• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan daerah pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan masyarakat suatu daera. Tinggi rendahnya pendapatan daerah akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita masyarakat. Akan tetapi, banyak sedikitnya jumlah penduduk pun akan mempengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu daerah. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kota Tanjungpinang tahun 2014 mencapai 73,23 juta rupiah, naik 8,14% dibanding tahun 2013 yang besarnya 67,72 juta rupiah.

2.3.4.2. Kondisi Lingkungan A. Topografi Wilayah

Wilayah Kota Tanjungpinang berada di pulau bintan oleh karena itu topografi wilayahnya hampir sama dengan Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang pada umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai, memiliki topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0-2% hingga 40%. Sedangkan ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di Kota Tanjungpinang berkisar antara 0-50 meter di atas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kota Tanjungpinang relatif datar, umumnya didominasi kelerengan yang berkisar antara 0-2% dengan luas wilayah mencapai 75,30 Km² tersebar disemua wilayah Kota Tanjungpinang, dan kemiringan lereng 2-15% mempunyai luas sekitar 51,15 Km² juga tersebar di semua wilayah kecamatan. Wilayah kecamatan yang didominasi oleh kemiringan lereng 2-15% sebagian besar berada di wilayah Kecamatan Tanjungpinang barat dan Kecamatan Tanjungpinang Kota. Sedangkan kemiriringan lereng 15- 40% memiliki luas wilayah paling sedikit yaitu 5,09 Km² terdapat di wilayah hutan lindung bukit kucing dan hutan llindung sei pulai. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi topografi di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel 2.7 dan gambar 2.6 berikut ini.

Tabel 2.8 : Kondisi Topografi Kota Tanjungpinang No Kecamatan Kemiringan Lereng (Km2) 0–2 % 2–15 % 15-40% 1. Bukit Bestari 18,87 7,42 1,67 2. Tanjungpinang Timur 25,53 11.04 2,72 3. Tanjungpinang Kota 22,58 16,32 0,7 4. Tanjungpimamg Barat 7,32 27,41 0 JUMLAH (Km2) 75,30 51,15 5,09

Sumber : Hasil Analisis

B. Geologi

Pulau Bintan termasuk dalam Provinsi Kepulaun Riau, mempunyai kondisi geologi yang unik, dimana cebakan bauksit terbentuk yang memiliki dengan potensi ekonomi dan telah lama diusahakan dengan tata guna lahan sebagian besar terdiri atas perkebunan karet dan sawit. Kota Tanjungpinang yang menjadi bagian dari daratan Pulau Bintan merupakan bagian dari paparan kontinental yang terkenal dengan nama “Paparan Sunda”. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa erosi atau pencetusan daerah daratan pra tersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian utara sampai dengan Pulau Bangka dan Belitung di bagian selatan. Proses pembentukan lapisan bumi di Pulau ini berasal dari formasi-formasi vulkanik, yang akhirnya membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau, baik pulau-pulau yang ukurannya cukup besar, maupun pulau yang ukurannya relatif kecil. Secara umum bentuk batuan di Pulau Bintan termasuk antara akhir poleozoikum dan tersier. Batuan tertua terdiri dari bahan senyawa yang berasal dari gunung api dan deposit sedimen plastis yang sedikit mengalami metamorfosa yang dapat dikorelasikan dengan pahang vulkanik series di Malaysia.

Batuan muda terdiri dari batuan pasir serpih konglomerat yang dapat dikorelasikan dengan plateau dari batu pasir Kalimantan dan terbentuk pada umur tersier bawah. Batu-batuannya kebanyakan merupakan

batuan-batuan metamor dan batuan beku yang berumur dari pra tersier, sedangkan penyebaran batuan sedimen sangat terbatas.Jenis batuan yang mendominasi di Pulau Bintan adalah Formasi Goungon dan Granit. Adapun dominasi formasi goungon kurang lebih sebesar 65% yang tersebar merata di seluruh wilayah Pulau Bintan. Untuk batuan granit dominasinya sebesar 34% dan batuan ini tersebar di daerah Berakit, Malang Rapat, Gunung Kijang, Gunung Lengkuas sampai dan juga terdapat di Pulau Mantang dan Pulau Siolong. Jenis batuan lain yang terdapat di Pulau Bintan adalah Andesit dan Aluvium, Andesit terdapat di daerah Teluk Bintan dan Aluvium terdapat di Daerah sungai Anculai dan sungai Bintan.Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi geologi Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini.

C. Klimatologi

Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 255,5/hari, sedangkan suhu udara rata-rata maksimum 27,1ºC dengan kelembaban udara rata-rata 83% dan tekanan udara minimum 1.005,2 MBS dan maksimum 1.016,4 MBS. Selain itu, juga terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung pada bulan Oktober sampai bulan Juni. Sedangkan musim kemarau berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus. Sedangkan perubahan angin dapat dilihat pada musim angin. Musim angin utara berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Angin musim timur berlangsung pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, musim angin selatan berlangsung dari bulan September sampai bulan November.

Pergantian musim yang terjadi setiap waktu didaerah ini mengakibatkan arah angin tidak menentu atau dikenal dengan sebutan musim pancaroba. Pada saat bulan barat angin bertiupnya angin utara dan angin barat, hujan sering terjadi yang diiringi dengan tiupan angin kencang dan cuaca tidak menentu,sedangkan pada musim angin timur dan selatan angin bertiup sepoi-sepoi dan agak tenang. Kondisi iklim yang tidak menentu cukup berdampak pada ekonomi masyarakat, karena sebagian besar

masyarakat Kota Tanjungpinang bekerja sebagai nelayan. Selain berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat, pengaruh perubahan iklim yang ekstream sangat berdampak pada keselamatan masyarakat, karena sebagian besar masyarakat Kota Tanjungpinang tinggal dan menetap di tepi pantai. Oleh karena it, denagn melihat kondisi iklim yang tidak menentu, maka pentingnya peringatan serta antisipasi dini akan bahaya/dampak buruk yang ditimbulkan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kondisi klimatologi Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut ini.

Tabel 2.9 : Kondisi Klimatologi Kota Tanjungpinang

No Bulan Suhu Udara (ºC) Tekanan Udara (MBS) Kelembaban Udara (%)

1 Januari 25,9 1 012,5 79 2 Februari 26,7 1 011,2 76 3 Maret 27,2 1 011,4 79 4 April 27,1 1 010,6 85 5 Mei 27,4 1 010,1 87 6 Juni 28,0 1 009,3 85 7 Juli 27,6 1 010,3 84 8 Agustus 26,6 1 011,1 87 9 September 27,7 1 011,2 80 10 Oktober 27,5 1 010,8 83 11 November 26,8 1 010,4 87 12 Desember 26,6 1 010,5 87 2014 27,1 1 005,2 83

Dokumen terkait