mendapatkan sumber data BPS Kota Salatiga dalam Angka 2016.

b. Kritik sumber / Verifikasi

Penulisan sejarah dikenal dua macam sumber yaitu sumber primer dan sumber skunder.sumber primer adalah kesaksian dari seseorang dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indra yang lain atau dengan alat mekanisme. Sumber kedua adalah sumber skunder, sumber skunder adalah merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan saksi mata, yakni dari orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Kritik sumber merupakan verifikasi sumber yaitu pengujian kebenaran atau ketetapan dari sumber sejarah. Kritik

29

sumber ada dua yaitu kritik eksteren dan kritik intern untuk menguji kredibilitas sumber.

- Kritik eksternal

Hal ini berguna untuk menetapkan keaslian atau auntentitas data, dilakukan kritik eksternal. Menurut Helius Sjamsuddin kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Apakah fakta peninggalan atau dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut, misalnya untuk menetapkan umum dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas, cat, bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain.19

- Kritik Internal

Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Kritik internal harua menguji motif, keberpihakan dan keterbatasan si penulis yang mungkin melebih-lebihkan sesuatu atau sebaliknya

Dokumen terkait