• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Sarana Produksi

a. Bibit

Petani tanaman andaliman mendapatkan bibit dari hasil tanaman mereka sendiri atau dengan cara membelinya. Biasanya yang dibeli masih dalam bentuk biji dan akan dibibitkan kemudian sebelum ditanam di lahan yang sudah disediakan. Sehingga setelah beberapa minggu andaliman yang telah dibibitkan akan dipindahkan ke lahan penanaman yang sudah disediakan sebelumnya. Ketersediaan bibit di daerah ini masih cukup baik dan

dengan ukuran liter. Biasanya petani menjualnya dalam ukuran Liter/Takaran. Dengan harga Rp 19000/Liter. Jumlah dan biaya bibit rata-rata dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Biaya Bibit Tanaman Andaliman, di Desa Penelitian Kec. Pollung Tahun 2009

N0. Uraian Per Petani Per 10 Pohon

1

Fisik (Liter) 0.56 0.12

2

Biaya (Rp) 2290.78 10766.66

(Sumber: Data Diolah dari Lampiran 2)

Tabel 12 menunjukkan rata-rata biaya bibit usahatani andaliman, perpetani sebanyak 0,56 liter dengan biaya Rp 10766.66 sementara untuk per 10 pohon 0,12 liter dengan biaya RP 2290.78. Hasil wawancara dari 30 petani sample bahwa petani tidak pernah mengalami kekurangan bibit andaliman. Hal ini berarti ketersediaan bibit andaliman di daerah penelitian cukup baik dan tersedia di pasar.

b. Pupuk

Pemupukan adalah proses yang dilakukan oleh petani dengan pemberian unsur hara baik secara kimia maupun organik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan unsur hara pada lahan dan juga tanaman akan semakin mempunyai produksi yang baik. Pemupukan sangat baik dilakukan terhadap tanaman jika petani mempunyai modal untuk menggunakan pupuk dengan dosis yang cocok untuk perkembangan tanaman tersebut.

Pemupukan yang dilakukan oleh petani umumnya dilaksanakan pada saat pemeliharaan dan periode pemupukan pada bulan Maret dan September. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk Kompos, Pupuk TSP dan NPK. Pupuk kompos dengan harga Rp

5000 per sak, sedangkan harga pupuk TSP seharga Rp7000/Kg dan harga pupuk NPK Rp 8000/Kg. Menurut petani, biasanya pupuk yang diberikan petani adalah pupuk kimia, namun keterbatasan biaya menyebabkan dosis pupuk hampir sama setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena petani lebih mementingkan pemeliharaan dan pemupukan tanaman padi dan kopi. Pemberian pupuk di desa ini untuk tanaman andaliman tidak dilakukan secara optimal sehingga produksi tanaman cenderung berfluktuasi dan belum mencapai hasil yang maksimal. Gambaran jumlah pupuk yang digunakan untuk tanaman andaliman di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 13

Tabel 13. Rata-rata Jumlah dan Biaya Pupuk untuk Usahatani Andaliman di Desa Penelitian, Kec. Pollung 2009

No

Uraian

Per petani Per 10 pohon Tahun ke 5

Fisik (kg) Nilai (Rp) Fisik (kg) Nilai (Rp) Fisik (kg) Nilai (Rp) 1 Kompos 329,2 329233,3 70,0496 70049,6 70,7 70700 2 TSP 125,7 880331 26,75 187304,61 29,39 205741,67 3 NPK 59,4 475746,6 12,6 101222,6 15,9 127200 Total 514,4 1685311 109,46 358576,95 115,99 403641,66

(Sumber: Data Diolah dari Lampiran 5)

Dari Tabel 13 dapat dikemukakan bahwa jenis pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk Kompos, TSP dan NPK. Rata-rata kebutuhan pupuk pada tiap petani selama 5 tahun untuk pupuk Kompos adalah 329,2 Kg dengan biaya Rp 329233,3 dan pada tahun ke 5 kebutuhan pupuk kompos adalah 70,7 Kg dengan biaya Rp 70.700 per petani . Penggunaan pupuk TSP rata-rata 125,7 Kg dengan biaya Rp 880.331 per petani dan kebutuhan pupuk pada tahun ke 5 adalah 29,39 Kg dengan biaya Rp 205.741,67.

tahun Ke 5 jumlah pupuk NPK sebanyak 15,9 dengan biaya Rp 127.200. Secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani untuk pupuk selama 5 tahun usahatani andaliman adalah Rp 1685311,6 per petani atau Rp 403641,66 perpetani untuk tahun ke 5. Jenis pupuk yang paling besar adalah jenis pupuk Kompos, karena harga pupuk kompos yang murah di antara pupuk yang dipergunakan dalam usahatani andaliman ini dan mudah untuk memperolehnya di daerah penelitian ini.

c. Obat-obatan

Obat-obatan merupakan pembasmi hama dan penyakit pada tanaman andaliman. Hama dan penyakit yang ada akan menggangu dari tanaman itu sendiri. Tanaman yang terserang hama dan penyakit juga akan menurunkan kualitas dari tanaman andaliman itu sendiri. Tapi sejauh ini petani mengatakan tanaman andaliman itu sendiri tidak banyak membutuhkan obat-obatan karena jarang terserang hama dan penyakit yang sering dijumpai bercak putih pada dahan-dahan apabila terlalu tinggi kelembaban.

Obat-obatan yang biasa dipakai adalah Round-Up yaitu untuk mempermudah proses pencabutan dan pengeringan gulma yang ada pada lahan tanaman andaliman. Tanaman pengganggu yaitu gulma biasanya diberantas 2 kali dalam setahun. Pemakaian Round-Up yaitu dengan mencampurnya dengan air dengan ukuran yang sudah ditentukan

kemudian disemprot gulmanya sampai kering, supaya proses pelayuan semakin cepat. Harga Round-Up perbotol seharga Rp 45.000. Adapun penggunaan obat-obatan oleh petani andaliman dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Obat-obatan Usahatani Andaliman di Desa Penelitian Kec. Pollung, 2009

No Uraian Fisik (Botol) Nilai (Rp) 1 Perpetani 5,36 241500 2 Per 10 Pohon 1,14 51382,97 3 Tahun Ke 5 1,13 51000

(Sumber: Data Diolah dari Lampiran 4)

Pada Tabel 14 Rata-rata penggunaan obat-obatan oleh petani di daerah penelitian adalah untuk setiap petani membutuhkan 5,36 botol (Rp 241500), atau per 10 pohon 1.14 Botol (Rp 51382,97), sementara untuk tahun ke 5 adalah sebanyak 1,13 botol (Rp51.000). penggunaaan obat-obatan yaitu Round-Up tapi dalam jumlah yang sedikit. Hasil wawancara dari 30 petani sampel petani bahwa petani tidak pernah mengalami kekurangan obat-obatan. Hal ini berarti ketersediaan pupuk dan obat-obatan di daerah penelitian cukup baik dan selalu tersedia di kios tani atau apotik tani.

Alat-alat pertanian

Alat-alat pertanian adalah sarana yang sangat penting dalam usahatani karena dalam melaksanakan pengolahan lahan, penanaman dan kegiatan pemanenan diperlukan peralatan seperti polybag, cangkul, sabit, Semprot dan goni plastik, dan peralatan tersebut digunakan untuk mempermudah kegiatan usahatani mulai dari pembibitan sampai pada proses siap dijual ke pasar. Petani biasanya dengan mudah mendapatkan peralatan tersebut di pasar kota Dolok Sanggul, yaitu tepatnya di ibukota kabupaten, di mana pada umumnya permintaan terhadap sarana tersebut tidak banyak karena pemakaian peralatan tersebut

Tabel 15. Rata-rata Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Andaliman di Desa Penelitian, Kecamatan Polung Tahun 2009

No Uraian Biaya Penyusutan

1 Perpetani (Rp) 290247,5

2 Per 10 Pohon (Rp) 61754,7

3 Tahun ke 5 (Rp) 58150

(Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 3)

Tabel 15 menunjukkan rata-rata biaya penyusutan peralatan dalam usahatani andaliman adalah sebesar Rp 290247,5 perpetani , sementara untuk per 10 pohon biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 61754,7872. Dan untuk tanaman tahun ke 5 dibutuhkan biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 58150.

Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa petani di desa penelitian menyatakan tidak kesulitan dalam memperoleh alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani andaliman. Artinya semua peralatan yang dibutuhkan selalu tersedia di daerah penelitian

Biaya Pemasaran (Transportasi)

Setelah andaliman dipanen maka proses selanjutnya adalah pemasaran andaliman ke Pasar yaitu tepatnya ke Pasar Dolok Sanggul. Sebelum dipasarkan proses penegemasan andaliman tidak rumit karena hanya pengemasan sederhana, cukup dimasukkan saja ke dalam goni plastik. Pada proses pemasaran petani langsung menjualnya ke Pajak, yaitu setiap hari Jumat, dan biasanya naik kendaraan, yaitu butuh ongkos pengangkutan sebesar Rp 10.000 dalam sekali proses pemasaran.

Tabel 16. Rata-rata Biaya Pemasaran Andaliman Usahatani Andaliman di Desa Penelitian, Kecamatan Polung Tahun 2009

No Uraian Biaya Pemasaran

1 Perpetani (Rp) 2232166,667

2 Per 10 Pohon (Rp) 474929,078

3 Tahun ke 5 (Rp) 728000

(Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 7)

Pada Tabel 16 dapat dilihat biaya pemasaran andaliman, untuk setiap petani mengeluarkan biaya sebersar Rp 2232166,667, sementara untuk 10 pohon biaya pemasaran sebesar Rp 474929,078 dan pada tahun ke 5 maka besarnya biaya pemasaran andaliman sebesar Rp 728000. Secara keseluruhan dapat disimpulkan total biaya produksi usahatani andaliman dapat dilihat pada Tabel 17

Tabel 17 Biaya Produksi Usahatani Andaliman di Desa Penelitian, Kecamatan Polung Tahun 2009

No Uraian Perpetani Per 10

Pohon Tahun Ke 5 Persentase (%) 1 Bibit 10766,66 ( 0,14) 2290,78 (0,14) 0,14 2 Pupuk 1685311,66 (22,15) 358576,95 (22,15) 403641, (17,73) 20,68 3 Obat-obatan 241500 (3,17) 51382,97 (3,17 ) 51000 (2,24) 2,86 4 Tenaga Kerja 3220875 (42,34) 685292,52 ( 42,34) 1033263, (45,40) 43,36 5 Penyusutan Pealatan 290247,5 (3,81) 61754,78 (3,81) 58150 (2,55) 3,39 6 Pemasaran 2232166,66 (29,34) 474929,07 (29,34) ) 728000 (31,98) 30,22 Jumlah 7606159,09 1618331,72 2275805,65 100

(Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 8)

Dari Tabel 17 dapat dikemukakan bahwa persentase komponen biaya produksi tunai adalah bibit 0,14%, Pupuk 20,68%, Obat-obatan 2,86%, Penyusutan peralatan 3,39% , biaya tenaga kerja 43,36% dan untuk biaya pemasaran 30,22%. Biaya tenaga kerja ini termasuk biaya produktif tidak tunai karena tidak dibayar langsung namun diperhitungkan sebagai biaya produktif dalam menganalisis pendapatan bersih usahatani andaliman. Dengan demikian masalah 2 atau tujuan 2 yang mengatakan apa saja komponen biaya produksi dalam usahatani andaliman adalah 43,36% biaya untuk tenaga kerja tetapi tidak tunai sementara biaya produksi tunai berturut-turut untuk pemasaran 30,22%, pupuk 20,68 %, biaya obat-obatan 2,86%, penyusutan peralatan 3,39%, dan biaya bibit 0,14 %. Biaya yang paling besar adalah biaya untuk tenaga kerja dan yang paling kecil biayanya yaitu

untuk biaya bibit.

Produksi dan Penerimaan Usahatani Andaliman

Penerimaan adalah nilai rupiah dari total produksi fisik yang dihasilkan atau merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual, dalam hal ini adalah perkalian produksi andaliman dengan harga jual andaliman.

Berdasarkan hasil wawancara dari petani bahwa produksi yang diperoleh tiap tahunnya bervariasi. Tanaman andaliman pertama kali berbuah pada umur 3 tahun yaitu menghasilkan 0,25-10 Liter/pohon/tahun, umur 4 tahun menghasilkan 0,75-25 Liter/pohon/tahun, dan umur 5 tahun 26-39 Liter/pohon/tahun.

Tabel 18. Rata-rata produksi dan Penerimaan Usahatani Andaliman di Desa Penelitian, Kecamatan Polung Tahun 2009

No Uraian Produksi (Liter) Penerimaan (Rp)

1 Perpetani 2509.39 47678422.67

2 Per 10 Pohon 533.91 10144345.25

3 Tahun Ke 5 1211.15 17907183.33

(Sumber: Data diolah dari Lampiran 10,14)

Tabel 18 menunjukkan Rata-rata produksi dan penerimaan usahatani andaliman. Dengan menggunakan harga Rp /Liter pada saat penelitian. Produksi yang dihasilkan sebesar 22509.39 Liter dengan penerimaan sebesar Rp 47678422.67 per petani, sementara untuk per 10 pohon produksi 533.91 liter dengan penerimaan sebesar Rp 10144345.25 dan pada tahun ke 5 jumlah produksi andaliman adalah 1211.15 liter dengan penerimaan Rp 17907183.33. Dari data lampiran 10 terlihat bahwa penerimaan terkecil diterima pada saat tanaman andaliman mulai berproduksi pada umur 3 tahun dan penerimaan terbesar

Pendapatan Bersih Petani dari Usahatani Andaliman

Pendapatan usahatani merupakan total penerimaan usahatani tersebut dikurang dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Dalam hal ini pendapatan petani dari usahatani andaliman adalah total penerimaan petani dikurang dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Penerimaan usahatani didapat dari perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual biaya yang dimaksud adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani andaliman. Tabel 18 menyajikan pendapatan petani dari usahatani andaliman selama 5 tahun di daerah penelitian.

Tabel 19 Rata-rata Pendapatan Bersih Usahatani Andaliman di Desa Penelitian, Kecamatan Polung Tahun 2009

No Uraian Perpetani Per 10 Pohon Tahun Ke 5

1 Penerimaan (Rp) 47678422.67 10144345.25 17907183,3 2 Biaya Produksi (Rp) 7606159,091 1618331,722 2275805,651

Dokumen terkait