• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Pendapatan Petani Kubis Di Daerah Terkena Dan Daerah Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Dampak Erupsi Gunung Sinabung

5.2.3 Pendapatan Petani

Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih petani yaitu selisih antara total penerimaan terhadap total biaya yang dikeluarkan oleh petani (Rp/ha/musim tanam). Untuk mengidentifikasi pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dampak dan di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung sinabung dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5 Total Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Petani Kubis di Daerah yang Terkena dan di Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015

Keterangan Daerah Terkena

Dampak

Daerah Tidak Terkena Dampak Rata-Rata (Rp/Ha/MT) Rata-Rata (Rp/Ha/MT) Penerimaan 19.368.967 20.779.574 Biaya Tetap 1. Biaya PBB 21.667 21.667 2. Biaya Penyusutan 29.884 25.071 Biaya Variabel

1. Biaya Tenaga Kerja 3.793.463 2.997.200

2. Biaya Saprodi 6.735.229 6.343.604

Total Biaya 10.581.353 9.387.542

Pendapatan 9.138.974 9.338.232

Sumber: Lampiran 3-16(Diolah)

Tabel 5.5 di atas memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan rata – rata pendapatan petani kubis di daerah yang terkena (Desa Gajah) dengan rata – rata pendapatan petani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung (Desa Gundaling II) yaitu sebesar Rp 199.258,- per hektar per musim tanam. Rata – rata pendapatan petani di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung lebih tinggi daripada Rata – rata pendapatan petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Hal ini disebabkan adanya perbedaan rata – rata penerimaan yang diterima dan rata – rata total biaya yang dikeluarkan oleh petani kubis di daerah yang terkena dengan di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Adapun perbedaan rata – rata penerimaan yang diterima oleh petani di daerah yang terkena dan di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung adalah sebesar Rp 1.410.607,- per hektar per musim tanam. Rata – rata

penerimaan yang diterima oleh petani di daerah yang tidak terkena lebih tinggi daripada rata – rata penerimaan yang diterima oleh petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Sedangkan perbedaan total biaya yang dikeluarkan oleh petani di daerah yang terkena dan di daerah yang tidak terkena disebabkan oleh adanya perbedaan biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani, adanya perbedaan biaya saprodi dan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani kubis di daerah yang terkena dengan petani di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung. biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani di daerah yang terkena lebih tinggi daripada biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani di daerah yang tidak terkena. Adapun perbedaan rata – rata biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp 4.813,- per hektar per musim tanam. Namun perbedaan ini tidak relevan terhadap erupsi Gunung Sinabung.

Tabel 5.5 di atas juga memperlihatkan bahwa perbedaan juga terdapat pada biaya tenaga kerja yang digunakan petani untuk usahataninya. Perbedaan rata – rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp 796.263,- per hektar per musim tanam. Biaya tenaga kerja yang digunakan oleh petani di daerah yang terkena lebih tinggi daripada di daerah yang tidak terkena. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani terhadap usahataninya, dimana di daerah yang terkena erupsi petani melakukan kegiatan penyiraman, sedangkan di daerah tidak terkena tidak melakukan penyiraman. Perbedaan biaya tenaga kerja dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6 Rata – Rata Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015

No Tenaga Kerja Daerah Terkena (Rp/Ha/MT)

Daerah Tidak Terkena (Rp/Ha/MT) 1 Pengolahan Tanah 1.055.089 891.449 2 Penanaman 784.877 471.393 3 Pemupukan 720.078 477.195 4 Penyemprotan 987.268 1.176.063 5 Penyiraman 246.150 - Total 3.793.463 2.997.200 Sumber: Lampiran 7-10

Selain perbedaan rata – rata penggunaan tenaga kerja, perbedaan rata – rata biaya saprodi yang dikeluarkan oleh petani juga ditunjukkan oleh Tabel 5.5 di atas. Biaya saprodi yang dikeluarkan petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung lebih tinggi daripada biaya saprodi yang dikeluarkan petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Perbedaan rata – rata biaya saprodi yang dikeluarkan oleh petani tersebut adalah sebesar Rp 391.625,- per hektar per musim tanam. Namun perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh Gunung Sinabung yang mengalami erupsi. Perbedaan biaya saprodi tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan luas lahan yang dimiliki petani. Perbedaan biaya saprodi yang dikeluarkan petani dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7 Rata – Rata Biaya Saprodi Per Hektar di Daerah Terkena dan Daerah Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015

No Sarana Produksi Daerah Terkena (Rp/Ha/MT)

Daerah Tidak Terkena (Rp/Ha/MT) 1 Bibit 1.862.685 1.568.032 2 Pupuk 3.701.948 2.401.625 3 Pestisida 1.166.846 3.704.758 Total 6.735.229 6.343.604 Sumber: Lampiran 4

Rata – rata pendapatan yang diperoleh petani kubis di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung adalah sebesar Rp 9.138.974,- per hektar per musim tanam. Dimana rata – rata luas lahan petani di daerah ini (Desa Gajah) adalah sebesar 0,73 hektar per petani. Artinya rata – rata pendapatan per petani adalah sebesar Rp 6.309.505,- per petani per musim tanam atau Rp 1.577.376,- per petani per bulan. Pendapatan petani di daerah ini dapat dikatakan rendah, karena jika dibandingkan dengan standart Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Karo pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 1.996.000,-. Dimana pendapatan pada saat itu masih dibawahnya (Rp 1.577.376,- < 1.996.000,-).

Rata – rata pendapatan yang diperoleh petani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung adalah sebesar Rp 9.338.232,- per hektar per musim tanam. Dimana rata – rata luas lahan petani di daerah ini adalah sebesar 0,65 hektar per petani. Artinya rata – rata pendapatan per petani adalah sebesar Rp 6.069.850,- per petani per musim tanam atau Rp 1.517.462,- per petani per bulan. Pendapatan petani di daerah ini dapat dikatakan rendah, karena jika dibandingkan dengan standart Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Karo pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 1.996.000,-. Dimana pendapatan pada saat itu masih dibawahnya (Rp 1.517.462,- < 1.996.000,-).

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dan tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung, dilakukan Uji Beda Rata – Rata dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T–Test)). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8 Tabel Test Statistics Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Petani Kubis di Daerah Terkena dan Daerah Tidak Terkena.

a Grouping Variable: dampak erupsi Gunung Sinabung Sumber: Lampiran 18

Tabel 5.8 di atas memperlihatkan bahwa hasil analisis Uji Beda Rata – Rata pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,759. Nilai signfikansi yang diperoleh (0,759) lebih besar dari α (0,05) maka diambil kesimpulan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dampak dengan pendapatan petani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Pendapatan Petani Most Extreme Differences Absolute ,150 Positive ,125 Negative -,150 Kolmogorov-Smirnov Z ,671

BAB VI

Dokumen terkait