• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.3 Pembahasan

IV.3.2 Pendapat Psikolog

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Arliza Juairiani Lubis, Msi, Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi) bahwa ada banyak yang mampu mempengaruhi terbentuknya konsep diri adalah nilai-nilai dalam dirinya, yang biasanya datang dari luar dan dalam dirinya. Ada orang yang lebih memperhatikan nilai-nilai dari dalam dirinya, misalnya jika dia merasa itu yang terbaik buat dia, dia akan menerimanya dengan baik, tetapi ada juga orang yang memperhatikan nilai-nilai dari luar, yang menyebabkan diri dia jadi pengikut pendapat orang.

Arliza juga mengatakan bahwa keluarga berperan penting dalam menentukan pembentukan konsep diri remaja. Seperti yang dikatakannya, seseorang tau yang mana yang benara, dan yang mana yang salah adalah dari keluarga. Orang tua adalah peran utama dalam keluarga untuk mendidik anak agar memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya. Seorang anak menilai suatu hal itu baik meniru dari keluarganya yang mengatakan itu memang baik.

Latar belakang keluarga juga sangat berpengaruh dalam pembentukan konsep diri tersebut, walaupun tidak semua anak yang memiliki keluarga yang kurang harmonis memiliki konsep diri yang negatif. Namun memang kebanyakan latar belakang keluarga yang kurang harmonis, membentuk konsep diri yang negatif. Ini di karenakan faktor lingkungan keluarga yang memaksa anak remaja memilih sendiri apa yang dia suka tanpa tau pendapat dari keluarganya bahwa itu baik atau buruk.

Jadi ketika suatu kondisi keluarga yang sudah tidak kondusif lagi, remaja akan membentuk suatu konsep diri yang dia sukai. Masyarakat sendiri akan dapat menilai sendiri dan penilaian itu juga akan berpengaruh pada pembentukan konsep diri tersebut. Bahkan anak akan mendapat kesimpulan sendiri akan kejadian-kejadian tersebut.

Komunikasi antarpribadi orang tua terhadap remaja itu sendiri sangat penting dalam suatu lingkungan keluarga. Komunikasi dari orang tua ke anak memang memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak. Disinlilah seharusnya orang tua membimbing anaknya agar anak mengetahui bahwa mana yang benar dan mana yang salah. Penyampaian dalam keluarga juga sangat berpengaruh dalam pembentukan konsep diri. Orang tua yang otoriter, yang mengatakan bahwa A haruslah A, itu akan berdampak sama pada anak yang akan menjadikannya keras dan menilai A ya memang harus A. Berbeda dengan orang tua yang tidak otoriter yang memberikan pilihan pada anaknya untuk memilih. Dampak yang terjadi pada anaknya tersebut juga akan berbeda jauh, yang membuat anak akan terbiasa memilih juga memberikan pilihan terhadap orang lain.

Jadi komunikasi di dalam keluarga dan cara penyampaian pesan tersebut sangat penting dalam membentuk konsep diri remaja. Hingga dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri yang tetap dan susah untuk dirubah.

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan

  Setelah dilakukan analisis terhadap lima informan yang berbeda latarbelakang keluarganya, juga pendapat psikolog yaitu Juairiani Lubis, Msi, Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi). Peneliti bisa menyimpulkan:

1. Terdapat pengaruh yang sangat besar antara komunikasi orang tua dan pembentukan konsep diri remaja. Hingga dapat dikatakan komunikasi orang tua terhadap anak adalah akar dari keluarga harmonis tersebut. Disini orang tua harus menyadari bahwa posisi mereka sampai kapanpun tetaplah menjadi pendidik bagi anak-anaknya.

2. Tidak terlalu banyak dampak yang terjadi saat komunikasi antarpribadi orang tua tersebut tidak berjalan dengan baik. Namun dampak-dampak yang terjadi, dapat disimpulkan sangat fatal. Hal ini dikarenakan terbentuknya konsep diri yang negatif saat remaja tidak lagi mendapatkan kenyamanan dari keluarganya. Konsep diri tersebut akan bertahan terus hingga remaja tersebut dewasa dan dapat berdampak pada pengulangan yang terjadi pada keluarganya dulu terhadap keluarga barunya. Walaupun seperti yang di katakan Ibu Juairiani Lubis, Msi, Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi), tidak semua anak yang mempunyai latar belakang keluarga yang kurang harmonis tersebut mempunyai konsep diri negatif. Tetapi, data yang didapat peneliti

mengatakan sebagian besar remaja yang komunikasi antarpribadinya kurang, memiliki konsep diri negatif.

3. Sangat terlihat perbandingan keluarga yang harmonis (komunikasi antarpribadinya baik) dan keluarga yang kurang harmonis (komunikasi antarpribadinya kurang). Keluarga harmonis memiliki ikatan yang kuat terhadap saudara-saudaranya, dan memiliki perasaan yang sama untuk saling membantu dan saling melindungi. Begitu juga di lingkungan pertemanannya, sangat terbuka dan bisa menerima berbagai masukan dari orang lain. Keluarga kurang harmonis tidak memiliki ikatan yang begitu kuat terhadap anggota keluarganya, bahkan terkadang sangat acuh. Ketika di lingkungan pertemanannta, mereka susah menerima keritikan dari temannya. Walaupun bukan berarti mereka mempunyai teman yang sedikit, tetapi tidak begitu banyak teman yang tergolong teman dekat atau dengan kata lain sahabat.

V.2 SARAN

Setelah mengadakan penelitian secara mendalam terhadap pentingnya komunikasi antarpribadi orang tua terhadap pembentukan konsep diri remaja, maka saya memiliki beberapa saran terhadap beberapa pihak :

1. Hendaknya setiap keluarga memahami arti penting dari komunikasi antarpribadi orang tua, yang memang berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri remaja untuk bekal menjadi dewasa dan matang.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi masyarakat bahwasanya bisa melihat bagaimana pentingnya proses pembentukan konsep diri tersebut sebagai bekal untuk dia menjadi dewasa.

3. Kita juga, sebagai masyarakat harus mendorong atau memberikan masukan- masukan positif terhadap sesama teman kita agar dapat membantu orang yang mungkin kehilangan konsep dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2005. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. _____________. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke

Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Cangara, Hafied. 2005. Pengantar ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Matsumoto, David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Djuarsa, Sasa. 2005. Teori Komunikasi. Jakarta: Unversitas Terbuka.

Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

____________________. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Hardy, M dan S. Heyes. 2001. Pengantar Psikologi Umum: Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.

Hariwijaya, M dan Bisri M. Jaelani. 2005. Teknik Menulis Bidang Skripsi dan Thesis. Yogyakarta: Zenith Publisher.

Hurlock, Elizabeth. 1996. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Iskandar. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada Press.

Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Ctra Aditya Bakti. Monks, F.J. dkk. 2002. Psikologi Perkembangan, Pengantar Dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Unuversity Press

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. . 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sastropoetro, Santoso, 1990. Komunikasi Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Singarimbun, Masridan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : PT.

Pustaka LP3ES Indonesia.

Supratiknya, A. 2002. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Pedoman Wawancara

Variabel Komunikasi Antarpribadi

1. Seberapa sering kamu cerita tentang masalah kamu ke orang tua?

2. Pernah tidak orang tua kamu bertanya tentang “keadaan kamu gimana hari ini” ?

3. Apakah orang tua sering mendukung apa yang kamu lakukan?

4. Kalau kamu cerita tentang masalah kamu ke orang tua, gimana tanggapan orang tua kamu? Sering mendukung atau menyalahkan?

5. Sering tidak kamu dan orang tua kamu punya pemikiran yang sama tentang suatu masalah?

Variabel Konsep diri

6. Menurut kamu, kamu itu orang yang bagaimana? 7. Kamu terima tidak kalau orang lain menilai diri kamu?

8. Setiap manusia kan punya masalah, menurut kamu mengganggu tidak masalah itu untuk kehidupan kedepan kamu?

9. Apakah kamu suka merancang rencana kamu untuk masa depan yang kamu harapkan?

10.Sering tidak kamu menyelesaikan masalah kamu?

BIODATA PENELITI

Nama/ NIM : TEGUH HARYO YUDANTO / 060904086

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan / 24 JUNI 1988

Departemen : Ilmu Komunikasi FISIP USU

Alamat : Jl. Seto No. 90 Medan 20216

Anak : Ke 2 dari 3 bersaudara

Orang Tua

Bapak : (Alm.) Drs. SISWO SUROSO, M.Sp

Ibu : RUKMINI

Pendidikan : SD Negeri 060791 (1994-2000)

SLTP KESATRIA Medan (2000-2003) SMU KESATRIA Medan (2003-2006)

Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2006

Saudara : TEGUH HARIWIBOWO

Dokumen terkait