• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDUDUK ASLI PENDUDUK PENDATANG

8. Dukungan a Ketua RW b Ketua RT

c. Pengurus dan anggota Karang Taruna

d. Pengurus dan anggota PKK

Kerangka LPM Kelurahan Campaka sebagai pusat bisnis usaha sektor informal perlu didukung adanya pembentukan mekanisme jejaring stakeholder (tata hubungan secara sinergis antar berbagai pihak terkait). Mekanisme tersebut diperlukan dalam penyampaian informasi tentang program-program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh LPM Kelurahan Campaka dalam suatu manajemen sistem informasi (Management of Information System). Skema manajemen sistem informasi pada mekanisme jejaring stakeholder digambarkan pada gambar berikut ini :

Gambar 3. Skema manajemen sistem informasi pada mekanisme jejaring stakeholder LPM Kelurahan Campaka.

Gambar 3 menjelaskan bahwa manajemen sistem informasi pada mekanisme jejaring stakeholder dapat dilakukan melalui :

1. Pemutakhiran data jumlah pelaku usaha sektor informal di setiap RT di Kelurahan Campaka oleh LPM Kelurahan Campaka bekerja sama dengan setiap Ketua RT dan RW dibantu personal kelembagaan yang ada di daerah setempat. Data yang telah di-update disimpan dalam komputer kantor Kelurahan Campaka dengan proteksi dan back up data khusus.

2. Penyebaran dan update data jumlah pelaku usaha sektor informal di Kelurahan Campaka kepada setiap Ketua RT, Ketua RW, Lurah Campaka, Camat Andir, Wali Kota Bandung, Dinas Koperasi dan UKM Kota Bandung, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah Kota Bandung, dan KADIN Kota Bandung, dan lembaga publik terkait lainnya.

3. Informasi dari pihak luar diterima oleh LPM Kelurahan Campaka sebagai pusat Jaringan Informasi Usaha Sektor Informal. Informasi dari pihak luar

diterima oleh LPM Kelurahan Campaka disampaikan dalam bentuk surat khusus dan formal kepada berbagai pihak yang terkait di lingkungan Kelurahan Campaka. Informasi harus diketahui dan disahkan oleh Lurah Campaka, Ketua RW dan Ketua Jaringan Informasi Usaha Sektor Informal Tingkat RW, dan selanjutnya disampaikan langsung kepada setiap Ketua RT dan Ketua Jaringan Informasi Usaha Sektor Informal Tingkat RT untuk disebarkan kepada setiap pelaku usaha sektor informal di setiap RT.

4. LPM Kelurahan Campaka melakukan komunikasi secara pro-aktif dengan Dinas Koperasi dan UKM Kota Bandung, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Kota Bagian Perekonomian Kota Bandung dan KADIN Kota Bandung, dan lembaga publik terkait lainnya. Komunikasi dan pertemuan terbuka secara informal dilakukan secara berkala sesuai kesepakatan dengan berbagai stakeholder.

Potensi Lokal Yang Dapat Dimanfaatkan Dalam Pemberdayaan Usaha Sektor Informal

Pemberdayaan usaha sektor informal berkaitan dengan pemanfaatan potensi lokal yang ada di Kelurahan Campaka. Potensi lokal di Kelurahan Campaka yang dapat dimanfaatkandalam pemberdayaan usaha sektor informal antara lain terdiri dari potensi sumber daya manusia dan sumber daya kelembagaan dan modal sosial. Pengamatan langsung di lokasi penelitian memberikan gambaran mengenai potensi usaha yang dapat digunakan dalam pengembangan usaha sektor informal antara lain 1) kondisi lingkungan yang aman, 2) kepadatan penduduk cukup tinggi sehingga konsumen dapat diperkirakan berjumlah banyak, 3) rumah kontrakan banyak tersebar di dekat lokasi usaha, dan adanya 4) koperasi/usaha simpan pinjam di sekitar tempat tinggal pelaku usaha.

a. Sumber daya manusia

Penduduk Kelurahan Campaka sejumlah 11.346 orang merupakan pasar potensial bagi pemasaran hasil usaha sektor informal. Selain itu, sumber daya manusia berkualitas yang ada di Kelurahan ini dapat dimobilisasi untuk membantu pelaksanaan program pengembangan masyarakat. Data kependudukan berdasarkan pendidikan di Kelurahan Campaka (sumber : Profil

Kelurahan Campaka Tahun 2004) memperlihatkan bahwa penduduk yang melanjutkan pendidikan ke D-1 hingga D-3 berjumlah 176 orang, S-1 berjumlah 279 orang, dan tamat S-2 sebanyak 25 orang. Data tersebut memperlihatkan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam pelaksanaan upaya pengembangan masyarakat berjumlah cukup besar, namun kenyataannya inisiatif dan partisipasi mereka belum dapat dioptimalkan dalam upaya pemberdayaan usaha sektor informal. Kelembagaan sosial yang ada di Kelurahan Campaka masih dikuasai oleh wajah-wajah lama dan sebagian kecil yang berpendidikan tinggi. Kondisi tersebut diperkirakan akibat intensitas kesibukan kerja yang cukup tinggi yang dilakukan penduduk kelurahan Campaka (7.197 orang) dimana 4.873 orang (67 %) bekerja sebagai pegawai swasta, 1.240 orang (17 %) bekerja sebagai pegawai negeri, 215 orang (3 %) bekerja sebagai anggota TNI/Kepolisian RI, dan 16 orang (0,2 %) bekerja sebagai pengusaha sehingga tidak memiliki waktu luang untuk berkecimpung secara optimal dalam kegiatan kemasyarakatan. Kemungkinan lain adalah ketidaksinambungan regenerasi dan kaderisasi kepemimpinan di lingkungan masyarakat.

Keberadaan pelaku usaha sektor informal di Kelurahan Campaka yang berkecimpung di bidang perdagangan sebesar 237 orang merupakan potensi yang perlu dikembangkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Potensi yang dapat dimanfaatkan dari diri pelaku usaha sektor informal antara lain motivasi tinggi (keinginan kuat pelaku usaha sektor informal untuk mendapatkan taraf pendapatan dan kesejahteraan yang lebih baik), keuletan berusaha, semangat dan pengalaman usaha yang dapat digunakan untuk melakukan pengembangan usaha. Pemanfaatan potensi tersebut dilakukan dengan mencari lokasi usaha yang potensial dan strategis, membuka usaha lain secara berkeliling, dan menambah jenis barang dagangan.

b. Sumber daya kelembagaan dan modal sosial

Kelembagaan sosial yang ada di Kelurahan Campaka antara lain Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Kelurahan, PKK, koperasi, usaha simpan pinjam, kelompok arisan, Karang Taruna, kelompok pengajian/majelis taklim, kelompok tani dan peternak, Wirakarya, kelompok pemuda Babakan Cianjur, dan forum Ngadu Bako. LPM Kelurahan adalah lembaga yang berasal

dari perubahan nama dan struktur LKMD. Kelembagaan sosial yang ada merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan perekonomian lokal dan menyukseskan pelaksanaan program-program pengembangan masyarakat. Hanya saja sangat disayangkan potensi ini belum dimanfaatkan secara efektif. Potensi yang dapat dimanfaatkan dari diri pelaku usaha sektor informal antara lain motivasi tinggi, keuletan, semangat dan pengalaman usaha yang dapat digunakan untuk melakukan pengembangan usaha.

Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pemberdayaan Usaha Sektor Informal

Keberhasilan upaya pemberdayaan usaha sektor informal sangat dipengaruhi oleh adanya faktor pendukung dan penghambat. Penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal sebaiknya didasarkan pada penganalisaan faktor pendukung dan penghambat upaya pemberdayaan usaha sektor informal. Kehadiran adanya faktor pendukung dan penghambat dapat diketahui dari pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh pelaku usaha sektor informal, tokoh masyarakat, aparat pemerintah setempat, dan instansi- instansi terkait yang memiliki perhatian terhadap pemberdayaan usaha sektor informal.

Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh pelaku usaha sektor informal, tokoh masyarakat, aparat pemerintah setempat, dan instansi-instansi terkait memberikan gambaran tentang apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung pemberdayaan usaha sektor informal antara lain adanya program-program penanggulangan kemiskinan yang berorientasi pada pemberdayaan usaha sektor informal, adanya peluang mengakses pinjaman dari lembaga keuangan mikro, adanya peluang pelatihan kewirausahaan, dan keinginan kuat dari pelaku usaha sektor informal untuk mendapatkan taraf pendapatan dan kesejahteraan yang lebih baik. Faktor penghambat pemberdayaan usaha sektor informal antara lain ketidakjelasan mekanisme penyampaian informasi secara tepat sasaran mengenai program- program pengembangan masyarakat kepada pelaku usaha sektor informal, ketidakmampuan pelaku usaha sektor informal dalam mengorganisir dirinya.

kekurangberfungsian kelembagaan dan modal sosial yang ada, dan kekurangmampuan pelaku usaha sektor informal dalam mengakses pasar dan keterbatasan modal.

Penganalisaan terhadap faktor pendukung dan penghambat dijelaskan melalui analisis objek, analisis kegiatan, dan analisis sumber informasi. Penganalisaan terhadap faktor pendukung dapat diketahui pada tabel berikut :

Tabel 6

Penganalisaan Faktor Pendukung Dalam Pemberdayaan Usaha Sektor Informal

No. Faktor Pendukung Analisis Kegiatan Analisis Sumber Informasi 1 2 3 4 1. Ketersediaan program-program penanggulangan kemiskinan yang berorientasi pada pemberdayaan usaha sektor informal

Pelaku usaha sektor informal sebaiknya berinisiatif mengakses program yang dapat dimanfatkan dalam pemberdayaan usaha sektor informal.

Sumber informasi yang perlu diakses oleh pelaku usaha sektor informal antara lain :

a. Surat Kabar, Majalah, Internet (Multimedia) b. Pihak pemerintah kota,

LSM, Perbankan, Lembaga Keuangan Mikro, pihak swasta, dan perguruan tinggi 2. ketersediaan peluang

mengakses pinjaman dari lembaga

keuangan mikro

Pelaku usaha sektor informal dilatih untuk membuat proposal dan dapat mengajukan permohonan dengan syarat dan akses yang mudah

Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses :

Perbankan dan

3. adanya peluang pelatihan

kewirausahaan

Pelaku usaha sektor informal melakukan pemilahan terhadap berbagai pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan usaha dan siapa saja yang potensial untuk diberi pelatihan.

Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses :

Pemerintah Kota, KADIN, dan LSM

4. keinginan kuat pelaku usaha sektor informal untuk mendapatkan taraf pendapatan dan kesejahteraan yang lebih baik

Pelaku usaha sektor informal sebaiknya berinisiatif mengakses berbagai program pemberdayaan usaha sektor informal

Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses :

Pemerintah Kota, Perbankan dan

Tabel 7

Penganalisaan Faktor Penghambat Dalam Pemberdayaan Usaha Sektor Informal

No. Faktor Penghambat Analisis Kegiatan Analisis Sumber Informasi 1 2 3 4 1. Ketidakjelasan mekanisme penyampaian informasi tepat sasaran mengenai program pengembangan masyarakat kepada pelaku usaha sektor informal Pemerintah Kelurahan dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Kelurahan sebaiknya melakukan sinergi kegiatan.

Sumber informasi yang perlu diakses oleh pelaku usaha informal antara lain : Pemerintah Kelurahan, LPM Kelurahan, Ketua RW, Ketua RT.

2. ketidakmampuan pelaku usaha sektor informal dalam mengorganisir dirinya

Pelaku usaha sektor informal sebaiknya melakukan

pembentukan jaringan informasi antar pelaku usaha sektor informal di Kelurahan Campaka

Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses : pemerintah kota, LPM Kelurahan, LSM, pihak swasta 3. Kekurangberfungsian kelembagaan dan modal sosial yang ada

LPM Kelurahan sebaiknya menata kembali agenda kerja dan struktur

kepengurusan

Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses :

Pemerintah Kelurahan Campaka, Tokoh Masyarakat, Ketua RW dan Ketua RT

1 2 3 4

4. kekurangmampuan pelaku usaha sektor informal dalam mengakses pasar dan keterbatasan modal

Pelaku usaha sektor informal sebaiknya menyatukan visi dan kegiatan dalam

kerangka yang jelas dan terencana

Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses :

Pemerintah Kota, Pemerintah Kecamatan, pemerintah Kelurahan, Ketua RW dan Ketua RT.

Penentuan Strategi Program dengan Analisis SWOT

Perencanaan strategi program yang tepat sasaran harus didukung keterlibatan pelaku usaha sektor informal sebagai subyek aktif dalam berinisiatif dan berpartisipasi untuk mengembangkan usaha mereka melalui program pemberdayaan usaha sektor informal, sehingga mereka diharapkan mampu mengidentifikasi potensi, permasalahan, dan kebutuhan mereka serta mampu merancang sendiri program pemberdayaan usaha sektor informal yang sesuai dengan harapan, minat, dan tujuan mereka.

Analisis SWOT dalam kajian pemberdayaan usaha sektor informal berupaya mengidentifikasi berbagai faktor internal maupun eksternal secara sistematis agar dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threath). Penggunaan Analisis SWOT didasarkan atas pertimbangan bahwa analisis terhadap faktor-faktor strategis kelembagaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) atau disebut dengan analisis situasi diperlukan dalam proses pengambilan keputusan strategis.

Analisis SWOT dalam kajian ini menggunakan data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara langsung dan diskusi kelompok serta data kuantitatif yang diperolah melalui kuesioner yang diisi oleh responden yang telah ditetapkan sebagai stakeholder utama. Tahapan penggunaan analisis SWOT dalam pemberdayaan usaha sektor informal antara lain penetapan stakeholder utama, identifikasi SWOT, dan pemilihan strategi hasil analisis SWOT. Pemilihan strategi hasil analisis SWOT dapat dilihat pada tabel berikut :

Penetapan Stakeholder Utama

Pemberdayaan usaha sektor informal memerlukan keterlibatan berbagai stakeholder, tetapi banyaknya stakeholder yang terlibat tersebut masing-masing memiliki tujuan berbeda sehingga dapat menyebabkan kerancuan dalam penentuan S dengan O atau O dengan W yang dapat saling bertukar, maka pemilihan stakeholder dilakukan untuk mempersempit domain dokumen perencanaan agar mudah dikelola (manageable) (Soesilo, 2002).

Strategi yang akan dirancang dimaksudkan untuk memperkuat keberdayaan usaha sektor informal agar dapat memajukan usaha mereka dilakukan secara mandiri dan hasilnya diharapkan dapat diimplementasikan oleh mereka sendiri, sehingga dari berbagai stakeholder yang terlibat (reponden dan informan) dipilih stakeholder utama sebagai unit analisis SWOT. Stakeholder utama unit analisis SWOT adalah seluruh responden pelaku usaha sektor informal sebanyak 20 orang.

Identifikasi SWOT

Secara khusus identifikasi SWOT atau perumusan faktor internal (strength dan weakness) dan faktor eksternal (opportunity dan threath) dilaksanakan melalui diskusi kelompok, tetapi secara umum seluruh data yang diperoleh melalui teknik-teknik pengumpulan data lainnya juga digunakan dalam memperkaya data yang diperlukan dalam identifikasi SWOT tersebut.

Pelaksanaan diskusi kelompok dihadiri pelaku usaha sektor informal sebagai stakeholder utama dan setiap peserta diskusi diberi kebebasan mengungkapkan pemikirannya berkaitan dengan permasalahan faktor internal dan eksternal dan pengevaluasian terhadap pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang ada di Kelurahan Campaka, kebutuhan melakukan pengembangan usaha melalui pemberdayaan usaha sektor informal, permasalahan internal dan eksternal usaha sektor informal, dan perancangan suatu program yang mudah dilaksanakan oleh pelaku usaha sektor informal. Akumulasi data yang telah diperoleh selanjutnya dijadikan dasar pengidentifikasian faktor internal dan eksternal. Strategi-strategi yang diperlukan (SO, ST, WO, WT) didasarkan pada perumusan faktor internal dan eksternal. Hasil identifikasi SWOT digambarkan dalam matriks analisis SWOT berikut ini :

Tabel 12 . Matriks Analisis SWOT terhadap Pemberdayaan Usaha Sektor Informal Faktor Internal Faktor Eksternal Strength (S) Weakness (W)

1. Motivasi untuk mengatasi permasalahan usaha 2. Keuletan dan semangat mengembangkan usaha 3. Pemanfaatan pengalaman usaha dalam

mengembangkan usaha

4. Adanya kepercayaan, solidaritas, gotong royong

1. Kesulitan menambah modal/modal terbatas 2. Belum terbentuknya organisasi antar pelaku usaha

sektor informal dan jaringan usaha

3. Belum adanya pihak-pihak yang benar-benar membela secara langsung kepentingan usaha sektor informal untuk memperkuat posisi usaha sektor informal

4. Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan usaha 5. Belum adanya perbaikan sarana dan prasarana

penunjang kegiatan usaha

6. Kesulitan mendapatkan Informasi usaha dan peluang pemasaran

Opportunity (O) Strategi (S O) Strategi (W O)

1. Kebijakan pemerintah memberikan program-program bantuan usaha

2. Dukungan program, regulasi dan anggaran dari pemerintah kota

3. Bantuan teknis pengembangan usaha dari pemerintah/pihak lain

4. Pengembangan sarana dan prasarana oleh pihak pemerintah/pihak lainnya

5. Pemberian informasi dan strategi, dan keterampilan usaha dari pemerintah/pihak lainnya

6. Perhatian dari pemerintah/swasta/ lembaga swadaya masyarakat terhadap keberlangsungan usaha

1. Pengembangan kesiapan mental pelaku usaha dalam menghadapi pemberian bantuan usaha dari berbagai pihak pemberi bantuan

2. Penguatan kapasitas kepercayaan, solidaritas, dan kegotongroyongan antar pelaku usaha

3. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan usaha bagi pelaku usaha

4. Memberikan keleluasaan dan ketenangan berusaha di sektor informal

1. Mengembangkan tata hubungan kelembagaan yang sinergis antara masyarakat/pelaku usaha sektor informal, pihak swasta, dan pemerintah. 2. Meningkatkan akses terhadap sumber daya dan

pemasaran.

3. Meningkatkan akses terhadap pengetahuan dan keterampilan.

4. Meningkatkan kualitas kondisi sarana dan prasarana usaha.

5. Mengembangkan pengorganisasian diri pelaku usaha sektor informal dan pengembangan jejaring usaha.

6. Pengembangan jejaring komunikasi dan informasi dengan berbagai pihak (pemerintah/swasta/ lembaga swadaya masyarakat).

Treath (T) Strategi (S T) Strategi (W T)

1. Ketidakmengertian aparat setempat terhadap mekanisme pelaksanaan program pengembangan masyarakat

2. Ketidakberfungsian Lembaga Pengabdian Masyarakat Kelurahan dan koperasi setempat 3. Pengaruh rentenir

4. Persaingan usaha sejenis

5. Ketidaksampaian informasi pengembangan usaha 6. Kenaikan harga-harga bahan baku produk usaha

1. Pemantapan kesiapan mental pelaku usaha dan aparat setempat dalam melaksanakan program

pengembangan masyarakat.

2. Pemberfungsian lembaga pengabdian masyarakat Kelurahan dan koperasi setempat didasari solidaritas, saling percaya, dan gotong royong.

3. Penciptaan iklim persaingan usaha yang wajar (tidak mengganggu dan menjatuhkan usaha yang sudah ada) 4. Pengembangan mekanisme penyampaian informasi

secara tepat sasaran

5. Penyempitan/penghapusan ruang gerak rentenir. 6. Pengefektifan penggunaan bahan baku.

1. Meningkatkan pemahaman aparat setempat mengenai pentingnya pemberian bantuan usaha kepada pelaku usaha sektor informal.

2. Meningkatkan kinerja dan perhatian lembaga Pengabdian Masyarakat Kelurahan dan Koperasi terhadap pengembangan usaha sektor informal. 3. Pengembangan mekanisme penyampaian informasi

secara tepat sasaran.

4. Mengupayakan iklim persaingan usaha yang wajar disertai pengawasan dari pemerintah setempat.

Pemilihan Strategi Hasil Identifikasi SWOT

Pengidentifikasian SWOT menghasilkan empat alternatif strategi antara lain SO (menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan kesempatan atau disebut juga strategi agresif), ST (Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman atau disebut juga strategi diversifikasi), WO (mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan kesempatan atau disebut juga strategi putar balik) dan WT

(mengatasi kelemahan untuk meminimalkan ancaman atau disebut juga strategi defensif).

Salah satu strategi akan muncul sebagai salah satu strategi yang akan dikembangkan berdasarkan perhitungan nilai bobot dan urgensi penanganan dari setiap faktor melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden, sehingga melalui perhitungan kuesioner, akan didapatkan rata-rata jawaban responden dalam faktor internal untuk strategi jangka pendek dan jangka panjang maupun rata-rata jawaban responden dalam faktor eksternal untuk strategi jangka pendek dan jangka panjang. Hasil dari analisis SWOT dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha sektor informal, antara lain :

a. Analisa terhadap kekuatan yang ada, perlu diadakan pembinaan terus menerus terhadap usahanya.

b. Analisa terhadap kelemahan yang ada, perlu melakukan segala daya upaya untuk dapat mengatasi/menyelesaikan masalah yang terjadi dalam usahanya.

c. Analisa terhadap peluang yang ada, perlu memanfaatkan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya guna mendukung keberhasilan usahanya.

d. Analisa terhadap ancaman yang ada, perlu mewaspadai dan berjaga-jaga, serta melakukan pengawasan terhadap hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan usahanya.

Rata-rata jawaban responden dalam tabel perhitungan kuesioner SWOT memberikan gambaran mengenai :

1. Kekuatan internal terbesar yang dimiliki oleh pelaku usaha sektor informal sekarang ini adalah semakin kuat keuletan dan semangat untuk mengembangkan usaha (bobot : 7,90), sedangkan kelemahan terbesar sekarang ini adalah tidak adanya kemampuan mengembangkan jaringan usaha (bobot : 9,23). Masalah yang memerlukan urgensi penanganan paling

penting segera dilaksanakan adalah penguatan posisi usaha sektor informal terhadap kepentingan pihak lain (urgensi :3,65).

2. Peluang terbesar dari faktor eksternal sekarang ini adalah adanya peluang perhatian dari pihak pemerintah/pihak lainnya untuk memelihara keberlangsungan usaha para pelaku usaha sektor informal (bobot : 7,45), sedangkan ancaman terbesar sekarang ini adalah ketidakberfungsian Lembaga Pengabdian Masyarakat Kelurahan (bobot : 9,44). Masalah yang memerlukan urgensi penanganan paling penting segera dilaksanakan adalah pemberian informasi dan strategi usaha dari pemerintah/pihak lainnya (urgensi :3,70).

3. Hasil perhitungan kuesioner pada faktor internal dan eksternal untuk jangka pendek mengemukakan strategi yang perlu dikembangkan sekarang ini adalah Strategi WO (bobot terbesar : 421,15) dengan mengatasi kelemahan- kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 4. Kekuatan internal terbesar yang dapat dikembangkan untuk masa yang akan

datang adalah keuletan dan semangat pelaku usaha sektor informal untuk mengembangkan usaha (bobot : 8,85), sedangkan pengembangan jaringan usaha diharapkan secara bertahap mencapai kemandirian (bobot : 7,75). Masalah yang memerlukan urgensi penanganan paling perlu segera diantisipasi pada masa yang akan datang adalah penguatan posisi usaha sektor informal terhadap kepentingan pihak lain (urgensi: 3,65).

5. Peluang terbesar dari faktor eksternal pada masa yang akan datang adalah peluang perhatian dari pihak pemerintah/pihak lainnya untuk memelihara keberlangsungan usaha para pelaku usaha sektor informal (bobot : 8,65), sedangkan ancaman terbesar pada masa yang akan datang adalah apabila ketidakmengertian aparat setempat terhadap mekanisme pelaksanaan program pengembangan masyarakat ternyata belum mengalami perubahan kesadaran dan perbaikan (bobot : 9.63). Masalah yang memerlukan urgensi penanganan paling perlu segera diantisipasi pada masa yang akan datang adalah pemberian informasi dan strategi usaha dari pemerintah dan pihak lainnya sehingga usaha sektor informal dapat mengembangkan usaha mereka dengan baik (urgensi :3,70).

6. Hasil perhitungan kuesioner pada faktor internal dan eksternal untuk jangka panjang diperoleh strategi yang perlu dikembangkan untuk masa yang akan

datang adalah Strategi SO (bobot terbesar : 433,92) dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang untuk mengoptimalkan peluang yang mungkin dapat dicapai.

Pelaksanaan strategi WO perlu dikembangkan terlebih dahulu untuk mendukung pelaksanaan strategi SO di masa yang akan datang. Pelaksanaan strategi SO pada masa yang akan datang memerlukan upaya-upaya pemeliharaan kekuatan yang ada sekarang ini dan mengubah kelemahan-kelemahan sekarang ini menjadi kekuatan di masa yang akan datang, sehingga hal tersebut perlu didukung oleh upaya-upaya mengatasi kelemahan sekarang ini agar dapat memanfaatkan peluang yang ada.

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN

Dokumen terkait