• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan, Penerimaan dan Pembiayaan Daerah Tahun 2009

GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH

3.3 Pendapatan, Penerimaan dan Pembiayaan Daerah Tahun 2009

965.493.00 969.951.00 1.013.588.00 1.042.682.00 1.087.473.14 1.132.264.28 1.177.055.42 4 PDRB per Kapita 2.580.351 3.437.949 4.688.672 5.041.693 5.397.757 5.725.651 6.028.590

3.3 Pendapatan, Penerimaan dan Pembiayaan Daerah Tahun 2009

Tahun Anggaran 2009, pendapatan daerah hanya berasal dari lain-lain pendapatan daerah yang sah, yaitu dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dan bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Hal tersebut disebabkan pendapatan asli daerah, baik pajak maupun retribusi, masih masuk ke dalam pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan juga belum mendapatkan dana perimbangan baik berupa bagi hasil pajak / bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum maupun dana alokasi khusus, karena peraturan mengenai dana perimbangan ditetapkan sebelum ditetapkannya Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten. Dalam perkembangannya, pendapatan asli daerah sudah dapat diterima langsung oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan, tidak lagi seperti asumsi awal yang harus masuk ke dalam kas Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Dari segi pembiayaan, tidak ada kebijakan untuk mendapatkan penerimaan dari penerimaan pembiayaan. Belum ada sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun 2008, pencairan dana cadangan, serta penerimaan piutang daerah karena Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009 merupakan perubahan dari rencana penganggaran pertama yang disusun Pemerintah Kota Tangerang Selatan yaitu APBD Tahun Anggaran 2009. Pada tahun 2009 ini juga belum ada rencana penerimaan pembiayaan dari penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah.

Sebagaimana tertera dalam Tabel 2.1, besar target pendapatan daerah semula pada tahun 2009 adalah sebesar Rp.162.832.859.180,00, yang seluruhnya berasal dari lain-lain pendapatan daerah yang sah, yaitu dari pendapatan hibah sebesar Rp.15.000.000.000,00, bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya sebesar Rp.127.832.859.180,00, dan bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya sebesar Rp.20.000.000.000,00. Pendapatan hibah seluruhnya berasal dari Pemerintah Kabupaten Tangerang, sedangkan bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya adalah bantuan dana dari Pemerintah Propinsi Banten sebesar Rp.5.000.000.000,00. Besar hibah dan bantuan keuangan tersebut sesuai dengan yang ditetapkan dalam UU No. 51 Tahun 2008. Selain itu, Pemerintah Propinsi Banten juga

memberikan bantuan khusus pendidikan (specific grant) sebesar Rp. Rp.15.000.000.000,00.

Karena adanya penerimaan dari pendapatan asli daerah, pendapatan diperkirakan meningkat menjadi sebesar Rp.191.699.005.762,00. Target pendapatan dari pendapatan asli daerah adalah sebesar Rp.25.367.150.025,00, yang berasal dari pajak daerah sebesar Rp.15.397.425.025,00, retribusi daerah Rp.9.219.725.000,00, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Rp.750.000.000,00. Target lain-lain pendapatan daerah yang sah berubah dari semula sebesar Rp.162.832.859.180,00 bertambah sebesar Rp.3.498.996.557,25 menjadi sebesar Rp.166.331.855.737,00 dari bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya. Tidak ada target pendapatan dari dana perimbangan.

Tabel 3.2 juga menunjukkan bahwa tidak ada perubahan target penerimaan dari penerimaan pembiayaan daerah.

Tabel 3.2

Target pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah Tahun Anggaran 2009 Target APBD T.A.

2009 Target Perubahan APBD T.A. 2009 Penambahan / (Pengurangan) Persentase Perubahan Pendapatan Asli Daerah - 25,367,150,025.00 25,367,150,025.00 100.00%

Hasil Pajak Daerah - 15,397,425,025.00 15,397,425,025.00 100.00% Hasil Retribusi Daerah - 9,219,725,000.00 9,219,725,000.00 100.00% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

- - -Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang

Sah

750,000,000.00 750,000,000.00 100.00% Dana Perimbangan - - -

-Bagi Hasil Pajak / -Bagi Hasil Bukan Pajak

- - -Dana Alokasi Umum - - - -Dana Alokasi Khusus - - - 0.00% Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 162,832,859,180.00 166,331,855,737.00 3,498,996,557.00 2.15% Pendapatan Hibah 15,000,000,000.00 15,000,000,000.00 - 0.00% Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lainnya

127,832,859,180.00

131,331,855,737.00 3,498,996,557.00 2.74% Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus

- - 0.00% Bantuan Keuangan dari Provinsi atau

Pemerintah Daerah Lainnya

20,000,000,000.00

20,000,000,000.00 - 0.00% 162,832,859,180.00

191,699,005,762.00 28,866,146,582.00 17.73% Penerimaan Pembiayaan Daerah

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun 2008

- - -Pencairan Dana Cadangan - - - -Penerimaan Pinjaman Daerah dan

Obligasi Daerah

- - -Penerimaan piutang daerah - - -

- - -162,832,859,180.00

191,699,005,762.00 28,866,146,582.00 17.73% Pendapatan dan Penerimaan

Pembiayaan Daerah

Jumlah Pendapatan

Jumlah Penerimaan Pembiayaan Jumlah Dana Tersedia

Besar alokasi belanja pada APBD Tahun Anggaran 2009 semula adalah sebesar Rp.162.832.859.180,00 yang dialokasikan untuk belanja di 28 SKPD Kota Tangerang Selatan. Dengan adanya perkembangan asumsi baik dari sisi pendapatan maupun belanja, besar

belanja pada Perubahan APBD Tahun anggaran 2009 meningkat sebesar

Rp.28.866.146.582,00 menjadi sebesar Rp.191.699.005.762,00. Besar belanja langsung sebesar Rp.103.749.407.900,00 dan meningkat sebesar Rp.33.313.484.161,00 menjadi sebesar Rp.137.062.892.061,00, sedangkan besar belanja tidak langsung sebesar Rp.59.083.451.280,00 dan menurun sebesar Rp.4.447.337.579,00 menjadi sebesar Rp.54.636.113.701,00.

Tabel 3.2

Ringkasan Rencana Perubahan Belanja Tahun Anggaran 2009

Rencana APBD T.A. 2009 Rencana Perubahan APBD T.A. 2009 Penambahan / (Pengurangan) Persentase Perubahan (%) Belanja Tidak Langsung 59,083,451,280.00 54,636,113,701.00 (4,447,337,579.00) -7.53%

Belanja Pegawai 43,159,187,441.20 38,001,849,862.20 (5,157,337,579.00) -11.95% Belanja Bunga - - - 0.00% Belanja Subsidi - - - 0.00% Belanja Hibah 8,853,787,000.00 8,853,787,000.00 - 0.00% Belanja Bantuan Sosial 6,070,476,838.80 6,780,476,838.80 710,000,000.00 11.70% Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi /

Kabupaten / Kota dan Pemerintahan Desa

- - 0.00% Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Provinsi / Kabupaten / Kota dan Pemerintahan Desa

- - 0.00% Belanja Tidak Terduga 1,000,000,000.00 1,000,000,000.00 - 0.00%

Belanja Langsung 103,749,407,900.00 137,062,892,061.00 33,313,484,161.00 32.11% Jumlah Belanja 162,832,859,180.00 191,699,005,762.00 28,866,146,582.00 17.73%

Jenis Belanja

Dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2009, plafon anggaran sementara terbesar adalah untuk Dinas Pekerjaan Umum yaitu sebesar Rp.40.768.006.500,00 yang meningkat sebesar Rp.6.211.086.100,00 dari nilai semula Rp.34.556.980.400,00. Dinas Pendidikan menempati urutan kedua dengan plafon sementara sebesar Rp.8.519.811.343,00 yang meningkat sebesar Rp.630.000.000,00 dari nilai semula Rp.7.889.811.343,00. Dinas Kesehatan berada di urutan ketiga dengan plafon sebesar Rp. 10.855.446.050,00 yang meningkat sebesar Rp.5.550.632.250,00 dari nilai semula Rp.5.555.446.050,00. Alokasi yang besar untuk SKPD-SKPD tersebut disebabkan SKPD-SKPD-SKPD-SKPD tersebut melaksanakan urusan-urusan prioritas yaitu pekerjaan umum, pendidikan, dan kesehatan.

BAB IV

ISU ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH

Yang dimaksud dengan isu strategis suatu daerah adalah permasalahan aktual/penting yang dihadapi masyarakat dan pemerintah daerah, yang diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan ilmiah (teknokratik) memakai analisis data dan informasi dalam lingkup upaya pencapaian visi dan misi daerah. Pencapaian sasaran strategis akan berhasil bila komponen faktor penentunya yang merupakan isu-isu strategis dapat dikelola secara

efektif. Selain masalah (existing atau potential) yang dapat menghambat atau mendorong,

ada juga kendala yang membatasi. Pengenalan komponen strategis tersebut dan komponen lain merupakan hal yang harus dilakukan dalam perencanaan.

4. 1 Kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Banten

Sebagai daerah otonom yang baru dibentuk pada tahun 2008 sesuai dengan amanat Undang – undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan, urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan menjadi urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Adapun sebagai dasar perumusan kebijakan pembangunan Kota Tangerang Selatan dapat menggunakan kebijakan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Banten dan pemerintah induk yaitu Kabupaten Tangerang.

Kebijakan Pemerintah Pusat sebagaimana tertuang dalam RPJM 2004 – 2009 dirumuskan berdasar pada permasalahan pokok negara yaitu :

1. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi

2. Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah

3. Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat masih rendah

4. Tingginya laju pertumbuhan dan kuantitas penduduk

5. Kesejahteraan sosial masyarakat relatif masih rendah

6. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan

7. Rendahnya kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

8. Kesenjangan pembangunan antar daerah masih lebar

9. Rendahnya pelayanan dan penyediaan infrastruktur

Sehingga rencana kegiatan pembangunan pemerintah mengacu pada pengentasan permasalahan pokok tersebut.

Sedangkan kebijakan Provinsi Banten sebagaimana tertuang pada RPJMD Provinsi Banten tahun 2007 – 2012 dibangun atas dasar isu – isu strategis yang menjadi agenda pembangunan Provinsi Banten seperti berikut :

a. Tata kelola pemerintahan, bertujuan meningkatkan perilaku birokrasi yang efisien

dan efektif dengan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang profesional dan akuntabel.

- Kinerja kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan

- Sarana dan prasarana pemerintahan daerah

- Aparatur pemerintah daerah

- Otonomi daerah dan kerjasama pembangunan

- Stabilitas politik, ketentraman dan ketertiban umum

- Keuangan daerah

b. Sumberdaya manusia, bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan

serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

- Kemiskinan

- Pengangguran

- Layanan pendidikan dan kesehatan

- Kependudukan, Keluarga Berencana, gender dan perlindungan anak

c. Ekonomi, bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui

pengembangan pertanian dan pariwisata, mewujudkan iklim investas yang semakin sehat serta meningkatkan kapasitas dan daya saing industri sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.

- Revitalisasi pertanian

- Ketahanan pangan daerah

- Kelembagaan sosial – ekonomi masyarakat

- Perkembangan perekonomian daerah

- Pengembangan kawasan ekonomi khusus dan megapolitan/megacity

d. Pengembangan kawasan dan wilayah, bertujuan untuk mengembangkan potensi

unggulan yang dimiliki masing2 kawasan dan wilayah secara terintegrasi.

- Pembangunan desa – kota

- Penataan ruang daerah

4. 2 Isu Strategis Kota Tangerang Selatan

Prioritas pembangunan daerah didasarkan pada lima (5) masalah dan tantangan pokok daerah sebagaimana disebutkan di bawah ini :

1. Belum optimal penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini berkaitan dengan

kondisi pemerintahan Kota Tangerang Selatan saat ini. Dari aspek hardware, selain

kualitas dan kuantitas sarana perkantoran yang masih terbatas, jumlah pegawai juga

masih minim untuk pengelolaan suatu pemerintahan. Dari aspek software,

mekanisme perencanaan pembangunan dan penganggaran juga belum terlaksana secara optimal karena keterbatasan waktu dan sumber daya. Selain itu sebagai kota penyangga ibukota, Tangerang Selatan tidak akan bisa lepas dari pengaruh

pertumbuhan ekonomi dan pergerakan penduduk dari Jakarta (backward and

forward linkages). Dengan demikian, Kota Tangerang Selatan dibangun atas dasar kerjasama dengan daerah lain demi kepentingan bersama termasuk kota-kota sekitarnya.

2. Mendesaknya peningkatan kualitas infrastruktur dasar. Hal ini didorong oleh

beberapa infrastruktur dasar yang perlu pengadaan/pembangunan dan pemeliharaan seperti ruang jalan di wilayah ini yang harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Walaupun berdasarkan data 70,36% kondisi jalan tergolong dalam kondisi baik, namun sistem jaringan jalan yang ada belum terstruktur sehingga menimbulkan tingkat kemacetan yang tinggi di beberapa ruas jalan atau persimpangan. Selain itu, sarana penampungan sampah dan ketersediaan air bersih harus menjadi perhatian penting dalam perencanaan pembangunan di masa yang akan datang. Hingga tahun 2009, Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Saat ini penanganan sampah masih dibantu oleh Kabupaten Tangerang. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang Selatan menuntut kebutuhan akan sarana permukiman. Jika tidak ditata dan dikelola dengan perencanaan terpadu, hal ini akan berdampak kepada menurunnya daya dukung lingkungan yang berakibat terjadinya masalah lingkungan, misalnya banjir. Ada 3 (tiga) kecamatan yang menjadi kawasan rawan bencana banjir, yaitu Kecamatan

Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, dan Kecamatan Pamulang. Dengan demikian sebagai daerah otonom baru, Kota Tangerang Selatan harus menata kawasannya melalui penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) paling lambat tiga tahun sejak terbentuknya Kota Tangerang Selatan sebagai alat pengendali sesuai amanat Undang-undang No 51 Tahun 2008.

3. Pelayanan pendidikan yang masih belum optimal. Kualitas sumber daya manusia

berkaitan dengan kemudahan akses masyarakat kepada pelayanan pendidikan, dan kesehatan. Sebagian besar penduduk Kota Tangerang Selatan merupakan lulusan dan siswa SMA, namun ironisnya sebagian besar pencari kerja juga merupakan lulusan SMA. Jadi masih banyak lulusan SMA yang belum bisa memenuhi kebutuhan pasar akan tenaga kerja. Selain itu prasarana pendidikan seprti gedung/bangunan sekolah mash perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Berdasarkan data dinas pendidikan Kota Tangerang Selatan tahun 2009, masih terdapat 257 ruang kelas yang perlu diperbaiki. Dari segi kualitas tenaga pendidik, masih banyak guru yang belum bersertifikat sesuai kompetensinya.

4. Pelayanan kesehatan yang masih belum optimal. Berdasarkan data tahun 2007,

sebanyak 307 kasus gizi buruk atau sebesar 0,37% ditemukan di wilayah Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2009 ditemukan kasus gizi buruk di Kecamatan Serpong. Dengan demikian, kasus gizi buruk merupakan hal yang harus dicegah secara berkesinambungan salah satunya dengan memperluas akses pelayanan kesehatan terutama untuk keluarga tidak mampu yang rentan terkena gizi buruk. Selain itu penyebaran penyakit menular merupakan hal lain yg penting untuk dieleminasi kasusnya, seperti kasus penyebaran penyakit filariasis, demam berdarah, dan penyakit menular lainnya. Masih ditemukan beberapa penderita filariasis yang belum optimal pelayanan kesehatannya.

5. Belum meratanya kesejahteraan masyarakat. Di Kota Tangerang Selatan masih

terdapat 31.543 Rumah Tangga miskin yang di dalamnya terdapat anak-anak antara 0 – 11 bulan dan ibu hamil dari keluarga yang berkategori miskin. Peningkatan angkatan pengangguran juga perlu diwaspadai, mengingat imbas krisis global belum berakhir sedangkan masih banyak para pencari kerja di Kota Tangerang Selatan sebagian besar merupakan usia produktif. Potensi produksi industri di Kota

Tangerang Selatan yang sebagian besar merupakan industri kecil dan menegah perlu dikembangkan lagi untuk mengurangi angka pencari kerja usia produktif.

BAB V

PENUTUP

Dokumen ini disusun sebagai langkah awal dari suatu penyusunan dokumen perencanaan baik jangka pendek, menengah maupun panjang di Kota Tangerang Selatan berdasarkan potensi dan tantangan yang dihadapi Kota Tangerang Selatan saat ini dan masa depan. Pelaksanaan arah pembangunan ini harus didukung keterpaduan dan sinkronisasi antar kegiatan, baik diantara kegiatan dalam satu program maupun kegiatan antar program, dalam satu SKPD dan antar SKPD, dengan tetap memperhatikan tugas pokok dan fungsi yang melekat pada SKPD se-Kota Tangerang Selatan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dokumen terkait