• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis melalui metode Delphi mendapatkan 5 (lima) implikasi kelembagaan yang memiliki kesamaan pendapat diantara para responden dan 7 (tujuh) implikasi kelembagaan yang tidak memiliki kesamaan pendapat diantara para responden. Implikasi kelembagaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel III.6

Kesamaan dan Ketidaksamaan Pendapat terhadap Implikasi Kelembagaan atas AATHP

Implikasi kelembagaan yang memiliki kesamaan pendapat

Implikasi kelembagaan yang tidak memiliki Kesamaan Pendapat 1.

2.

3.

4.

5.

Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan peralatan

penanggulangan bencana kebakaran Perbaikan pengelolaan informasi dan data kebakaran hutan dan lahan Pembagian peran, tanggung jawab dan kewenangan yang lebih jelas antar institusi dalam upaya

penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan

Pembuatan SOP (Standard Operating Procedures) penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan

Pembangunan ASEAN Centre memudahkan kerjasama dan koordinasi antar Pihak

1.

Keberadaan ASEAN Centre memacu perbaikan koordinasi

Perbaikan koordinasi di tingkat pusat (nasional)

Penetapan sumber data hotspot di tingkat nasional

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan Pengembangan penerapan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB)

Perbaikan alokasi dana penanggulangan bencana kebakaran

Penguatan kelembagaan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan di daerah

Untuk implikasi kelembagaan yang memiliki kesamaan pendapat, peneliti berpendapat bahwa 5 (lima) buah implikasi kelembagaan tersebut dapat memacu perbaikan kelembagaan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, karena sesuai dengan substansi dari isi AATHP, kelima implikasi kelembagaan tersebut merupakan bagian dari ketentuan yang terdapat dalam AATHP.

Untuk lebih jelasnya, pendapat peneliti dapat dilihat pada Tabel III.7.

Di sisi lain, meskipun terdapat 7 (tujuh) implikasi kelembagaan yang tidak memiliki kesamaan pendapat diantara para responden, tetapi sesungguhnya terdapat 2 (dua) buah implikasi kelembagaan yang menurut responden juga dapat memacu perbaikan kelembagaan penanggulangan bencana kebakaran dan dampaknya di Indonesia, karena baik menurut substansi yang terdapat dalam isi AATHP maupun ketentuan yang telah ada sebelumnya, kedua implikasi kelembagaan dapat memacu perbaikan kelembagaan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

Implikasi kelembagaan tersebut adalah pengembangan penerapan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dan perbaikan alokasi dana penanggulangan bencana kebakaran.

Untuk lebih jelasnya, pendapat peneliti dapat dilihat pada Tabel III.8.

Tabel III.7

Pendapat Peneliti untuk Kesamaan Pendapat terhadap Implikasi Kelembagaan atas AATHP

No. Implikasi kelembagaan yang memiliki Kesamaan Pendapat

(Metode Delphi)

Pendapat Peneliti

1. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan peralatan penanggulangan bencana kebakaran melalui mekanisme perbantuan dan kerjasama teknis

AATHP dapat memberikan implikasi terhadap penguatan kapasitas sumber daya manusia dan peralatan penanggulangan bencana kebakaran di Indonesia karena ketentuan yang ada pada AATHP telah mengatur hal tersebut. Selain itu mekanisme perbantuan dan kerjasama dengan negara ASEAN maupun dunia internasional akan difasilitasi oleh ASEAN Centre sehingga

mempermudah berjalannya upaya

penanggulangan kebakaran dan dampaknya 2. Perbaikan pengelolaan informasi dan

data kebakaran hutan dan lahan melalui mekanisme pemantauan, pelaporan dan komunikasi dengan ASEAN Centre

Ketentuan yang ada pada AATHP mengharuskan setiap negara (melalui NMC) untuk melakukan mekanisme pemantauan, pelaporan dan

komunikasi mengenai kejadian kebakaran hutan dan lahan serta dampaknya secara reguler kepada ASEAN Centre (yang saat ini sudah berjalan). Hal ini menyebabkan NMC sebagai institusi di tingkat nasional didorong untuk lebih mampu mengelola informasi kebakaran hutan dan lahan secara lebih efektif guna memberikan informasi yang akurat ke tingkat regional

3. Pembagian peran, tanggung jawab dan kewenangan yang lebih jelas antar institusi dalam upaya penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan melalui penunjukan dan pembentukan NFP, NMC dan CA

AATHP dapat memperjelas tugas dan fungsi yang ditunjuk atau dibentuk sebagai NFP, NMC dan CA dalam penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan karena berdasarkan ketentuan AATHP maka tugas dan fungsi ketiga institusi tersebut telah diatur dengan jelas

4. Pembuatan SOP (Standard Operating Procedures) penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan

Sesuai ketentuan Persetujuan (AATHP) maka Indonesia harus membuat SOP Penanggulangan Bencana Kebakaran di tingkat nasional yang juga dikaitkan dengan kerjasama regional. Oleh karena itu maka AATHP dapat menjadi pemacu untuk segera membuat SOP Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan untuk memenuhi ketentuan tersebut

5. Pembangunan ASEAN Centre

memudahkan kerjasama dan koordinasi antar Pihak

Sesuai dengan kerangka acuan mengenai fungsi yang terdapat dalam lampiran AATHP, maka ASEAN Centre mempunyai fungsi utama dalam memfasilitasi kerjasama dan koordinasi antar para Pihak. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka pembangunan ASEAN Centre dapat memacu dan mengintensifkan kerjasama dan koordinasi para Pihak (negara ASEAN dan dunia Internasional) dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia

Sumber : Hasil Analisis, 2007

Tabel III.8

Pendapat Peneliti untuk Ketidaksamaan Pendapat terhadap Implikasi Kelembagaan atas AATHP

1. Pengembangan Penerapan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB)

Meskipun para responden tidak memiliki kesamaan pendapat bahwa AATHP dapat berimplikasi terhadap pengembangan PLTB, namun peneliti berpendapat AATHP dapat

berimplikasi terhadap pengembangan PLTB karena dengan adanya ketentuan dalam AATHP untuk lebih menjamin bahwa langkah legislatif, administratif, dan langkah relevan lainnya akan diambil untuk mempromosikan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) serta adanya kerjasama teknis antar para Pihak dalam mempromosikan praktik pembukaan lahan tanpa bakar dapat memacu pemerintah untuk lebih mengembangkan penerapan PLTB di Indonesia. Selain itu dengan adanya ketentuan tersebut juga dapat memperkuat

ketentuan-ketentuan PLTB yang telah ada di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 14 tentang Perkebunan maupun peraturan pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan. Oleh karena itu maka dengan adanya ketentuan penerapan PLTB pada AATHP dapat menjadi dorongan positif baik bagi pemerintah, perusahaan maupun masyarakat untuk lebih mengembangkan dan menerapkan PLTB di Indonesia.

2. Perbaikan alokasi dana penanggulangan bencana kebakaran

Meskipun para responden tidak memiliki kesamaan pendapat bahwa AATHP dapat berimplikasi terhadap perbaikan alokasi dana penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, namun peneliti berpendapat AATHP dapat

berimplikasi terhadap perbaikan alokasi dana penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia karena dengan adanya ketentuan dalam AATHP agar setiap Pihak (dalam hal ini setiap negara anggota ASEAN yang terikat dalam Persetujuan ini) harus menjamin alokasi dana yang lebih memadai dalam menanggapi dan memitigasi dampak kebakaran hutan dan lahan dapat menjadi dorongan tersendiri bagi pemerintah Indonesia untuk lebih memberikan perhatian dalam memberikan alokasi dana yang lebih memadai dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Ketentuan pada AATHP ini dapat memperkuat jaminan terhadap ketentuan alokasi dana yang lebih memadai terhadap upaya

penanggulangan bencana khususnya bencana kebakaran hutan dan lahan selain ketentuan yang telah ada pada Undang-undang Penanggulangan Bencana yang juga telah memuat adanya penjaminan alokasi dana pemerintah terhadap upaya penanggulangan bencana.

Sumber : Hasil Analisis, 2007

Dokumen terkait