• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendalaman Struktur dan Konstruksi-Penjelasan Massa Utama Kelas TK B1

Dalam dokumen 3. PERANCANGAN BANGUNAN (Halaman 45-60)

Kelas TK B1 ini merupakan salah satu fasilitas utama bagi siswa, tentunya karena di dalam bangunan ini siswa banyak menghabiskan waktu untuk bermain sambil belajar. Isi dari bangunan ini adalah kelas, area belajar, area penyimpanan barang siswa (loker), area penyimpanan mainan dan alat peraga, kemudian dilengkapi pula dengan WC untuk siswa dan dalam kelas ini terdapat lanatai mezzanin agar ruang bagi anak lebih bervariasi.

Yang istimewa dari kelas ini adalah adanya lemari mainan-peraga yang dapat didorong keluar kelas, dimana lemari ini berisi mainan, alat peraga dan juga perabot kelas sepereti meja dan kursi, sehingga para siswa dapat dengan fleksibel untuk memilih belajar di dalam atau di luar kelas. Tentunya ini untuk mendukung Kurikulum ACE, dimana ada saat-saat tertentu para siswa harus belajar di luar ruangan. Mengenai lemari ini akan dibahas lebih lanjut pada subbab berikutnya.

3.6.1. Perhitungan Modul.

Dalam mendesain kelas ini, tentunya tetap menggunakan konsep Lego. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa Lego adalah mainan yang modular, maka untuk medesain kelas ini dimulai dengan perhitungan modul awal sebagai berikut :

• Menurut Buku ACE Ministries, 2006, maka besaran luas untuk satu orang anak (standar) adalah 40 sqft = 3.7160 m2 Æ 4m2 (hitungan yang sama berlaku untuk guru dan supervisor). Jadi, modul dasar untuk 1 orang diambil 2 x 2m2 agar lebih fleksibel dan memudahkan perhitungan.

• Pengguna 1 kelas adalah siswa yang berjumlah 25 anak, ditambah 1 orang guru dan 4 orang supervisor, maka jumlah pengguna adalah 30 orang.

• Luasan kelas minimal yang dibutuhkan adalah 30 x 4m2

= 120m2, ditambah sirkulasi 30% menjadi 150m2.

• Menurut konsep Lego, maka untuk membuat modul ruang awal dimulai dengan kelipatan modul 2x2 yang telah dihitung sebelumnya, didapat angka 12 x 12m2 yang paling mendekati luasan 150m2.

• Menurut studi literatur, bentukan kelas yang persegi cenderung monoton dan membuat proses belajar kurang efektif, maka diambil bentukan yang paling efisien, yakni persegi panjang. Maka, dari luas ruang 12 x 12 tadi dibuat menjadi persegi panjang tanpa harus mengurangi luasan, berarti menambah jadi 12 x 14 atau 12 x 16, dan seterusnya.

• Menurut studi material dan efisiensi bahan, diambil luas ruang 12 x 16 m2 , karena pembagian modul dasar akan lebih mudah daripada mengambil luasan 12 x 14.

• Berdasarkan efisiensi bahan, konstruksi dan material, maka diambil modul 4 x 4m2 sebagai modul dasar struktur. Nantinya modul ini akan berkembang dalam penggunaannya dalam bangunan lain.

3.6.2. Desain Kelas TK B1.

Desain kelas ini berangkat dari karakteristik Lego yang menjadi konsep seperti yang telah dijelaskan pada subbab–subbab awal. Intinya adalah penggunaan modul untuk struktur kelas, kemudian modul panel bahan penutup atap dan dinding yakni panel GRP yang dibentuk sedemikian rupa menjadi satu kesatuan antara atap dan dinding.

Kemudian, diupayakan untuk menghilangkan sudut-sudut lancip pertemuan dinding, sehingga dicapai bentukan kelas tanpa sudut, dengan melengkungkan semua pertemuan dinding dengan dinding dan atap dengan atap. Dengan demikian, diperoleh bentukan yang berkesan monolit atau bulky yang sangat disukai anak usia 3-6 tahun, mengingat mereka belum dapat mengenali bentuk-bentuk rumit dan detail-detail kecil (terkait pula dengan kemampuan motorik mereka yang terbatas).

Gambar 3.47. Beberapa View Kelas TK B1.

Elemen-elemen desain pada bangunan kelas ini yang khusus didesain agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan menyenangkan adalah :

• Lemari Perabot-Mainan-Peraga, yang dapat digerakkan.

• Pergola Akordion, yang dapat menjadi penghubung dengan kelas-kelas lainnya.

• Pintu Hatchback Kelas, yang sekaligus dapat menjadi elemen shading.

Di bawah ini adalah denah kelas TK B1 dan posisi dari elemen desain tersebut pada denah.

Gambar 3.48. Denah Lantai 1 Kelas TK B1. Pergola Akordion Lemari Perabot-Mainan-Peraga Pintu Hatchback

Gambar 3.49. Denah Lantai Mezzanin Kelas TK B1.

3.6.2.1. Lemari Perabot-Mainan-Peraga.

Berikut ini adalah gambar dari lemari yang dimaksudkan.

Gambar 3.50. Denah Lemari Perabot-Mainan-Peraga.

Lemari ini dibuat dua buah untuk satu kelas, sebelah menyebelah, dan satu buah lemari ini dapat diabagi menjadi dua ruas per 3 meter, dihubungkan dengan sistem engsel, dengan total panjang 6 meter. Lemari ini dapat didorong keluar dengan menggunakan bantuan motor arus DC yang dapat diaktifkan dengan menekan panel tombol selebar sisi pendek lemari, yang kemudian akan menggerakkan roda penggerak utama, sehingga lemari dapat bergerak maju.

Gambar 3.51. Potongan Lemari Perabot-Mainan-Peraga.

Setelah didorong keluar, maka bola pejal pada lemari akan tersangkut pada tiang poros yang ada di bagian luar kelas sebagai pusat perputaran lemari, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.52. Posisi Lemari Perabot-Mainan-Peraga. Dorongan

MajuÆTombol Ditekan

Garis Dinding Kelas Dalam

Setelah tersangkut pada tiang poros, bila tombol di sebelah kiri lemari ditekan (berlaku sama untuk lemari di sebelahnya), maka lemari akan terputar, maksimal sebesar 90 derajat seperti pada gambar.

Gambar 3.53. Kemungkinan Posisi Lemari Perabot-Mainan-Peraga.

Untuk kembali ke posisi semula, maka tinggal menekan tombol sebaliknya yang berada di belakang tombol awal tersebut, hingga akhirnya perabot dapat dimasukkan.

Tekan

Terputar

3.6.2.2. Pergola Akordion.

Pergola ini sebenarnya sama dengan pergola yang ada pada pintu gerbang kompleks, hanya kegunaannya pada kelas ini untuk menghubungkan antar massa kelas pada waktu hujan. Berikut ini adalah beberapa gambar pergola yang dimaksud.

Gambar 3.54. Denah Pergola Akordion.

-terbuka-

Gambar 3.56. Sistem Roda dan Rel Pergola Akordion.

Untuk sistem relnya dibuat dengan menggunakan knop engsel, sehingga sewaktu pergola ditarik masuk tidak akan menjadi lubang pada permukaan perkerasan yang mengakibatkan anak tersandung, sehingga aman bagi anak. Pada segmen papan penutup lubang rel depan (segmen papan penutup disambung dengan menggunakan as panjang) diberi coakan berbentuk profil roda, sehingga waktu roda ‘menekan’ papan penutup bagian depan , segmen berikutnya akan terbuka pula dan seterusnya.

3.6.2.3. Pintu Hatchback Kelas.

Pintu hatchback ini memakai sistem yang sama seperti sistem pintu hatchback yang umum terdapat pada kendaraan. Fungsinya adalah selain sebagai

pintu, juga dapat berfungsi sebagai elemen pembayangan karena posisinya yang membuka ke atas selain itu, karena posisinya yang membuka ke atas akan memperlancar mekanisme geser pada lemari.

Gambar 3.57. Tampak dan Potongan Sistem Pintu Hatchback. Engsel dengan As Sepanjang Penutup Rel

Gambar 3.58. Perspektif Sistem Pintu Hatchback.

3.6.3. Material GRP.

GRP adalah kepanjangan dari Glass Reinforced Plastic, yang merupakan polymer yang diperkuat dengan glass fiber. GRP terdiri dari dua bahan utama, yakni resin dan glass fiber yang menambah kekuatan tarik pada material ini. Campuran glass reinforcement pada GRP dibentuk dari filamen yang sangat tipis, yang tersedia dalam bentuk glass rovings, woven cloth, woven rovings, chopped

strand mat, atau surfacing tissue. Bentuk yang umum digunakan untuk panel GRP

yang diperuntukan untuk cladding solid adalah chopped strand mat, sedangkan untuk cladding transparan dapat dipakai bentuk parallel roving.

Metoda manufaktur dari GRP inipun bermacam-macam. Dalam proyek ini, metoda yang dipilih adalah metoda vacuum pressure forming atau dengan cara cetak, agar hasil yang diperoleh lebih homogen. Selain itu, dengan cara ini akan lebih mudah untuk melapiskan cat pada panel GRP.

Material GRP ini memberikan banyak sekali kelebihan jika dibandingkan dengan material sejenis, diantaranya yaitu :

• Lebih durable, dapat bertahan hingga 50 tahun lebih. • Bobot lebih ringan.

• Cara pemasangan yang sangat mudah. • Tahan api.

• Dapat diproduksi dengan cara modul. • Thermal Transfer Value yang cukup baik.

Dalam proyek ini menggunakan dua tipe panel GRP, yakni tipe CSM dengan finishing gelcoat atau warna untuk GRP solid (dinding bangunan 1 lantai, atap), dan parallel roving untuk GRP yang translucent (dinding bangunan lantai 2).

Kembali ke konsep Lego dan untuk memaksimalkan keunggulan GRP, maka elemen panel GRP yang dipakai dibuat bermodul 2 x 2meter. Hal ini diperoleh setelah melalui beberapa pertimbangan seperti estetika secara visual, kemudahan pemasangan di lapangan, kemudahan pengangkutan, dan sebagainya.

Untuk proyek ini, karena atap dan dinding yang menyatu dan bentukan atap yang melengkung pada dua arah menuntut adanya talang pada dua arah tersebut untuk menghindari kebocoran, selain itu desain panel GRP yang dipakai adalah sistem, kuncian seperti pada genting biasa untuk menambah kestabilannya. Berikut ini adalah data mengenai profil panel GRP yang dipakai dalam proyek ini.

Gambar 3.59. Data dan Dimensi Profil Panel GRP Hasil Desain.

Sedangkan apabila dirangkai menjadi suatu ‘sistem panel, maka bentuknya akan menjadi seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.60. Denah Konstruksi Panel GRP Hasil Desain.

Gambar 3.61. Perspektif Konstruksi Panel GRP Hasil Desain (dilihat dari dalam, terlihat panel GRP untuk dinding dalam bentuk U).

Posisi Pemasangan Panel GRP

Gambar 3.62. Tampak Depan dan Samping Konstruksi Panel Dinding GRP Hasil Desain.

Gambar 3.63. Potongan Konstruksi Panel Dinding GRP Hasil Desain.

3.6.4. Sistem Struktur Kelas TK B1.

Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai sistem struktur dan konstruksi Kelas TK B1.

Gambar 3.65. Aksonometri Struktur Kelas TK B1.

Konstruksi yang dipakai adalah konstruksi hybrid beton-baja. Dari hasil perhitungan diperoleh dimensi kolom dan balok beton sebesar 25/25 dan 20/40, sedangkan kuda-kuda bajanya mengguanakan baja IWF 20/30, diperkuat dengan bracing tepi dari baja RHS 4/6. Kemudian, di atas kuda-kuda diletakkan gording pemegang panel GRP berukuran 9/15, seperti yang telah dijelaskan di atas.

Pondasi yang dipakai adalah pondasi tiang panjang jack-in pile, diameter 5 cm berdasarkan data dari pihak developer yang menyatakan bahwa tanah di daerah tempat proyek berada kurang baik.

Gambar 3.66. Perspektif Aksonometri Struktur Kelas TK B1.

Di bawah ini adalah gambar potongan Kelas TK B1 yang akan memeperjelas sistem struktur hasil desain secara singkat.

3.6.5. Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Keseluruhan.

Sistem struktur yang dipakai dalam proyek ini dapat dikatakan sebagai sistem rangka portal biasa, hany asaja bentuk kuda-kudanya melengkung mengikuti bentuk lengkungan atap bangunan. Secara garis besar sistem struktur untuk bangunan (selain kelas) menggunakan kolom baja IWF 20/20 yang dilapisi selimut beton setebal 5 cm, balok baja induk IWF 20/40 dan balok anak IWF 20/20. Untuk kuda-kuda, sama seperti bangunan kelas, yakni ukuran 20/30, diperkuat bracing dengan baja RHS 4/6 seperti pada bangunan kelas.

Ukuran modul yang dipakai ada 3 macam, yakni 4 x 4m, 4x 8m, dan 8x 8m, dimana kesemuanya merupakan kelipatan dari modul dasar struktur kelas, yakni 4 x 4m. Sebisa mungkin jarak trafe kolom perimeter tetap dipertahankan sebesar 4 meter untuk dapat mencapai kekakuan struktur. Rangka gording untuk pemegang cladging dan atap GRP memakai modul dan ukuran yang sama dengan kelas, yakni baja RHS 9/15 per 2 x 2meter. Untuk plat lantainya menggunakan plat lantai beton setebal 8 cm. Pondasi yang dipakai adalah pondasi tiang panjang

jack-in pile, diameter 5 cm berdasarkan data dari pihak developer yang

menyatakan bahwa tanah di daerah tempat proyek berada kurang baik.

Secara diagramatik, berikut ini akan disajikan gambar aksonometri struktur bangunan keseluruhan.

Gambar 3.68. Aksonometri Sistem Struktur Bangunan Keseluruhan. Kuda-kuda IWF 20/30 dengan Bracing 4/6 Kolom-balok beton komposit, 25/25 dan 20/40 Kolom-balok baja IWF 20/20 dan 20/40 Plat Lantai 8 cm, dengan Balok Induk-Anak 20/40,20/20

Dalam dokumen 3. PERANCANGAN BANGUNAN (Halaman 45-60)

Dokumen terkait