• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Serap Citra pada Pesan Berbahasa Indonesia Menggunakan Pencocokan Warna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Daya Serap Citra pada Pesan Berbahasa Indonesia Menggunakan Pencocokan Warna"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk mendukung penelitian ini, maka penulis memerlukan beberapa sumber dan

informasi yang berhubungan dengan penelitian yang penulis kerjakan. Adapun refrensi

yang penulis sampaikan merupakan hasil penelitian dan buku yang telah diterbitkan

sebelumnya.

2.1 Pesan

Pesan (message) adalah data atau informasi yang dapat dibaca dan dimengerti

maknanya. Nama lain untuk pesan adalah plainteks (plaintext) atau teks-jelas (cleartext).

Secara umum, jenis pesan terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal dan non-verbal. Pesan

verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan dapat

dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya. Sedangkan, pesan

non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara

langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah

laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan. Pada pesan non-verbal

mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul. (Ratmanto,

2006)

2.2 Steganografi

Steganografi (steganography) adalah ilmu dan seni menyembunyikan pesan

rahasia (hiding message) sedemikian sehingga keberadaan (eksistensi) pesan tidak

terdeteksi oleh indera manusia. Kata steganorafi berasal dari Bahasa Yunani yang berarti

(2)

Steganografi digital menggunakan media digital sebagai wadah penampung,

misalnya citra, suara, teks, dan video. Data rahasia yang disembunyikan juga dapat

berupa citra, suara, teks, atau video. Steganografi dapat dipandang sebagai kelanjutan

kriptografi. Dengan steganografi pesan yang disembunyikan disamarkan atau disispkan

didalam sebuah media sehingga pihak ketiga tidak mengetahui keberadaannya. Di

negara-negara yang melakukan penyensoran informasi, steganografi sering digunakan

untuk menyembunyikan pesan-pesan melalui gambar (images), video, atau suara (audio).

Steganografi sudah dikenal oleh bangsa Yunani. Herodatus, penguasa Yunani, mengirim

pesan rahasia dengan menggunakan kepala budak atau prajurit sebagai media. Dalam hal

ini, rambut budak dibotaki, lalu pesan rahasia ditulis pada kulit kepala budak. Ketika

rambut budak tumbuh, budak tersebut diutus untuk membawa pesan rahasia di balik

rambutnya. Bangsa Romawi mengenal steganografi dengan menggunakan tinta

tak-tampak (invisible ink) untuk menuliskan pesan. Tinta tersebut dibuat dari campuran sari

buah, susu, dan cuka. Jika tinta digunakan untuk menulis maka tulisannya tidak tampak.

Tulisan di atas kertas dapat dibaca dengan cara memanaskan kertas tersebut. (Piarsa,

2011)

Semakin pentingnya nilai dari sebuah informasi, maka semakin berkembang pula

metode-metode yang dapat digunakan untuk melakukan penyisipan informasi yang

didukung pula dengan semakin berkembangnya media elektronik. Berbagai macam

media elektronik kini telah dapat digunakan untuk melakukan berbagai fungsi

steganografi dengan berbagai macam tujuan dan fungsi yang diharapkan oleh penggunanya. Sebagai fungsi yang umum, steganografi digunakan untuk memberikan cap khusus dalam sebuah karya yang dibuat dalam format media elektronik sebagai

identifikasi, Steganografi yang baik memiliki bebrapa kriteria seperti Fidelity, Robustness,Recovery. (Santiko, 2014)

2.2.1. Kriteria Steganografi yang Bagus

Penyembunyian data rahasia ke dalam citra digital akan mengubah kualitas citra

(3)

1. Fidelity, Mutu citra penampung tidak jauh berubah. Setelah penambahan data rahasia, citra hasil steganografi masih terlihat dengan baik. Pengamat tidak mengetahui kalau di

dalam citra tersebut terdapat data rahasia.

2. Robustness, Data yang disembunyikan harus tahan terhadap manipulasi yang dilakukan pada citra penampung (seperti pengubahan kontras, penajaman, pemampatan,

rotasi, perbesaran gambar, pemotongan (cropping), enkripsi, dan sebagainya). Bila pada

citra dilakukan operasi pengolahan citra, maka data yang disembunyikan tidak rusak.

3. Recovery, Data yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali (recovery). Karena tujuan steganografi adalah data hiding, maka sewaktu-waktu data rahasia di dalam citra penampung harus dapat diambil kembali untuk digunakan lebih lanjut.

2.2.2. Teknik Steganografi

Teknik steganografi gambar dapat dibagi menjadi dua bagian: spatial domain dan

transform / frekuensi domain. Pada spatial domain informasi dimasukkan kedalam tiap

pixel satu persatu. Sementara itu, pada transform domain, gambar ditransformasikan

terlebih dulu kemudian informasi baru dimasukkan ke gambar. Teknik steganografi pada

spatial domain menggunakan metoda bit-wise yang menggunakan penyisipan bit dan

noise manipulation. Format gambar yang paling cocok untuk cara ini adalah tipe

lossless. Namun, cara ini sangat bergantung kepada format gambarnya. (Morkel, Eloff, &

Oliver, 2005)

Steganografi pada transform domain melibatkan manipulasi algoritma dan

transformasi gambar. Metoda ini menyembunyikan informasi pada area yang lebih

signifikan pada cover image dan membuat hasilnya jadi lebih baik. Cara ini juga tidak

tergantung pada format gambar. Informasi yang disisipkan juga dapat bertahan walaupun

menggunakan kompresi lossy maupun lossless.

Dua teknik lain yang sangat erat kaitannya dengan steganografi adalah

watermarkingdanfingerprinting. Kedua teknik ini berfokus pada perlindungan hak cipta dengan menyisipkan informasi hak cipta pada media lain dan memberikan ijin kepada

pihak ketiga untuk mengetahui keberadaan informasi yang disisipkan tersebut. Hal ini

(4)

agar tidak terlihat oleh pihak ketiga. Jika ada pihak ketiga yang ingin menghack isi

informasi tersembunyi tersebut, maka tujuan mereka adalah berbeda. Jika pada

watermarkingdan fingerprinting, maka mereka berusaha menghilangkan informasi yang

disisipkan, sedangkan jika pada steganografi, maka mereka berusaha sebatas mendeteksi

keberadaan informasi tersembunyi. (Morkel, Eloff, & Oliver, 2005).

2.3 Citra

Kata citra atau yang dikenal secara luas dengan kata “gambar” dapat diartikan

sebagai suatu representasi, kemiripan atau imitasi dari suatu objek atau benda. Secara

matematis, citra dinyatakan sebagai suatu fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

bidang dua dimensi. Citra yang terlihat merupakan cahaya yang direfleksikan dari sebuah

objek. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari berkas

cahaya tersebut dan pantulan cahaya ditangkap oleh alat-alat optik, misalnya: mata

manusia, kamera, scanner, sensor satelit. Citra digital merupakan hasil digitalisasi dari

representasi sebuah objek yang menghasilkan koordinat berupa (x,y) untuk citra dua

dimensi dan menghasilkan levelbrightness. Citra digital terdiri dari piksel-piksel yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah informasi dari citra yang dibentuk. Setiap

piksel didalam citra digital memiliki tiga nilai warna dasar yang dikombinasikan dan

membentuk warna baru, warna dasar penyusun piksel-piksel didalam citra adalah Merah,

Biru, dan Hijau. (Khalil & Hilmat, 2011)

Nilai warna dasar yang menyusun suatu piksel memiliki rentang tertentu, dari nilai

minimum sampai maksimum. Nilai yang digunakan berbeda-beda tergantung dari jenis

warnanya. Namun secara umum rentangnya adalah 0–255. Berikut ini adalah jenis-jenis

citra berdasarkan nilai warna dasar penyusun pikselnya. Citra biner adalah citra digital

yang hanya memiliki dua kemungkinan nilai warna dasar yaitu hitam (Nilai 255 pada 3

warna dasar), dan putih (Nilai 0 pada 3 warna dasar). Citra biner juga disebut sebagai

citra monokrom. Hanya dibutuhkan 1 bit untuk mewakili nilai setiap pixel dari citra biner.

Citra Grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki satu nilai yang sama

pada setiap warna dasarnya. Dengan kata lain nilai bagian RED = GREEN = BLUE. Nilai

(5)

dimiliki adalah warna dari hitam, abu-abu, dan putih. Tingkatan abu-abu disini

merupakan warna abu-abu dengan berbagai tingkatan dari hitam hingga mendekati putih.

Untuk memproses citra baik mengubah warna, ukuran dan lain-lain maka dibutuhkan

sebuah pengolahan citra.

Pengolahan citra digital menunjuk pada pemrosesan gambar dua dimensi.

Pengolahan citra menggunakan komputer merupakan pengolahan citra yang dilakukan

menggunakan perangkat komputer, dimana perangkat komputer dapat mengolah

isyarat-isyarat elektronik digital yang merupakan sinyal biner (bernilai dua: 0 dan 1). Untuk itu

citra digital harus mempunyai format yang sesuai sehingga dapat mempresentasikan

objek citra dalam bentuk kombinasi data biner. Agar citra digital dapat diolah oleh

komputer, maka suatu citra harus direpresentasikan secara numerik yang dibentuk dari

nilai biner yang menyusun citra tersebut. Nilai-nilai tersebut direpresentasikan sebagai

nilai-nilai warna pada citra digital. Untuk citra 8 bit akan memiliki satu rentang warna

berkisar dari 0–255, untuk citra 16 bit akan memiliki dua rentang warna, dan citra 24 bit

akan memiliki tiga warna yang dikenal sebagai R(red), G(green), dan B(blue).

Di dalam sebuah citra digital terdapat berbagai nilai warna yang disusun untuk

menghasilkan informasi dari citra tersebut. Untuk mengetahui jumlah kemunculan warna

dari sebuah citra dibutuhkan sebuah histogram, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan

penyebaran nilai-nilai warna pada pixel dari suatu citra atau bagian tertentu di dalam

citra. Dari sebuah histogram dapat diketahui jumlah kemunculan dari warna pada citra

tersebut. (Lussiana & Febriani, 2008)

2.3.1. Jenis Citra Digital

Berdasarkan warna-warna penyusunnya, citra digital dapat dibagi menjadi tiga

macam (Rafael & Richard, 2002) yaitu:

a. Citra biner, yaitu citra yang hanya terdiri atas dua warna atau citra monokrom. Oleh

(6)

Gambar 2.1 Citra Biner

Gambar 2.2 Representasi Citra Biner

Meskipun saat ini citra berwarna lebih disukai karena memberi kesan yang lebih

kaya dari citra biner, namun tidak membuat citra biner mati. Pada beberapa aplikasi citra

biner masih tetap di butuhkan, misalkan citra logo instansi (yang hanya terdiri dari warna

hitam dan putih), citra kode barang (bar code) yang tertera pada label barang, citra hasil

pemindaian dokumen teks, dan sebagainya. Seperti yang sudah disebutkan diatas, citra

biner hanya mempunyai dua nilai yaitu hitam dan putih. Piksel – piksel bernilai warna

dasar 0 dan piksel–piksel latar belakang dengan warna dasar bernilai 255/1. pada waktu

menampilkan gambar, 255/1 adalah putih dan 0 adalah hitam. Jadi pada citra biner, latar

belakang berwarna putih sedangkan objek berwarna hitam seperti tampak pada gambar

2.1 diatas. Meskipun komputer saat ini dapat memproses citra abu-abu (grayscale)

maupun citra berwarna, namun citra biner masih tetap di pertahankan keberadaannya.

Alasan penggunaan citra biner adalah karena citra biner memiliki sejumlah keuntungan

sebagai berikut:

1. Kebutuhan memori kecil karena nilai derajat keabuan hanya membutuhkan

(7)

2. Waktu pemrosesan lebih cepat di bandingkan dengan citra abu-abu ataupun

warna.

b. Citragrayscale, yaitu citra yang nilaipixel-nya memiliki nilai dasar merepresentasikan derajat abu-abu atau intensitas warna putih. Nilai intensitas paling rendah

merepresentasikan warna hitam dan nilai intensitas paling tinggi merepresentasikan warna

putih. Pada umumnya citra grayscale memiliki kedalaman pixel 8 bit (256 derajat keabuan), tetapi ada juga citragrayscale yang kedalamanpixel-nya bukan 8 bit, misalnya 16 bit untuk penggunaan yang memerlukan ketelitian tinggi.

Gambar 2.3 Citra Grayscale

Citra grayscale memiliki nilai warna yang sama didalam satu piksel nya yang

dibedakan dengan derajat keabuannya. Sebagai contoh citra grayscale dengan 256 level

artinya mempunyai skala abu dari 0 sampai 255 atau [0,255], yang dalam hal ini intensitas

0 menyatakan hitam, intensitas 255 menyataka putih, dan nilai antara 0 sampai 255

menyatakan warna keabuan yang terletak antara hitam dan putih.

c. Citra berwarna, yaitu citra yang nilai pixel-nya merepresentasikan warna tertentu Banyaknya warna yang mungkin digunakan bergantung kepada kedalaman pixel citra yang bersangkutan. Citra berwarna direpresentasikan dalam beberapa nilai (0-255) yang

menyatakan disusun menjadi warna untuk menampilkan informasi dari citra nya.

Banyaknya knilai warna yang digunakan bergantung pada model warna yang digunakan

(8)

Gambar 2.4 Citra Berwarna

Intensitas suatu titik pada citra berwarna merupakan kombinasi dari tiga

intensitas: merah (fmerah (x, y)), hijau fhijau (x, y) dan biru (fbiru (x, y)). Persepsi visual

citra berwarna umumnya lebih kaya di bandingkan dengan citra biner dan grayscale. Citra

berwarna menampilkan objek seperti warna aslinya (meskipun tidak selalu tepat

demikian). Warna-warna yang diterima oleh mata manusia merupakan hasil kombinasi

cahaya dengan panjang gelombang berbeda. (Rafael & Richard, 2002)

2.3.2. Format Citra Digital

Citra digital dapat disimpan dalam berbagai macam format. Beberapa format citra

digital dapat memanfaatkan metode kompresi dalam penyimpanan data citra. Kompresi

yang dilakukan dapat bersifat lossy maupun lossless, bergantung kepada jenis format yang digunakan. Kompresi yang bersifat lossy menyebabkan penurunan kualitas citra, meskipun dalam beberapa kasus penurunan kualitas tersebut tidak dapat dikenali oleh

mata manusia. Beberapa format citra digital yang banyak ditemui adalah BMP, JPEG,

GIF, PNG, dan lain-lain. (Rafael & Richard, 2002)

1. Bitmap images

Kriteria yang paling penting dari citra ini adalah kedalaman warna yaitu berapa banyak

bit per pixel yang didefinisikan dari sebuah warna.

(9)

1. 8 bit = 256 warna (256 gray scales).

2. 24 bit = 16.777.216 warna

Gambar 2.5 Warna bitmap

Secara umum dapat dikatakan semakin banyaknya warna, maka akan diperlukan

keamanan yang ketat atau tinggi dikarenakan bitmap memiliki area yang sangat luas

dalam sebuah warna yang seharusnya dihindarkan. Dilihat dari kedalaman atau kejelasan

dari sebuah warna, bitmap dapat mengambil sejumlah data tersembunyi dengan

perbandingan sebagai berikut (ukuran ratio dari bitmap dalam byte = ukuran dari data

yang disembunyikan):

1. 8 bit = 256 warna: 8: 1

2. 24 bit = 16.777.216 warna: 8: 1

Perbandingan tersebut diperoleh dari penentuan LSB dalam suatu byte, untuk citra

8 bit letak LSB adalah pada bit paling kanan sedangkan untuk citra 24 bit letak LSB

adalah pada bit ke-8, bit ke-16 dan bit ke 24 dimana masing-masing byte mewakili warna

merah (red), warna hijau (green) dan warna biru (blue).

Manipulasi pada bitmap tidak dapat dikonvert atau diubah ke dalam bentuk format

grafik yang lain karena data tersembunyi dalam file tersebut akan hilang. Format

menggunakan metode komperesi yang lain (seperti JPEG) tidak di gunakan dalam skripsi

ini. Mengurangi ukuran dari carrier file sangatlah penting untuk melakukan transmisi

online, yaitu dengan menggunakan utilitas kompresi (seperti: ARZ, LZH, PKZIP,

(10)

2. GIF

Graphic Interchange Format (GIF, dibaca jiff, tetapi kebanyakan orang menyebutnya dengan giff) yang dibuat oleh Compuserve pada tahun 1987 untuk menyimpan berbagai gambar dengan format bitmap menjadi sebuah file yang mudah untuk diubah pada jaringan koputer. GIF adalah file format graphic yang paling tua pada Web, dan begitu dekatnya file format ini dengan web pad saat itu sehingga para Browser menggunakan format ini.

File GIF dapat disimpan dalam dua jalan yaitu secara berurutan (Dari atas ke

bawah) dan pembagian dengan baris (8 baris, 4 baris dan 2 baris). Pembagian baris pada

gambar dengan resolusi gambar yang rendah dengan cepat dimana secara gradual

datangnya untuk menjadikan lebih focus, denganexpensedari penambahan kapasitas file. Terdapat dua tipe dari GIFs, antara lain:

a) GIF87a: support dengan interlacing dan kapasitas dari beberapa file. Teknik itu dinamakan GIF87 karena pada tahun 1987 standar ini ditemukan dan dijadikan

standar.

b) GIF89a: adalah kelanjutan dari spesifikasi GIF87a dan penambahan pada transparency, pemberian tulisan dan animasi dari text dan grafik.

3. JPEG

Joint Photograpic Experts (JPEG, dibaca jay-peg) di rancang untuk kompresi beberapafull-colorataugray-scaledari suatu gambar yang asli, seperti pemandangan asli di dunia ini. JPEGs bekerja dengan baik pada continous tone images seperi photographs tetapi tidak terlalu bagus pada ketajaman gambar dan seni pewarnaan seperti penulisan,

kartun yang sederhana atau gambar yang mengunakan banyak garis. JPEG sudah

mendukung untuk 24-bit color depth atau sama dengan 16,7 juta warna (224 = 16.777.216 warna), progressive JPEGs (pJPEGs) adalah tipe dari beberapa persen lebih kecil dibandingkanbaseline JPEGs: Tetapi keuntungan dari JPEG dan tipe-tipenya telihat pada langkah-langkahnya sama seperti interlaced GIFs.

(11)

Transform (DCT)dengan memisahkan antara informasi frekuensi yang rendah dan tinggi dari sebuah gambar. Informasi frekuensi yang tinggi akan diseleksi untuk dihilangkan

yang terikat pada pengaturan kualitas yang digunakan. Kompresi dengan tingkatan yang

lebih baik, tingkatan yang lebih baik dari informasi yang dihilangkan. Waktu Kompresi

dan dekompresi dilaksanakan dengan simetris. JPEG Group’s (IJG) decoder lebih

ditingkatkan kemampuannya dibandingkan dengan encodernya. Manakala, ketika

diperlihatkan 8 bits, mengurangi kuantisasi warna yang lambat. Banyak para penjual

JPEG menawarkan untuk mempercepat hasil dari JPEG, kuantisasi warna dan kualitas

dengan mengimplementasikan IJG.

JPEG dirancang untuk mengeksploitasi tingkatan dari mata kita yakni bahwa mata

kita tidak akan dapat mebedakan perubahan yang lambat terang dan warna dibandingkan

dengan perbedaan suatu jarak apakah jauh atau dekat. Untuk itu JPEG sangat baik

digunkan pada fotografi dan monitor 80-bit. JPEG sebenarnya hanyalah algoritma

kompresi, bukan merupakan nama format file. File yang biasa disebut JPEG pada jaringan

sebenarnya adalah JFIF (JPEG File Interchange Format). (Rafael & Richard, 2002)

4. PNG (Portable Network Graphics)

PNG adalah kepanjangan dari Portable Network Graphics atau bisa diplesetkan

menjadi “PNG-Nοt-GIF“. Dikembangkan sebagai alternatif lain untuk GIF, yang

menggunakan paten dari LZW–algoritma kompresi. PNG adalah format gambar yang

sangat baik untuk grafis internet, karena mendukung transparansi didalam perambah

(browser) dan memiliki keindahan tersendiri yang tidak bisa diberikan GIF atau bahkan

JPG. Bisa disebut sebagai salah satu format yang merupakan gabungan dari format JPG

dan GIF. Untuk tipe ini mampu untuk gradiasi warna.

Karena sifat transparannya yang tidak pecah-pecah, PNG yang masuk kelas 24-bit ini

cocok untuk membuat screenshoot. Ia bisa mereproduksi gambar desktop dari tiap piksel ke piksel secara detil. PNG juga mendukung kelas 8-bit seperti GIF, sekaligus 24-bit

(12)

kualitas gambarnya. Namun PNG cukup besar ukurannya diantara JPG dan GIF, serta

tidak didukung oleh perambah / browser yang lama.

Tipe file PNG merupakan solusi kompresi yang powerful dengan warna yang lebih

banyak (24 bit RGB + alpha). Berbeda dengan JPG yang menggunakan teknik kompresi

yang menghilangkan data, file PNG menggunakan kompresi yang tidak menghilangkan

data (lossles compression). Kelebihan file PNG adalah adanya warna transparan dan

alpha. Warna alpha memungkinkan sebuah gambar transparan, tetapi gambar tersebut

masih dapat dilihat mata seperti samar-samar atau bening. File PNG dapat diatur jumlah

warnanya hingga 64 bit (true color + alpha) sampai indexed color 1 bit. Dengan jumlah

warna yang sama, kompresi file PNG lebih baik daripada GIF, tetapi memiliki ukuran file

yang lebih besar daripada JPG. Kekurangan tipe PNG adalah belum populer sehingga

sebagian browser tidak mendukungnya.

Format PNG ini diperkenalkan untuk menggantikan format GIF. PNG mempunyai

faktor kompresi yang lebih baik dibandingkan dengan GIF (kurang lebih 5%-25% lebih

baik dibanding format GIF). Tetapi ada satu fasilitas dari GIF yang tidak terdapat pada

PNG format yaitu dukungan terhadap penyimpanan multi format untuk keperluan

animasi. Untuk keperluan pengolahan gambar, meskipun format PNG bisa dijadikan

alternatif selama proses pengolahan grafis namun format JPEG masih menjadi pilihan

yang lebih baik. (Rafael & Richard, 2002)

2.4 Distribusi Huruf

Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang disusun untuk menghasilkan

sebuah kata. Kata merupakan kumpulan huruf yag merupakan satuan bahasa terkecil yang

memiliki arti dan dapat berdiri sendiri. Penyampaian sebuah informasi atau pesan harus

terdiri dari kalimat yang disusun oleh beberapa kata. Sebuah pesan terdiri dari satu atau

lebih kalimat, dimana didalam kalimat tersebut terdapat sekumpulan huruf yang saling

(13)

Distribusi huruf atau distribusi frekuensi kemunculan huruf merupakan jumlah persentase

rata-rata kemunculan sebuah huruf di dalam sebuah bahasa tertentu, dimana untuk

mendapatkan nilai dari distribusi huruf suatu bahasa harus dengan melakukan sebuah

penelitian yang menghasilkan data yang sesuai degan hasil penelitian dan dapat

dipublikasikan sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut penulis tampilkan daftar

frekuensi kemunculan huruf didalam teks berbahasa indonesia yang telah diteliti

sebelumnya oleh Galih Andana dengan persentase rata-rata penggunaan 6,6 buah huruf disetiap kata:

Gambar

Gambar 2.1 Citra Biner
Gambar 2.3 Citra Grayscale
Gambar 2.4 Citra Berwarna
Gambar 2.5 Warna bitmap
+2

Referensi

Dokumen terkait

mereka merujuk kepada buku-buku istilah yang diterbitkan oleh DBP, dan menggunakan sebahagian besar istilah tersebut dalam kerja penterjemahan mereka. ii) Sebahagian

Temuan dari analisis tersebut, pesan yang dimunculkan oleh lirik dan visual dari lagu “Pamer Bojo” karya Didi Kempot menekankan pada kesedihan yang sangat

Dalam hal ini Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga ( PKK ) merupakan salah satu jurusaan yang berada di bawah naungan Fakultas Teknik UNIMED yang

a) Adanya upaya anggota kelapa sawit dalam meningkatkan kesejahteraan seperti meminjam modal kepada lembaga koperasi. Dengan adanya koperasi unit desa anggota lebih

73 Zainal Aqib juga menambahkan bahwa di sekolah yang akan menjadi ukuran utama keteladanan peserta didik adalah seorang guru.74 Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan,

adalah proses pembelajaran yang akan diamati dan diobservasi pada kegiatan lesson study. Pengajar yang akan melakukan open lesson atau disebut juga dosen model secara

Metode penelitian yang dilakukan adalah pengambilan sampel secara purposif terhadap minuman berenergi Kratingdaeng ® dan Kratingdaeng-S ® dan melakukan penetapan kadar

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: pengaruh aplikasi ekstrak gulma siam terhadap tingkat mortalitas Helopeltis spp., pengaruh penambahan pengemulsi terhadap daya racun