• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pada hakikatnya merupakan sebuah konsep dinamis yang

merupakan aktifitas usaha tanpa akhir untuk mencapai masyarakat yang adil dan

makmur. Sebagai sebuah konsep yang dinamis, maka pembangunan nasional atau

daerah mengandung pengertian perubahan secara terus-menerus pada setiap aspek

kehidupan masyarakat. Tujuan pembangunan diharapkan dapat meningkatkan

taraf hidup manusia dan masyarakat suatu negara secara relatif, sehingga tercapai

suatu masyarakat yang adil dan makmur secara material maupun spiritual.

Tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu wilayah adalah tingkat

pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses

bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Proses perkembangan itu terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama dimana

dapat terjadi penurunan atau kenaikan, namun secara umum menunjukkan

kecenderungan untuk naik.

Untuk mengukur seberapa besar kinerja perekonomian suatu wilayah di

suatu negara maka dapat dilihat dari kontribusi Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) total nasional.

Untuk mengukur kinerja perekonomian Propinsi Jawa Barat terhadap

perekonomian Indonesia maka dapat dilihat dari berapa besar kontribusi

PDRBnya dibandingkan Propinsi lain di Indonesia. Selama kurun waktu

terbesar diantara propinsi lain di Pulau Jawa. Pertumbuhan kontribusi PDRB Jawa

Barat selama kurun waktu 1994-1997 sebesar Rp 12.721,10 milyar (Tabel 1.1).

Merupakan suatu prestasi tersendiri bagi Jawa Barat bila mengingat kontribusinya

lebih besar dari DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia.

Tabel 1.1. PDRB Propinsi di Pulau Jawa Tahun 1994-2003 Atas Dasar Harga Konstan 1993.

PDRB

(milyar rupiah) No Tahun

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah 1 1994 55.505,27 57.823,11 52.727,48 36.345,91 2 1995 60.648,69 62.491,17 57.040,50 38.969,65 3 1996 66.164,80 68.243,53 61.752,47 41.862,20 4 1997 69.543,45 71.568,94 64.346,96 43.129,84 5 1998 57.380,52 58.847,84 53976,38 37.852,30 6 1999 57.215,22 53.442,34 55058,97 39.394,51 7 2000 59.694,42 55.660,21 56856,82 40.941,67 8 2001 61.865,97 57.824,84 58750,18 42.305,18 9 2002 64.259,08 60.096,78 60754,06 43.759,54 10 2003 66.745,56 63.179,49 62.765,93 45.867,65

Sumber : BPS Propinsi Jawa Barat (1994-2004).

Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa kontribusi PDRB Jawa Barat mengalami

penurunan akibat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. Tahun 1998

merupakan puncak krisis moneter dan ekonomi yang menimpa bangsa Indonesia.

Krisis tersebut berdampak buruk bagi perekonomian di hampir seluruh wilayah di

Indonesia termasuk di Propinsi Jawa Barat. PDRB Propinsi Jawa Barat turun

(kontraksi) dengan sangat tinggi yaitu sebesar 17,71 persen. Kondisi ini tentu saja

berdampak buruk bagi roda perekonomian Jawa Barat, baik secara global maupun

3

Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1999-2003 pertumbuhan PDRB Jawa

Barat menurun. Puncaknya terjadi ketika lepasnya Banten menjadi Propinsi

Banten pada pemekaran wilayah tahun 2000. Lepasnya Banten menyebabkan

penurunan kinerja perekonomian Jawa Barat. Hal ini dikarenakan Propinsi Banten

merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memberikan kontribusi yang

besar terhadap pertumbuhan PDRB Jawa Barat khususnya dalam menunjang

sektor utilitas dan sektor jasa di Propinsi Jawa Barat (BPS, 1999). Setelah

mengalami penurunan kinerja perekonomian pada saat terjadinya pemekaran

wilayah, Propinsi Jawa Barat mampu memulihkan kembali keadaan

perekonomiannya. Pada kurun waktu setelah terjadinya pemekaran wilayah yaitu

tahun 2000-2003 PDRB Jawa Barat menunjukkan peningkatan sebesar Rp

7.519,28 milyar walaupun hanya menempatkan Propinsi Jawa Barat sebagai

Propinsi kedua dengan kontribusi terhadap PDB nasional terbesar (Tabel 1.1).

Indikator makro ekonomi yang sering dijadikan acuan untuk mengevaluasi

kinerja pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Melihat laju pertumbuhan

ekonomi Jawa Barat yang cukup signifikan, dari 4,50 persen pada tahun 2003

menjadi 5,08 persen pada 2004 (di atas target pemerintah Jawa Barat sebesar 4,62

persen), menjadi catatan tersendiri akan prestasi dan keberhasilan Pemerintah

Jawa Barat dalam mengemban dan melaksanakan visinya sebagai propinsi termaju

di Indonesia dan mitra terdepan ibu kota negara tahun 2010. Kalau rata-rata laju

pertumbuhan ekonomi dapat dicapai sebesar 1 persen saja dari tahun sebelumnya,

Jawa Barat akan mencapai pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan nasional.

Barat mencapai rata-rata 8,95 persen, yang berarti di atas pertumbuhan ekonomi

nasional. Tentu bukan sesuatu yang tidak mungkin kalau empat tahun yang akan

datang Jawa Barat merupakan propinsi termaju di Indonesia (Jawa Barat Dalam

Angka 2004/2005).

Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, laju

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2004 sebesar 5,08 persen dan laju

pertumbuhan tanpa migas sebesar 5,94 persen. Dari sembilan sektor yang ada

pada PDRB, delapan sektor menghasilkan pertumbuhan yang positif. Sektor yang

menghasilkan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor jasa,

bangunan/konstruksi dan pengangkutan dan komunikasi, yang besarnya di atas

dua digit. Kenaikan tersebut masing-masing 16,75 persen, 10,31 persen dan 10,20

persen. Dilanjutkan oleh kenaikan yang lebih kecil terletak pada sektor listrik, gas

dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran, pertanian, industri pengolahan,

keuangan, persewaan dan jasa. Kenaikan tersebut masing-masing 8,65 persen,

6,63 persen, 5,98 persen, dan 2,69 persen. Yang terakhir adalah sektor

pertambangan dan penggalian dengan angka kenaikan negatif 3,71 persen. (Jawa

Barat Dalam Angka 2004/2005)

Keberhasilan Propinsi Jawa Barat sebagai propinsi yang menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak lepas dari peranan kabupaten dan kota di

Propinsi Jawa Barat. Masing-masing kabupaten dan kota memberikan kontribusi

yang sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat.

Pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat yang meningkat dari tahun ke tahun

5

Propinsi Jawa Barat pada tahun 1995 memiliki 20 kabupaten dan 5 kota. Setelah

terjadinya Pemekaran Wilayah pada tahun 1999 maka Propinsi Jawa Barat terdiri

dari : 16 kabupaten dan 9 kota.

Kinerja perekonomian Jawa Barat sangat tergantung oleh kinerja

perekonomian kabupaten/kota di Jawa Barat. Masing-masing kabupaten/kota yang

terdapat di Jawa Barat tersebut memiliki karakteristik perekonomian yang

berbeda-beda. Terdapat beberapa kabupaten/kota yang memberikan kontribusi

yang besar terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat, dan ada juga yang

memberikan kontribusi sangat kecil. Kinerja perekonomian kabupaten/kota di

Jawa Barat sangat ditentukan oleh pertumbuhan sektor-sektor perekonomian

pendukungnya. Perbedaan karakteristik pertumbuhan sektor-sektor perekonomian

masing-masing kabupaten/kota disebabkan perbedaan Sumber Daya Alam (SDA)

dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat diolah oleh setiap kabupaten/kota

di Jawa Barat.

Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting untuk mengukur

keberhasilan pembangunan suatu daerah. Berdasarkan hal tersebut penulis akan

menganalisa pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota selama kurun sebelum

pemekaran wilayah dan sesudah pemekaran wilayah di Propinsi Jawa Barat.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap wilayah dalam pembangunan ekonomi nasional dilihat peranan dan

kepentingan untuk masing-masing wilayah serta dilihat juga peranan wilayah

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan. Propinsi

Jawa Barat sebagai suatu bagian dari Negara Indonesia dalam pembangunannya

juga tidak lepas dari pengaruh kabupaten dan kota yang ada di Propinsi Jawa

Barat.

Secara struktural peranan sektor ekonomi dilihat dari sumbangan

masing-masing sektor ekonomi dalam membentuk total PDRB setiap kabupaten/kota dan

dapat pula digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi dan potensi

masing-masing kabupaten/kota di Jawa Barat. Dengan mengetahui struktur dan

potensi ekonomi antar kabupaten/kota di Jawa Barat diharapkan kabupaten/kota

dapat mengevaluasi serta menggali potensi SDA dan SDM yang dimilikinya agar

dapat memacu pertumbuhan ekonomi sampai pada tingkat yang optimal. Dengan

terpacunya setiap kabupaten/kota untuk mengolah SDA dan SDM yang tersedia

diharapkan dapat terlihat potensi sektor-sektor ekonomi di masing-masing daerah

agar dapat dijadikan sektor unggulan dalam pembentukan PDRB total

kabupaten/kota yang pada akhirnya menunjang pembentukan PDRB total Jawa

Barat.

Pembentukan PDRB Propinsi Jawa Barat disumbang oleh 16 kabupaten

dan 9 kota yang ada saat ini. Pertumbuhan dan kontribusi masing-masing

kabupaten dan kota terhadap perekonomian Propinsi Jawa Barat berbeda satu

sama lain. Beberapa kabupaten/kota menjadi daerah yang memberikan kontribusi

yang dominan terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat dan kabupaten/kota

lainnya sebagai daerah dengan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Jawa

7

maupun non ekonomi yang menunjang pertumbuhan ekonomi masing-masing

kabupaten dan kota yang ada. Perbedaan karakteristik perekonomian setiap

kabupaten dan kota yang ada di Propinsi Jawa Barat menentukan kemempuan

pertumbuhan ekonominya yang berbeda satu sama lainnya.

Perubahan kontribusi terhadap pembentukan total PDRB Jawa Barat dari

setiap kabupaten/kota yang ada terjadi pada saat pemekaran wilayah di Propinsi

Jawa Barat. Lepasnya kabupaten/kota yang memisahkan diri dan membentuk

Propinsi Banten berpengaruh terhadap kinerja perekonomian Propinsi Jawa Barat.

Pemekaran wilayah bukan hanya berdampak terhadap kinerja perekonomian Jawa

Barat, tetapi secara langsung berdampak terhadap beberapa kabupaten/kota yang

mengalami pemekaran. Lepasnya beberapa daerah dari pemerintahan induknya

yang membentuk pemerintahan sendiri mengakibatkan terjadinya perubahan

dalam kontribusi terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat dari setiap

kabupaten/kota yang ada di Propinsi Jawa Barat dari sebelum terjadinya

pemekaran wilayah dan setelah terjadinya pemekaran wilayah.

Berdasarkan keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan yang dirumuskan

dalam permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Barat

sebelum pemekaran wilayah (tahun 1995-1997) ?

2. Bagaimana pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Barat

setelah pemekaran wilayah (tahun 2000-2004) ?

3. Bagaimana perbandingan pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai

berikut:

1. Menganalisis pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Propinsi Jawa

Barat sebelum terjadinya pemekaran wilayah tahun 1995-1997.

2. Menganalisis pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Propinsi Jawa

Barat setelah terjadinya pemekaran wilayah tahun 2000-2004.

3. Membandingkan pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Propinsi Jawa

Barat sebelum dan sesudah pemekaran wilayah.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :

1. Bagi penulis, penelitian ini digunakan sebagai penerapan terhadap pemahaman

teoritis yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka,

informasi dan referensi bagi yang memerlukan serta sebagai bahan rujukan

untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan membahas pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat

dan kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat. Periode penelitian terbagi dua yaitu

tahun 1995-1997 yaitu sebelum pemekaran wilayah di Jawa Barat dan tahun

Dokumen terkait