• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP

PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN

SIMPANG EMPAT

(Studi Kasus : Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

JULPRIDA SARAGIH

100304141

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP

PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN

SIMPANG EMPAT

(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

JULPRIDA SARAGIH

100304141

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Diana Chalil, M.Si, P.hD) (Siti Khadijah, SP, M.Si) NIP. 1967 0303 1998 02 2 001 NIP.1973 1011 1999 03 2 002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Julprida Saragih (100304141). “ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT” di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, P.hD dan Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si.

Penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja), dikarenakan Kecamatan Simpang Empat merupakan salah satu kecamatan penghasil utama kubis diantara kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung, dan Desa Gajah dipilih karena merupakan salah satu desa yang telah kembali melakukan kegiatan usahataninya. metode penentuan sampel menggunakan metode Stratified Random Sampling dan besar sampel ditentukan menggunakan metode Slovin.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis; dan untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani kubis di daerah penelitian. metode penelitian menggunakan metode uji rata – rata atau t-hitung dengan uji dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T–Test).

Dari hasil penelitian diperoleh tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung; dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dengan pendapatan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Julprida saragih, lahir pada tanggal 21 februari 1991 di Simpang Kawat, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara, dari pasangan Bapak Jonner Saragih dan Ibu Anur Manurung.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri No. 053 Semunai Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis dan tamat pada tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dan tamat pada tahun 2005. 3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pinggir

Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Peguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Bulan Agustus – September 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Buluh, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. 6. Tahun 2015 melakukan penelitian skripsi di Desa Gajah, Kecamatan Simpang

Empat Kabupaten Karo.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan anugerah-Nya yang senantiasa menyertai dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG

TERHADAP PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN

SIMPANG EMPAT (Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo)”. Kegunaan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, P.hD selaku ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk mengajari dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang juga telah meluangkan banyak waktu untuk mengajari, membimbing dan membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayahanda tercinta Bapak Jonner Saragih, ibunda tersayang Ibu Anur

(6)

rasakan selama ini terutama saat penulis kuliah dan saat penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec Selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi penyelenggaraan perkuliahan serta kegiatan administarsi dan organisasi di kampus.

3. Seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.

4. Seluruh masyarakat di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat dan seluruh masyarakat di Desa Gundaling II, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

5. Seluruh teman-teman agribisnis angkatan 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2015

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

RIWAYAT HIDUP ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1.2Identifikasi Masalah ... 1.3Tujuan Penelitian ... 1.4Kegunaan Penelitian ...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka ... 2.2 Landasan Teori ... 2.2.1 Produksi ... 2.2.2 Pendapatan Usahatani ... 2.3 Kerangka Pemikiran ... 2.4 Hipotesis Penelitian ...

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

(8)

3.4 Metode Analisis Data ... 3.5 Defenisi Dan Batasan Operasional ... 3.5.1 Defenisi ... 3.5.2 Batasan Operasional ...

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis ... 4.1.2 Keadaan Penduduk ... 4.1.3 Sarana Dan Prasarana ... 4.2 Karakteristik Petani Sampel Penelitian ... 4.3 Karakteristik Usahatani ...

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produktivitas Kubis Di Daerah Yang Terkena Dan Daerah Yang Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung ... 5.2 Pendapatan Petani Kubis Di Daerah Terkena Dan Daerah Tidak Terkena

Dampak Erupsi Gunung Sinabung ...

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 6.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Produksi Sayur-Sayuran Menurut Kecamatan (Ton) Tahun

2013………..

2 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kubis di Kecamatan Simpang Empat Tahun 2008 – 2013……… 3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rp)... 4 Data luas lahan di kecamatan yang terkena erupsi gunung

sinabung………

5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo………….. 6 Sarana dan Prasarana di Desa Gajah, Kecamatan Simpang

Empat, Kabupaten Karo………... 7 Karakteristik Petani Sampel di Desa Gajah, Kecamatan

Simpang Empat, Kabupaten Karo 2015………... 8 Tingkat Pendidikan Petani Kubis Responden di Desa Gajah,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2015……. 9 Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa Gajah,

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2015…….. 10 Rata – Rata Luas Lahan, Rata – Rata Produksi dan

Produktivitas Kubis di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015………..

11 Tabel Test Statistics Uji Beda Rata-Rata Produktivitas Kubis di Daerah Terkena dan Tidak Terkena……….

12 Jumlah Produksi, Harga dan Penerimaan Petani di Daerah yang Terkena dan Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015……….

(10)

14 Total Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Petani Kubis di Daerah yang Terkena dan di Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015………...

15 Rata – Rata Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung………...

16 Rata – Rata Biaya Saprodi Per Hektar Di Daerah Terkena Dan Daerah Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015………..

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Karakteristik Petani Sampel di Daerah yang Terkena Dampak Erupsi 2 Karakteristik Petani Sampel di Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi 3 Biaya Sarana Produksi Per Petani di Daerah yang Terkena dan Tidak

Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

4 Biaya Sarana Produksi Per Ha Di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Dampak Erupsi Sinabung Selama 1 Musim Tanam

5 Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Per Petani di Daerah Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

6 Biaya Penyusutan Per Petani di Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

7 Curahan Biaya Tenaga Kerja Per Petani di Daerah Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

8 Curahan Biaya Tenaga Kerja Per Ha di Daerah Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

9 Curahan Biaya Tenaga Kerja Per Petani di Daerah Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

10 Curahan Biaya Tenaga Kerja Per Petani di Daerah Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

11 Total Biaya Usahatani Per Petani Selama 1 Musim Tanam di Daerah Terkena Erupsi Gunung Sinabung

12 Total Biaya Usahatani Per Petani Selama 1 Musim Tanam di Daerah Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung

13 Total Biaya Usahatani Per Ha di Daerah yang Terkena Erupsi Sinabung Selama 1 Musim Tanam

14 Total Biaya Usahatani Per Ha di Daerah yang Tidak Terkena Erupsi Sinabung Selama 1 Musim Tanam

(13)

16 Produksi, Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Per Petani dan Per Ha di Daerah Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

17 Hasil Output SPSS Uji Beda Rata – Rata Produksi

(14)

ABSTRAK

Julprida Saragih (100304141). “ANALISIS DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP PENDAPATAN PETANI KUBIS DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT” di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, P.hD dan Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si.

Penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja), dikarenakan Kecamatan Simpang Empat merupakan salah satu kecamatan penghasil utama kubis diantara kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung, dan Desa Gajah dipilih karena merupakan salah satu desa yang telah kembali melakukan kegiatan usahataninya. metode penentuan sampel menggunakan metode Stratified Random Sampling dan besar sampel ditentukan menggunakan metode Slovin.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis; dan untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani kubis di daerah penelitian. metode penelitian menggunakan metode uji rata – rata atau t-hitung dengan uji dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T–Test).

Dari hasil penelitian diperoleh tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung; dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dengan pendapatan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap PDB, penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri. Kesadaran terhadap peran tersebut menyebabkan sebagian besar masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian mereka meskipun negara telah menjadi negara industri. Sehubungan dengan itu, pengendalian lahan pertanian merupakan salah satu kebijakan nasional yang strategis untuk tetap memelihara industri pertanian primer dalam kapasitas penyediaan pangan, dalam kaitannya untuk mencegah kerugian sosial ekonomi dalam jangka panjang mengingat sifat multi fungsi lahan pertanian (Bappenas, 2013).

Pembangunan sektor pertanian dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, juga untuk meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian. Hingga kini sayuran sebagai tanaman hortikultura masih diperlakukan sebagai tanaman sekunder atau tanaman sela, sehingga penanganannya masih kurang terarah baik oleh petani sendiri maupun oleh lembaga-lembaga pelayanan yang ada. Padahal tanaman tersebut memerlukan penanganan yang lebih baik. Dengan kondisi seperti itu praktis seluruh aspek penanganan baik menyangkut produksi, pasca panen dan pemasaran secara konsepsional perlu ditangani dengan baik (Silitonga, 2005).

(16)

sayuran dataran tinggi dan buah merupakan salah satu keunggulan Kabupaten Karo dibandingkan dengan Kabupaten lain, disamping jarak yang relatif dekat dengan sentra pemasaran domestik dan ekspor. Hal ini merupakan peluang yang ditawarkan pasar dunia dari komoditi kubis Indonesia khususnya di Kabupaten Karo adalah cukup menjanjikan dari sisi ekspor artinya masyarakat luar negeri harus mengkonsumsi kubis Indonesia khususnya dari Kabupaten Karo. Menurut Dinas Koperindag Kabupaten Karo volume dan nilai ekspor kubis sebesar 7,22% per tahun atau nilai ekspor US$493.243 per tahun (Sinuhaji, 2013).

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, kubis/kol merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak diproduksi di Kabupaten Karo dan merupakan jenis sayuran yang banyak diproduksi di Kecamatan Simpang Empat bila dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya, seperti: tomat, kentang, petsai, dan sayuran lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Produksi Sayur-Sayuran Menurut Kecamatan (Ton) Tahun 2013

(17)

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung yang terdapat di Sumatera Utara, Indonesia, selain gunung Sibayak. Pada 28 Agustus 2010, telah terjadi letusan Gunung Sinabung yang membuat panik masyarakat sekitar. Hasil erupsi Gunung Sinabung berupa debu vulkanik menyebar ke beberapa daerah dengan jarak terjauh 6 km dari kaki gunung. Debu-debu ini menutupi seluruh tanah dan benda-benda di atasnya.

Lahan pertanian yang merupakan mata pencarian masyarakat sekitar tidak luput dari tutupan debu vulkanik tersebut. Secara kasat mata, kondisi tanaman yang terkena dampak debu vulkanik masih tumbuh baik, namun di beberapa tempat yang terkena penutupan debu vulkanik yang tebal menunjukkan gejala kelayuan sampai kematian dengan pembagian luasan yang berbeda-beda, yakni tanaman pangan (jagung, padi, ubi jalar, kacang tanah) seluas 2.639 ha, tanaman sayuran (cabe, tomat, kubis, kentang, petsai, dan lain-lain) seluas 2.368 ha, tanaman buah-buahan (jeruk, pisang, alpukat, dan lain-lain) seluas 828 ha, serta tanaman perkebunan (kopi, kakao, dan lain-lain) seluas 1.126 ha. Dengan demikian, luas keseluruhan yang tertutup debu adalah 6.961 ha.

Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kecamatan Simpang Empat Tahun 2008 - 2012

No Tahun Luas Panen

Sumber : Badan Pusat Statistik Karo 2009 - 2013 (diolah).

(18)

panen dan produksi sayuran jenis kubis di Kecamatan Simpang Empat sebelum Gunung Sinabung meletus adalah konstan yaitu sebesar 1818 ha dan 68792 ton. Kemudian produksi kubis mengalami penurunan setelah Gunung Sinabung Meletus (tahun 2011 – 2012) yaitu sebesar 4,12 ton/ha pada tahun 2011 dan kembali turun sebesar 4,04 ton/ha pada tahun 2012.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Sinabung saat erupsi tidak berpengaruh terhadap tanaman para petani. Berdasarkan erupsi tahun 2010 silam, debu tersebut lebih menyuburkan tanah, namun memerlukan proses waktu yang lama. Tiga tahun silam, erupsi gunung tersebut sangat mengganggu proses pembuahan jenis tanaman Solanase seperti kentang, kubis, tomat dan cabai. Karena tanaman tersebut tidak mampu bertahan di lingkungan ekstrim. Tanaman tersebut tidak mampu bertahan di kondisi cuaca ekstrim, karena debu vulkanik tersebut, mampu membuat daunnya menjadi melepuh. Akan tetapi produksinya tidak berkurang, hanya kualitasnya saja yang menurun (Yonavilbia, 2013).

Menurut kepala Dinas Pertanian Dan Perkebunan Karo, debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Sinabung tahun 2010 lebih menyuburkan tanah. Namun menurut data Badan Pusat Statistik setelah Gunung Sinabung meletus, produktivitas kubis di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo tidak mengalami peningkatan. yang juga berpengaruh pada pendapatan petani kubis di daerah tersebut.

(19)

pendapatan petani di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, perlu dilakukan suatu analisis dampak erupsi Gunung Sinabung tersebut.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis di daerah penelitian?

2. Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani kubis di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas kubis di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani kubis di daerah penelitian.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi petani untuk meningkatkan motivasi dalam mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatannya.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Tinjauan Pustaka

Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih. Kubis merupakan tanaman setahun atau yang berbentuk perdu. Rasa daunnya segar, renyah dan sedikit pedas. Kubis dapat digunakan sebagai sayur, lalap maupun bahan pelengkap masakan lainnya. Tanaman kubis dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik hampir di semua jenis tanah (Sutarno, 1995).

Kubis telah dikenal manusia sejak tahun 2.500-2.000 Sebelum Masehi. Dan mulai dibudidayakan di Eropa sekitar abad ke-9 Masehi. Pada abad ke-16 atau ke-17 mulai ditanam di Indonesia. Pada abad tersebut orang Eropa mulai berdagang dan menetap di Indonesia. Sekarang, penanaman kubis sebagai komoditas sayuran telah tersebar luas di seluruh Indonesia (Pracaya, 2001).

(21)

Dairi dan Toba Samosir, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Dadang, 2008).

Kabupaten Karo masih mengandalkan sektor pertanian sebagai kegiatan ekonomi, sekitar 75% lapangan usaha masyarakat di sana bekerja di sektor pertanian dan sekitar 60% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita berasal dari pertanian. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rp)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

(22)

kesehatan masyarakat khususnya sekitar lokasi letusan gunung berapi tersebut. Letusan gunung juga menyebabkan perubahan kegiatan ekonomi daerah tersebut, harga-harga sayuran dan produksi pertanian sedangkan masyarakat di sekitar gunung sendiri tidak memperoleh pendapatan selama kondisi bencana (Tindaon, 2013).

Sisa abu vulkanik dan kondisi cuaca menyebabkan hasil pertanian tidak optimal dan petani tidak memperoleh pendapatan yang layak, sehingga ketahanan pangan dalam keluarga rendah. Memperhatikan hal tersebut, diperlukan strategi khusus untuk mengatasi kerawanan pangan. Solusi yang dapat dilakukan melalui diversifikasi tanaman dan ternak yang dipelihara. Selain itu, perlu dipertimbangkan alternatif varietas tanaman yang lebih tahan cuaca dan dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat (Rahmawati, 2014).

(23)

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo luas pertanaman di empat kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung adalah seluas 6.961 hektar. Hal ini untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Data Luas di Kecamatan yang Terkena Erupsi Gunung Sinabung

No Kecamatan Jumlah KK Luas Pertanaman (Ha)

1 Simpang Empat 1.519 Tanaman Pangan 615

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2014

2.2Landasan Teori

2.2.1 Produksi

(24)

yang dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2005).

Menurut Joesron dan Suhartati (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad, 2003).

(25)

proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Tentu saja proses produksi atau usahatani tidak berjalan jika tidak ada tenaga kerja. Begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.

2.2.2 Pendapatan Usahatani

Pendapatan dari suatu usahatani adalah ditentukan dari jumlah penerimaan yang diperoleh dikurangi dengan jumlah biaya variabel yang dikeluarkan. Penerimaan pertama merupakan harga yang dibayar oleh pedagang dari hasil tanaman yang diperoleh. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dan modal yang dikeluarkan dalam usahatani. Perhitungan keuntungan merupakan suatu cara yang cocok untuk memperlihatkan keadaan keuangan dari usahatani di suatu tempat pada periode tertentu. Perhitungan keuntungan merupakan alat yang baik untuk membandingkan hasil dari tanaman yang berbeda, tahun yang berbeda atau petani yang berbeda (Sutarno, 1995).

Usahatani yang dilakukan pada akhirnya akan memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara yang dikeluarkan dengan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan dari usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong, 1973). Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan usahanya.

(26)

1. Penerimaan usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi atau penerimaan usahatani.

2. Penerimaan tunai didefinisikan sebagai nilai mata uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi.

3. Penerimaan tidak tunai adalah pendapatan yang bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, hasil panen yang digunakan untuk bibit atau makanan ternak, untuk pembayaran, disimpan di gudang dan menerima pembayaran dalam bentuk benda.

4. Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua input yang habis terpakai dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani meliputi pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. 5. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi segala

pengeluaran untuk keperluan kegiatan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai.

6. Pengeluaran tidak tunai adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang. Misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda.

(27)

Pendapatan petani adalah selisih antar penerimaan (TR) dengan semua biaya (TC). Penerimaan usahatani (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh faktor produksi yang digunakan, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dengan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).

2.3 Kerangka Pemikiran

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung berapi yang aktif yang terdapat di Sumatera Utara, Indonesia, selain gunung Sibayak. Tanaman kubis merupakan salah satu komoditi yang diusahakan oleh petani di Kecamatan Simpang Empat. Daerah ini merupakan salah satu kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung.

(28)

Selain berpengaruh pada produksi kubis, erupsi Gunung Sinabung juga mempengaruhi penggunaan input usahatani di daerah yang terkena dampak, karena debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Sinabung yang sampai pada tanaman kubis petani. Hal ini mengakibatkan adanya pengaruh terhadap biaya produksi yang digunakan dalam usahatani kubis di daerah tersebut.

Adanya pengaruh erupsi Gunung Sinabung terhadap penerimaan dan biaya produksi pada usahatani yang terkena dampak menunjukkan erupsi Gunung Sinabung juga mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima oleh petani. Artinya selain berpengaruh pada produksi atau hasil panen dan penerimaan, erupsi Gunung Sinabung secara langsung juga mempengaruhi pendapatan petani kubis.

(29)

Dengan demikian skema kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran Usahatani kubis

Usahatani yang tidak terkena erupsi Usahatani yang

terkena erupsi

Produksi Penggunaan

input

Produksi Penggunaan

input

penerimaan biaya

penerimaan biaya

Pendapatan Pendapatan

(30)

2.4Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka diambil hipotesis penelitian sebagai berikut yaitu:

1. Terdapat perbedaan produktivitas kubis di daerah yang terkena dan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja, berdasarkan pra survey yang dilakukan dengan tujuan-tujuan penelitian, daerah penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Kecamatan Simpang Empat dipilih karena merupakan salah satu penghasil utama kubis di antara kecamatan yang terkena erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Adapun desa yang dipilih adalah Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat. Daerah ini dipilih menjadi daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang terkena erupsi Gunung Sinabung dan sudah kembali melakukan kegiatan usahataninya. Sedangkan Kecamatan Berastagi dipilih sebagai daerah penelitian yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Adapun desa yang dipilih adalah Desa Gundaling II.

3.2 Metode Penentuan Sampel

(32)

Sedangkan penentuan besar/jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan menggunakan metode Slovin dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana:

n : Besar sampel N : Jumlah populasi

e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Jumlah populasi petani kubis menurut data kependudukan Desa Gajah adalah 65KK. Dengan batas toleransi 10% (0.1), maka besar sampel yang diambil adalah:

n =

=

40 KK

Pada penelitian ini Desa Gundaling II menggambarkan Desa Gajah sebelum Gunung Sinabung meletus. Sebagai pembanding jumlah sampel yang diambil dari Desa Gundaling II sama dengan besar sampel yang diambil dari Desa Gajah yaitu 40 KK.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data produksi sayur-sayuran di Kabupaten Karo menurut kecamatan (ton) tahun 2013, data luas panen, produksi dan rata-rata produksi kubis di Kecamatan Simpang Empat pada

n =

(33)

tahun 2008-2012, data Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 (jutaan Rp) tahun 2013 dan lain-lain. Data sekunder diperoleh dari buku, literatur, internet dan lembaga atau instansi terkait dengan penelitian ini seperti Kantor Kepala Desa, Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik.

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada masing-masing petani yang menjadi sampel pada penelitian ini dengan menggunakan alat bantu kuisioner (daftar pertanyaan). Data primer yang dikumpulkan adalah data identitas petani, data luas lahan yang digunakan, data proses produksi, data jumlah dan jenis saprodi yang digunakan dan data jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk proses usahatani. Data daerah yang tidak terkena dampak adalah data dari Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, sedangkan data daerah yang terkena dampak adalah data dari Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Dalam hal ini dari Desa Gundaling II menggambarkan Desa Gajah sebelum terkena erupsi Gunung Sinabung.

3.4 Metode Analisis Data

(34)

Pada penelitian ini perbedaan dua sampel yang ingin diketahui adalah perbedaan produktivitas dan pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung dengan produktivitas dan pendapatan petani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika nilai signifikansi > α ; H0 diterima, H1 ditolak, (α = 0,05).

Jika nilai signifikansi < α; H0 ditolak, H1 diterima, (α = 0,05).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H0: D = 0 (perbedaan antara dua pengamatan adalah 0), artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara produktivitas dan pendapatan di daerah yang terkena dampak dengan produktivitas dan pendapatan di daerah yang tidak terkena dampak Erupsi Gunung Sinabung.

2. H1: D ≠ 0 (perbedaan antara dua pengamatan tidak sama dengan 0), artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas dan pendapatan di daerah yang terkena dampak dengan produktivitas dan pendapatan di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

3.4.1 Perhitungan Pendapatan

Pendapatan petani dapat dihitung dengan terlebih dahulu menghitung biaya produksi dan penerimaan. Analisis biaya produksi dihitung dengan rumus:

(35)

Keterangan:

TC = Total Cost/ Total biaya (Rp/ha/musim tanam) FC = Fixed Cost/ Biaya tetap (Rp/ha/musim tanam) VC = Variable Cost/ Biaya variabel (Rp/ha/musim tanam) Sedangkan total penerimaan dihitung dengan rumus:

Keterangan:

TR = Penerimaan usahatani (Rp/ha/musim tanam) Y = Jumlah Produksi (Kg/ha/musim tanam) Py = Harga y (Rp/Kg)

Perhitungan pendapatan dilakukan dengan menggunakan analisis total pendapatan. Pendapatan dihitung dengan rumus:

Keterangan:

I = Income (pendapatan bersih usahatani) (Rp/ha/musim tanam) TR = Total Revenue (penerimaan usahatani) (Rp/ha/musim tanam) TC = Total Cost (total biaya) (Rp/ha/musim tanam).

TR = Y . Py

(36)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1Definisi

1. Produksi adalah hasil panen kubis selama 1 periode tanam (kg/ha/musim tanam),

2. Produktivitas adalah rata – rata jumlah hasil panen kubis selama 1 periode tanam (kg/ha/musim tanam),

3. Penerimaan adalah hasil yang diterima petani dari jumlah penjualan kubis setelah dikalikan dengan harga jual kubis, selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam),

4. Total biaya adalah seluruh total pengeluaran petani yang dilimpahkan untuk usahataninya selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam)

5. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih petani yaitu selisih antara total penerimaan terhadap total biaya yang dikeluarkan (Rp/ha/musim tanam),

(37)

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Daerah penelitian adalah Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

(38)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1.Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Desa Gajah memiliki luas wilayah 460 ha atau 2,4% dari luas kecamatan dan berada pada ketinggian ± 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jarak dari Ibukota Kabupaten (Kabanjahe) adalah 10 km dengan waktu tempuh 10 menit, jarak Ibukota Kecamatan adalah 3 km dengan waktu tempuh 5 menit dan jarak dari Ibukota Provinsi (Medan) adalah 87 km dengan waktu tempuh 150 menit.

Secara administratif, Desa Gajah mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Semangat.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ndokum Siroga. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bulan Baru. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Surbakti.

4.1.2. Keadaan Penduduk

(39)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

No. Jenis Lapangan Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Penduduk (%)

1. Pertanian 936 92,95

2. Industri Rumah Tangga 29 2,88

3. PNS/ABRI 22 2,19

4. Lainnya 20 1,98

Jumlah 1.007 100

Sumber : Kecamatan Simpang Empat dalam Angka, Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa penduduk Desa Gajah didominasi berkerja di sektor pertanian yaitu sebanyak 936 jiwa (92,95%), sedangkan penduduk yang bekerja di sektor industri rumah tangga sebanyak 29 jiwa (2,88%), penduduk yang bekerja sebagai PNS/ABRI adalah sebanyak 22 jiwa (2,19%), penduduk yang bekerja di sektor lainnya (misalnya Pedagang, Wiraswasta, Pensiunan, dan lain-lain) adalah sebanyak 20 jiwa (1,98%).

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa tersebut. Jika sarana dan prasarana yang ada di suatu desa semakin baik, maka akan semakin mempercepat laju perkembangan desa tersebut.

(40)

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,

Sumber : Kecamatan Simpang Empat dalam Angka, Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Gajah sudah tersedia dengan memadai. Walaupun sarana pendidikan yang ada hanya satu Sekolah Dasar Negeri, tetapi penduduk dapat melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan yang ada di Berastagi dan Ibukota Kabupaten (Kabanjahe). Hal ini tidak mempersulit penduduk karena jaraknya tidak terlalu jauh dan mudah ditempuh, serta didukung oleh sarana jalan dan tranportasi yang memadai.

(41)

bengkel, yaitu bengkel untuk sepeda motor dan mobil. Dan terdapat juga industri rumah tangga sebanyak 30 buah, yang membantu penambahan pendapatan masyarakat di Desa Gajah. Sarana tranportasi juga sudah memadai, karena jalan menuju Desa Gajah sudah cukup baik yaitu aspal 1 km, diperkeras ada 3 km, tanah ada 5 km dan setapak 5 km.

4.2. Karakteristik Petani Sampel Penelitian

Karakteristik petani sampel menggambarkan kondisi atau keadaan serta status petani tersebut. Pembahasan tentang karakteristik petani kubis pada penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu umur petani sampel, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

Tabel 4.3 Karakteristik Petani Sampel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo 2015

No Uraian Satuan Range Rataan

1 Umur Petani Sampel Tahun 26 - 52 41,5 2 Tingkat Pendidikan Tahun 6 - 12 9,7 3 Pengalaman Bertani Tahun 7 - 30 16,8

4 Jumlah Tanggungan Jiwa 2 - 7 5

5 Luas Lahan Ha 0,25 – 1,2 0,73

Sumber: Lampiran 1

4.2.1 Umur

(42)

petani sampel bervariasi antara petani yang satu dengan petani yang lainnya. Umur petani kubis di Desa Gajah berkisar antara 26 – 52 tahun dengan rata – rata umur 41,5 tahun.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang pembangunan pertanian. Kemampuan petani dalam mengelolausahataninya sebagian besar ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik pendidikan bersifat formal maupun nonformal. Pendidikan petani yang lebih baik akan memungkinkan petani untuk mengambil langkah yang bijaksana dalam bertindak atau mengambil keputusan serta memungkinkan petani untuk mempelajari dan menerapkan teknologi baru dalam pengembangan usahataninya. untuk mengetahui lebih rinci tingkat pendidikan dari petani responden dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Petani Kubis Responden di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2015

No Tingkat Pendidikan (Tahun)

(43)

sudah tergolong sedang meskipun penduduk di desa itu didominasi oleh penduduk yang bermatapencaharian di bidang pertanian.

4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Pada penelitian ini, yang menjadi jumlah tanggungan keluarga adalah anak dan istri petani (keluarga). Dimana jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Rata – rata jumlah tanggungan petani responden di Desa Gajah adalah 5 orang/jiwa.

4.2.4 Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani akan berpengaruh terhadap pola pengelolaan usahataninya. Pada umumnya petani yang berpengalaman dalam usahatani kubis lebih terampil dalam melakukan aktivitas usahataninya. Adapun pengalaman berusahatani responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2015

No Pengalaman Berusahatani

(44)

memahami teknik – teknik usahatani dari pengalamannya selama bertahun – tahun. Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa pengalaman berusahatani para petani responden di daerah penelitian berkisar antara 1 – 30 tahun. Petani kubis di daerah penelitian kebanyakan memiliki pengalaman bertani 11 – 20 tahun yaitu sebesar 62,5 % dari seluruh sampel penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa rata - rata petani kubis di daerah penelitian telah memiliki pengalaman bertani yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan petani di daerah penelitian telah melakukan usahatani sejak berusia muda, bahkan telah melakukan usahatani sejak masih belum berumah tangga atau sejak masih bersama orang tua mereka.

4.3 Karakteristik Usahatani

Kubis/kol merupakan salah satu komoditas unggulan jenis sayuran di Desa Gajah dan Desa Gundaling II selain wortel dan tomat. Jenis kubis yang banyak dibudidayakan di daerah tersebut adalah kubis jenis Grenova dan Grand 11. Kegiatan budidaya yang dilakukan petani kubis meliputi pengolahan tanah hingga pemeliharaan. Di daerah penelitian kubis ditanam secara monokultur dan polikultur. Penanaman secara polikultur, tanaman kubis biasanya ditanam bersama dengan tomat, cabai ataupun buncis. Pada penelitian ini yang termasuk dalam sampel penelitian adalah petani yang menanam kubis secara monokultur.

(45)

telah dipersiapkan terlebih dahulu. Lubang tanam dibuat 2 baris setiap bedengan dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm. Sebelum kubis ditanam, petani terlebih dahulu mengaplikasikan pupuk organik/kompos ke dalam lubang tanam.

Pemeliharaan tanaman kubis yang dilakukan petani di daerah penelitian meliputi kegiatan pemupukan tanaman, penyemprotan hama tanaman, penyiangan tanaman dan penyiraman. Kegiatan penyiangan dilakukan sekaligus dengan kegiatan pemupukan. Dimana tanah dan gulma yang berada di sekitar tanaman dijadikan sebagai penutup pupuk yang diaplikasikan.

Pemupukan pada tanaman kubis dilakukan 2 kali selama satu musim tanam. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman kubis berumur 2 – 3 minggu setelah tanam. Petani di daerah penelitian melakukan pemupukan kedua setelah tanaman kubis berumur 2 – 2,5 bulan. Selain pupuk organik, pupuk yang biasa dipakai oleh petani untuk memupuk tanaman kubisnya adalah pupuk NPK, pupuk hidrokomplit, pupuk amophos dan pupuk lainnya.

Pemeliharaan lain yang dilakukan petani adalah kegiatan penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan rata – rata 8 – 10 kali selama 1 musim tanam. Penyemprotan pestisida umumnya dilakukan 8 kali, namun apabila hama yang menyerang tanaman kubis lebih banyak dari biasanya, maka petani melakukan kegiatan penyemprotan yang ke-9 hingga melakukan penyemprotan yang ke-10. Pestisida yang biasa digunakan adalah pestisida jenis enduro, antracol, lannet, ludo, prevaton dan serpa.

(46)

yang terkena ke tanaman kubis. Namun tidak semua petani di daerah yang terkena erupsi melakukan penyiraman tersebut, karena petani tidak melakukan penyiraman jika hujan turun. Sedangkan petani di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung tidak melakukan kegiatan penyiraman.

Untuk melakukan kegiatan usahatani, para petani di daerah yang terkena maupun petani di daerah yang tidak terkena menggunakan tenaga kerja dalam melancarkan usahataninya. tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga. Pada penelitian ini biaya tenaga kerja yang dihitung hanya biaya tenaga kerja luar keluarga, karena pendapatan yang dihitung adalah pendapatan bersih usahatani kubis yang dilakukan petani tersebut. Tenaga kerja luar keluarga yang digunakan di daerah penelitian biasa disebut Aron, dengan biaya upah tenaga kerja Rp 60.000,- hingga Rp 75.000 per orang per hari.

(47)
(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang berkenaan dengan tujuan penelitian yang meliputi uji beda rata-rata antara produktivitas dan pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

5.1 Produktivitas Kubis di Daerah yang Terkena dan Daerah yang Tidak

Terkena Erupsi Gunung Sinabung

(49)

Tabel 5.1 Rata – Rata Luas Lahan, Rata – Rata Produksi dan Produktivitas Kubis di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015.

Erupsi Rata - Rata Luas Lahan (Ha/MT)

Rata – Rata Produksi (Kg/MT)

Produktivitas (Kg/Ha/MT)

Tidak Terkena 0,645 17.800 26.640,48

Terkena 0,7325 18.925 25.825,29

Selisih 0,0875 1.125 715

Sumber: Lampiran 15 dan 16.

Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa selisih produktivitas kubis di daerah yang terkena erupsi Gunung Sinabung (Desa Gajah) dengan produktivitas di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung (Desa Gundaling II) adalah sebesar 715 kg/ha/musim tanam. Produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas kubis di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Perbedaan produktivitas tersebut disebabkan oleh perbedaan rata – rata produksi dan input produksi yang digunakan petani kubis di daerah penelitian.

(50)

Tabel 5.2 Tabel Test Statistics Uji Beda Rata-Rata Produktivitas Kubis di Daerah Terkena dan Tidak Terkena

Asymp. Sig. (2-tailed) ,164

a Grouping Variable: dampak erupsi Gunung Sinabung Sumber: Lampiran 17

Tabel 5.2 di atas memperlihatkan bahwa hasil analisis uji beda rata – rata produktivitas kubis di daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,164. Nilai signfikansi yang diperoleh (0,164) lebih besar dari α (0,05) maka diambil kesimpulan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena dampak dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Perbedaan kegiatan usahatani di daerah terkena dan daerah tidak terkena erupsi Gunung Sinabung terletak pada kegiatan pemeliharaan tanaman kubis. Pada usahatani di daerah yang terkena dampak ada kegiatan penyiraman untuk membersihkan kubis dari debu vulkanik yang menempel pada tanaman kubis, sedangkan di daerah yang tidak terkena tidak melakukan kegiatan penyiraman.

5.2 Pendapatan Petani Kubis Di Daerah Terkena Dan Daerah Tidak Terkena

Dampak Erupsi Gunung Sinabung

(51)

oleh petani (Rp/ha/musim tanam). Dimana total penerimaan adalah total hasil yang diterima petani dari penjualan kubis yaitu jumlah produksi dikalikan dengan harga jual kubis selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam), sedangkan total biaya adalah seluruh total pengeluaran petani yang dilimpahkan petani untuk usahataninya selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam).

5.2.1 Total Penerimaan

Total penerimaan adalah total hasil yang diterima petani dari penjualan kubis yaitu jumlah produksi dikalikan dengan harga jual kubis selama 1 periode tanam (Rp/ha/musim tanam). Adapun total penerimaan petani kubis di daerah penelitian ditampilkan pada Tabel 5.3 di bawah ini:

Tabel 5.3 Jumlah Produksi, Harga dan Penerimaan Petani di Daerah yang

Tidak Terkena 26.640 780,- 20.779.574

Terkena 25.285 750,- 19.368.967

Selisih 715 30,- 1.410.607

Sumber: Lampiran 15-16

(52)

tidak terkena, dimana luas lahan di daerah yang terkena lebih luas dibanding dengan luas lahan di daerah yang tidak terkena erupsi gunung sinabung. Selain luas lahan yang berbeda, penggunaan jumlah bibit yang berbeda juga menyebabkan perbedaan jumlah produksi yang dihasilkan. Perbedaan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan perbedaan jumlah produksi dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Sedangkan rata – rata harga jual pada Tabel 5.3 di daerah terkena dengan harga jual di daerah yang tidak terkena berbeda sebesar Rp 30,- per kg. Berdasarkan observasi di lapangan, hal ini disebabkan jarak lokasi daerah yang terkena erupsi lebih jauh ke lokasi pemasaran dibandingkan dengan jarak lokasi daerah yang tidak terkena erupsi.

5.2.2 Total Biaya Produksi

(53)

Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani kubis di daerah penelitian ditampilkan secara lebih rinci pada Tabel 5.4 di bawah ini:

Tabel 5.4 Total Biaya Produksi di Daerah yang Terkena dan Daerah yang Tidak Terkena Tahun 2015

Keterangan

Daerah Terkena Dampak (Rp/Ha/MT)

Daerah Tidak Terkena Dampak

(Rp/Ha/MT) Biaya Tetap

1. Biaya PBB 21.667 21.667

2. Biaya Penyusutan 29.884 25.071

Biaya Variabel

1. Biaya Tenaga Kerja 3.793.463 2.997.200

2. Biaya Saprodi 6.735.229 6.343.604

Total Biaya 10.581.353 9.387.542

Sumber: Lampiran 13-14

5.2.3 Pendapatan Petani

(54)

Tabel 5.5 Total Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Petani Kubis di Daerah yang Terkena dan di Daerah yang Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015

Keterangan Daerah Terkena

Penerimaan 19.368.967 20.779.574

Biaya Tetap

1. Biaya PBB 21.667 21.667

2. Biaya Penyusutan 29.884 25.071

Biaya Variabel

1. Biaya Tenaga Kerja 3.793.463 2.997.200

2. Biaya Saprodi 6.735.229 6.343.604

Total Biaya 10.581.353 9.387.542

Pendapatan 9.138.974 9.338.232

Sumber: Lampiran 3-16(Diolah)

Tabel 5.5 di atas memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan rata – rata pendapatan petani kubis di daerah yang terkena (Desa Gajah) dengan rata – rata pendapatan petani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung (Desa Gundaling II) yaitu sebesar Rp 199.258,- per hektar per musim tanam. Rata – rata pendapatan petani di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung lebih tinggi daripada Rata – rata pendapatan petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Hal ini disebabkan adanya perbedaan rata – rata penerimaan yang diterima dan rata – rata total biaya yang dikeluarkan oleh petani kubis di daerah yang terkena dengan di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

(55)

penerimaan yang diterima oleh petani di daerah yang tidak terkena lebih tinggi daripada rata – rata penerimaan yang diterima oleh petani di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Sedangkan perbedaan total biaya yang dikeluarkan oleh petani di daerah yang terkena dan di daerah yang tidak terkena disebabkan oleh adanya perbedaan biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani, adanya perbedaan biaya saprodi dan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani kubis di daerah yang terkena dengan petani di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung. biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani di daerah yang terkena lebih tinggi daripada biaya penyusutan peralatan yang digunakan petani di daerah yang tidak terkena. Adapun perbedaan rata – rata biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp 4.813,- per hektar per musim tanam. Namun perbedaan ini tidak relevan terhadap erupsi Gunung Sinabung.

(56)

Tabel 5.6 Rata – Rata Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015

No Tenaga Kerja Daerah Terkena (Rp/Ha/MT)

Daerah Tidak Terkena (Rp/Ha/MT)

1 Pengolahan Tanah 1.055.089 891.449

2 Penanaman 784.877 471.393

3 Pemupukan 720.078 477.195

4 Penyemprotan 987.268 1.176.063

5 Penyiraman 246.150 -

Total 3.793.463 2.997.200

Sumber: Lampiran 7-10

(57)

Tabel 5.7 Rata – Rata Biaya Saprodi Per Hektar di Daerah Terkena dan Daerah Tidak Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2015

No Sarana Produksi Daerah Terkena (Rp/Ha/MT)

Total 6.735.229 6.343.604

Sumber: Lampiran 4

Rata – rata pendapatan yang diperoleh petani kubis di daerah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung adalah sebesar Rp 9.138.974,- per hektar per musim tanam. Dimana rata – rata luas lahan petani di daerah ini (Desa Gajah) adalah sebesar 0,73 hektar per petani. Artinya rata – rata pendapatan per petani adalah sebesar Rp 6.309.505,- per petani per musim tanam atau Rp 1.577.376,- per petani per bulan. Pendapatan petani di daerah ini dapat dikatakan rendah, karena jika dibandingkan dengan standart Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Karo pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 1.996.000,-. Dimana pendapatan pada saat itu masih dibawahnya (Rp 1.577.376,- < 1.996.000,-).

(58)

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dan tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung, dilakukan Uji Beda Rata – Rata dua sampel yang saling bebas (Independent Sample T–Test)). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8 Tabel Test Statistics Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Petani Kubis di Daerah Terkena dan Daerah Tidak Terkena.

a Grouping Variable: dampak erupsi Gunung Sinabung Sumber: Lampiran 18

Tabel 5.8 di atas memperlihatkan bahwa hasil analisis Uji Beda Rata – Rata pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,759. Nilai signfikansi yang diperoleh (0,759) lebih besar dari α (0,05) maka diambil kesimpulan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dampak dengan pendapatan petani kubis di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung.

Pendapatan Petani Most Extreme

Differences

Absolute ,150

Positive ,125

Negative -,150

Kolmogorov-Smirnov Z ,671

(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis di daerah yang terkena dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dengan pendapatan di daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.

6.2 Saran

6.2.1 Kepada Petani

Untuk memperoleh penerimaan yang optimal petani perlu melakukan intensifikasi budidaya kubis dengan penambahan input produksi, penggunaan pupuk organik dan penggunaan bibit unggul sehingga dapat meningkatkan produktivitas kubis di daerah penelitian. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani kubis di daerah penelitian.

6.2.2 Pemerintah

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 2003. Ekonomi Manajerial. Edisi Kelima. Balai Pustaka. Yogyakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2013.

Badan Pusat Statistik, 2014. Kecamatan Simpang Empat Dalam Angka 2013. BPS. Karo.

. Karo Dalam Angka 2013. BPS. Karo.

. Kecamatan Simpang Empat Dalam Angka 2009. BPS. Karo.

. Kecamatan Simpang Empat Dalam Angka 2010. BPS. Karo.

. Kecamatan Simpang Empat Dalam Angka 2011. BPS. Karo.

. Kecamatan Simpang Empat Dalam Angka 2012. BPS. Karo.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2014. Rekomendasi Kebijakan Mitigasi Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sektor Pertanian. BPTP. Sumatera Utara

Dadang, dkk. 2008. “Menengok Sentra Sayuran Di Tanah Karo”. Agrina Online. 18 februari 2008.

Joesran, Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat. Jakarta.

Pracaya. 2001. Kol alias kubis. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana (P2MB). 2010. Tentang Bencana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rahmawati, dkk. 2014. Ketahanan Pangan Keluarga Balita Pasca Letusan Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Indonesia. Jurnal. Vol: 1. Edisi 1 : 35 - 49

(61)

Silitonga, E. 2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Sayuran Dataran Tinggi Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Jurnal. Hal: 53.

Sinuhaji, N. 2013. Analisis Harga Domestik Dan Harga Ekspor Kubis Di Singapura Terhadap Ekspor Kubis (Brassica O.Capitata) Dari Kabupaten Karo. Jurnal. Volume: III. No.01. Hal: 14

Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.

. 2002. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soetarno, H. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press bekerja sama dengan Prosea Indonesia dan Balai Penelitian Hortikultura Lembang.

Sukirno, S. 2005. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Supriana, T. 2013. Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. USU Press.Medan.

_________ & Barus, R. 2010. Statistik Nonparametrik: Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian. USU Press. Medan

Tindaon, F. 2013. Letusan gunung sinabung tingkatkan kesuburan tanah. Makalah. Hal: 2.

(62)
(63)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel di Daerah yang Terkena Erupsi Gunung Sinabung

Mata Pencaharian Status Kepemilikan Lahan

Utama Sampingan Lahan Sendiri Sewa

(64)

Lampiran 1. Lanjutan

Mata Pencaharian Status Kepemilikan Lahan

Utama Sampingan Lahan Sendiri Sewa

23 0,7 44 SMP 17 7 Bertani - √ -

(65)

Lampiran 2. Karakteristik Petani Sampel di Daerah yang Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung

Mata Pencaharian Status Kepemilikan Lahan

Utama Sampingan Lahan Sendiri Sewa

(66)

Lampiran 2. Lanjutan

Mata Pencaharian Status Kepemilikan Lahan

Utama Sampingan Lahan Sendiri Sewa

23 1 43 SMA 22 4 Bertani - √ -

(67)

Lampiran 3. Biaya Sarana Produksi Per Petani di Daerah yang Terkena dan Tidak Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

No Sam pel

Daerah yang Terkena Erupsi Daerah yang Tidak Terkena Erupsi

(68)

Lampiran 3. Lanjutan No

Sampel

Daerah yang Terkena Erupsi Daerah yang Tidak Terkena Erupsi

Luas

Total 29,3 54442000 107795500 34552950 196790450 25,8 41940000 96065000 28999500 167004500

Rata-rata

0,7325 1361050 2694887,5 863823,75 4919761,25 0,645 1048500 2401625 724987,5 4175112,5

(69)

Lampiran 4. Biaya Sarana Produksi Per Ha Di Daerah Terkena dan Tidak Terkena Erupsi Sinabung Selama 1 Musim Tanam

No Sam pel

Daerah yang Terkena Erupsi Daerah yang Tidak Terkena Erupsi

Biaya Bibit

1 1800000 3762500 1337500 6900000 2600000 5650000 2925000 9735000

2 1920000 5083333,3 1008333 8011666,7 1500000 3906250 2550000 7056250

3 1625000 4218750 1081250 6925000 1500000 3781250 2550000 6618750

4 1800000 4163750 1356250 7320000 2250000 4000000 2925000 8062500

5 1600000 3785000 1380000 6765000 2400000 2800000 3380000 7180000

6 2133333 4638888,9 1338889 8111111,1 1650000 2990625 2625000 6490625

7 1750000 3468750 1190625 6409375 1440000 4355000 2820000 7452500

8 1750000 4368750 1106250 7225000 1440000 4540000 1884000 7830000

9 1750000 4433333,3 1300000 7483333,3 1333333,33 3458333,333 2925000 6533333,3

10 2057143 4982142,9 760714,3 7800000 1260000 1980000 3120000 5080000

11 1600000 5115000 2305000 9020000 1333333,33 2541666,667 3266666,67 6381666,7

12 2057143 3060714,3 1242857 6360714,3 1500000 3837500 5250000 8762500

13 2160000 4513333,3 920000 7593333,3 1571428,57 2107142,857 3000000 5221428,6

14 1833333 4973333,3 1079167 7885833,3 1980000 3060000 3120000 7000000

15 2200000 3485000 985000 6670000 1280000 2925000 2940000 5765000

16 1800000 4280000 1204000 7284000 1662500 4225000 2850000 7343750

17 2550000 3568750 985625 7104375 1750000 3693750 2850000 7062500

18 2083333 3706250 802083,3 6591666,7 1600000 4220000 2760000 7850000

19 1800000 3412500 1172500 6385000 1600000 2340000 2340000 5516666,7

20 1625000 3667500 1275000 6567500 2100000 4050000 2860000 7600000

21 1920000 3516250 1060000 6496250 1440000 4140000 3920000 7550000

22 1600000 2990000 1030000 5620000 1200000 3000000 3360000 6140000

23 1571429 3830357,1 1110000 6511785,7 1440000 2925000 2940000 5787500

(70)

Lampiran 4. Lanjutan No

Sam Pel

Daerah yang Terkena Erupsi Daerah yang Tidak Terkena Erupsi

Biaya Bibit

25 1800000 2287500 1067500 5155000 2000000 3559375 1284375 7343750

26 1600000 2000000 1175000 4775000 1200000 3562500 3412500 6500000

27 2000000 3150000 1115000 6265000 1200000 2790000 2860000 5400000

28 1800000 2156250 1070000 5026250 1080000 3800000 3080000 6800000

29 1600000 3046666,7 1110000 5756666,7 2160000 3900000 2160000 7410000

30 1800000 3132500 1333800 6266300 1200000 5360000 3220000 8430000

31 2160000 3700000 1160400 7020400 1257142,86 2821428,57 2742857,14 5785714,3

32 2100000 3112500 1137500 6350000 1800000 2775000 3015000 6135000

33 1750000 3562500 1051250 6363750 1625000 3503125 3000000 6796875

34 1700000 3200000 1080000 5980000 1800000 6100000 2990000 9810000

35 1600000 3065000 953750 5618750 1166666,67 5950000 4200000 9425000

36 1980000 4732500 1242500 7955000 1760000 2580000 3000000 5990000

37 2160000 3375000 1118750 6653750 1285714,29 3278571,43 2657142,86 6000000

38 1875000 5300000 1645000 8820000 1333333,33 5466666,667 2900000 8241666,7

39 1666667 3095833,3 945833,3 5708333,3 1200000 2800000 3120000 5790000

40 1920000 3775000 1377500 7072500 1142857,14 3382142,86 2878571,43 6025000

Total 74507381 148077937 46673827 269409144 62721309,5 96065000 148190327,4 253744167

Rata-rata

1862685 3701948,4 1166846 6735228,6 1568032,74 2401625 3704758,19 6.343.604

(71)

Lampiran 5 . Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Per Petani di Daerah Terkena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

No Sampel

Luas Lahan (Ha)

Biaya Penyusutan Total Biaya Penyusutan

(72)

Lampiran 5. Lanjutan

Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah) No

Sampel

Luas Lahan (Ha)

Biaya Penyusutan Total Biaya Penyusutan

(Rp/Petani)

Total 29,3 214000 88333,33 415000 2250000 792333,33

Rata-rata

(73)

Lampiran 6. Biaya Penyusutan Per Petani di Daerah yang Tidak Ter kena Erupsi Gunung Sinabung Selama 1 Musim Tanam

No Sampel

Luas Lahan (Ha)

Biaya Penyusutan Total Biaya Penyusutan

Gambar

Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kecamatan
Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut
Tabel 2.2 Data Luas di Kecamatan yang Terkena Erupsi Gunung Sinabung
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

3 Bahan-bahan/alat teknis 56 paket 196.000.000,- APBD Kegiatan pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi pekerja rokok 4 Bahan praktek/percontohan 56 paket 100.000.000,- APBD

Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Kelompok Kerja Provinsi Kepulauan Riau akan melaksanakan pemilihan langsung dengan

Sekali lagi kami memohon maaf atas gangguan pelayanan kami,

melalui website LPSE Kementerian Keuangan www.lpse.depkeu.go.id acara penjelasan Dokumen Lelang Pekerjaan. Rumah Dinas Gunung Bakaran Kanwil DJP Kaliman dokumen

[r]

Kelompok Kerja (Pokja) 3 Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2016 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi

Karena tujuan steganografi adalah data hiding, maka sewaktu-waktu data rahasia di dalam citra penampung harus dapat diambil kembali untuk digunakan lebih

Allah Swt. akan memberikan tambahan pahala bagi kaum muslimin yang mau mengerjakan shalat Witir. Apalagi jika shalat Witir dikerjakan pada malam bulan Ramadhan dan bertepatan