• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN DAN PERAN MUHAMMADIYAH DI SALATIGA TAHUN 2000-2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERKEMBANGAN DAN PERAN MUHAMMADIYAH DI SALATIGA TAHUN 2000-2015 - Test Repository"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

PERKEMBANGAN DAN PERAN MUHAMMADIYAH

DI SALATIGA TAHUN 2000-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora (S. Hum.)

Oleh:

INGKAN DHIKA PRATIWI

NIM. 216 13 004

PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

6 MOTTO

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu

kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.

(Winston Chuchill)

Sebelum menolong orang lain, saya harus dapat menolong diri sendiri.

Sebelum menguatkan orang lain, saya harus bisa menguatkan kehidupan diri

sendiri dahulu.

(7)

7

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya yang

tercinta Bapak Prasetyo dan Ibu Siti Haniah yang tidak pernah lelah

dalam menasehati, mendidik, dan memotivasi setiap perjuangan saya.

Tanpa dorongan mereka saya bukan apa-apa.

Teruntuk Bapak Sutrisna dan Bapak Haryo aji yang telah membantu

di setiap kesulitan dan memberi pengetahuan baru dalam

menyelesaikan tugas akhir saya.

Teruntuk saudari kandung saya Nabila Min Fadhila yang selalu

mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas akhir saya.

Teruntuk sepupu saya Lutfia ulfa Dwi Yanti dan Miftakul Nur Alifah

yang selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas akhir saya

Teruntuk teman spesial saya Muhammad Ichlas W.P.U yang selalu

memotivasi dan mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas akhir

saya.

Teruntuk sahabat-sahabat Sejarah Peradaban Islam Angkatan pertama

(8)

8 ABSTRAK

Ingkan, Dhika Pratiwi. 2017. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga Tahun 2000-1015.

Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing : Sutrisna, S.Ag., M.Pd. Kata Kunci: Perkembangan, Peran, Muhammadiyah, Salatiga.

Penelitian ini merupakan analisis mengenai Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga. Adapun permasalahan yang ada yaitu (1) Bagaimana sejarah Muhammadiyah di Indonesia? (2) Bagaimana perkembangan Muhammadiyah di salatiga Tahun 2000-2015? (3) Bagaimana peran Muhammadiyah bagi masyarakat di salatiga?

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif naratif sejarah. Sumber data diperoleh langsung dari sumbernya melalui wawancara. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan skripsi ini lebih mengarah pada perkembangannya, dalam mengembangkan sebuah organisasi Islam di Salatiga tidak terlepas dari para pemimpinnya yang ada di Pimpinan Daerah Muhammadiyah di Salatiga pada periode 2000-2015. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga yang diteliti oleh peneliti ialah dari tahun 2000. Pembatasan ini dikarenakan pada tahun 2000 merupakan perkembangan Muhammadiyah Pasca Reformasi Muhammadiyah mengalami pasang surut kejayaannya di Salatiga dalam bidang pendidikan yang hampir jatuh (kolap). Pembatasan selanjutnya yaitu tahun 2015 dikarenakan pada tahun tersebut Muhammadiyah memiliki banyak peranan yang menojol di bidang pendidikan, ekonomi, dan tabligh (dakwah).

(9)

9

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyan hingga zaman terang benderang. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuludin, Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora.

3. Bapak Haryo Aji selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam. Serta yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

(10)
(11)

11 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...13

B. Batasan dan Rumusan Masalah ...17

C. Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian ...18

D. Tinjauan Pustaka ...19

E. Kerangka Konseptual Dan Pendekatan ...23

F. Metode Penelitian ...24

G. Sistematika Penulisan ...31

(12)

12

B. Periodesasi Muhammadiyah ...40

BAB III MUHAMMADIYAH DI SALATIGA DARI TAHUN 2000-2015

A. Profil Salatiga ...53 B. Lahirnya Muhammadiyah di Salatiga ...61 C. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga

2000 Sampai Tahun 2005 ...63 D. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga

2005 Sampai Tahun 2010 ...65

E. Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga

2010 Sampai Tahun 2015 ...73

BAB IV PERAN MUHAMMADIYAH DI SALATIGA

A. Peran Muhammadiyah di Bidang Pendidikan ...82 B. Peran Muhammadiyah di Bidang Sosial-Ekonomi ...84 C. Peran Muhammadiyah di Bidang Tabligh ...87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...88 B. Saran ...89

DAFTAR PUSTAKA ...91

(13)

13 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelahiran Muhammadiyah dapat dilacak dari konteks sosial, politik, dan keagamaan umat Islam pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Aktivitas pribadi K.H. Ahmad Dahlan dapat menjadi sumber untuk memahami kelahirannya, demikian pula dengan kebijakan politik pemerintah Hindia Belanda yang diskriminatif terhadap umat Islam. Secara umum, Muhammadiyah lahir dalam rangka merespon kondisi sosio-politik umat Islam akibat kebijakan pemerintah Hindia Belanda.1 Hindia Belanda menciptakan kelas sosial di dalam masyarakat Jawa, orang-orang Belanda memiliki kasta paling tinggi yang kedua ialah orang Cina sedangkan masyarakat pribumi terdapat pada kasta terendah. Pada masyarakat Jawa sendiri juga tercipta kasta-kasta yang berlaku seperti priayi, Santri dan abangan. Strata sosial tersebut mengakibatkan praktek keagamaan masyarakat Jawa di Kauman masih bercampur pada tradisi-tradisi Jawa yang tidak sesuai dengan nilai ajaran agama Islam. Dengan tradisi Jawa yang mengarah pada batu besar sehingga mengusik K.H. Ahmad Dahlan untuk mengubah pandangan masyarakat mengenai beribadah pada Allah.

Pada masa itu umat Islam tidak mempraktikkan agama secara murni, bertaburnya mistisme dalam ritual keagamaan, akal tidak berdaya menghadapi tradisi yang penuh dengan kestatisan dan kepasifan. Sementara faktor di luar umat

1 Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,

(14)

14

Islam juga memberi tekanan khususnya kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang membuka luas bagi tumbuh dan berkembangnya agama resmi Negara Kolonial, mendorong K.H. Ahmad Dahlan untuk menemukan metode yang tepat bagi pemebebasan umat Islam dari kestatisannya dan membentengi umat dari masyarakat untuk pengaruh luar dengan cara-cara rasional.2 Gerakan utama K.H. Ahmad Dahlan ialah mengikis kepercayaan-keperyaan mistisme yang mengarah pada kemusyrikan, metode yang digunakan ialah dengan memberi ilmu pengetahuan dan membuka wawasan umat muslim dan mencoba memberi pengajaran dengan cara-cara rasional. K.H. Ahmad Dahlan membuka jalan bagi umat muslim dengan mendidik para muslim untuk berpikir maju dan terbuka serta membentengi diri dari tradisi-tradisi yang mengarah pada kemusyrikan. Pendidikan merupakan jalan bagi masyarakat untuk bebas dari belenggu penjajahan.

Kelahiran Muhammadiyah merupakan titik balik bagi umat Islam sebagai refleksi terhadap kesadaran beragama, K.H. Ahmad Dahlan berperan memberi pemahaman pada umat Islam di Yogyakarta khususnya Desa Kauman bahwa perlu adanya gerakan pemurnian terhadap ajaran agama Islam. K.H. Ahmad Dahlan berupaya untuk mengikis praktek-praktek mistisme dalam tata melaksanakan tata cara beribadah. Dalam masyarakat Jawa agama Islam telah mengalami akulturasi dengan Budaya Jawa sehingga kemurnian agama Islam terkontaminasi dengan kepercayaan-kepercayaan mistisme. Pemurnian ajaran agama Islam menjadi motto gerakan organisasi Muhammadiyah.Cara-cara

2 Prof. Dr. Abdul munir Mulkhan, 1 Abad Muhammadiyah, (Jakarta : Kompas, 2010),

(15)

15

rasional yang digunakan Muhammadiyah untuk mengikis praktek-praktek mistisme. K.H. Ahmad Dahlan tetap tegak dalam pendiriannya dalam melakukan gerakan pemurnian ajaran agama Islam walaupun banyak tentangan dari masyarakat serta ulama-ulama dengan pemikiran dan gerakan yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan.

Muhammadiyah memang behasil meningkatkan partisipasi umat Islam Indonesia terhadap pendidikan modern dan menyadarkan fungsi dan hak sosialnya. Namun gerakan ini kemudian terperangkap pada tradisonalisasi birokrasi dan perutinan amal-usaha. Akibatnya, pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan tidak berlanjut dan generasi sesudahnya menjadi cukup puas dan bangga terhadap apa yang sudah dicapai pendirinya. Ketika masyarakat telah sampai pada suatu tahap perubahan yang nampak paralel dengan tradisi keagamaan yang ditumbuhkan Muhammadiyah, menyebabkan gerakan ini kehilangan daya tarik publik dan ruh pembaharuan pun melemah kalau bukan telah hilang.3

Kurang lebih pada tahun 1930-an sederet tokoh Muhammadiyah berkumpul dan bekerjasma untuk membentuk sebuah organisasi yakni Muhammadiyah untuk wilayah Kab. Semarang dan Kodia Salatiga. Muhammadiyah sudah ada di Salatiga sebelum kemerdekaan RI, yang ditandai dengan adanya sekolah HIS (Holland Inlandsche school) Muhammadiyah, kini

berubah menjadi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Para tokoh pendiri Muhammadiyah Salatiga kala itu tidak hanya sebatas berkumpul dan bersepakat mendirikan Muhammadiyah, sebagai bentuk kongretnya mereka bersegera

(16)

16

melakukan gerakan dakwah amar makruf nahi munkar dengan mendirikan amal usaha sebagai bukti aktivitasnya. Amal usaha pertama yang didirikan adalah mendirikan dan mengelola Pendidikan formal yakni HIS (Hollands Inlandsche School) Muhammadiyah pada tahun 1932 yang merupakan cikal bakal

perkembangan lembaga pendidikan bahkan kiprah Muhammadiyah di Salatiga sampai saat ini.4 Muhammadiyah memberi pengaruh cukup besar di kawasan Salatiga, berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dalam yayasan Muhammadiyah menjadi bukti bahwa keberadaan Muhammadiyah memberi pengaruh dalam dunia pendidikan serta pembentukan moral generasi muda yang sesuai dengan ajaran Islam yang benar.

Pada periode pra dan awal berdirinya hingga 1945, Muhammadiyah mengusung ide dan gagasan transformasi sosial keagamaan bagi umat Islam. Gagasan transformasi iu muncul dari kesadaran K.H. Ahmad Dahlan bahwa umat Islam hampir berada dalam keterpurukan yang sempurna, pengalaman ajaran Islam tidak lagi didasarkan pada nilai-nilai otentik dan banyaknya praktek peribadatan yang tidak berdasarkan pada Al-Qur‟an dan As-sunnah.5

Dengan gagasan transformatif yang mengubah paradigma umat muslim mengenai kemurnian ajaran agama Islam mengubah pemikiran yang sempit pada umat Islam. Dengan konsep pemikiran keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan dan sikap kritis terhadap ilmu pengetahuan mendorong Muhammadiyah mengalami perkembangan. Dalam aspek pemahaman keagamaan dapat

4Buhtari, S.Si,

Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga :

Perda Muhammadiyah Salatiga, 2010), hal. 2.

5 Dr. Abdul Munir Mulkhan SU, Menggugat Muhammadiyah, (Yogyakarta : Fajar

(17)

17

mendorong sikap kritis umat Islam yang dapat memicu kemajuan dalam hal pemikiran. Peran Muhammadiyah terhadap mengembangkan pemikiran umat muslim mendorong penulis untuk mengangkat tema “Perkembangan Dan Peran Muhammadiyah Di Salatiga Tahun 2000-2015”.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

Peneliti ini bermaksud untuk menguraikan dan mendeskripsikan mengenai Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga Tahun 2000-2015. Agar proses pendeskripsian ini terarah maka peneliti ini harus dibatasi dan dirumuskan. Pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini menitik beratkan pada Seajarah Muhammadiyah di Salatiga.

Perkembangan dan Peran Muhammadiyah di Salatiga yang diteliti oleh peneliti ialah dari tahun 2000. Pembatasan ini dikarenakan pada tahun 2000 merupakan perkembangan Muhammadiyah Pasca Reformasi Muhammadiyah mengalami pasang surut kejayaannya di Salatiga dalam bidang pendidikan yang hampir jatuh (kolap). Pembatasan selanjutnya yaitu tahun 2015 dikarenakan pada tahun tersebut Muhammadiyah memiliki banyak peranan yang menojol di bidang pendidikan, ekonomi, dan tabligh (dakwah).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dikemukakan inti permasalahan dari penelitian ini, yaitu mengenai Sejarah Muhammadiyah di Salatiga. Permasalahan tersebut dapat dikemukakan dalam beberapa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

(18)

18

2. Bagaimana Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari tahun 2000 Sampai 2015?

3. Bagaimana Peran Muhammadiyah bagi Masyarakat Salatiga?

C. Tujuan Dan Ruang Lingkup Penelitian

Pada proses pembahasannya peneliti berusaha untuk menyusunnya secara sistematis, yang didasari dengan tujuan dan kegunaan penelitian ini sendiri. Tujuan dan kegunaan penelitian, berguna sebagai patokan untuk menentukan kearah mana penelitian ini dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Arti penting penelitian ini adalah tema penelitian ini belum pernah ada yang meneliti.Hal ini menjadi celah kajian penting bagi peneliti.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Menguraikan Gambaran Sejarah Lahirnya Muhammadiyah.

2. Menjelaskan Proses Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari tahun 2000 Sampai 2015.

3. Menguraikan Pengaruh Muhammadiyah bagi Masyarakat Salatiga.

Dengan adanya penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Secara praktis akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

mengenai Sejarah Perkembangan Muhammadiyah Di Salatiga.

(19)

19 D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini menggunakan sumber berupa pustaka-pustaka, sumber-sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : yang pertama buku dari Syarifuddin Jurdi 6 dalam bukunya yang berjudul Muhammadiyah Dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006 yang menjelaskan tentang keterlibatan Muhammadiyah dalam proses politik Indonesi dari periode ootoroter (1966-1998) dan periode transisi demokrasi pasca Orde Baru (1998-2006). Sebagian dari keluhan memperoleh ruang penjelasan dalam buku ini, khususnya bagaimana menata ulang peran politik Muhammadiyah dalam kehidupan politik Indonesia di masa depan.

Yang kedua, buku dari Abdul Munir Mulkhan7 dalam bukunya yang berjudul 1 Abad Muhaamadiyah tentang Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan yang memaparkan tentang eksistensi Muhammadiyah secara utuh, sejak gerakan ini berdiri pada 1912 hingga saat ini, ketika usianya telah mencapai satu abad. Hampir semua bidang yang menjadi perhatian Muhammadiyah sepanjang sejarahnya, sejak bidang pendidikan, kesehatan, sosial kemanusiaan, hingga politik, memperoleh ruang penjelasan yang memadai. Melalui bidang-bidang amal, Muhammadiyah terbukti telah secara aktif dan proaktif ikut menyelesaikan persoalan-persoalan sosial kemanusiaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan Negara. Keistimewaan buku ini terletak pada periodesasi dan urutan

6 Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Februari 2010).

(20)

20

eksistensinya, sehingga dengan mudah akan memeperoleh gambaran mengenai gagasan-gagasan besar dan aktivitas Muhammadiyah.

Yang ketiga, buku dari Abdul Munir Mulkhan8 dalam bukunya yang berjudul Marhaenis Muhammadiyah yang menjelakan tentang fakta yang menunjukkan bahwa Muhammadiyah bukanlah kesatuan entitas yang seragam atau homogeny. Keberagaman model kepengikutan itu muncul karena adanya gesekan manakala doktrin tarjih Muhammadiyah pasca kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan diberlkukan secara kaku. Konsep Islam murni syariahistis itu akibat dari mendominasinya elite ahli syariah yang ingin memusnahkan tradisi TBC (Takhayul, Bid‟ah, dan c(k)hurafat), bahkan jarang cara-cara kekerasan ditempuh demi menegakkan syariah. Gerakan pemurnian Islam seperti itu jelas bersebrangan dengan latar belakang kultural masyarakat desa yang mayoritas bermata pencaharian petani. Mereka tertarik bergabung dengan Muhammadiyah manakala gerakan yang menawarkan pembaruan ini meluas pedesaan. Mereka justru merasa nyaman dengan pola pemurnian Islam yang dibawa oleh K.H. Ahmad Dahlan yang mengedepankan kesalehan spiritual. Marhaenis Muhammadiyah ibarat “teologi petani” atau “jalan baru” Islam yang bisa mendorong etos kerja produktif serta mengembangkan pemikiran Islam yang inklusif. Dari sinilah, kehidupan masyarakat pluralis demokrasi tumbuh dengan subur.

8 Munir Mulkhan, Abdul, Marhaenisme Muhammadiyah, (Yogyakarta : Galang Press,

(21)

21

Yang keempat, buku dari H. Harmoko9 dalam bukunya yang berjudul Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah memuat tentang amanat lengkap Bapak Presiden Soeharto pada waktu pembukaan Muktamar, dan pengarahan Menko Polkam Bapak Surono, Menko Kesra Bapak H. Alamsyah Ratu Perwiranegara, Menteri Dalam Negeri Bapak Soepardjo Rustam, Menteri Agama Bapak Munair Syadzali dan Menteri Penerangan Bapak H. Harmoko dihadapan Muktamar pemuda Muhammadiyah bertempat di Universitas Muhammadiyah Surakarta serta pidato pembukaan Ketua Umum K.A.R. Fakhruddin di Stadion Sriwedari. Disamping sambutan dan ulasan dari para Duta Besar Negara sahabat dan tamu-tamu luar negeri yang menyatakan kekagumannya pada kebesaran Muhammadiyah, dihalaman lain mengetengahkan beberapa keputusan penting muktamar. Buku ini sangat besar artinya bukan saja bagi warga Muhammadiyah dalam menggerakkan roda organisasinya dan tugas mulia pembangunan mental dan spiritual bangsa, juga bagi segenap lapisan masyarakat untuk lebih mengenal Muhammadiyah.

Yang kelima, skripsi Fitri Apriliyanti10 dari Universitas Pendidikan Indonesia dalam skripsinya yang berjudul Peranan K.H. Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942) memuat tentang gambaran mengenai K.H. Mansur yang merupakan salah seorang pemimpin Islam yang mempunyai latar belakang pendidikan agama yang bagus. Dalam perjuangan kemerdekaan, kehadiran K.H. Mansur telah memberikan sumbangan yang tidak sedikit untuk

9 A.Harmoko,

Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen

Penerangan RI, 1986).

10

Skripsi Fitri Apriliyanti, Peranan K.H. Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah

(22)

22

bangsa Indonesia khususnya dalam gerakan Muhammadiyah bahkan beliau memberikan kontribusinya dengan membangun kemajuan Islam. Yang membedakan dengan penelitian penulis adalah perbedaan mengenai salah satu tokoh besar di Muhammadiyah, dan penulis meneliti tentang perkembangan Muhammadiyah di Salatiga tahun 2000-2015. Penulis menitik beratkan pada perkembangan yang ada di Kota Salatiga periode 2000-2015.

Yang keenam, skripsi Ninin Karlina11 dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam skripsinya yang berjudul Sejarah Perkembangan Muhammadiyah cabang Blimbing Daerah Sukoharjo yang memmuat tentang sejarah dan peranan Muhammadiyah cabang Blimbing Sukoharjo terhadap masyarakat Islam. Perkembangan Muhammadiyah cabang Blimbing Sukoharjo terdapat berbagai kegiatan dakwah dan amal usahanya dan Muhammadiyah cabang Blimbing Sukoharjo merupakan fenomena ormas yang mampu membangun basis dari tingkat bawah sampai tingkat elit Pimpinan cabang. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah perbedaan pada tempat penelitian di cabang Kota Salatiga dan penelitian menitik beratkan pada perkembangan yang ada di Kota Salatiga.

Yang ketujuh, buku dari Buhtari12 dalam bukunya yang berjudul Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga yang berisi tentang sebuah kenang-kenangan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga periode muktamar 2005-2010 di akhir masa jabatannya. Dalam membuat buku tersebut dengan mencari referensi dari ringkasan para tokoh generasi pendatang di era

11 Skripsi Ninin Karlina, Sejarah Perkembangan Muhammadiyah cabang Blimbing

Daerah Sukoharjo, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.

12 Buhtari, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga : Perda

(23)

23

orde baru, terdapat juga ringkasan dan catatan pribadi Bapak Sutjipto mengenai perkembangan amal usaha di bidang pendidikan terutama sekolah dasar dan menengah serta informasi dari pimpinan AUM seperti sekolah, panti, Lazim dan Koperasi. Dalam buku ini juga memuat periode kepemimpinan Muhammadiyah Salatiga dari masa ke masa.

E. Kerangka Konseptual

Perkataan sejarah dalam bahasa Indonesia adalah sama dengan History

(Inggris), Geschichte (Jerman) atau geschiedenis (Belanda). Sama berarti kurang

lebih sama, sebab jumlah definisi yang memberikan arti kepada perkataan searah, history dan sebagian banyak itu banyak sekali. Menurut kamus umum bahasa Indonesia Sejarah diartikan Kesusastraan lama : silsilah; asal usul; kejadian dan peristiwa yang benar-benar telah terjadi pada masa yang lampau; ilmu pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar telah terjadi pada masa yang lampau.13

Dari sisi lain, kata sejarah berasal dari kata “Syajarah” yakni dari bahasa Arab yang berarti pohon. Kata ini masuk ke Indonesia sesudah terjadi akulturasi antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Dalam kaitan tersebut, ternyata bermacam-macam pengertian “sejarah” yaitu silsilah, riwayat, babad, tambo ataupun tarikh.14

13 R. Moh Ali, Pengantar Ilmu sejarah, (Yogyakarta : LKIS, Februari 2005), hal. 11-12. 14 Prof. Drs. H. Rustam E. Tamburaka, M.A, Pengantar Ilmu sejarah, Teori Filsafat

(24)

24

Muhammadiyah adalah sebuah perserikatan (organisasi) yang didirikan pada tanggal 08 Dzulhijjah 1338 H/18 November 1912 Masehi di Kauman Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan. Organisasi ini mengedepankan konsep perjuangan untuk menegakkan “amar ma‟ruf nahi munkar” dan sumber gerakannya adalah Al Qur‟an dan as-sunnah.15

Muhammadiyah merupakan gerakan sosial Islam, aktivitasnya hanya berkaitan dengan bidang agama, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, tetapi juga dengan wilayah politik kenegaraan.16

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian sejarah tidak bisa lepas dari definisi sejarah secara umum, yaitu bahwa sejarah merupakan gambaran pengalaman manusia pada masa lalu. Adapun tujuan seorang sejarawan adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang masa lampau kemudian menyajikannya. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yaitu penyelidikan yang mengklasifikasikan metode pemecahan masalah ilmiah dari perspektif historis suatu masalah. Proses awal yang dilalui oleh sejarawan untuk menulis sejarah dengan menentukan tema sesuai dengan minat dan keyakinan peneliti. Hal ini diharapkan dapat memacu semangat peneliti untuk meneliti secara sungguh-sungguh, jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh maka akan mendapatkan hasil yang lebih baik.

15

Syarifuddin Jurdi, Negara Muhammadiyah, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005), hal. 3.

16

(25)

25

Metode penelitian sejarah dalam penulisan proposal ini di bagi menjadi 4 langkah yaitu sebagai berikut:

a. Heuristik

Tahap pertama adalah heuristik atau pengumpulan sumber. Heuristik adalah sebuah kegiatan mencari sumber-sumber atau mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah.17 Sejarawan bekerja berdasarkan berbagai dokumen. Dokumen adalah jejak pikiran dan perbuatan yang telah ditinggalkan oleh orang-orang zaman dulu. Namun, pikiran dan perbuatan ini sangat sedikit meninggalkan jejak yang terlihat, dan jejak ini, kalaupun ada, jarang yang tahan lama, musibah dan bencana sering menghapus jejak tersebut. 18 Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang menunjukan segala aktifitasnya di masa lampau, baik berupa peninggalan-peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber ini dapat ditemukan di perpustakaan-perpustakaa, dari internet, dan untuk arsip dapat diperoleh di kantor-kantor atau instansi-instansi tertentu dalam penulisan ini peneliti menggunakan sumber yang berupa buku-buku dan internet.

Adapun proses heuristik dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini yakni :

1. Penelitian Lapangan

17 Philippe Carrard, Poetics The New History (Frenchhistorical Discourse From

BraudelTto Chartier, Baltimore And London: The Johns Hopkins University Press, 1992), hal. 2-4

18 Ch. V. Langlois & Ch. Seignobos, Instroduction To The Study Of History, New York :

(26)

26

Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan secara langsung ke lapangan untuk meneliti serta mencari data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, agar dapat dibahas berdasarkan informasi atau bukti data yang ditemukan. Ada 2 teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dan informasi penelitian lapangan, yaitu: - Pengamatan (observasi)

Adalah suatu teknik yang dilakukan peneliti untuk mengamati secara langsung objek yang berkaitan dengan penelitian dan bukti-bukti tentang Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga. Penulis mendapatkan sebuah buku tentang sejarah dan perkembangan Muhammadiyah di Salatiga tahun 2000-2010 sebagi penguat penelitian.

- Tradisi lisan / Wawancara

(27)

27

periode 2010-2015 karena beliau mempunyai peran penting dalam Muhammadiyah pada tahun 2000-2005 dan tahun 2005-2010 menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga, peneliti juga akan mengadakan wawancara kepada Bapak Amar Ma‟ruf selaku Sekretaris II dan

Bendahara Muhammadiyah di salatiga periode 2010-2015 dari beliau penulis mendapatkan berbagai rancangan kerja Muhammadiyah di Salatiga, selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara kepada Bapak Hamam selaku sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Salatiga tahun 2010-2012, alasan penulis mewawancari Bapak Hamam adalah karenan beliau termasuk pengurus dalam Pimpinan Daerah Muhammadiyah di Kota Salatiga.

2. Penelitian Kepustakaan

Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan. Dalam kajian kepustakaan ini peneliti akan mengadakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan informasi-informasi serta data-data yang berkaitan dengan peristiwa sejarah tersebut.

(28)

28

Salatiga dari situ penulis mendapat berbagai buku yaitu A.Harmoko

Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, Abdul Munir Mulkhan Marhaenisme Muhammadiyah, Dr. Abdul Munir Mulkhan SU Menggugat Muhammadiyah, Abdul munir Mulkhan 1 Abad Muhammadiyah, Syarifuddin Jurdi MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006, Teddy Sulistio Memory Masa Jabatan DPRD Kota Salatiga 2009-2014, perpustakaan

Percik Kampoeng Percik Salatiga, dari situ penulis mendapatkan sumber buku dari Syarifuddin Jurdi, Negara Muhammadiyah,

Ahmad Adaby Darban Sejarah Kauman (Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah). Dari BPS Kota Salatiga penulis

mendapatkan sumber data BPS Kota Salatiga dalam Angka 2016.

b. Kritik sumber / Verifikasi

(29)

29

sumber ada dua yaitu kritik eksteren dan kritik intern untuk menguji kredibilitas sumber.

- Kritik eksternal

Hal ini berguna untuk menetapkan keaslian atau auntentitas data, dilakukan kritik eksternal. Menurut Helius Sjamsuddin kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Apakah fakta peninggalan atau dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut, misalnya untuk menetapkan umum dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas, cat, bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain.19

- Kritik Internal

Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Kritik internal harua menguji motif, keberpihakan dan keterbatasan si penulis yang mungkin melebih-lebihkan sesuatu atau sebaliknya mengabaikan sesuatu. 20Walaupun dokumen itu asli, tetapi apakah mengukapkan gambaran yang benar, Bagaimana mengenai penulis dan penciptanya, Apakah ia jujur, adil dan

19 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hal.104. 20 Sumanto, Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, (Yogyakarta: Buku Seru, 2014), hal.

(30)

30

benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul seperti diatas. Sejarawan harus benar-benar yakin bahwa datanya antentik dan akurat. Hanya jika datanya autentik dan akuratlah sejarawan bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelaah secara serius.

c. Interpretasi

Tahap keempat adalah interpretasi atau penafsiran sejarah penulisan. Menurut Daliman, interpretasi adalah. Dalam tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data-data yang diperoleh yang akhirnya dihasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penulisan yang utuh disebut dengan historiografi. 21 Setelah penulis mengkomunikasikan hasil penelitiannya maka disebut tulisan atau karyai sejarah.Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunakan.

21Prof. A. Daliman, M.Pd. Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ombak,2012), hal.

(31)

31 d. Historiografi

Setelah melakukan proses analisis dan sintesis, proses kerja mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat disatukan sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk narasi kronologis.22

Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisannya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.

G. Sistematika Penelitian

Sistematika ini disusun sebagai penjabaran dari daftar isi atau outline.Bab Ipendahuluan yang memiliki tujuh sub bab antara lain : Latar Belakang, berisi tentang penjelasan penulis mengenai pemilihan pokok permasalahan, didalamnya terdapat penjelasan pemilihan tema Perkembangan dan Peran Muhammadiyah di Salatiga Tahun 2000-2015. Batasan dan Rumusan Masalah, didalamnya berisi tentang pembatasan penbahasan penelitian serta rumusan masalah. Tujuan dan

22Paul Veyne, Writing History, Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina

(32)

32

Ruang Lingkup Penelitian, berisi tentang uraian tentang tujuan secara akademis/keilmuan. Kegunaan penelitian berisi tentang sumbangan penelitian bagi perkembangan keilmuan. Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan kritis terhadap hasil penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji dalam penelitian. Hasil penelitian orang terdahulu antara lain buku dan skripsi, dan didalamnya terdapat penegasan bahwa tema penelitian yang diangkat belum pernah diteliti oleh orang lain. Kerangka Konseptual, bagian ini berisi kerangka berpikir yang dibuat oleh peneliti tentang permasalahan yang dikaji. Metode Penelitian, bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian sejarah. Sistematika Penulisan, bagian ini memuat alur penulisan skripsi yang dotuangkan dalam bab-bab yang saling berkaitan.

Bab II Sejarah Muhammadiyah di Indonesia, dengan sub bab diantaranya :Sejarah Lahirnya Muhammadiyah, Periodesasi Muhammadiyah.

Bab III Muhammadiyah di Salatiga Dari tahun 2000 Sampai 2015 dengan sub bab diantaranya : Profil Salatiga, Lahirnya Muhammadiyah di Salatiga, Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari Tahun 2000 Sampai 2005, Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari Tahun 2005 Sampai Tahun 2010, Perkembangan Muhammadiyah di Salatiga dari Tahun 2010 Sampai Tahun 2015.

(33)

33

(34)

34 BAB II

SEJARAH LAHIRNYA MUHAMMADIYAH

A. Lahirnya Muhammadiyah

Pendiri persyarikatan Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan.Kyai Dahlan, begitu ia biasa dipanggil, adalah salah seorang ketib di Masjid Agung Yogyakarta. Ia mendapat julukan sebagai Ketib Amin. K.H. Ahamad Dahlan berkesempatan menunaikan ibadah Haji dua kali, yang terakhir pada tahun 1902. Disamping beribadah haji ia juga bermukim di Makkah untuk mempelajari agama Islam. Di sana, K.H. Ahmad Dahlan mengkaji lebih dalam ajaran agama Islam dari berbaga sumber, diantaranya adalah karya para pembaharu Mesir, seperti Syaikh Muhammad „Abduh. 23 K.H. Ahmad Dahlan berangkat ke Makkah untuk melakukan ibadah haji pertama kali pada umur 15 tahun, beliau berangkat ke Mekkah pada tahun 1883, K.H. Ahmad Dahlan berguru di Mesir selama lima tahun hingga tahun 1888. Syaikh Muhammad „Abduh memberi peran penting dalam pemikiran dari K.H. Ahmad Dahlan yakni membentuk karakter untuk beribadah pada Allah sesuai dengan Alqur‟an dan Hadist serta Sunnah. Pemikiran

pembaharu yang dimiliki oleh K.H. Ahmad Dahlan tidak lepas dari gurunya yang tidak lain adalah Syekh Muhammad Abduh.

Syeikh Muhammad „Abduh wafat pada tahun 1905. Di Asia Timur terjadi peristiwa sejarah yang amat penting bagi kebangunan bangsa Asia. Peristiwa itu ialah kemenangan Jepang di Port Athur dalam peperangan melawan tentara Rusia untuk pertama kalinya membuktikan bahwa tidak selamanya bangsa berwarna

23 Ahmad Adaby Darban, Searah Kauman (Menguak Identitas Kampung

(35)

35

dapat dikalahkan oleh bangsa berkulit putih. Maka bangunlah bangsa Asia mengatur organisasi penggerak kemerdekaan di Negara masing-masing, dipelopori oleh bangsa Mesir di bawah pimpinan Sa‟ad Zaghlul Pasya, murid

Jamaluddin Al-Afghani dan teman Muhammad „Abduh.24 Kemenangan bangsa Asia itu menjadi cambuk penggugah semangat kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah agar dapat membuktikan bahwa kemenangan mereka bukan karena identitas warna kulit saja.

Bangsa Indonesia tidak ketinggalan. Pada tanggal 20 Mei 1908 Dokter Soetomo dan Dokter Wahidin Soedirosodo mendirikan perkumpulan dengan nama Boedi Oetomo yang bercita-cita mendidik mencerdaskan rakyat serta

menghidupkan semangat kemerdekaan. Oleh pemerintah Republik Indonesia kemudian hari tanggal tersebut dijadikan Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tahun. Lalu pada tahun 1911 Mas Haji Samanhoedi di Laweyan Surakarta mendirikan persyarikatan bernama Sarekat Dagang Islam, dengan

tujuan mula-mula untuk menghadapi tindakan orang Cina oleh pemerintah penjajahan setempat diberi hak monopoli atas penjualan bahan pebatikan, sehingga mereka dengan sewenang-wenang member harga yang amat mahal yang mengancam kehidupan pengusaha-pengusaha batik bangsa Indonesia. Kemudian pada hari Senin tanggal 8 Dzulhijjah 1330 bertepatan dnegan nama Muhammadiyah, yang maknanya ialah gerakan yang bermaksud mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW.

24Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen Penerangan

(36)

36

Apabila Boedi Oetomo kebanyakan anggotanya terdiri dari kaum priyayi, pegawai dan intelektual, dan jika Sarikat Dagang Islam kebanyakan pendukungnya terdiri dari pengusaha, buruh dan pedagang, maka Muhammadiyah pada umumnya beranggotakan rakyat awam, para santri dan kaum pengusaha. Dengan begitu jika kebangkitan nasional diumpamakan sebuah bulatan yang mencerminkan seluruh rakyat, maka Muhammadiyah telah menggenapi bulatan itu dengan sektor yang luas terdiri dari rakyat awam, pengusaha, dan santri.25 Dengan demikian sejarah mencacat bahwa kebangkitan nasional bangsa Indonesia itu ditandai dengan berdirinya tiga pergerakan yakni Boedi Oetomo, Sarikat Dagang islam dan Muhammadiyah.

Timbulnya gagasan K.H. Ahmad Dahlan untuk membentuk organisasi tersebut adalah karena memahami firman Allah Surah Ali „Imran ayat 104

sebagai perintah untuk melaksanakan dakwah dengan perorganisasian yang rapih. Ayat tersebut berbunyi :

“waltakun minkum ummatun yad‟uuna ilal khairi wa

yakmuruuna bil ma‟ruufi wa yanhauna „anil munkari wa

ulaaika humul muflihuun”.

“adakanlah dari antara kamu sekalian suatu umat yang mnyeru kepada keutamaan dan memerintahkan kepada kebaikan serta mencegah terjadinya emunkaran dan mereka itulaha orang-orang yang Berjaya”.

Pengertian kata “ummah” ialah beberapa atau segolongan orang yang mempunyai persamaan, maksud dan tujuan yang akan dicapai dengan kerja sama. Maka guna pemantapan maksud dan tujuan serta pengaturan kerjasama itulah diperlukan organisasi. Perintah Allah untuk menyeru manusia kepada keutamaan

(37)

37

yakni agama dan moral luhur, serta menggerakkan manusia dapat dilaksanakan dengan baik jika melalui organisasi yang rapih. Untuk itulah K.H. Ahmad Dahlan menegakkan persyarikatan Muhammadiyah.26

Berdasarkan itulah tujuan Muhammadiyah dirumuskan sebagai berikut : 1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada

penduduk Bumi Putera di dalam Resindensi Yogyakarta. 2. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.

Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit, menurut Alwi Shihab faktor penyebab terpenting dan tujuan dari lahirnya Muhammadiyah adalah upaya merspons dan membendung penetrasi misi Kristen di Indonesia.27

Kelahiran Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dengan pendirinya K.H. Ahmad Dahlan, sebab inilah yang menjadi faktor utama dari kelahirannya. Itulah sebabnya, dalam menjelaskan kelahiran Muhammadiyah, tentu yang perlu diperhatikan adalah kehidupan sang pendirinya. Segala aktivitas sosial keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan menjadi bagian dari analisis kelahiran Muhammadiyah. Gerakan ini telah berperan dalam memecahkan problem sosial, terutama dibidang pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.Bagian ini menjelaskan

26Harmoko,

Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen Penerangan

RI, 1986), hal 123-124.

27 Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen Dan Islam Di Indonesia,

(38)

38

latar belakang kelahiran Muhammadiyah dan upayanya untuk memperoleh legal formal dari pemerintah Hindia Belanda.28

Sejalan dengan perkembangan Muhammadiyah yang sangat pesat itu, peranannya juga sangat besar dalam perjuangan politik Islam, karena organisasi ini merupakan perintis pendidikan politik berlandaskan kepada cinta pada tanah air dan agamanya. Walaupun Muhammadiyah bukan organisasi politik, namun mereka juga menaruh perhatian besar pada perjuangan politik Islam untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.Bersama dengan Sarekat Islam (SI) dan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah berpartisipasi dalam membentuk MIAI tahun 1937.

Alfian mencatat peranan Muhammadiyah pada periode 1912-1942 dalam tiga hal yaitu :

1. Muhammadiyah merupakan gerakan pembaruan Islam dan karena itu menjadi satu dari unsur-unsur penting perpolitikan Indonesia.

2. Muhammadiyah telah tampil menghadapi berbagai ancaman ideologi politik modern seperti kolonialisme dan sekularisasi.

3. Muhammadiyah tetap bertahan dan memiliki akar kuat dalam masyarakat, walaupun sering timbul masalah-masalah internal.29

Wilayah yang diizinkan pemerintah kepada Muhammadiyah bersifat terbatas hanya mencakup Yogyakarta. Oleh pengurus wilayah tersebut dianggap terlalu terbatas. Maka pada tanggal 20 Desember 1912, pengurus mengirim surat

28 Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Februari 2010), hal.72.

29 Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen Dan Islam Di Indonesia,

(39)

39

kepada Gubernur Jendral yang berisi permohonan agar ruang aktivitas Muhammadiyah diperluas yang meliputi Hindia Belanda. Usaha ini tidak berjalan mulus dan harus melalui proses yang panjang karena pemerintah Hindia Belanda merespons dengan hati-hati surat permohonan Muhammadiyah agar wilayah aktivitasnya lebih luas dari izin awalnya.

Berdasarkan AD/ART yang diajukan kepada pemerintah ruang lingkup itu dianggap terlalu luas. Kendati tidak langsung menolak, Gubernur Jendral meminta masukan dari berbagai pihak, seperti Directeur van Justitie, Adviseur voor Indlandsche Zaken, Residen Yogayakarta, dan Sri Sultan

Hamengku Buwono. Semua pihak yang diminta pertimbangan menolak menyetujui perluasan wilayah kerja Muhammadiyah.Akan tetapi, penolakan ini hanya wilayah kerja semata. Residen Yogyakarta, Liefrink, melalui surat yang ditujukan kepada Gubernur Jendral 21 April 1913 menyetujui wilayah aktivitas Muhammadiyah hanya wilayah Yogyakarta dengan No.4073/21a tanggal 21 April 1913, Mailrapporten 1728/14. Saran serupa disampaikan oleh Rinkes, Adviseur voor Indlandsche Zaken, melalui suratnya kepada Gurbernur Jendral 26 Januari 1914. Rinkes juga menegaskan apabila diajukan permohonan lagi, demikian juga pendapat directeur van Justitie tanggal 19 Maret 1914.30

Setelah melalui proses panjang serta saran yang diberikan Residen Yogyakarta agar mengganti kata Hindia Nederland dengan Residen Yogyakarta yang terdapat dalam artikel 2,4 dan 7, AD Muhammadiyah dipenuhi setelah melakukan rapat 15 Juni 1914. Akhirnya, berdasarkan besluit pemerintah No. 81

30 Syarifuddin Jurdi, MUHAMMADIYAH dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,

(40)

40

tanggal 22 Agustus 1914, pemerintah Hindia Belanda mengakui Muhammadiyah sebagai sebuah badan hukum yang melaksanakan kegiatan dikalangan umat Islam di wilayah Residen Yogyakarta.31

B. Periodesasi Muhammadiyah

Muhammadiyah yang semula didirikan di tengah kampung Kauman itu, di samping mendapat tantangan dari para kyai dan orang yang belum mengerti, juga berangsur-angsur memperoleh perhatian dan dukungan dari para santri, baik dari Kauman maupun dari kampong lain. Ketekunan dan kegigihan K.H. Ahmad Dahlan dan kawan-kawannya telah berhasil, secara lambat namun pasti, membawa Muhammadiyah seluruh daerah karisidenan Yogyakarta. Mereka berhasil mendirikan ranting-ranting (pada waktu itu dinamakan grup atau gerombolan) Muhammadiyah di desa-desa. Pada waktu-waktu tertentu para pengurus ranting-ranting itu datang ke kota untuk menerima pengajian dari K.H. Ahmad Dahlan.32 Banyak masyarakat serta pemuka agama yakni Kyai di Kauman yang tidak sepaham dengan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan. Banyak terjadi kritik keras dari masyarakat serta para kiai di Kauman Yogyakarta. Berbagai upaya dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan demi mewujudkan umat Islam yang taat melaksanakan ibadah Islam tanpa terkontaminasi dengan kepercayaan mistisme. Gerakan pemurnian ajaran agama Islam difokuskan melalui dunia pendidikan. Upaya-upaya yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan salah satunya adalah

31Ibid, Syarifuddin Jurdi, hal. 83.

32Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen Penerangan

(41)

41

dimasukinya desa-desa itu untuk memberikan pengajian agama serta keterangan mengenai hal-hal yang erat hubungannya dengan organisasi Muhammadiyah.

Memasuki tahun 1914 Muhammadiyah mulai berkembang ke luar Yogyakarta. Pengajian agama yang didirikan oleh H.Misbah dengan nama Kursus Islam pada tahun 1914 berjalan dengan banyak mendapat perhatian dari kaum muslimin di Surakarta. Karena kemajuan kursus itu dan disebabkan kekurangan guru maka diundanglah K.H. Ahmad Dahlan untuk menjadi mubaligh tetap. Kemudian namanya diubah menjadi pengajian Shidiq Amanah Tabligh Vathanah

(SATV). Pengajian ini akhirnya menjelma menjadi Muhammadiyah Cabang Surakarta. Sewaktu K.H. Ahmad Dahlan sering ke Surakarta itu, dilihatnya anak-anak pandu berbaris dengan tegap dan rapih di halaman Istana Mangkunegaran. Maka terlintas dalam pikirannya untuk mendirikan kepanduan semacam itu dalam Muhammadiyah. Akhirnya sekitar tahun 1917 terbentuklah organisasi kepanduan dalam Muhammadiyah dengan nama Hizbul-Wathan atau “Pembela Tanah Air”. Dengan sangat cepat kepanduan itu berkembang.Dimana berdiri cabang Muhammadiyah disana dibentuk kepanduan Hizbul-Wathan.33 Perkembangan Muhammadiyah ke arah kemajuan menunjukkan bahwa pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dalam gerakan pemurnian ajaran agama Islam perlahan diterima oleh masyarakat. K.H. Ahmad Dahlan memilih organisasi sebagai alat untuk menyalurkan pemikiran-pemikiran beliau selain itu organisasi juga menjadi sarana K.H. Ahmad Dahlan untuk memperluas pengaruhnya.

(42)

42

Dengan pelan menyusullah cabang-cabang berdiri di luar Yogyakarta, seperti cabang Surakarta, Purwokerto, Pekalongan, Pekajangan, Purbolinggo, Klaten, balapulang, Blora, Klaten, Surabaya, Kepajen, Garut dan Betawi (Jakarta). Cabang-cabang itulah yang telah berdiri pada tahun 1923, tahun wafatnya K.H. Ahmad Dahlan. Bagian yang telah dibentuk baik di pusat (waktu itu disebut Pengurus Besar) maupun di cabang-cabang itu ialah : bagian Tabligh, BAgian Sekolahan, Bagian Taman Pustaka, Bagian Penolong sengsaraan Umum, dan Bagian Yayasan yakni bagian yang mengerjakan pembangunan pergedungan. Pada tahun itu di Yogyakarta berhasil didirikan Rumah Sakit P.K.U Muhammadiyah dan Rumah Yatim Putra yang keduanya lestari berdiri hingga sekarang.34 Dengan semakin luasnya cabang-cabang organisasi Muhammadiyah menunjukkan luasnya jaringan yang terbentuk. Jaringan tersebut akan memberi kekuatan pada organisasi Muhammadiyah untuk menggalang masa serta memperluas gerakan pemurnian ajaran agama Islam. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut membangun intelektual umat muslim dengan ilmu pengetahuan yang luas serta dilandasi oleh ilmu agama yang sesuai dengan Al-qur‟an, Hadist serta Sunnah Nabi.

Perhatian K.H. Ahmad Dahlan tidak hanya tertuju kepada pembinaan kaum pria.Kaum ibu dikampungnya dikumpulkan pada hari-hari tertentu dan diberinya pengajian agama. Lama-kelamaan anggota pengajian itu dibentuk menjadi semacam perkumpulan wanita dengan Sapa Tresna yang maknanya ialah

perkumpulan orang-orang yang menaruh kasih saying. Ini terjadi sejak tahun

(43)

43

1914 yang kemudian pada tahun 1917 diganti namanya menjadi „Aisyiyah yang

maksudnya ialah perkumpulan kaum wanita yang akan mencontoh akhlaq dan kecerdasan Siti Áisyiyah, istri Nabi Muhammad SAW. Ketua dipegang oleh Nyai H. Ahmad Dahlan sendiri. Kemudian Áisyiyah ini merupakan ahagian dalam Muhammadiyah yang mengurusi dan membina anggota Muhammadiyah wanita. K.H. Ahmad Dahlan mempunyai gagasan untuk membangun masjid khusus kaum putri. Gagasannya ini terlaksana dengan berdirinya Masjid Putri yang indah untuk ukuran pada masa itu.Saying Kyai tidak sempat melihatnya karena masjid itu selesai sesudah beliau wafat. 35 Dalam pandangan K.H. Mahfud Ridwan kedudukan wanita sama pentingnya seperti laki-laki. Kesadaran bahwa penting untuk kaum wanita memiliki pemikiran yang maju untuk mendidik anak-anaknya sehingga tercipta generasi yang dapat membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik serta lepas dari belenggu penjajahan.

Dari pembabagan sejarah Muhammadiyah di Indonesia dibagi menjadi tiga periode yaitu :

a. Periode Sebelum Kemerdekaan

Syeikh Muhammad „Abduh wafat pada tahun 1905. Di Asia Timur terjadi

peristiwa sejarah yang amat penting bagi kebangunan bangsa Asia. Peristiwa itu ialah kemenangan Jepang di Port Athur dalam peperangan melawan tentara Rusia yang untuk pertama kalinya membuktikan bahwa tidak selamanya bangsa berwarna dapat dikalahkan oleh bangsa berkulit putih. Kemenangan Jepang itu menjadi cambuk penggugah semangat kemerdekaan bangsa-bangsa

(44)

44

terjajah. Maka bangunlah bangsa Asia mengatur organisasi penggerak kemerdekaan di Negara masing-masing, dipelopori oleh bangsa Mesir di bahwa pemimpin Sa‟ad Zaghlul Pasya, murid Jamaluddin al-Afghani dan teman Muhammad „Abduh.36 Syekh Muhammad Abduh ialah guru dari K.H. Ahmad Dahlan yang berperan membentuk paradigma dari K.H. Ahmad Dahlan sehingga membentuk karakter beliau menjadi kukuh dan tetap memegang teguh pendirian beliau untuk menjalankan ibadah sesuai dengan Al-qur‟an, Hadist dan Sunnah serta mengikis kepercayaan tentang mistisme yang menjerumus pada kemusyrikan. Lahirnya gerakan pemurnian ajaran agama Islam serta upaya mengikis kepercayaan mistisme oleh K.H. Ahmad Dahlan tidak lepas dari peran Syekh Muhammad Abduh sebagai guru beliau.

Bangsa Indonesia tidak ketinggalan. Pada tanggal 20 Mei 1908 Dokter Soetomo dan Dokter Wahidin Soedirohoesodo mendirikan perkumpulan dengan nama Boedi Oetomo yang bercita-cita mendidik mencerdaskan rakyat serta menghidupkan semangat kemerdekaan. Oleh Pemerintah Republik Indonesia kemudian hari tanggal tersebut dijadikan Hari Kebangkitan Nasiona yang diperingati setiap tahun. Lalu pada tahun 1911 Mas Haji Samanhoedi di Laweyan Surakarta mendirikan persyarikatan bernama Sarekat Dagang Islam, dengan tujuan mula-mula untuk menghadapii tindakan orang Cina yang oleh pemerintah penjajahan setempat diberi hak monopoli atas penjualan bahan pembatikan, sehingga mereka dengan sewenang-wenang member harga yang amat mahal yang mengancam kehidupan pengusaha-pengusaha batik bangsa

(45)

45

Indonesia. Kemudian pada hari Senin tanggal 8 Dzulhijjah 1330 bertepatan dengan 18 November 1912 di Yogyakarta K.H.A. Dahlan mendirikan persyarikatan bernama Muhammadiyah, yang maknanya ialah gerakan yang bermaksud mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW. 37 Fokus dari organisasi Muhammadiyah terletak pada aspek pendidikan. Pandangan K.H. Ahmad Dahlan adalah pendidikan merupakan dasar bagi manusia untuk mengenal Tuhannya serta mengenal segala aspek di dunia. Melalui pendidikan seorang manusia dapat mengenal Tuhannya yakni Allah dengan mempelajari cara beribadah serta mempelajari ajaran agama Islam dari Al-qur‟an, Hadist serta Sunnah yang nantinya seorang manusia dalam melakukan ijtihad. Melalui pendidikan seseorang bisa mendapatkan ilmu yang berguna untuk menjalankan kehidupan di dunia.

Perkembangan Muhammadiyah selama kurun waktu 1924-1933 terjadi didalam maupun luar Pulau Jawa. Di Pulau Jawa, secara jelas hal tersebut diperhatikan oleh table berikut ini :

Tahun Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Madura Jumlah

1923 2 12 1 0 15

1926 4 24 18 5 51

1932 7 112 26 8 153

8 H. Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen

(46)

46

Dari table diatas tampak jelas bahwa Muhmmadiyah telah berkembang dari 15 cabang di Jawa pada tahun 1923 menjadi 51 cabang di tahun 1926, dan menjadi 153 di tahun 1932. Angka-angka untuk tahun 1932 itu dikutip dari sumber-sumber Muhammadiyah itu sendiri, yang melaporkan bahwa pada tahun yang sama sudah tercatat sejumlah 283 cabang untuk seluruh Indonesia, dengan anggota keseluruhan sebangyak 44.879, sebagian besar berasal dari Jawa.

Perbedaan-perbedaan angka dalam table diatas menunjukkan beberapa hal penting yang agaknya menggambarkan latar belakang perkembangan Muhammadiyah di Jawa.38

b. Pasca Kemerdekaan Sampai Era Orde lama

Dalam zaman Jepang ada beberapa pemimpin Muhammadiyah yang diangkat menjadi anggota Tyuo Sangi-in untuk mewakili golongan Islam, anatara lain Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Mas Mansur, Abdul Kahar Mudzakir dan Dokter Soekiman Wiryosandjojo bersama dengan H. Sanoesi, Abikoesno Cokrosoeyoso, H. Agus Salim dan Ahmad Soebardjo, K.H. Wahid Hasyim dan beberapa orang lagi dari golongan Islam.

Setelah Jepang merasa akan kalah perang, maka diundanglah Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta dan Ki Bagus Hadikusumo untuk menghadap kaisar di Tokyo guna menerima janji kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu terjadi bernama Badan penyelidik Usaha-Usaha Persiapan kemerdekaan atau Doku Ritsu

38 Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, 1 Abad Muhammadiyah, (Jakarta : Kompas, 2010),

(47)

47

Zyunbi Tyoosakai yang anggotanya terdiri dari para anggota Tyou Sangi-in

ditambah dengan anggota lainnya. Badan ini telah mengadakan rapat-rapat pleno, rapat komisi dan panitia-panitia mulai tanggal 29 Mei sampai pertengahan bulan Juli 1945 dan telah menghasilkan satu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia lengkap dengan pembukaan dan penjelasannya.39

Pada tanggal 16 Agustus 1945 di Jakarta dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang seluruhnya beranggotakan 27 orang, deengan ketua Ir. Soekarno dan wakil ketua Drs. Moh. Hatta. Esok harinya yakni tanggal 17 Agustus Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Maka esok harinya tanggal 18 diadakan rapat Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia untuk bermusyawarah menyelesaikan pendirian Negara Republik Indonesia dan harus selesai pada waktu itu juga, sebab tentara sekutu dapat mendarat setiap waktu untuk menerima penyerahan tanah Indonesia dari Jepang, dan sudah dapat diketahui bahwa Belanda pasti ikut datang bersama sekutu untuk menerima kembali tanah jajahannya. Maka jika itu terjadi sedang Negara republik Indonesia belum berdiri maka pasti akan dapat menelantarkan proklamasi yang baru kemarin dikumandangkan.

Tetapi untuk mengadakan rapat panitia itu agar sukses perlu diselesaikan hal-hal yang timbul yang sangat dikhawatirkan dapat mengganggu dan mengulur-ulur jalannya rapat. Hal itu ialah tuntutan sementara pihak dan terutama dari wilayah Indonesia timur agar “tujuh kata” dalam Sila pertama

39 H. Harmoko, Siapa Yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta : Departemen

(48)

48

Pancasila dihilangkan yaitu yang berbunyi “... dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”40

Maka sebelum rapat dimulai Ir. Soekarno menugaskan Drs. Moh. Hatta dan Mr. Teuku Moh. Hasan untuk bermusyawarah dengan Ki Bagus Hadikusumo agar tujuh kata itu dihapus atau dicoret saja. Hampir dua jam mereka bermusyawarah namun Ki Bagus Hadikusumo sangat tidak setuju. Akhirnya Ir. Soekarno memerintahkan Mr. Kasman untuk berunding Ki Bagus, yang ternyata berhasil meyakinkan dia untuk merelakan kalimat itu dihapus demi kesatuan bangsa dan demi segera berdirinya Negara Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Ki Bagus setuju tetapi menambahkan kata-kata “.... Yang Maha Esa” sesudah “Ketuhanan”, sehingga Sila pertama berbunyi : Ketuhanan Yang Maha Esa dan dijelaskan bahwa kalimat itu

berbunyi tauhid.41

Setelah berhasil dicapai kesepakatan itu maka lancarlah jalan rapat pleno Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang mengambil tempat di gedung Pejambon itu. Undang-undang dasar 1945 beserta Pembukaannya dapat disahkan dan Negara republik Indonesia dapat didirikan di bawah pimpinan Presiden Soekarno dan wakil Presiden Drs. Moh. Hatta dalam waktu satu hari itu juga. Hal itu hanya dapat dimungkinkan oleh adanya persetujuan dan usaha keras penuh kesadaran dari tokoh-tokoh pemimpin tersebut.42

40Ibid, hal 141.

(49)

49 c. Era Orde Baru sampai Reformasi

Pancasila sebagai dasar dan Falsafah Negara Republik Indonesia mampu berjalan dan bertahan sebagai Negara merdeka dan berdaulat, sampai akhirnya diancam oleh pemberontakan komunis yang diwujudkan dalam Gestapu/PKI tanggal 30 Sepetember 1965. Banyak rakyat menjadi korban keganasan PKI, termasuk para jenderal pimpinan ABRI yang gugur dan menjadi Pahlawan Revolusi. Negara berada dalam tebing jurang keruntuhan namun dapat diselamatkan oleh ABRI dan rakyat yang terbukti dengan kerjasama yang tegar dan mantap mampu menindas pemberontakan PKI itu. Dibawah pimpinan Mayjen Soeharto Panglima KOSTRAD, satuan-satuan ABRI antara lain dibawah komando Sarwo Edi Wibowo turun sampai ke desa-desa untuk menumpas sisa-sisa Gestapu/PKI.

Barisan-barisan pemuda Islam ikut giat membantu ABRI dalam gerakan itu. Antara lain Barisan KOKAM dari Muhammadiyah yang dibentuk di Jakarta oleh H. Prodjokusumo dan Lukman Harun tanggal 1 Oktober 1965 malam. Barisan KOKA ini dengan cepat meluas keseluruh tanah air. Dukungan terhadap gerakan ABRI telah disampaikan kepada Mayjen Soeharto di markas KOSTRAD pada tanggal 27 Oktober 1965 jam 2 tenggah malam oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang diwakili oleh ketuanya K.H.A. Badawi dan wakil ketua III H. Djarnawi Hadikusumo dengan diantar oleh Brigjen Rahardjodikromo. 43

(50)

50

Dalam pertemuan singkat itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengharap agar kepada pemuda-pemuda Muhammadiyah dapat diberi pinjam senjata untuk digunakan ikut menumpas sisa-sisa Gestapu/PKI. Oleh Pak Harto dijawab bahwa ABRI masih cukup kuat.Bila Muhammadiyah membantu, cukup bantuan dirupakan pelayanan yang baik terhadap satuan ABRI yang sedang bertugas.44

Pada tanggal 4 Oktober 1965 Muhammadiyah bersama-sama partai-partai dan ormas lainnya mendirikan Kesatuan Aksi Penggannyangan Gestapu/PKI (KAP Gestapu) yang kemudian menjadi Front Pancasila. Lukaman Harun mewakili Muhammadiyah duduk sebagai sekretaris merangkap Ketua Pengerahan Massa.

Pengurus besar Nahdlatul Ulama menyatakan bahwa pembubaran PKI hukumnya wajib.Muhammadiyah menetapkan bahwa pembubaran PKI adalah ibadah. Ketetapan itu berdasarkan keputusan Musyawarah Kerja Nasional Muhammadiyah pada bulan November 1965 yang berlangsung di asrama haji di Jalan Kemakmuran Jakarta yang merupakan musyawarah nasional yang pertama diadakan oleh organisasi setelah terjadi Gestapu/PKI. Keputusan itu oleh Ketua K.H.A. Badawi yang disertai H. Djarnawi Hadikusumo kepada Presiden Soekarno yang pada waktu itu masih berkuasa. Secara kebetulan bersamaan dengan delegasi Nahdlatul Ulama yang terdiri dari K.H. Abdul

(51)

51

Wahab Hasbullah dan K.H Maskur yang juga akan menyampaikan hukum wajibnya membubarkan PKI.45

Sementara itu pada tanggal 25 Oktober 1965 telah dibentuk kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMMI) yang kemudian diikuti dengan pembentukan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI). Kedua kesatuan aksi itu bersama dengan partai-partai serta organisasi massa membentuk Front Pancasila. Mereka mengadakan demonstrasi-demonstrasi serta pidato-pidato yang menyemangatkan rakyat untuk mengumandangkan tritura atau Tri

Tuntutan Rakyat, yakni Bubarkan PKI, Retool Kabinet Dwikora dan Turunkan harga/perbaikan ekonomi. Dari Muhammadiyah yang selalu tampil

dengan sangat giat antara lain Lukman Harun. Dalam gerakan demonstrasi yang berkali-kali itu di Jakarta telah gugur seorang Mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arief Rahman Hakim, yang kemudian ditetapkan menjadi Pahlawan Ampera. Di Yogyakarta telah pula gugur dua orang pelajar Muhammadiyah yaitu Aris Munandar dan Margono.46

Dengan dikeluarkannya surat perintah Sebelas Maret yang diusahakan oleh tiga orang Jenderal yaitu Mayor Jenderal Basuki Rachmat, Brigjen Jenderal M. Yusuf dan Brigadir Jendral Amirmachmud atas izin Jenderal Soeharto yang pada waktu itu menjabat Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, maka terbukalah pintu untuk secara bertahap dan pasti menegakkan Pemerintah Orde Baru yang antara lain bertugas meluruskan kembali penyelewengan dari Pancasila dan UUD 1945.

(52)

52

Demikianlah Pemerintah Orde Baru telah berhasil menertibkan dan membina stabilisas masyarakat seta membangun Negara, Pelita demi Pelita berturut-turut. Seluruh masyarakat telah menikmati hasilnya. Kebangkitan Orde Baru tidak mungkin dilepaskan dari perjuangan serta pengorbanan partai-partai, organisasi massa, gerakan muda serta rakyat pada umumnya yang telah ikut berjuang. Diantara organisasi itu terdapat persyarikatan Muhammadiyah serta diantara pelaku-pelaku itu terdapat orang-orang Muhammadiyah.Semoga Allah tetap melindungi bangsa Indonesia.47

(53)

53 BAB III

MUHAMMADIYAH DI SALATIGA DARI TAHUN 2000-2015

A. Profil Salatiga

Kota Salatiga merupakan salah satu daerah otonomi di Jawa Tengah yang memiliki 4 kecamatan dari 23 kelurahan. Kota Salatiga terletak di daerah pedalaman kaki Gunung Merbabu, Gunung Gajah Mungkur, Gunung Telomoyo dan Gunung Sumbing, Kota Salatiga beriklim tropis dengan udara yang sejuk, sebagai Kota Pendidikan. 48Penduduk Kota Salatiga belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Kota Salatiga. Mereka banyak menumpuk di daerah perkotaan dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Pada tahun 2006, jumlah penduduk Kota Salatiga sebesar 176.795 jiwa atau naik 0,40 persen. Dari jumlah tersebut prosentase jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini terlihat dari rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan sebesar 97,74.49 Kota Salatiga memiliki keberagaman agama dalam masyarakatnya. Kota Salatiga merupakan kota penting pada masa pendudukan Belanda di Jawa Tengah, Kota Salatiga menjadi persinggahan bagi pejabat-pejabat Belanda pada masa Pemerintahan Hindia-Belanda. Maka tidak heran bila ditemui berbagai arsitektur bangunan Belanda di sudut-sudut Kota Salatiga.

48M. Teddy Sulistio, SE.

Memory Masa Jabatan DPRD Kota Salatiga 2009-2014,

(Salatiga : DPRD Salatiga, 2014), hal. 2.

49https://mikolei.wordpress.com/profil-kota-salatiga/diakses pada tanggal 13 September

(54)

54

Kehidupan beragama yang harmonis sangat didambakan masyarakat, hal ini terlihat dari tempat-tempat peribadatan yang ada di sekitar warga, seperti masjid, gereja, dan pesantren-pesantren. Banyak tempat peribadatan di Kota Salatiga pada tahun 2015, mencapai 604 buah, yang terdiri dari 85, 60% Masjid dan Langgar, dan 13,25 persen Gereja Kristen dan Khatolik dan sisanya berupa Pura.50 Bangunan rumah ibadah dari berbagai agama mencerminkan kehidupan masyarakat Salatiga yang hidup dalam keberagaman serta hidup berdampingan di tengah perbedaan. Keberagaman agama tidak menjadi curang pemisah antar umat beragama karena terjadi jalinan sosial yang harmonis antar umat beragama.

B. Lahirnya Muhammadiyah di Salatiga

Kelahiran sebuah organisasi tidak bisa terlepas dari tiga pilar yakni adanya manusia (jumlah lebih dari satu), kerja sama, dan tujuan. Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan dilahirkan atas dasar tiga pilar tersebut, baik dari tingkat pusat maupun ranting. Dalam setiap tingkatan organisasi Muhammadiyah baik Ranting, Cabang, Daerah proses awal berdirinya selalu diikuti oleh tokoh-tokoh pendiri sebagai founding father-nya dari latar

belakang sosial ekonomi dan ppendidikan yang beragam dengan komitmen untuk bekerja sama dan mempunyai tujuan yang sama.

Tokoh-tokoh pendiri saat itu adalah Tirto Husodo (Pekalongan/ Kakak bapak H. Asrori/ Pengusaha), H. Asnawi, H. Abdul Mu‟in, Kyai Irsyam dan Kyai

hasyim, KH. Dachlan (Suruh), KH. Mansyur (Ambarawa), H. Qulyubi, H.

(55)

55

Syamsul Hadi (Suruh), H. Suwiryo dan Suryani. Para tokoh tersebut semuanya sudah almarhum.51 Proses kelahiran Muhammadiyah di Kota Salatiga juga tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berkiprah saat itu, dari merekalah sejarah Muhammadiyah Kota Salatiga terukir dan berkibar hingga saat ini.

Muhammadiyah sudah ada di Salatiga sebelum kemerdekaan RI, yang ditandai dengan adanya sekolah HIS (Hollands inlandsche school)

Muhammadiyah, kini berubah menjadi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Para tokoh pendiri Muhammadiyah Salatiga kala itu tidak hanya sebatas berkumpul dan bersepakat mendirikan Muhammadiyah, sebagai bentuk kongretnya mereka bersegera melakukan gerakan dakwah amar makruf nahi munkar dengan mendirikan amal usaha sebagai bukti aktivitasnya. Amal usaha pertama yang didirikan adalah mendirikan dan mengelola Pendidikan formal yakni HIS Muhammadiyah pada tahun 1932 yang merupakan cikal bakal perkembangan lembaga pendidikan bahkan kiprah Muhammadiyah di Salatiga sampai saat ini.

Keberadaan HIS (Hollands inlandsche school) Muhammadiyah yang

bangunannya didirikan di atas tanah wakaf almarhum Bapak Tirtohusodo (Sekarang di Jl. Adisucipto 13 Salatiga) saat itu sangat strategis dalam rangka kaderisasi dan dakwah Muhammadiyah karena ia berada di tengah-tengah masyarakat Salatiga yang kental dengan nuansa Kristen. Hal ini nampak jelas dari tata-kota dimana tidak ada masjid di sekitar alun-alun kota dan banyak lembaga-lembaga Kristen di tempat-tempat strategis. 52 Dilihat dari tata-kotanya Salatiga

51 Buhtari,S.Si, Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah Kota Salatiga, (Salatiga : PDM Kota Salatiga, 2010), hal. 1&2.

52

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian insentif yang belum sesuai dengan hasil kerja karyawan.

Tahu merupakan produk pangan sumber nabati yang relatif banyak dikonsumsi masyarakat, namun masa simpan tahu yang relatif pendek menjadi permasalahan tersendiri

Simpulan penelitian ini adalah: (1) JST recurrent yang teroptimasi secara heuristik gradient descent a daptive learning rate and momentum dapat diterapkan dalam pendugaan

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasir kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah dengan merancang suatu sistem kerja (job / task) (alat kerja, elemen kerja,

Tidak berselang dari beberapa bulan, bertepatan dengan Bom Bali pertama yang meledak di Kuta, menuntut Bali Tv untuk tampil yang pertama, menyiarkan berita sebagai

Waktu pengerjaan bentuk produk yang rumit lebih cepat. Proses produksi

• penyuluhan adalah komunikasi dalam arti kata ada dua komponen yaitu manusia, yang satu sebagai pemberi pesan atau komunikator dan satu lagi sebagai penerima pesan