• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinas Pendapatan Daerah /Pasedahan Agung Kabupaten Badung Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pemungutan, Pemeriksaan, Pengawasan, serta Penegakan Pajak Hotel dibidang Kepariwisataan di Provinsi Bali

2. Dinas Pendapatan Daerah /Pasedahan Agung Kabupaten Badung Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung

2. Dinas Pendapatan Daerah /Pasedahan Agung Kabupaten Badung Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung (Dispenda Badung) bertempat di Pusat Pemerintahan Kab. Badung Mangupraja Mandala Unit 31 yang beralamat di jalan Raya Sempidi, Mengwi, Badung-Bali. Dengan visi meningkatkan pendapatan asli daerah untuk menunjang pembangunan berdasarkan tri hita karana menuju masyarakat yang adil, sejahtera dan ajeg, serta memiliki misi:30

1) mewujudkan tingkat kesadaran/kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak;

2) mewujudkan sumber-sumber penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) yang mantap dan dinamis;

3) mewujudkan kualitas pelayanan publik yang memuaskan;

4) mewujudkan penguatan lembaga subak untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Pengaturan Daerah serta Peraturan Bupati Badung tentang Pajak Daerah khususnya terkait dengan Pajak Hotel antara lain:

1) Peraturan Daerah Kabupaten Badung No 15 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel

2) Peraturan Bupati Badung No 21 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Parkir, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Dan Pajak Penerangan Jalan.

30

3) Peraturan Bupati Badung No 28 Tahun 2013 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak Daerah 4) Peraturan Bupati Badung No 84 Tahun 2012 Tentang Tata Cara

Pembetulan Kesalahan Tulis, Kesalahan Hitung, dan atau Kekeliruan Penerapan Ketentuan Tertentu dalam Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah

5) Peraturan Bupati Badung No 34 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanki Administratif dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak Daerah

Berdasarkan data Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung Tahun 2014 mengenai Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Badung dengan pencapaian:31

1) Jumlah Pendapatan Asli Daerah (dalam ribuan)

Ditahun 2014 target yang ditetapkan adalah sebesar Rp 2.197.959.212 dengan realisasi kinerja sebesar Rp.2.237.143.264, sehingga capaian kinerja di Tahun 2014 mencapai 123,75%.

Dari jumlah realisasi di tahun 2014 tersebut terdiri dari (dalam ribuan):

o Pajak Daerah dari target APBD induk tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp.1.986.068.718 dapat direalisasikan sebesar Rp.2.339.852.467 atau 117,81%.

o Retribusi Daerah dari target APBD induk tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp.75.687.000 dapat direalisasikan sebesar Rp.119.485.799 atau sebesar 157,87%.

o Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dari target APBD induk tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp.77.554.931 dapat direalisasikan sebesar Rp.125.339.002 atau 161,61%.

o Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dari target APBD induk tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp.58.648.562 dapat direalisasikan sebesar Rp.135.405.506 atau 230,88%.

31

Dilihat dari proporsi Realisasi PAD di Kabupaten Badung Pajak Daerah menempati posisi tertinggi disusul dengan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, Retribusi Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang sah.

2) Jumlah Wajib Pajak yang terhubung dengan monitoring transaksi Pajak Daerah

Indikator Kinerja Jumlah Wajib Pajak yang terhubung dengan alat monitoring transaksi Pajak Daerah adalah merupakan indikator baru yang ditetapkan berdasarkan hasil review Rencana Strategis yang baru muncul di Tahun 2014.Dari Target Kinerja yang ditetapkan sebesar 90 Wajib Pajak (WP) telah mencapai realisasi sebesar 90 Wajib Pajak (WP) dengan capaian kinerja 100%. Indikator Jumlah Wajib Pajak yang terhubung dengan alat monitoring transaksi Pajak Daerah, diharapkan mampu memberikan gambaran potensi riil dan transparan dari pendapatan Wajib Pajak yang seharusnya disetor kepada Pemerintah Daerah.

3. Pelaksanaan Pemungutan, Pemeriksaan, Pengawasan, serta Penegakan Pajak Hotel dibidang Kepariwisataan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung

a. Pendataan dan Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD), Serta Pemungutan Pajak Hotel

Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri dan melaporkan usahannya.

Pengaturan Pajak hotel di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung diatur dengan peraturan daerah (perda) masing-masing, untuk Kota Denpasar berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar No 5 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel sedangkan untuk Kabupaten Badung berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung No 15 Tahun 2011 tentang Pajak

Hotel. Di dalam kedua perda tersebut tarif pajak ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh perseratus).

Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk wisata, wisma pariwisata, pesanggrahan rumah penginapan dan sejenisnya serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 kamar.

Di Kabupaten Badung Wajib Pajak Hotel dikelompokan menjadi: a) Hotel Bintang Lima,

b) Hotel Bintang Empat, c) Hotel Bintang Tiga, d) Hotel Bintang Dua, e) Hotel non Bintang, f) Villa, dan

g) Rumah Kos.

Pemungutan berdasarkan Pasal 1 Angka 18 Peraturan Bupati Badung No 21 Tahun 2012 adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perhimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya.

Di Kabupaten Badung berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah/Sedahan Agung Kabupaten Badung No 22 Tahun 2014 tentang Standar Operasional Prosedur Pemungutan Pajak Parkir, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Badung, bahwa tata cara pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) antara lain:

- Wajib pajak mendaftarkan dan melaporkan usaha dengan mengisi formulir pendaftaran dan pendataan dengan jelas, lengkap dan benar. - Bidang pendaftaran dan pendataan menerima dan meregistrasi

- Bidang pendaftaran dan pendataan melakukan penelitian administrasi dan penelitian lapangan yang dituangkan dalam Berita Acara penelitian.

- Bidang pendaftaran dan pendataan menerbitkan NPWPD dan memohon tanda tangan Kepala Dinas.

- Kepala Dinas Menandatangani NPWPD.

- Bidang pendaftaran dan pendataan menyerahkan NPWPD yang sudah ditandangani oleh Kepala Dinas kepada Wajib Pajak.

- Wajib Pajak menerima penyerahan NPWPD dari bidang pendaftaran dan pendataan yang dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan NPWPD.

Menurut Kadek Viki Kristyan, SH, MKn., Sub Bagian Penyusunan Program Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung, menyebutkan penentuan wajib pajak hotel didasarkan pada Objek Pajak, yaitu pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran jasa pelayanan dan jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan termasuk fasilitas olahraga dan hiburan, demikian berdasarkan wawancara tanggal 28 Oktober 2015.

Ida Bagus Nyoman Stiti Arcana, S.Sos Kepala Seksi Penerimaan Sumber Lain-Lain, Dispenda Badung, menyebutkan informasi mengenai usaha hotel yang ada di Kabupaten Badung juga diperoleh antara lain dari sumber instansi lainnya yang terkait seperti Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT), Satuan Polisi Pamong Praja dan Dinas Pariwisata. Dengan koordinasi dengan instansi tersebut mencegah atau meminimalisir adanya kemungkinan usaha hotel yang tidak melaporkan usahanya.

Demikian juga ditegaskan Anak Agung Ngurah Oka Wiranata, S.S. Kasi Bidang Pendataan Dispenda Denpasar, wawancara tanggal Kamis, 12 November 2015, menyebutkan dengan sistem Self Assesment, merupakan kewajiban wajib pajak sendiri (termasuk wajib pajak hotel) untuk membayarkan dan melaporkan kewajiban perpajakannya, apabila ada terindikasi/laporan suatu usaha yang termasuk objek pajak hotel dan belum terdaftar, maka Dispenda Denpasar akan melakukan pengecekan

langsung ketempat usaha berada. Bahkan untuk mengetahui adanya obyek pajak yang belum melaporkan usahanya sering dilakukan pengecekan pada dinas Perizinan dan Dinas Pariwisata Kota Denpasar secara manual sebagai salah satu upaya pendataan wajib pajak.

Apabila dugaan ada usaha termasuk hotel yang belum dilaporkan atau tidak memenuhi kewajiban perpajakkannya maka akan dilakukan pencarian data secara rutin setiap catur wulan yang bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, kemudian dilakukan evaluasi dan yang terbukti akan dikukuhkan NPWPD, sehingga dapat segera memenuhi kewajiban perpajakannya.

b. Pemeriksaan Pajak Hotel

Kadek Viki Kristyan, SH, MKn, upaya hukum Wajib Pajak kurang bayar, telah lapor, tidak bayar apabila dilakukan pemeriksaan pajak oleh Dispenda dan telah ditetapkan Surat Ketetapan Pajak Daerah dapat mengajukan keberatan dan Banding. Keberatan diproses di Dinas Pendapatan Daerah sedangkan Banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati.

Tata cara pemeriksaan pajak berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah/Sedahan Agung Kabupaten Badung No 22 Tahun 2014 antara lain:

- Bidang penetapan menyusun program pemeriksaan untuk kelompok pemeriksaan

- Kelompok pemeriksaan memberitahukan secara tertulis/ menyampaikan surat pemeriksaan kepada wajib pajak.

- Kelompok pemeriksaan dapat melakukan pemeriksaan melalui: a) Pemeriksaan lengkap;

b) Pemeriksaan sederhana (dapat dilakukan di lapangan atau dikantor) - Kelompok pemeriksaan membuat laporan pemeriksaan.

- Pemberian tanggapan atas hasil pemeriksaan dan pembahasan akhir pemeriksaan.

- Surat ketetapan diterima oleh wajib pajak.

c. Pengawasan Pajak Hotel

Kadek Viki Kristyan, SH, MKn. Menambahkan untuk Pengawasan Pajak Hotel Kabupaten Badung dilakukan sebagai berikut:

a) Bidang Pendaftaran dan Pendataan terkait dengan Penyetoran SPTPD (memberikan surat teguran penyetoran SPTPD)

b) Bidang Penetapan terkait dengan Ketetapan Pajak baik itu kurang lapor maupun kurang bayar yang dilakukan dengan prosedur pemeriksaan (Penerbitan dan pendistribusian Surat Tagihan dan Surat Ketetapan Pajak Daerah, Pemeriksaan Pajak Daerah).

c) Bidang Pembukuan dan Pelaporan terkait dengan rekonsiliasi Pajak Hotel.

d) Bidang Penagihan terkait dengan Penagihan Pajak.

e) Bendahara penerimaan terkait dengan rekonsiliasi dengan Bank Persepsi.

d. Penagihan Pajak Hotel

Tata cara penerbitan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah/Sedahan Agung Kabupaten Badung No 22 Tahun 2014 antara lain:

- Bidang penetapan dapat menerbitkan STPD apabila: a) Pajak yang terutang tidak atau kurang bayar;

b) Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.

c) Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga.

- Bidang penetapan melakukan penelitian terhadap kartu data pada sistem MAPATDA apabila terdapat wajib pajak yang akan diterbitkan STPD.

- Bidang penetapan melakukan koordinasi dengan bendahara penerima apabila pajak yang terutang tidak atau kurang bayar.

- Bendahara penerima memberikan keterangan kepada bagian penetapan.

- Bidang penetapan melakukan koordinasi dengan bidang pendaftaran dan pendataan apabila dari penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis/atau salah hitung.

- Bidang pendaftaran dan pendataan memberikan keterangan kepada bidang penetapan.

- Bidang penetapan menghitungkan sanksi administrasi berupa bunga, kemudian mencetak STPD dan menyampaikan kepada Wajib Pajak. - STPD diterima oleh wajib pajak.

Tata cara penagihan pajak berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah/Sedahan Agung Kabupaten Badung No 22 Tahun 2014 antara lain:

- Bidang penagihan membuat daftar wajib pajak yang akan dilakukan tindakan penagihan pajak.

- Bidang penagihan memuat Konsep Surat Teguran kemudian memohon tanda tangan Kepala Dinas.

- Kelapa dinas menandatangani Surat Teguran dan memerintahkan bidang penagihan untuk menyampaikan kepada wajib pajak.

- Bidang penagihan menyampaikan surat teguran kepada wajib pajak dan mencatat tanggal penerimaan surat teguran.

- Wajib pajak menerima surat teguran dan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah penerimaan surat teguran, wajib pajak harus melunansi pajak yang terutang.

- Bidang penagihan akan melakukan pengawasan terhadap pelunasan utang pajak sesuai dengan jangka waktu dalam surat teguran.

- Juru sita membuat konsep surat paksa apabila apabila jumlah pajak yang masih harus dibayarkan tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

- Jurusita memberitahukan Surat Paksa kepada wajib pajak dan mencatat tanggal penerimaan Surat Paksa.

- Wajib pajak menerima surat paksa.

- Juru sita membuat konsep Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajak yang tercantum dalam surat paksa.

- Kepala Dinas memeriksa dan menandatangani Konsep Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).

- Juru Sita melaksanakan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) ke Wajib Pajak dan membuat Berita Acara.

- Wajib pajak dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal surat teguran, Wajib Pajak harus melunasi pajak terutang. - Juru sita membuat konsep surat untuk melaksanakan lelang kepada

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) apabila wajib pajak belum juga melunasi utang pajak.

- Kepala dinas memeriksa dan menandatangani konsep surat untuk melaksanakan lelang.

- Juru sita mengirimkan surat untuk melaksanakan lelang di KPKNL. - KPKNL menetapkan hari, tanggal, jam, dan tempat melaksanakan

lelang.

- Juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada wajib pajak hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang.

e. Penegakan hukum Pajak Hotel

Menurut Anak Agung Ngurah Oka Wiranata, S.S. Kasi Bidang Pendataan Dispenda Denpasar, terkait penegakan hukum pajak hotel di Kota Denpasar, sampai dengan saat ini belum ada kasus masuk pengadilan pajak, umumnya terselesaikan sampai dengan tahap teguran ataupun penagihan. Mengingat Dispenda Kota Denpasar terdiri dari 4 bidang: 1) Bidang Pendataan dan Penetapan

2) Bidang Penagihan

4) Bidang Bina Program

Umumnya permasalahan seperti belum atau telat bayar atau kurang bayar terselesaikan di bidang penagihan.

Ketut Trisna Aryani SE, MPD Kepala Seksi Data dan Informasi Dispenda Denpasar juga mengungkapkan bahwa wajib pajak di wilayah Kota Denpasar masih kooperatif sehingga hanya maksimal teguran saja, belum sampai pada upaya penyitaan aset untuk pembayaran utang pajaknya.

Kadek Viki Kristyan, SH, MKn., Sub Bagian Penyusunan Program Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung, menyebutkan bahwa penegakan hukum bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan dapat dikenakan sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif terdiri dari bunga dan kenaikan, dan sanksi pidana terdiri dari: kurungan dan denda

Kewenangan Dispenda dalam menegakkan hukum perpajakan sebatas yang diatur dalam Peraturan Daerah yaitu terkait dengan Pemungutan Pajak Daerah, pengenaan sanksi administrasi sampai dengan penagihan pajak dengan surat paksa, selain itu terkait dengan Ketentuan Pidana ditegakkan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan Satuan Polisi Pamong Praja termasuk jenis pidana pelanggaran.

Demikian juga kondisi di Kabupaten Badung, Ida Bagus Nyoman Stiti Arcana, S.Sos Kepala Seksi Penerimaan Sumber Lain-Lain, menyebutkan kondisi di Kabupaten Badung umumnya wajib pajak enggan untuk mengajukan keberatan pajak apalagi harus banding ke pengadilan pajak karena memperhitungkan biaya yang akan keluar lebih besar daripada keberatan yang dialami dan harus bersidang di luar kota di Surabaya.

Dan disampaikan oleh I Ketut Gede Sudiartha Kepala Bidang Penagihan Dispenda Badung, wawancara tanggal 28 Oktober 2015, pembinaan persuasif dengan teguran tertulis, dengan kebijakan koperatif sehingga di Kabupaten Badung belum ada pelanggaran kewajiban perpajakannyayang dilanjutkan ke pengadilan. Sanksi telat bayar yaitu

dengan bunga 2% perbulan dari pajak yang tidak atau terlambat bayar, sampai maksimal 24 bulan. Sedangkan sanksi administrasi berupa kenaikan 25% dari pokok pajak terutang untuk wajib pajak yang tidak mengisi SPTPD.

Untuk Sanksi Administratif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar No 5 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel serta Peraturan Daerah Kabupaten Badung No 15 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel, diatur dengan ketentuan bahwa:

- Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD (pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar dan dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terhutangnya pajak.

- Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB (dalam hal; jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar dan dalam hal; jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran) dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

- Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT (jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus perseratus) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

- Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB (jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terhutang dihitung secara jabatan) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif

berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

B. Kendala-kendala apa yang dihadapi serta bagaimana pemecahannya

Dokumen terkait