• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Pendapatan Bersih

(Rp) 40072264 8526014 15631377,68

(Sumber: Data Diolah dari Lampiran 11,14)

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa untuk tiap petani penerimaan sebesar Rp 47.678.422.67, dengan biaya produksi adalah Rp 7606159,091. Maka pendapatannya sebesar Rp 40072264 sementara per 10 pohon penerimaannya sebesar Rp 10.144.345.25, dengan Biaya Produksi sebesar Rp 1618331,722 maka pendapatan yang dihasilkan adalah Rp 8526014. Maka pada tahun ke 5, penerimaan dari usahatani andaliman adalah Rp 17907183,3, dengan biaya produksi sebesar Rp 2275805,651 sehingga pendapatan yang dihasilkan pada tahun ke 5 adalah sebesar Rp 15631377,68.

Untuk melihat kelayakan usahatani andaliman di daerah penelitian dianalisis dengan kelayakan usahatani. Analisis kelayakan usahatani andaliman dilakukan untuk

mengetahui apakah usahatani andaliman layak diusahakan maka dianalisis dengan menggunakan kriteria kelayakan NPV, Net B/C Ratio dan IRR.

Tabel 20. Nilai NPV, Net B/C dan IRR Usahatani Andaliman di Desa penelitian, Kecamatan Polung Tahun 2009

Kriteria Per Petani Keterangan

NPV 21355433,1 Layak Net B/C 23,10 Layak IRR 542,83% Layak

(Sumber: Data Diolah dari Lampiran 12,, 2009)

Dari Tabel 20 dapat dikemukakan nilai NPV rata-rata usahatani anadaliman perpetani sebesar Rp 21355433,1 artinya nilai NPV lebih besar dari 0. maka usahatani andaliman layak diusahakan. Selanjutnya nilai net B/C diperoleh sebesar 23, lebih besar dari 1 (satu). Artinya setiap satu rupiah yang ditanamankan ke dalam usahatani andaliman akan mendatangkan keuntungan sebesar Rp23,10. Nilai IRR diperoleh 542,83%, artinya lebih besar dari suku bunga Bank yang berlaku yaitu 15% maka usahatani andaliman layak diusahakan. Maka Hipotesis 1, yang mengatakan usahatani andaliman layak diusahakan secara ekonomis dapat diterima.

Kontribusi Andaliman Terhadap Pendapatan Keluarga

Sumber pendapatan keluarga di daerah penelitian adalah dari usahatani kopi ,padi dan andaliman. Usahatani padi dan kopi merupakan merupakan usahatani utama sementara usahatani andaliman adalah usahatani sampingan. Namun usahatani andaliman setelah umur 3-5 tahun merupakan sumber pendapatan yang dapat dipanen setiap kali dalam 2 minggu sehingga memberi sumbangan yang besar terhadap pendapatan keluarga

panen biasanya pada bulan Mei- Juni. Namun nilai sosialnya tinggi karena hanya menunggu 5 bulan setelah ditanam hasilnya dapat dipanen an dapat langsung disunakan untuk konsumsi keluarga. Besarnya pendapatan dari luar usahatani anadaliman dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Rata-Rata Pendapatan Petani dari Luar Usahatani Andaliman di Desa Penelitian, Kecamatan Polung Tahun 2009

No Usahatani Non Andaliman Per Petani

(Rp)

1 Padi 13150508.27

2 Kopi 13840258.33

Total 26990766.6

(Sumber: Data Diolah dari Lampiran 16,18 , 2009)

Berdasarkan Tabel 21 di atas menunjukkan rata-rata pendapatan yang diperoleh petani dari luar usahatani andaliman. Dari usahatani Padi jumlah pendapatan yang diperoleh tiap tahunnya adalah Rp 13150508.27 sementara pendapatan yang diperoleh dari tanaman kopi adalah sebesar Rp 13840258.33. Jadi dapat dilihat bahwa pendapatan dari usahatani kopi lebih besar dari pada pendapatan dari usahatani padi. Dengan demikian besar pendapatan petani dari luar usahatani non andaliman sebesar Rp 26990766.6 setiap tahun.

Untuk mengetahui besar penghasilan keluarga petani andaliman di daerah penelitian, maka pendapatan di luar usahatani andaliman ditambah pendapatan usahatani andaliman pertahun seperti tertera pada tabel 22.

Tabel 22. Kontribusi Pendapatan Andaliman Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Penelitian, Kecamatan Polung Tahun 2009

No Uraian Jumlah (Rp/Tahun) Jumlah (Rp/Bulan) Persentase (%) 1 Usahatani Andaliman 15631377,68 1302614,807 36,67 2 Usahatani Non Andaliman 26990766.6 2249230,55 63,32 3 Total Pendapatan Keluarga 42622144,28 3551845,357 100

(Sumber: Data Diolah dari Lampiran 19)

Dari Tabel 22 menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi yang diberikan oleh pendapatan andaliman terhadap pendapatan keluarga. Dapat dilihat bahwa andaliman memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga untuk tiap petani sebesar 36,67% yakni besar dari >30% , Sementara dari pendapatan usahatani non andaliman (Padi dan kopi) mempunyai kontribusi terhadap pendapatan keluarga sebesar 63,33%. Hal ini berarti usahatani non andaliman memberikan kontribusi pendapatan yang besar terhadap total pendapatan keluarga.

Dapat dibayangkan bahwa pendapatan yang berasal dari andaliman memberikan pendapatan yang besar dalam memenuhi kebutuhan keluarga, ditambahi dengan pendapatan dari non usahatani andaliman lainnya. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani non andaliman adalah sebesar Rp 26990766.6/ tahun, hal ini berarti pendapatan yang diterima untuk setiap bulan sebesar RP 2249231. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga rasanya masih kurang karena keluarga harus memenuhi kebutuhan hidup, tanggungan sekolah anak-anak, dan kebutuhan lainnya seperti pesta. Namun jika ditambah dengan pendapatan yang diterima dari pendapatan andaliman untuk setahun RP

1393622.569, hal ini tentu memberikan tambahan pendapatan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga. Sehingga dengan mengusahakan tanaman andaliman maka dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga karena pendapatan andaliman memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga.

Selain itu dapat diketahui berdasarkan Upah Minimum Regional di Sumatera Utara berdasarkan sumber Dinas pendapatan Daerah, yakni sebesar Rp 800.000-Rp 900.000/Bulan. Sementara di daerah penelitian ini total jumlah pendapatan keluarga setiap bulan adalah Rp 3.551.845,357, hal ini berarti bahwa pendapatan yang diterima keluarga sudah sesuai dengan standard UMR di Sumatera Utara, bahkan melebihi dari strandard yang ditentukan yaitu 3 kali lipat dari standard yang ditentukan dari Dinas Pendapatan Daerah Sumaatera Utara.

Maka sesuai dengan Hipotesis 2, maka Diterima karena kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga adalah cukup besar (>30%).

Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Andaliman

a. Masalah internal

Masalah internal yang dihadapi oleh petani adalah masalah yang berasal dari petani itu sendiri yaitu menyangkut kesulitan yang dihadapi dalam mengusahakan tanaman andaliman. Tanaman andaliman bukan seperti tanaman lainnya yang udah diusahakan menurut sumber petani ada beberapa teknis yang tidak dapat dilakukan, misalnya tidak diperbolehkan pemupukan dengan pupuk kandang (kotoran Babi) terhadap tanaman, lahan untuk penanaman harus yang bnar-benar rindang, karena petai biasanya menanam dengan sistem tumpang sari dengan tanaman kopi atau kemenyan. Kebiasaan-kebiasaan ini sebenarnya masih menurut petani karena belum pernah diteliti tentang budidaya tanaman andaliman. Artinya sebenarnya petani masih kesulitan dalam

membudidayakan tanaman andaliman yang baik. Akibatnya hal ini menjadi kendala bagi petani lainnya yang berniat untuk mengembangkan usahatani tersebut karena tidak adanya standard pembudidayaan tanaman andaliman yang baik.

Karena kurangnya pengetahuan petani tentang budidaya tanaman andaliman yang baik, ini yang akhirnya membuat petani kurang memberikan perhatian terhadap tanaman ini. Padahal seandainya diberikan perhatian terhadap tanaman ini maka akan semakin besar pendapatan yang diperoleh mengingat andaliman ini mempunyai harga yang cukup tinggi walaupun ada fluktuasi harga. Sehingga pendapatan yang diperoleh dari andaliman ini tidak lagi sebagai kontribusi bagi pendapatan keluarga akan tetapi sebagai salah satu penghasilan utama bagi keluarga.

Kurangnya informasi tentang teknik budidaya tanaman andaliman sehingga petani hanya mengusahakan tanaman ini dengan pengalaman yang dipeoleh dari orang tua secara turun-temurun. Tanaman andaliman mulai berproduksi setelah umur 3 tahun sehingga gestation periode terlalu lama mengakibatkan minat petani untuk mengembangkan usahatani andaliman sangat rendah. Selain informasi yang kurang tentang teknik budidaya, petani kurang informasi tentang apa fungsi dari tanaman andaliman ini sehingga hal ini menjadi faktor yang membuat mereka tidak bersemangat untuk mengembangkan tanaman ini. sendiri petani hanya mengetahui bahwa andaliman hanya sebagai bumbu masakan, khususnya masakan khas Batak. Padahal sebenarnya andaliman ini dapat sebagai mengandung zat oksidan ketahanan pangan, mengandug vitamin E dan lain-lain

b. Kekurangan Modal

Dalam mengusahakan tanaman andaliman maka sangat diperlukan modal untyuk mengusahakannya, sesuai debngan hasil wawancara dan penelitian selama 5 tahun maka petani harus menyediakan modal sebesar Rp 8011525,758 jumlahnya memang tidak terlalu besar karena tergantung banyakknya input produksi yang dipergunakan. Namun dalam keadaan di lapangan ternyata petani kekurangan modal, dalam pemupukan usahatani andaliman sebaiknya pemupukan dikerjakan 2 kali setahun yaitu pada bulan Maret dan September. Namun yang terjadi ada petani yang tidak memberikan pupuk kimia, hal ini berhubungan karena kuranngya modal petani, padahal seperti yang diketahui bahwa pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi andaliman, karena dari produksi yang dihasilkan setiap pokok andaliman hanya menghasilkan 1 liter pada tahun ke 5, .Padahal menurut penelitian Siregar, 2003 bahwa andaliman bisa menghasilkan 2 liter perpohon, sehingga petani membutuhkan tambahan modal yang lebih besar juga untuk menghasilkan hasil yang maksimal.

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Usahatani Andaliman

a. Untuk mengatasi masalah internal yang dihadapi petani di mana mereka kesulitan

dalam mengusahakan tanaman andaliman adalah petani berusaha belajar dari pengalaman petani andaliman lain yang telah sukses sebelumnya, mereka berdiskusi dan memecahkan masalah secara bersama-sama yang berkaitan dengan tanaman andaliman. Petani juga mencari informasi dari daerah lain yang berada di sekitar daerah penelitian tentang pengembangan tanaman andaliman. Sehingga mereka mandiri dalam mengusahakannya. Petani harus mempunyai kerjasama

yang baik antara petani yang menanam andaliman supaya dapat saling berbagi tentang metode dan teknik budidaya supaya ada keseragaman dalam budidaya tanaman ini dan bisa mempraktekannya mulai dari penanaman hingga pemanenan tanaman andaliman

b. Petani sulit mendapatkan modal karena di daearah ini belum tersedia CU, Koperasi

yang dapat dimanfaatkan sebagai peminjaman bagi petani yang kekurangan modal. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani yang berhubungan dengan kurangnya modal, biasanya petani meminjam ke petani yang lain, atau menyisihkan dari pendapatan keluarga yang lain untuk memenuhi kebutuhan produksi bagi tanaman andaliman. Alternatif yang dilakukan petani lainnya adalah dengan mengurangi kuantitas pemupukan pada setiap periode pemupukan, sehingga akan mengurangi biaya pemupukan, dan petani bisa menyisihkan modal tersebut untuk tanaman lainnya.

Dokumen terkait