• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia

Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia diketahui bahwa serbuk simplisia daun sijukkot mengandung golongan senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia

No. Pemeriksaan Hasil

1. Alkaloid - 2. Flavonoida + 3. Tanin + 4. Saponin + 5. Glikosida + 6. Antrakinon - 7. Steroid/ Triterpenoida +

Keterangan: (+) : mengandung golongan senyawa (-) : tidak mengandung golongan senyawa

Menurut Robinson (1995), senyawa metabolit sekunder seperti senyawa flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid/steroida merupakan senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus.

4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi Etilasetat, Fraksi n-Heksana dan Fraksi AirDaun Sijukkot

karena metode ini lebih praktis namun tetap dapat memberikan hasil yang diharapkan.

Hasil uji aktivitas antibakteri EEDS, FHDS, FEDS dan FADS dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri uji yang digunakan. Aktivitas suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme tergantung pada konsentrasi dan jenis bahan antimikroba tersebut (Tim Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003).

Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri rata-rata dapat dilihat pada Lampiran 8-11 halaman 50-70 dan hasil rata-ratanya dapat dilihat pada Tabel 4.3 sampai 4.8.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri uji pada ekstrak etanol

Keterangan:

E.c = Escherichia coli S.a =Staphylococcus aureus

L.a = Lactobacillus acidophilus S.m =Streptococcus mutans P.a = Pseudomonas aeruginosa V.c =Vibrio cholerae - = Tidak terdapatdaerah hambatan pertumbuhan bakteri DMSO = dimetilsulfoksida

No. Konsentrasi (mg/mL)

Diameter Rata-rata Daerah Hambatan (mm)

E. c L. a P. a S. a S. m V.c 1. 500 11,73 12,96 14,30 10,9 12,50 14,06 2. 400 11,33 11,76 13,33 10,8 10,50 13,76 3. 300 10,60 11,30 11,93 10,5 10,00 12,60 4. 200 9,60 11,13 11,46 9,1 8,30 11,50 5. 100 8,33 9,10 6,8 8,6 - 9,90 6. 75 8,06 8,83 - 7,9 - 9,80 7. 25 7,66 7,80 - 6,7 - - 8. 20 7,23 6,80 - - - - 9. 15 - - - - 10. 10 - - - - 11. Blanko (DMSO) - - - -

Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri uji pada fraksi n-heksana

Keterangan:

E.c = Escherichia coli S.a =Staphylococcus aureus L.a = Lactobacillus acidophilus S.m =Streptococcus mutans P.a = Pseudomonas aeruginosa V.c =Vibrio cholerae - = Tidak terdapatdaerah hambatan pertumbuhan bakteri DMSO = dimetilsulfoksida

Tabel 4.5 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri uji pada fraksi etilasetat

No. Konsentrasi (mg/mL)

Diameter Rata-rata Daerah Hambatan (mm)

E. c L. a P. a S. a S. m V.c 1. 500 11,46 10,90 12,06 13,10 10,86 11,60 2. 400 10,93 10,50 11,00 10,30 10,30 11,50 3. 300 10,86 10,40 10,40 10,00 9,96 11,20 4. 200 10,60 10,23 10,33 9,20 9,83 11,10 5. 100 9,96 10,10 9,80 - 9,73 8,10 6. 75 9,53 9,73 8,50 - 9,66 - 7. 25 8,83 9,60 8,10 - 9,60 - 8. 20 7,43 8,30 - - 8,10 - 9. 15 - 7,20 - - - - 10. 10 - - - - 11. Blanko (DMSO) - - - - No. Konsentrasi (mg/mL)

Diameter Rata-rata Daerah Hambatan (mm) E. c L. a P. a S. a S. m V.c 1. 500 24,40 26,10 21,30 20,10 20,30 22,50 2. 400 23,50 21,20 19,33 19,10 19,10 21,30 3. 300 22,40 21,10 19,10 18,50 17,30 21,10 4. 200 18,20 19,40 18,40 17,50 16,13 20,10 5. 100 15,10 16,50 17,60 16,90 14,30 19,10 6. 75 14,10 9,60 17,20 15,60 13,93 17,10 7. 25 12,50 - 11,30 11,10 11,20 8,40 8. 20 9,73 - 8,83 8,63 8,56 - 9. 15 7,30 - 7,13 - 7,70 - 10. 10 - - - -

bakteri uji pada fraksi air

Keterangan:

E.c = Escherichia coli S.a =Staphylococcus aureus L.a = Lactobacillus acidophilus S.m =Streptococcus mutans P.a = Pseudomonas aeruginosa V.c =Vibrio cholerae - = Tidak terdapatdaerah hambatan pertumbuhan bakteri DMSO = dimetilsulfoksida

Berdasarkan pada hasil pengukuran aktivitas antibakteri yang terlihat pada Tabel 4.3 sampai 4.8 diperoleh konsentrasi hambat minimum (KHM) pada ekstrak etanol berturut-turut 20 mg/ml (Escherichia coli dan Lactobacillus acidophilus), 25 mg/ml (Staphylococcus aureus), 75 mg/ml (Vibrio cholerae), 100 mg/ml (Pseudomonas aeruginosa), 200 mg/ml (Streptococcus mutans); pada fraksi n-heksana KHM berturut-turut 15 mg/ml (Lactobacillus acidophilus), 20 mg/ml (Escherichia coli dan Vibrio cholerae), 25 mg/ml (Pseudomonas aeruginosa), 100 mg/ml (Staphylococcus aureus), 200 mg/ml (Streptococcus mutans); pada fraksi etilasetat KHM berturut-turut 15 mg/ml (Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus mutans), 20 mg/ml (Staphylococcus aureus), 25 mg/ml (Vibrio cholerae), 75 mg/ml (Lactobacillus acidophilus); pada fraksi air KHM 200 mg/ml (Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae), 175 mg/ml (Lactobacillus acidophilus).

No. Konsentrasi (mg/mL)

Diameter Rata-rata Daerah Hambatan (mm) E. c L. a P. a S. a S. m V.c 1. 500 12,50 13,70 13,63 13,80 10,00 11,10 2. 400 12,20 11,40 11,60 12,70 8,90 9,80 3. 300 7,40 11,26 10,70 9,70 8,30 7,80 4. 200 6,10 7,80 10,50 9,40 6,10 6,90 5. 175 - 7,4 - - - - 6. 150 - - - - 7. Blanko - - - -

Hasil pengukuran diameter zona hambat pada bakteri Escherichia coli diperoleh bahwa urutan ekstrak/fraksi dari yang paling aktifyaitu fraksi etilasetat, fraksi n-heksana, ekstrak etanol dan fraksi air; pada bakteri Lactobacillus acidophilusyaitu fraksi n-heksana, ekstrak etanol, fraksi etilasetat, dan fraksi air; pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu fraksi etilasetat, fraksi n-heksana, ekstrak etanol dan fraksi air; pada bakteri Staphylococcus aureusyaitu fraksi etilasetat, ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan fraksi air; pada bakteri Streptococcus mutans yaitu fraksi etilasetat, fraksi n-heksana, ekstrak etanol dan fraksi air; pada bakteri Vibrio cholerae yaitu fraksi n-heksana, fraksi etilasetat, esktrak etanol dan fraksi air. Dari hasil uji yang dilakukan diperoleh bahwa fraksi etilasetat dari daun sijukkot memberikan aktivitas yang terkuat dibanding dengan ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan fraksi air dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli, Lactobacillus acidophilus, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans dan Vibrio cholerae. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam fraksi etilasetat daun sijukkot memiliki aktivitas antibakteri yaitu adanya senyawa flavonoid dan saponin yang terdapat paling banyak pada fraksi etilasetat.

Senyawa triterpenoid/steroid menghambat pertumbuhan antibakteri dengan mekanisme penghambatan terhadap sintesis protein karena terakumulasi dan menyebabkan perubahan komponen-komponen penyusun sel bakteri itu

mekanisme yang berbeda dikemukakan oleh Di Carlo, et al., (1999) dan Estrela, et al., (1995) dalam Sabir (2005) yang menyatakan bahwa gugus hidroksil pada struktur senyawa flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transpor nutrisi yang akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap bakteri. Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk (Nuria et al., 2009). Saponin digunakan sebagai antimikroba pada beberapa tahun terakhir. Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas/kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar (Robinson, 1995).

Aktivitas antibakteri ekstrak etanol lebih rendah dibandingkan dengan dengan fraksi etilasetat. Menurut Marliana (2011), hal ini disebabkan karena adanya kerja yang tidak sinergis antara senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak etanol dalam peranannya sebagai antibakteri. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kuantitas dari senyawa metabolit sekunder yang bersifat antibakteri kuat di dalam ektrak etanol lebih sedikit dibandingkan fraksi etilasetat.

Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi air lebih rendah dibandingan fraksi etilasetat. Hal ini disebabkan oleh kandungan senyawa yang terdapat dalam fraksi air sangat sedikit karena senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antibakteri kuat telah ditarik oleh pelarut etilasetat sehingga hanya tersisa beberapa senyawa metabolit sekunder dengan kuantitas yang sedikit.

Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksana menunjukan aktivitas antibakteri yang lemah terhadap bakteriuji, karena hanya memiliki senyawa

triterpenoid/steroid. Menurut Naufalin(2005), adanya minyak dan lemak yang terkandung pada ekstrak n-heksana dapat mengganggu aktivitas antibakteri. Minyak dan lemak mengganggu proses difusi dan melindungi bakteri dari senyawa antibakteri sehingga tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait