• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang

Berawal dari kondisi pergulaan Indonesia yang kurang menggembirakan pada awal reformasi tahun 1998 sampai tahun 2001 serta potensi pengembangan dan pangsa pasar dalam negeri yang masih sangat luas akibat produksi belum dapat sepenuhnya menutupi kebutuhan gula secara keseluruhan, maka Pemerintah bersama Stakeholders pergulaan nasional sepakat untuk meningkatkan produktivitas dan produksi gula nasional. Sejak bergulirnya program Akselerasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tebu pada tahun 2002 perjalanan pergulaan nasional telah mencapai swasembada gula konsumsi satu tahun lebih cepat dari targetnya yaitu pada tahun 2008 dengan produksi 2,702 juta ton dan konsumsi 2,69 juta ton. Mulai tahun 2010 target swasembada konsumsi ditingkatkan menjadi swasembada gula nasional selain untuk memenuhi kebutuhan Rumah Tangga juga Industri Makanan, Minuman dan Farmasi melalui program Swasembada Gula Nasional 2010 – 2014. Untuk memenuhi sasaran pencapaian Swasembada Gula Nasional tersebut dilakukan upaya terpadu sektor on farm dan off farm. Melalui peningkatan produktivitas dan rendemen gula secara intensifikasi dan revitalisasi PG serta meningkatkan produksi melalui perluasan dan pembangunan PG baru.

Sebagaimana dipahami bahwa produksi dan produktivitas gula merupakan kunci pokok

keberhasilan program swasembada gula nasional, oleh karena itu penurunan kualitas teknis budidaya dan kecenderungan penurunan luas areal tanam akibat dari pergeseran kewilayahan pengembangan pada lahan kering yang kurang potensial, yang direfleksikan oleh merosotnya minat petani sebagai reaksi rasional terhadap rendahnya pendapatan riil dan nilai tukar (term of trade) selama satu dekade terakhir perlu menjadi perhatian kita semua.

Keterbatasan modal petani menyebabkan ketidakmampuan petani untuk melakukan perbaikan teknik budidaya dan perluasan areal. Hal ini berakibat proporsi luasan tanaman keprasan yang semakin meluas disetiap tahunnya dan pengembangan areal baru semakin jauh dari harapan. Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah mengupayakan untuk menambah jumlah modal kerja petani berupa kredit program dengan subsidi bunga, akan tetapi kurang dimanfaatkan secara optimal oleh petani disebabkan bukan saja jumlahnya tidak memadai akan tetapi juga penyalurannya selalu terlambat dan prosedur yang masih dirasakan sulit oleh petani. Kondisi semacam ini akan semakin menambah sulitnya meningkatkan produksi dan produktivitas gula nasional, jika tidak didukung dengan kebijakan dan program pemerintah yang akomodatif. Apalagi jika melihat kondisi perubahan iklim global yang tengah terjadi saat ini, petani membutuhkan sebuah keyakinan dan dukungan yang kuat untuk mempertahankan dan meningkatkan perluasan garapannya.

Kondisi industri gula berbasis tebu secara umum di Indonesia sangat tergantung dari pasokan bahan baku tebu yang sebagian besar masih mengandalkan tebu rakyat, yang baik jumlah maupun mutunya cenderung menurun, sementara pabrik gula bekerja dibawah kapasitas sehingga efisiensinya menjadi rendah, hal ini tergambar dari masih tingginya rata-rata Biaya Pokok Produksi ditingkat petani dan Harga Pokok Produksi disebagian besar PG yang ada. Kemitraan antara petani dengan PG yang seharusnya terikat erat serta sinergis belum berjalan sebagaimana mestinya dan belum mencapai kesepakatan yang konsisten. Hal ini dapat dilihat antara lain dengan adanya beragam dasar pembelian kepada petani yaitu adanya pola beli putus tebu dan masih banyak tebu yang wira-wiri.

Kondisi diatas jika tidak ditangani akan membawa dampak ekonomi dan sosial cukup luas mengingat industri gula sampai saat ini masih tergolong industri dengan serapan tenaga kerja cukup besar dan pada gilirannya dapat membuat Indonesia dengan jumlah penduduk nomor empat terbesar di dunia akan sangat tergantung pada negara produsen gula dunia, yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial dan politik.

Pada tahun 2007, khusus untuk Jawa, telah diprogramkan upaya khusus berupa harmonisasi komposisi tanaman tebu rakyat seluas 301.760 Ha dengan perbandingan tanaman pertama (Plant Cane/PC) dan tanaman keprasan (ratoon) yakni 33 : 67%, dimana PC merupakan hasil dari bongkar ratoon dan upaya perluasan areal sedangkan ratoonnya

hanya maksimal 3 hingga 4 kali.Demikian juga untuk luar Pulau Jawa, yang mulai dilaksanakan tahun 2006 melalui revitalisasi tanaman dengan bongkar ratoon, rawat ratoon dan perbaikan bahan tanam yang diharapkan dapat mendongkrak produktivitas tanaman serta perluasan areal tanaman dengan memanfaatkan potensi yang ada dan pendirian pabrik gula baru oleh investor sebagai upaya peningkatan produksi.

Upaya ini membutuhkan dukungan benih bermutu, insentif pembongkaran tanaman ratoon dan perluasan areal yang setiap hektar membutuhkan pembiayaan yang relatif mahal serta upaya lain yang menunjang. Oleh karena itu, pemerintah harus turun tangan untuk membantu membiayai agar program bisa berjalan. Melalui dana APBN yang disalurkan antara lain dalam bentuk Dana Bantuan Sosial sebagai Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) ditujukan untuk membantu petani memperluas dan merehabilitasi tanamannya, serta pada waktunya memupuk modal usaha dan membangun lembaga usaha milik petani yang lebih kokoh.

Sejak tahun anggaran 2011 dan selanjutnya, fokus kegiatan yang akan dilaksanakan pada dasarnya melanjutkan kegiatan yang telah dilakukan tahun-tahun sebelumnya yakni berupa penyediaan bibit/benih unggul bermutu melalui Pembangunan Kebun Bibit Datar kultur jaringan yang sesuai dengan tipologi wilayah, iklim dan kemasakan tanaman, pemberdayaan petani dalam upaya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan petani, perluasan areal tanaman yang merupakan bagian penting dalam

upaya peningkatan produksi gula, ditambah bongkar ratoon/rawat ratoon dalam upaya pemenuhan rasionalisasi atau peningkatan mutu bahan tanam untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu dan hasil gula.

Pada tahun 2012 dilakukan Kegiatan Pencapaian Swasembada Gula Nasional merupakan bagian dari Kegiatan Pembangunan Perkebunan serta sebagai perwujudan pemberdayaan masyarakat pertanian perkebunan, dilaksanakan melalui penyaluran Dana Bantuan Sosial kepada petani dalam bentuk Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dengan sumber pembiayaan berasal dari dana APBN

Adapun rencana kegiatan yang dibiayai APBN TA 2012 adalah:

1. Perluasan areal (ekstensifikasi) 2. Pembangunan Kebun Bibit Datar 3. Penataan Varietas Tanaman Tebu 4. Penilaian Penangkar Benih Tebu

5. Pengembangan Pertanian Terpadu Tebu - Ternak 6. Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan

Petani Tebu

7. Bantuan Alat Pengairan

8. Bantuan Traktor dan Implement

9. Pemetaan Kecocokan Lahan Untuk Pengembangan Tebu dan Pengembangan Beberapa Varietas (Uji Adaptasi)

10. Rekruitmen Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Pembantu Lapang TKP

Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Teknis Penanaman Tebu Tahun 2012 yang disusun mengacu

kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/OT.140/8/2012 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2012 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan No. 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Sedangkan pelaksanaan di lapangan mengacu kepada Petunjuk Pelaksanaan yang disusun oleh Provinsi dan Petunjuk Teknis oleh Kabupaten.

Pembangunan Kebun Bibit Datar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan merupakan hasil dari penataan varietas (sebagaimana Pedoman Penataan Varietas Tahun 2009) dan secara teknis mengacu kepada Permentan No. 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina.

Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani Tebu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peningkatan kemampuan kelembagaan petani atas dasar kondisi lapangan serta lembaga petani yang ada di masing-masing lokasi dengan mengacu kepada Pedoman Pemberdayaan Petani Tebu (Tahun 2011). Selain sumber dana APBN, pengembangan tebu juga dapat berasal dari sumber dana lain yaitu Kredit Perbankan melalui Skim KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) yang pelaksanaannya mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

198/PMK.05/2010 (Perubahan Kedua Atas PMK Nomor 79/PMK.05/2007 tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Dengan berkembangnya situasi, saat ini sedang diproses usulan bahwa Koperasi Tebu yang Bankable dapat menjadi avalis bagi anggotanya yang memanfaatkan dana KKP-E.

B. Sasaran Nasional

Sasaran yang diharapkan dari perluasan areal tanaman tebu adalah:

a. Berkembangnya usaha petani tebu melalui peningkatan penguasaan lahan garapan.

b. Peningkatan pendapatan petani dan pemenuhan kebutuhan kapasitas PG Lama maupun PG Baru melalui peningkatan produksi tebu.

c. Peningkatan produksi gula dalam rangka pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri melalui target swasembada gula nasional.

d. Memperkuat, memperluas dan terbangunnya sistem dan usaha agribisnis berbasis tebu di kawasan pabrik gula secara lebih efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.

e. Meningkatnya daya saing produksi gula petani melalui peningkatan produksi dan produktivitas usaha yang didukung oleh usaha jasa lainnya, serta berkembangnya upaya pengembangan produk (product development).

Sedangkan sasaran dari dana TP APBN 2012 adalah untuk mendukung keberhasilan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan dengan fokus Swasembada Gula Nasional.

C. Tujuan

Perluasan areal tanaman tebu rakyat dimaksudkan untuk meningkatkan penguasaan lahan garapan petani dan meningkatkan produksi serta pendapatan petani dalam memenuhi kebutuhan pasokan bahan

baku pabrik gula dalam rangka pencapaian

swasembada gula nasional. Sedangkan perluasan areal tebu bertujuan untuk mempertahankan dan

meningkatkan luasan areal pertanaman tebu

sehingga mampu memenuhi kebutuhan bahan baku PG baik kapasitas yang ada maupun pembangunan PG baru yang akan segera beroperasi.

Kegiatan pembangunan Kebun Bibit Datar Tebu dan Penataan Varietas dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan ketersediaan bibit/benih unggul bermutu dan sehat dengan jenis sesuai dengan kondisi lokasi areal tebu serta tingkat kemasakan yang dibutuhkan, yang penyediaannya dilakukan dengan cepat dan terjamin bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

Pengembangan Pertanian Terpadu Tebu – Ternak, dimaksudkan untuk menciptakan pengembangan usahatani secara terpadu antara komoditi yang saling menunjang. Pucuk tebu diharapkan dapat diproses sebagai sumber pakan ternak, sedangkan kotoran ternak beserta seresah dapat sebagai pupuk pada lahan tebu.

Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani Tebu, bertujuan untuk memberdayakan petani dan lembaga petani agar mampu mandiri dan tangguh dalam berusaha tani. Pemberdayaan petani dan

lembaga petani ditumbuhkan melalui berbagai pelatihan dan penyuluhan/pendampingan sehingga dapat meningkatkan kemampuan teknis, adminstratif, manajerial dan organisasi serta memberi respon yang tepat terhadap berbagai perubahan. Dengan demikian petani selanjutnya mampu mengendalikan masa depannya dan mendorong agar lebih mandiri.

Bantuan Alat Pengairan diberikan kepada daerah-daerah yang mengalami masalah pengairan khususnya untuk di daerah kering dan diutamakan untuk kegiatan Pembangunan Kebun Bibit. Diharapkan dengan adanya alat pengairan, maka usahatani tebu dapat menghasilkan produktivitas yang optimal.

Traktor, merupakan kebutuhan dasar petani tebu untuk membuka lahannya dalam rangka bongkar ratoon dan perluasan tanaman tebu. Bantuan Traktor diharapkan dapat dikelola sebagaimana mestinya dan dimanfaatkan oleh petani tebu secara optimal dengan pengaturan yang adil dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

D. Pengertian

Dalam implementasi Pedoman Teknis Pelaksanaan Penanaman Tanaman Tebu beberapa istilah yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:

1. Perluasan areal merupakan upaya percepatan

peningkatan luas areal pertanaman tebu untuk meningkatkan produksi tebu sebagai pemenuhan

kebutuhan bahan baku PG dan peningkatan produksi gula.

2. Pembangunan Kebun Bibit tebu adalah pembangunan kebun bibit/benih yang berasal dari bibit/benih kultur jaringan maupun bibit/benih berjenjang.

3. Bibit/benih kultur jaringan tebu adalah bibit/benih yang berasal dari jaringan tebu yang dibiakkan di media khusus.

4. Bibit/benih G2 adalah bibit/benih yang berasal dari kultur jaringan yang telah mengalami aklimatisasi dan siap untuk diaplikasikan di pendederan.

5. Penangkar Profesional adalah perorangan atau lembaga atau institusi yang pernah berhasil melakukan penangkaran benih tebu paling tidak selama 2 (dua) kali berturut-turut.

6. Kelompok Tani adalah sekumpulan petani tebu yang sepakat membentuk kelompok dan atau bagian terkecil dari kelembagaan petani tebu berupa Petani Tebu Rakyat atau yang sejenis dengan tujuan mengusahakan dan mengembangkan usaha berbasis tanaman tebu secara profesional.

7. Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) adalah kelembagaan Koperasi yang mengelola tebu, yang selanjutnya disebut Koperasi, adalah Koperasi yang dibentuk oleh dan beranggotakan para petani tebu serta berbadan hukum.

8. Kelompok Sasaran penerima Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) adalah Kelompok Tani yang usahanya berbasis tanaman tebu di Wilayah PG.

9. Koperasi Primer adalah sekumpulan petani tebu atau kelompok petani tebu yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama dalam mengelola usaha tani tebu, yang berkedudukan di wilayah kerja Pabrik Gula.

10. Koperasi Sekunder adalah sekumpulan koperasi primer yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama dalam pengembangan agribisnis berbasis komoditas tebu, yang berkedudukan di Provinsi.

11. Pemberdayaan Kelompok Sasaran adalah upaya fasilitasi agar petani mampu menggunakan potensi dan kemampuan dalam melakukan agribisnis tebu untuk mencapai tujuan mensejahterakan petani anggotanya. Pemberdayaan disini mencakup upaya pada aspek produksi, bisnis, manajemen dan aspek peningkatan sumber daya manusia.

12. Usaha Kelompok Sasaran adalah segala jenis usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Jenis usaha tersebut pada dasarnya sangat luas mulai dari usaha agribisnis tebu sebagai unit usaha pokok hingga jenis usaha komersial lainnya yang berbasis tebu. Tetapi prioritas usaha diarahkan pada peningkatan efisiensi dan produktivitas perkebunan tebu melalui perbaikan mutu

bibit/benih, rehabilitasi tanaman serta sarana dan prasarana.

13. Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) adalah bantuan yang diperoleh dari eks dana APBN (Bansos) yang disalurkan dalam mendukung penguatan modal untuk usaha kelompok yang selanjutnya dapat diusahakan sebagai penguatan modal dan dikelola secara terorganisasi dengan mekanisme, cara, bentuk ikatan dan pengambilan keputusan yang disepakati bersama sesuai dengan aturan yang berlaku.

14. Kerjasama Operasional (KSO) adalah kerjasama antara dua belah pihak secara temporer untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.

15. Tripple account adalah rekening gabungan atas nama 3 orang yaitu wakil Tim Teknis Provinsi/ Kabupaten, KPTR dan Kelompok Tani yang dibuat sesuai dengan ketentuan untuk mengelola dana PMUK, antara lain pengeluaran dan atau penarikan dana wajib ditandatangani oleh pemegang rekening secara bersama-sama.

16. Tim Teknis Provinsi adalah Tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dengan keanggotaan terdiri dari unsur-unsur terkait : Dinas yang membidangi Perkebunan, wakil Direksi PTPN / PT. Gula, Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR), P3GI dan instansi lain yang dianggap perlu. Keanggotaan Tim Teknis Provinsi disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan dan kemampuan pembiayaan. Tugas Tim Teknis Provinsi adalah menyusun pelaksanaan

kegiatan dan kebijakan operasional yang dituangkan kedalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak); melakukan pemantauan, pengendalian dan memberikan arahan serta memfasilitasi kelancaran pelaksanaan kegiatan termasuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi.

17. Tim Teknis Kabupaten adalah Tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan dengan keanggotaan terdiri dari unsur-unsur terkait : Dinas yang membidangi Perkebunan, Pabrik Gula (PG), Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) Wilayah PG dan instansi lain yang dianggap perlu dan mempunyai kompetensi untuk memfasilitasi kelancaran kegiatan.

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

Pengembangan Tebu Rakyat melalui kegiatan-kegiatan Perluasan areal tanaman Tebu, Pembangunan Kebun Benih/Bibit Datar, Penataan Varietas Tebu, Penilaian Penangkar Benih/Bibit Tebu Kultur Jaringan, Pengembangan Pertanian Terpadu Tebu – Ternak serta Bantuan Alat Pengairan dan Traktor dilaksanakan dengan prinsip pendekatan pemberdayaan petani dengan cara :

1. Pelaksanaan perluasan areal tanaman tebu dengan

penyediaan bantuan benih dan pupuk bersubsidi, serta kebutuhan lainnya yang dilaksanakan pada areal baru bukan areal bongkar ratoon.

2. Pengembangan usaha dilaksanakan dalam manajemen kelompok sasaran untuk meningkatkan efisiensi usaha, memperlancar pengadaan sarana produksi serta meningkatkan posisi tawar petani terhadap mitra usahanya/ Pabrik Gula.

3. Pengembangan manajemen usaha Kelompok Sasaran dilakukan secara profesional dengan partisipasi aktif para anggotanya.

4. Pemanfaatan fasilitasi modal kepada Kelompok Sasaran, motor penggeraknya adalah pada kerjasama yang harmonis antar anggota kelompok sasaran itu sendiri.

5. Pembangunan Kebun Benih/Bibit Datar Tebu dilaksanakan dalam suatu wadah Koperasi Tebu

Primer bersama-sama dengan penangkar tebu profesional, dan akan menjadi aset Koperasi tersebut. Koperasi pelaksana merupakan koperasi terpilih yang mempunyai kinerja baik pada tahun-tahun sebelumnya.

6. Penataan Varietas Tebu

Penataan varietas tebu dilaksanakan pada wilayah binaan PG bersama-sama antara petugas Dinas yang menangani perkebunan Provinsi dan Kabupaten, pihak Pabrik Gula selaku mitra di wilayahnya dan institusi Risbang.

7. Penilaian Penangkar Bibit/Benih

Penilaian Calon Penangkar Bibit/Benih dilakukan oleh Tim yang terdiri dari unsur Pusat, BBP2TP, Provinsi/UPTD Perbenihan, dan Kabupaten dan selanjutnya ditetapkan oleh Kepala Dinas yang menangani bidang Perkebunan Provinsi.

8. Pengembangan Pertanian Terpadu Tebu-Ternak Setiap paket bantuan terdiri dari ternak sapi potong, bantuan obat-obatan, kandang dan pakan, alat pencacah daun, alat biogas, serta kelengkapan lainnya dengan tetap berpegang pada pendekatan kelompok sesuai dengan tujuan pokok kegiatan. Idealnya setiap paket bantuan ternak sapi potong diharapkan dapat mencapai 50 – 100 ekor / kelompok. Namun mengingat harga setiap ekor sesuai spesifikasi teknis yang ditetapkan cukup beragam, maka pada paket yang ada dapat disesuaikan tergantung ketersedian bibit, kesepakatan dengan petani dan ketersedian anggaran.

9. Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani

Dilakukan melalui Peningkatan kapabilitas petani dalam hal kemampuan teknis budidaya, manajemen dan pengembangan organisasi, serta usaha Kelompok dan atau Koperasi melalui Penyuluhan/pendampingan yang dalam imple-mentasi di lapangan dilakukan baik dalam hal teknis budidaya maupun pengelolaan kelembagaan. Pelaksanaannya mengacu kepada Pedoman Pemberdayaan Petani Tanaman Semusim (Tahun 2011).

10. Bantuan Alat Pengairan

Bantuan Alat Pengairan diserahkan kepada Kelompok Tani/Koperasi yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, untuk dikelola dan dimanfaatkan secara bersama.

11. Bantuan Traktor

Pengadaan Traktor dilakukan oleh Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, mengacu kepada Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Bantuan Traktor diberikan dalam bentuk pinjam pakai kepada KPTR yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan dengan mekanisme sesuai dengan ketentuan Pengelolaan Asset Belanja Barang yang berlaku.

12. Pengawalan oleh Tim Teknis Provinsi dan Kabupaten berupa bimbingan teknis dan

manajemen sejak perencanaan, proses administrasi, pelaksanaan kegiatan, panen, pengelolaan hasil sampai dengan pemanfaatan dana PMUK.

13. Rekruitmen TKP dan PL-TKP

Rekruitmen Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Pembantu Lapang (PL)-TKP dilakukan sesuai dengan prosedur rekruitmen pegawai yang tertuang dalam Pedoman Umum Rekruitmen Tenaga Pendamping Tanaman Semusim Tahun 2012, sehingga diperoleh tenaga yang dapat diandalkan untuk membantu pelaksanaan kegiatan pengembangan tebu dan mendampingi petani dalam melakukan usaha tani tebu.Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) merupakan tenaga dengan kualifikasi minimal S1 bidang pertanian, sedangkan Pembantu Lapang (PL)-TKP merupakan tenaga dengan kualifikasi minimal setingkat SLTA, diutamakan bidang Pertanian. TKP dan (PL)-TKP dalam melaksanakan tugasnya ditempatkan di KPTR melalui penugasan Kepala Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi.

B. Spesifikasi Teknis

1. Perluasan Tebu (KTG)

a. Pelaksanaan Teknis Perluasan Areal KTG Perluasan areal tanaman tebu dilakukan dilahan sawah atau lahan tegalan dilaksanakan sesuai baku teknis yang mengacu pada Standar, Norma, Pedoman, Kriteria dan Prosedur (SNPKP) serta Pedoman Teknis

Budidaya yang disesuaikan dengan kondisi wilayah pengembangan setempat.

Persyaratan teknis untuk perluasan areal meliputi 2 (dua) Aspek:

• Aspek Pola bukaan (jarak tanam, lebar guludan, jumlah laci)

• Aspek Agro input (pupuk organik dan anorganik, varietas dan jumlah bibit/benih, katalisator) dilakukan inovasi rakitan tehnik budidaya atau desain produksi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas (back to future).

Kedua aspek tersebut secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

• Aspek pola bukaan lahan:

Jarak tanam tebu yang digunakan adalah 108 Cm, Lebar guludan adalah 64 cm, dengan panjang laci 7,5 m dan jumlah laci 1.120/ha.

• Aspek Agro Input :

Untuk mengetahui kebutuhan unsur hara dalam tanah terlebih dulu dilakukan uji laboratorium analisa tanah di daerah masing-masing. Sebagai acuan kebutuhan

pupuk anorganik, yakni pupuk N =

180kg/ha, pupuk P = 75 kg/ha, K = 75 kg/ha. Kebutuhan bibit/benih per laci sejumlah 30 stek mata atau kurang lebih 6

ton/ha. Bibit/benih yang tidak

b. Persyaratan Lokasi 1) Iklim

• Curah Hujan 1000-1300 mm/tahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan kering

• Temperatur 240 C - 340 C.

• Sinar matahari 12 - 14 jam tiap hari. • Kecepatan angin kurang dari 10 km/jam. • Kelembaban udara 45 – 65 %.

2) Lahan

• Ketinggian tempat 0 - 1400 m di atas permukaan laut.

• Lahan bergelombang 0-15 %.

• Tanah gembur, mampu menahan air, dan pada kedalaman minimal 50 cm tidak ada lapisan kedap air.

• Kedalaman drainase ± 1 m.

• Lokasi lahan dekat dengan pabrik gula. c. Bibit/Benih

Bibit/benih unggul tebu yang digunakan harus bersertifikat.

d. Teknologi Penanaman

1) Pengolahan Tanah dan Penanaman

a) Persiapan Lahan :

• Dibersihkan dari sisa-sisa tanaman

sebelumnya.

• Dihindari pembukaan lahan dengan cara dibakar.

• pH tanah asam dinetralkan dengan pemberian dolomit.

b) Pengolahan Lahan :

• Menjelang musim hujan (Pola II).

• Khusus Sumatera Utara dapat dilakukan pada Bulan Januari-Juni.

• Pengolahan tanah cukup dalam (25 cm). • Untuk tanah relatif gembur, bersolum

dalam, dan tanah tidak memiliki lapisan keras : bajak singkal - bajak (garu 32”) - garu akhir (garu 28”) - kair.

• Tegalan yang mempunyai lapisan keras, solum dangkal, bertekstur liat : bajak I - bajak II - garu - subsoiling - kair.

• Pengelolaan ratoon/keprasan: trash

raking – kepras – tining - pupuk. c) Penanaman :

• Jarak kairan 0,95-1,25m. Panjang kairan minimum 50 m.

• Jarak tanaman pusat ke pusat (PKP) 108 cm.

2) Masa Tanam Optimal

a) Pola I: awal musim kemarau sekitar

Dokumen terkait