1 EVALUASI HASIL PELATIHAN ARSIP DINAMIS DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
SKRIPSI
Dajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Studi untuk memperoleh gelas Sarjana Sosial (S.Sos)
dalam bidang Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Oleh :
ICHE N. SIRINGORINGO 130723003
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Evaluasi Hasil Pelatihan Arsip Dinamis di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
Oleh : Iche N. Siringoringo
NIM : 130723003
Pembimbing I : Ishak, SS.,M.Hum
Tanda Tangan :
Tanggal :
Pembimbing II : Laila Hadri Nasution, S.Sos., M.I. kom
Tanda Tangan :
3 LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Evaluasi Hasil Pelatihan Arsip Dinamis di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
Oleh : Iche N. Siringoringo
NIM : 130723003
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
Ketua : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd
Tanda Tangan :
Tanggal :
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEKAN : Dr. Syahron Lubis, M.A
Tanda Tangan :
4 PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai suatu
tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media
publikasi lain.
Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis
dengan pendapat atau gagasan yang berasal dari penulis dengan mencantumkan
tanda kutip.
Medan, April 2015
Peneliti
i ABSTRAK
Siringoringo, Iche N. 2015. Evaluasi Hasil Pelatihan Arsip Dinamis Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Medan : Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan pada di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah dengan responden 40 SKPD yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari pelatihan arsip dinamis di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta pelatihan arsip dinamis sebanyak 80 orang, pada Jabatan Kepala Tata Usaha dan 1 orang staf pada Bagian Tata Usaha. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling karena jumlah peserta dibawah 100 orang. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dilengkapi pertanyaan terbuka. Interpretasi data dilakukan berdasarkan besarnya persentase dari jawaban responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa narasumber yang diundang KPAD telah tepat sesuai berdasarkan tanggapan responden terhadap perubahan pola pikir, penguasaan dan penyampian materi, sehingga penerapan pengelolaan arsip dinamis di SKPD dapat diterapkan responden dengan baik sesuai dengan praktek yang telah dilakukan pada saat pelatihan berlangsung. Sistem penataan arsip berdasarkan subjek telah sesuai dengan mata anggaran yang dikerjakan oleh responden di SKPD masing-masing. Obeservasi penulis dilapangan melihat peralatan dan perlengkapan dalam pengelolaan arsip dinamis di SKPD telah mendukung untuk penataan dan penyimpanan arsip dinamis.
ii KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat kasih dan rahmat-Nya, penulis masih diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Evaluasi Hasil
Pelatihan Arsip Dinamis di Lingkungan Pemeintah Kabupaten Tapanuli Utara”.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya pada suami saya, Santo Nainggolan, ST atas dukungan moril dan materil. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi.
3. Bapak Ishak, S,S. M.Hum, selaku dosem pembimbing I yang telah
banyak memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahn serta
meluangkan waktu kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Laila Hadri Nasution, S,Sos., M.I.kom selaku pembimbing II yang
memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan serta meluangkan
iii
5. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd selaku ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi.
6. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program
Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
7. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, Ibu Dra. Zurni Zahara, M.Si dan Bapak
Dr. A. Ridwan Siregar, M.Lib selaku dosen penguji yang memberikan
masukan dan arahan demi kesempurnaan skripsi ini.
8. Bapak Beling Siregar, M.Lib yang selalu memberikan arahan dan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh Staf Pengajar pada Departemen Program Studi Perpustakaan
dan Informasi yang telah mendidik penulis selama perkualiahan.
10.Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Tapanuli
Utara.
11.Para Pegawai dari setiap SKPD yang bersedia menjadi responden dan
membantu menberikan data yang valid.
12.Buat teman seperjuangan Ilmu Perustakaan Ekstensi Angkatan 2013.
13.Buat Bapak Yudi Purnomo A.Md, yang telah membantu penulis dalam
administrasi surat menyurat demi kelancaran skripsi ini.
14.Buat kak Vina Sandy Manalu yang selalu menemani saat disaat waktu
senggang perkuliahan.
15.Seluruh teman pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
iv
16.Seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terima kasih atas dukungan dan perhatian.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini belum sepenuhnya
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, April 2015 Penulis
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 RumusanMasalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian... 6
1.4 Manfaat Penelitian... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Arsip Dinamis ... 8
2.4.3 Peralatan Yang Diperlukan Dalam Kearsipan ... 12
2.4.4 Prosedur Penyimpanan ... 16
2.4.5 Pelaksanaan Penilaian Arsip ... 16
2.4.6 Pemeliharaan dan Pengamanan Arsip ... 18
2.4.7 Penyerahan Arsip ... 18
2.5 Masalah Kearsipan ... 22
2.6 Manajemen Arsip Dinamis ... 24
2.6.1 Sumber Daya Manusia ... 24
2.7 Pelatihan Sumberdaya Manusia ... 26
2.7.1 Tujuan Pelatihan ... 28
2.9 Pengaruh Pelatihan Pegawai Negeri Sipil ... 36
vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian ... 38
3.2 Populasi ... 38
3.3 Sampel ... 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.5 Intrumen Penelitian ... 41
3.6 Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Pendidikan Responden ... 43
4.2 Jabatan ... 44
4.3 Tanggapan Pada Pelatih/Narasumber ... 46
4.4 Materi ... 49
4.5 Metode Pelatihan ... 51
4.6 Peserta Pelatihan ... 52
4.7 Sarana dan Prasarana ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 56
vii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Alur Proses Arsip Dinamis ... 15
viii DAFTAR TABEL
Tabel 3.1Daftar SKPD dan Jumlah Peserta ... 39
Tabel 3.2Kisi-kisi Kuesioner ... 41
Tabel4.1Tingkat Pendidikan Responden ... 43
Tabel4.2Jabatan Peserta Pelatihan Arsip Dinamis ... 44
Tabel4.3Tanggapan Responden Terhadap Narasumber ... 46
Tabel 4.4 Penguasaan Materi oleh Narasumber ... 47
Tabel4.5Penyampain Materi Oleh Narasumber ... 48
Tabel 4.6Materi Pelatihan Arsip Dinamis ... 49
Tabel 4.7 Tanggapan Responden Pada Materi Pelatihan ... 50
Tabel 4.8 Metode Pelatihan yang Dilakukan Narasumber... 51
Tabel 4.9 Jumlah Keikutsertaan Responden ... 52
Tabel 4.10 Segala peralatan, perlengkapan yang tersedia selama pelatihan Arsip Dinamis ... 53
Tabel4.11Sarana dan Prasarana saat Pelatihan Arsip Dinamis ... 54
ix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-1Kuesioner Penelitian
Lampiran-2Gambaran Umum Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah
Kabupaten Tapanuli Utara
Lampiran-3Tabulasi Jawaban Pertanyaan Terbuka
Lampiran-4Tabulasi Jawaban Pertanyaan Terbuka
i ABSTRAK
Siringoringo, Iche N. 2015. Evaluasi Hasil Pelatihan Arsip Dinamis Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Medan : Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan pada di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah dengan responden 40 SKPD yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari pelatihan arsip dinamis di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta pelatihan arsip dinamis sebanyak 80 orang, pada Jabatan Kepala Tata Usaha dan 1 orang staf pada Bagian Tata Usaha. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling karena jumlah peserta dibawah 100 orang. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dilengkapi pertanyaan terbuka. Interpretasi data dilakukan berdasarkan besarnya persentase dari jawaban responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa narasumber yang diundang KPAD telah tepat sesuai berdasarkan tanggapan responden terhadap perubahan pola pikir, penguasaan dan penyampian materi, sehingga penerapan pengelolaan arsip dinamis di SKPD dapat diterapkan responden dengan baik sesuai dengan praktek yang telah dilakukan pada saat pelatihan berlangsung. Sistem penataan arsip berdasarkan subjek telah sesuai dengan mata anggaran yang dikerjakan oleh responden di SKPD masing-masing. Obeservasi penulis dilapangan melihat peralatan dan perlengkapan dalam pengelolaan arsip dinamis di SKPD telah mendukung untuk penataan dan penyimpanan arsip dinamis.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpustakaan merupakan pusat sumber informasi yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat pengguna yang membutuhkan. Pelayanan yang
diberikan dalam bentuk jasa pelayanan sumber informasi atau bahan pustaka.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuaan dan teknologi sekarang ini,
jenis pelayanan perpustakaan pun berkembang, tidak hanya sebagai umtuk
menggumpulkan, menyimpan dan memelihara serta melayangkan bahan pustaka,
tetapi juga menawarkan berbagai layanan informasi lainnya. Pelayanan informasi
melalui perpustakaan merupakan salah satu upaya dalam rangka penyebaran ilmu
pengetahuan, baik tidaknya sebuah perpustakaan berkaitan erat dengan bagaimana
layanan perpustakaan diberikan kepada masyarakat pengguna dimana
perpustakaan akan dinilai baik secara keseluruhan oleh masyarakat pengguna, jika
memberikan layanan yang terbaik dan dinilai buruk jika layanan yang diberikan
buruk kepada masyarakat pengguna.
Selain daripada fungsinya perpustakaan memberikan layanan dalam bentuk
bahan pustaka, perpustakaan juga tempat menyimpan, melestarikan, mengolah
arsip dinamis dan arsip statis. Secara sederhana arsip merupakan hasil dari
kegiatan kantor baik lembaga pemerintah maupun lembaga swasta dimana arsip
memiliki peran sebagai sumber informasi dan alat sebagai langkah perencanaan,
menganalisa pengembangan, kebijakan, pertanggungjawaban, penilaian dan
2
Indonesia no.43 Tahun 2009 tentang kearsipan pada pasal 1 ayat 2 yaitu arsip
merupakan “rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media
sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat
dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan,
perusahaan organisasi politik, organisasi kemasyarakatan dan perseorangan dalam
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Memberdayakan arsip merupakan sebagai tulang punggung manajemen
pemerintahan, memberdayakan arsip sebagai bukti akuntabilitas kinerja organisasi
dari semua aset negara yang ada. Arsip adalah aset yang paling berharga
yangmerupakan warisan nasional dari generasi ke generasi yang perlu
dipelihara dan dilestarikan. Arsip yang tercipta dari kegiatan lembaga negara dan
kegiatan yang menggunakan sumber dana negara dinyatakan sebagai arsip milik
negara. Pemerintah mengembangkan prasarana dan sarana kearsipan
dalam mengatur standar kualitas dan spesifikasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undanganNegara secara khusus memberikan pelindungan
dan penyelamatan arsip negara yang berkaitan dengan kependudukan,
kewilayahan, kepulauan, perbatasan, perjanjian internasional, kontrak karya, dan
masalah-masalah pemerintahan yang strategis.
Dalam peraturan Gubernur Sumatera utara nomor 8 tahun 2010 yang
dikutip oleh Silalahi (2011) yang salah satu tugasnya adalah “membantu Gubernur
dalam pengembangan, pembinaan kearsipan dengan melaksanakan tugas
3
daerah.Setiap lembaga pemerintahan seperti perpustakaan dan arsip daerah
melakukan pembinaan di daerah masing-masing untuk mengumpulkan dan
menyelamatkan karya cetak, karya rekam, karya tulis dan naskah-naskah
/dokumen sebagai hasil karya budaya bangsa”. Bentuk dari pembinaan ini berupa
pelatihan, pengarahan, manfaat, penyimpanan dan penyerahan arsip statis pada
kantor arsip untuk mendorong pengembangan kualitas sumber daya manusia yang
mendukung tatapemerintahan yang baik. Perlu diperhatikan faktor pendukung
kepemimpinan, arsiparis/pengelola arsip, sarana prasarana dan anggaran.
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD) Kabupaten Tapanuli Utara
yang beralamat di Jalan Sisingamangaraja no. 198 Tarutung, yang berada di pusat
kota atau berada di lokasi pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara. KPAD
Tapanuli Utara merupakan lembaga pemerintah yang merupakan sumbangan dari
keluarga Tan keturunanTionghoa pada tahun 1999, dimana mulai dari lokasi
bangunan dan semua isi perpustakaan baik buku dan sarana prasarana merupakan
bantuan kepada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara. KPAD sudah beberapa
kali berpindah naungan, sebelum berdiri menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip
berada di bawah naungan Dinas Pendidikan, Ortala, Hukum dan organisasi dan
pada tahun 2008 kantor perpustakaan berdiri sendiri menjadi KPAD Kabupaten
Tapanuli Utara.
KPAD dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, diatur berdasarkan
Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 48 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas
4
dan Arsip Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Kedudukan, tugas KPAD
Kabupaten Tapanuli Utara diuraikan sebagai berikut :
Kedudukan : sebagai lembaga teknis yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor
yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
Tugas : Melaksanakan pembinaan perpustakaan, perbaikan sistem administrasi
kearsipan penyelamatan dokumen dan arsip daerah serta pengembangan budaya
baca dan peningkatan kualitas pelayanan informasi perpustakaan.
Observasi awal penulis melakukan penelitian terhadap arsip yang ada di
KPADKabupaten Tapanuli Utara adalah KPAD selalu melakukan pembenahan
sejak berdiri sendiri melalui Program Kerja Tahunan mengadakan sosialisasi dan
pelatihan kearsipan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara yang
sudah berlangsung sebanyak 3 kali dari tahun 2012-2014. Sebelumnya KPAD
melakukan peninjauan ke setiap Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) bahwa
kurangnya kesadaran akan pentingnya arsip yang dimiliki dari SKPD, hal ini
dilihat dari sebagian besar SKPD penataan arsip yang hanya ditumpukkan dalam
map. SKPD tidak mengetahui akan arsip yang akan diselamatkan KPAD dari tiap
SKPD, pengelola arsip bukan lulusan arsiparis. Pelatihan Kearsipan yang
diadakan mengundang 1 (satu) Kepala di bagian Tata Usaha dan 1 (satu) orang
Staf dari40 SKPD (delapan puluhorang), adapun pelatihan itu berlangsung
perundang-5
undangan, pengolahan arsip dinamis, proses pemberian arsip ke KPAD, untuk
memaksimalkan pengetahuan dari pada peserta pelatihan panitia mengundang
narasumber dariJurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU),
Universitas Negeri Medan (UNIMED), dan Badan Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD). Setelah 3 kali KPAD melakukan
Pelatihan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, apakah pelatihan
yang dilaksanakan KPAD bermanfaat/menambah wawasan peserta, persiapan
pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas terhadap pengelolaan arsip
dinamis. Dilihat dari undangan untuk seluruh SKPD selama 3 kali tetap pada
bagian yang sama, bagimana pengelolaan arsip dinamis di SKPD, apakah ilmu
yang peserta dapatkan dapat mengubah pola pikir peserta akan pentingnya arsip
sehingga pengelolaan arsip dinamis dilakukan dengan baik di SKPD
masing-masig setelag pelatihan selesai.
Pelatihan yang telah dilaksanakan mempunyai tujuan untuk mencapai
target akan hasil pelatihan itu terhadap sumberdaya manusia dan organisasi atau
instansi. Dalam hal ini yang dimaksud adalah menghasilkan pegawai yang
profesional, kreatif dan bertambah wawasan. Hasil dari pelatihan arsip dinamis
dilihat dari bertambahnya wawasan tentang arsip dan pengelolaan arsip dinamis.
Keberhasilan pelatihan dapat dilihat dari hasil yang ditimbulkannya, dimana suatu
pelatihan dikatakan berhasil atau efektif bila peserta dapat menerima dan
mengalami peningkatan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), maupun
perilaku (attitude) yang tepat dan diberikan oleh pelatih/narasumber, sehingga
6
berkompeten.Sesuai dengan penjelasan diatas peneliti menetapkan judul “Evaluasi
Hasil Pelatihan Arsip Dinamis di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Dilihat dari penjelasan diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalahBagaimana Hasil Pelatihan Arsip Dinamis di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara yang dilaksanakan KPAD?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hasil Pelatihan Arsip
Dinamis di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara yang dilaksanakan
KPAD .
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi KPAD sebagai bahan pertimbangan ataupun masukan dalam
meningkatkan Program Kerja dalam pelatihan arsip selanjutnya,
2. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan referensi bagi penelitian berikutnya
dengan topik yang sama,
7 1.5 Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup pelatihan arsip dinamis, Sedangkan indikator
dalam penelitian ini adalah, pelatih/narasumber, materi pelatihan, metode
8 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Arsip Dinamis
Setiap organisasi atau instansi pemerintah atau swasta memiliki surat
masuk dan surat keluar yang menjadi bagian dari administrasi dan menjadi arsip
yang bernilai guna dari organisasi atau instansi itu sendiri. Arsip yang dihasilkan
bukan hanya bentuk tulisan saja, tetapi bisa berupa gambar karikatur, sketsa,
bunyi(suara). Mengingat arsip sebagai sumber informasi pemerintah membuat
peraturan tentang arsip yang dimiliki pemerintah. Suatu organisasi atau instansi
yang memiliki arsip perlu melakukan pengolahan mulai dari proses surat
menyurat, penerimaan, penyimpanan, perawatan, pemusnahan(arsip yang nilai
guna sudah tidak ada setelah sekian lama digunakan).
Menurut Maulana (1996, 17) Arsip adalahtulisan yang dapat memberikan keterangan tentang kejadian-kejadian dan pelaksanaan organisasi. Kemungkinan arsip berwujud surat-menyurat, data dan bahan yang dapat berbicara dan dapat memberi keterangan yang jelas dan tepat. Data atau bahan-bahan itu dapat berupa barang cetakan, kartu-kartu, lembaran, dan buku catatan yang berisi korespondensi, peraturan pemerintah, manuskrip dan lain sebagainya yag diterima dan dibuat sendiri oleh lembaga, baik lembaga pemerintah maupun swasta: kecil atau besar.
Arsip yang di hasilkan organisasi atau instansi secara langsung akan
digunakan dalam perencanaan dalam siklus pengambilan keputusan dalam
penyelenggaraan adminitrasi untuk menyelesaikan segala urusan negara. Dari
9
1. Arsip dinamis adalah arsip yang masih dipergunakan secara langsung dalam
penyusunan perencanaan, pelaksanaan kegiatan pada umumnya atau dalam
penyelenggaraan ketatausahaan. Arsip dinamis dapat dirinci lagi menjadi :
• Arsip dinamis aktif, yaitu arsip yang dipergunakan terus menerus bagi
kelangsungan pekerjaan dilingkungan unit pengolahan dari suatu
organisasi/kantor.
• Arsip dinamis semi aktif, yaitu arsip yang frekuensi penggunaanya sudah
menurun dari nilai arsip aktif.
• Arsip in aktif, arsip yang tidak lagi dipergunakan secara terus menerus atau
frekuensi penggunaannya sudah jarang atau hanya dipergunakan sebagai
referensi saja.
2. Arsip statis adalah “arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk
perencanaan pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada
umumnya, maupun untuk penyelenggaraan administrasi sehari-hari” (Barthos
1997, 5).
Arsip dinamis yang sudah tercipta harus dikelola dengan baik karena
masih digunakan dalam tahap perencanaan, pengambilan keputusan untuk proses
administrasi yang akan berlangsung dalam suatu organisasi atau instansi.
Menurut Sulistyo-Basuki (2003, 15) badan koorporasi menganggap manajemen
arsip dinamis itu penting karena :
10
keputusan, (2) sarana Umum, (3) sebagai bukti kebijakan dan aktivitas dan (4) menunjang litigas;
b. Badan koorporasi memilikitanggungjawab hukum, profesional dan etis untuk menciptakan arsip dinamis jenis tertentu untuk masa tertentu dan hal ini dilaksanakan oleh manajemen arsip dinamis;
c. Badan koorporasi perlu mengontrol volume informasi yang diciptakannya dan disimpannya. Hal ini dilakukan karena alasan ekonomis mengingat penyimpanan arsip dinamis kertas memerlukan ruangan penyimpanan yang besar dan alasan efisien operasional mengingat lebihsulit menemukan informasi yang relevan bila informasi tersebut terkubur pada informasi yang sudah usang. Maka tugas manajemen arsip dinamis meliputi pengembangan kontrol pemusnahan arsip dinamis serta pemisahan arsip dinamis aktif dari yang inaktif.
2.2 Tujuan Arsip
Arsip yang dihasilkan oleh organisasi atau instansi memiliki tujuan
penggunaannya dalam pelaksanaan administrasi yang berpengaruh pada
perkembangan organisasi atau instansi. Meskipun awalnya arsip diciptakan
untuk kepentingan terbatas, namun seiring dengan perkembangan untuk
kebutuhan informasi akan menjadi kepentingan masyarakat umum dari masa yang
lalu untuk masa yang akan datang. Menurut Barthos (2007, 12)” Tujuan
kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban
nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan
kebangsaan serta untuk menyediakan bahan peranggungjawaban tersebut bagi
kegiatan pemerintah”.
2.3 Nilai Guna Arsip
Arsip dinamis yang dimiliki organisasi atau instansi tidak hanya berguna
11
nilai untuk segala urusan yang masih berlangsung, untukitu arsip dikelola dan
dijaga/disimpan karena masih memiliki nilai guna (sebagai sumber pengambilan
keputusan, sebagi manajemen perencanaan maupun sebagai indentitas organisasi).
Menurut Martono (1997, 24) nilai guna arsip dapat berupa :
1. Nilai kegunaan administrasi 2. Nilai kegunaanhukum 3. Nilai kegunaan fiskal
4. Nilai kegunaan dokumentasi 5. Dan sebagainya.
2.4 Registrasi Surat Masuk/Keluar
Registrasi surat masuk dan surat keluar tidak lepas dari buku agenda suatu
organisasi atau kantor, sehingga diperlukan sistem pembagian tugas pelaksanaan
registrasi Antara lain :
• Surat yang disampaikan ke Kantor diterima oleh pegawai instansi ;
• Surat tersebut di stempel dan dibubuhi tanggal masuk ;
• Surat tersebut diserahkan ke petugas arsip ;
• Surat kemudian di indeks ;
• Surat di teruskan ke bagian pengolahan, agar siap dikirim ;
• Surat di stempel instansi dimasukkan ke dalam sampul dan di kirim sesuai
dengan alamat yang dituju.
2.4.1 Pola Klasifikasi, Kode dan Indeks
Klasifikasi digunakan untuk penemuan kembali arsip yang akan kita cari.
12
sederhana. File dapat diatur berdasarkan nomor kode klasifikasi persepuluhan
sebagai berikut:
Pola klasifikasi arsip
000 umum 100 kepegawaian 010 urusan dalam 110 pengadaan 011 gedung kantor 120 mutasi 012 rumah dinas 200 keuangan 020 peralatan 210 gaji 030 penelitian 220 biaya perjalanan (Sedarmayanti, 2003 : 70)
2.4.2 Kode Penataan Dan Indeks
Sistem penataan arsip yang baik mencerminkan keberhasilan suatu
organisasi atau instansi dalam kegiatan administrasinya. Tujuan penataan arsip
adalah agararsip dapat disimpan dan mudah ditemukan kembali dengan cepat
dan tepat. Sebelum melakukan kegiatan penataan arsip perlu dilakukan persiapan
terlebih dahulu. Untuk penataan arsip pada suatu organisasi berbeda dengan
tujuannya, ada lima sistem penataan arsip dinamis aktif yaitu :
1. Penataan berdasarkan angka; 2. Penataan berdasarkan wilayah; 3. Penataan berdasarkan subjek; 4. Penataan berdasarkan abjad;
5. Penataan berdasarkan kronologis (Sedarmayanti, 2003:70).
Untuk itu setiap organsasi aau intansi menentukan sistem penataan arsip
mana yang dipakai, karena setiap organisasi atau instansi tidak sama sistem
penataan yang dimiliki sesuai dengan tujuan, fungsi dan peran arsip itu
sendiri.Dalam penemuan kembali arsip juga ada istilah indeks, Menurut Barthos
13
mengidentifikasi surat melalui penunjukan suat tanda pengenal yang dapat
membedakan surat tersebut dengan yang lainnya. Tanda pengenal surat ini harus
dapat diklasifikasikan dan merupakan petunjuk langsung kepada berkasnya”.
Sebagai contoh :
1. Indeks nama orang didasarkan nama famili atau surename
John Siahaan
Diindeks Siahaan, John
2. Nama instansi
Kantor Perpustakaan
Diindeks menjadi Perpustakaan (Kantor)
3. Nama wilayah
Untuk nama wilayah tidak dibalikkan karena tidak mempunya famili
name
4. Indeks berdasarkan subjek
Indeks berdarkan subjek harus lebih teliti dalam menetapkan suratnya
lebih tepat utnuk penemuan kembali suratnya lebih mudah, misalnya
surat masuk/keluar tentang proses pergantian Bupati Tapanuli Utara
maka indeksnya adalah pergantian Bupati.
Sistem penataan berdasarkan tanggal merupakan sistem yang sering
digunakan, dalam sistem ini berdasarkan tanggal, bulan dan tahun dengan
14
Kode arsip 130817 menyatakan 13 sebagai tahun, 08 sebagai bulan, 17 sebagai
tanggal sebaliknya
Kode arsip 170813 menyatakan 17 sebagai tanggal, 08 sebagai bulan, 13
sebagai tahun.
Sistem penataan sistem tanggal merupakan sisten penataan yang yang lama
dalam melakukan penemuan kembali dimana apabila petugas lupa mengingat
tanggal arsipnya. Sehingga dianjurkan menggunakan sistem penataan berdasarkan
subjek. Berikut gambar alur proses arsip dinamis mulai dari surat masuk pada
instansi masing-masing sampai penyimpanan arsip statis pada ANRI.
Gambar 2.1 Alur Proses Arsip Dinamis Sumber : (M.Taufik, 2011)
Dilihat dari gambar diatas surat masuk maupun surat keluar, arsip dikelola
15
biasanya dilakukan pada buku agenda kantor, dipergunakan untuk kepentingan
kantor, dan setelah arsip tersebut nilainya menurun akan dipindahkan ke arsip
inaktif dan bila tidak memiliki nilai akan dimusnahkan sesuai dengan jadwal
retensi arsip yang telah ditentukan. Arsip yang memiliki nilai vital atau bernilai
sejarah akan dikirim oleh instansi pada pusat arsip di daerah masing-masing untuk
dikelola atau diselamatkan.
2.4.3 Peralatan Yang Diperlukan Dalam Kearsipan
Dalam pengelolaan arsip dinamis diperlukan peralatan guna mendukung
penataan arsip yang baik, benar, lebih efisien, sistematis, rapi dan efektif.
Peralatan yang digunakan antara lain map, surat menyurat/kartu korespondensi,
kotak korepondensi, lemari arsip, rak arsip, rotary filing, mesin tik, mesin
fotokopi, mesin pengganda, komputer, penjepit kertas, pelubang kertas dan alat
lain yang diperlukan.
2.4.4 Prosedur Penyimpanan
Untuk penyimpanan arsip dinamis dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Sistem Sentralisasi
Menurut sistem ini semua semua arsip dinamis disimpan dan diproses. Bagi
unit bawahan yang ingin menggunakan arsip dinamis dapat menghubungi
pusat arsip dinamis.Menurut Sedarmayanti (2003, 21) “Sistem sentralisasi
adalah pelaksanaan pengelolaan arsip bagi seluruh organisasi yang dipusatkan
16
2. Sistem Desentralisasi
Sistem desentralisasi banyak diterapkan karena arsip yang dimiliki banyak
diterapkan dalam kegiatan sehari-hari dalam kegiatan administrasinya. Arsip
yang digunakan dalam kelangsungan kegiatan ini dapat dibuat kartu kendali
pada unit arsip itu sendiri.
3 Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi merupakan gabungan dari sistem sentralisasi dan
desentralisasi yang disimpan dipusat penyimpanan arsip. Penyimpanan arsip
ini merupakan tanggungjawab manager arsip yang secara operasional pada
sebuah organisasi atau instansi.
2.4.5 Pelaksanaan Penilaian Arsip
Langkah penilaian arsip yang dilakukan suatu organisai atau instansi
dilihat dari penciptaan arsip atau penggunaan arsip itu sendiri. Fungsi arsip terkait
dengan kegunaan arsip bagi kelangsungan instansi/perusahaan yang produktif.
Fungsi arsip adalah:
a. mendukung pelaksaaan tugas dan fungsi instansi/perusahaan ;
b. untuk bahan pertanggunjawaban kegiatan instansi/perusahaan ;
c. proteksi(hukum) ;
d. memori instansi/perusahaan.
Langkah pelaksanaan penilaian arsip perlu diperhatikan isi dari
17
dibanding arsip yang lain. Dilihat dari jangka waktu penyimpanan membutuhkan
biaya, peralatan dan sumberdaya pengelola yang profesional, kualitas fisik arsip
apakah asli (tidak ganda pada tempat lain), tingkat kelangkaan dan bentuk/format
arsip. Langkah berikutnya yang dilihat dari penilaian arsip dinamis dilihat dari
biaya yang akan digunakan selama pengelolannya.Menurut Irawan (2009, 5.4)
Biaya pengelolaan yang mempengaruhi antara lain:
1. biaya penyerahan(transport, SDM, peralatan, dana lain-lain) ;
2. biaya pengelolaan (tingkat keahlihan pengolah, peralatan dan beban kerja):
3. biaya pemeliharaan(kebersihan, restorasi, laminasi, fumigasi, alih media dan lain-lain);
4. biaya penyimpanan(jumlah arsip, tempat/ruang simpan,peralatan) ; 5. biaya penggunaan(memahami menemukan dan menyajikan arsip) ;
Dengan adanya biaya pengelolaan yang harus disediakan dalam proses
kearsipan yang menjadi kendala terbesar dalam instansi pemerintahan, dimana
hampir semua insansi tidak membuat/tidak ada anggaran dana dalam pengelohan
arsip yang berpengaruh penyerahan arsip ke Arsip Nasional atau ke Kantor atau
Badan Arsip Daerah. Hal tersebut dapat diubah secara perlahan melalui
sosialisai/pelatihan/seminar kearsipan. Sehingga tingkat kesadaran akan penting
kesadaran pengelolaan dan penyelamatan arsip meningkat.
2.4.6 Pemeliharaan dan Pengamanan Arsip
Pemeliharaan adalah proses membersihkan arsip dengan teratur dari
beberapa penyebab kerusakan dankehilangan.Untuk saat ini masih banyak
18
hanya ditumpukkan begitu saja. Padahal jika dilihat peran arsip sangat
berpengaruh dalam proses administrasi ke masa yang akan datang seperti
pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban. Pemerintahsaat ini sudah
menggalakkan sosialisasi, seminar dan pelatihan kearsipan untuk meningkatkan
kesadaran pegawai negeri sipil dalam pemerintahan akan pentingnya arsip untuk
dikelola dengan baik (diselamatkan).Pemeliharaan secara fisik dapat dilakukan
dengan cara :
• Pengaturan ruangan dengan temperatur lokal60-75 F, dan kelembapan 50-60% ruangan memliki ventilasi, cahaya yangcukup terhindar dari serangan hama/serangga;
• Penyimpanan arsip diatur sesuai dengan suhu udara dan kelembapan ;
• Menggunakan pencegah bahaya arsip, mengadakan penyemprotan bahan kimia secara berkala ;
• Larangan-larangan seperti dilarang makan, minum dan merokok dalam ruangan ;
• Kebersihan ruangan dijaga dari bahaya lain (Sedarmayanti 2003, 111).
Langkah pemeliharaan diatas merupakan langkah yang harus dilakukan
guna menyelamatkan bahan arsip, tetapi untuk saat ini tata cara penyelamatan ini
hampir tidak ada dilakukan hampir di semua instansi pemerintahan. Pemeliharaan
yang dilakukan hanya menyimpannya dalam laci atau filing cabinet, tanpa ada
pemeliharaan tambahan lain. Selain dari pemeliharaan arsip ada hal lain yang
harus diperhatikan organisasi atau instansi yaitu mencakup pengamanan arsip
dari segi informasi atau fisik.
Pengamanan arsip dari segi fisik adalah pengamanan kertas, kerusakan
19
faktor ekternal dilihat dari kelembapan udara, hindari kontak langsung dengan
matahari debu, jamur, serangga. Pengamanan arsip dapat dilakukan dengan
penyimpanan arsip dalam lemari arsip yang terbuat dari baja atau membuatnya
dalam bentuk digital.
2.4.7 Penyerahan Arsip
Penyerahan arsip adalah pengalihan wewenang penyimpanan,
pemeliharaan dan pengurusan arsip statis dari lembaga-lembaga Negara, Badan
Pemerintahan, Badan swasta dan perorangan kepada Arsip Nasional Republik
Indonesia atau Arsip Nasional Daerah (Barthos 1997, 8). Dilihat dari pernyataan
diatas, arsip yang diserahkan pada umumnya dikhususkan untuk arsip statis
dimana dilihat dari tingkat pengurusannya yang sungguh rumit demi menjaga nilai
sejarah dan nilai informasi yang dihasilkan arsip tersebut. Pada kantor
pemerintahan arsip statis jarang di kirimkan ke kantor/badan arsip di daerah
masing-masing untuk kelola di karenakan tingkat kesadaran akan pentingnya arsip
itu sendiri masih minim, serta tidak memahami bahwa arsip sangat berpengaruh
pada perencanaan dan pengambilan keputusan dalam lembaga pemerintahan itu
sendiri pada masa yang akan datang. Dilihat dari rendahnya kesadaran masyarakat
(badan/kantor arsip masih banyak bergabung dengan kantor/badan perpustakaan)
mulai melakukan sosialisasi/seminar/pelatihan tentang kearsipan yang saat ini
masih dilakukan pada lingkungan pemerintahan. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya arsip, pengelolaan arsip yang baik dan
20
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2009
tentang kearsipan, “arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip
karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan keterangan
dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara langsung maupun secara tidak
langsung oleh arsip nasional republik indonesia dan/atau lembaga kearsipan”.
Arsip yang memiliki nilai guna sekunder atau statis oleh organisasi atau
instansi dapat menyerahkan arsip tersebut ke Arsip nasional atau ke
kantor/badan arsip yang ada di daerah masing-masing. Penyerahan arsip tersebut
dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
1. Pemeriksaaan nilai arsip
Sekalipun pemeriksaan dan penilaian arsip telah dilaksanakan oleh instansi masing-masing, namun dalam setiap kegiatan penyerahan arsip statis perlu diadakan penilaian kembali oleh arsip nasional. Penilaian oleh pihak arsip nasional ini, sebenarnya merupakanhal yang wajar, mengingat arsip nasional sebagai pengelola arsip dikemudian hari, ia harus yakin benar arsip yang akan diterima dan dikelola memang benar-benar arsip bernilai sekunder. Kemudian secara umum, Arsip Nasional memiliki kompetensi untuk mennetukan kebijakan penyelamatan arsip bagi kepentingan generasi yang akan datang.
2. Pendaftaran
Kegiatan pemeriksaan dan penilaian arsip selesai dilaksanakan dan ditentukan bahwa arsip tersebut dapat diserahkan ke arsip nasional maka kegiatan berikutnya adalah pembuatan daftar arsip yang akan diserahkan.
3. Pembuatan berita acara
berita acara penyerahan perlu dibuat, mengingat bahwa arsip tersebut dapat diserahkan ke arsip nasional maka kegiatan berikutnya adalah pembuatan daftar arsip yang akan diserahkan.
4. Pelaksanaan penyerahan
21
amanat undang-undang no. 7 Tahun 1971 tentang ketenuan-ketentuan pokok arsip (Irawan 2009, 2.14)
Arsip Nasional Daerah wajib menyimpan, memelihara dan menyelamatkan
arsip yang berasal dari Badan-badan Pemerintah Pusat di tingkat daerah. Tetapi
kenyataan saat ini fungsi dari kantor kearsipan di daerah belum sepenuhnya
diperhatikan, dan bahkan seperti dianggap tidak ada. Hal ini di karenakan
pemahaman, kesadaran dan wawasan akan arsip itu dilingkungan pegawai
pemerintahan masih sangat rendah. Selain dari kita lihat arsip yang akan di
permanenkan itu akan dikirimkan ke Arsip Nasional atau Badan/Kantor Arsip di
Daerah, maka daerah yang dahulu mengelolanya utnuk itu perlu diperhatikan
tugas unit kearsipan di daerah masing-masing.Menurut Martono (1997, 32) Tugas
unit kearsipan di daerah yaitu :
1. Melakukan pembinaan kearsipan dinamis (manajemen kearsipan) pada seluruh jajaran organisasi ;
2. Menyimpan, memelihara, dan menyajikan arsip in aktif yang berasaldari unit-unit kerja(bertindak sebagai pusat arsip) ;
3. Melakukan penyusutan dengan memusnahkan arsip yang tidak bernilai, dan menyerahkan arsip statis kepada arsip Nasional R.I ;
4. Mengelola pusat arsip.
Dalam proses penyerahan arsip vital ke unit arsip sesuai dengan berita
acara yang akan dibuat berikut contoh arsip yang akan diberikan ke unit arsip oleh
organisasi atau instansi :
1. Kebijakan strategis
2. MOU dan Surat perjanjian 3. Bukti kepemilikan asset 4. Hak paten, copy right
22
7. Berkas perkara di Pengadilan, dan lain-lain 8. Dokumen pengelolaan keuangan Negara
2.5 Masalah Dalam Kearsipan
Untuk mencapai tujuandari kearsipan dalam suatu organisasi atau instansi
tidak lepas dari permasalahan yang muncul sehingga sehingga perlu dilakukan
oleh instansi bidang kearsipan suatu sosialisai, pelatihan atau seminar kearsipan
guna meningkat pengetahuan, wawasan para arsiparis.Menurut Abubakar (1997,
64) masalah yang mendapat perhatian yang serius sebagai berikut :
a. Pengertian dan kesadaran terhadap peranan kearsipan dalam kegiatan administrasi perkantoran masih kurang atau belum sesuai dengan record management ;
b. Bidang kearsipan belum atau kurang mendapat fasilitas yang selayaknya, serta selalu kurang biaya untuk perkembangan ;
c. Para petugas kearsipan kurang dan tidak mendapat pendidikan khusus kearsipan ;
d. Dalam kegiatan di instansi, bidang kearsipan kurang mendapat koordinir dengan kegiatan bidang lain di instansi tersebut karena bidang kearsipan kurang mendapat perhatian sewajarnya ;
e. Bidang kearsipan di instansi pemerintah/swasta kurang direncanakan atau tidak direncanakan pengembangannya serta kurang mendapat bimbingan ;
f. Pada umumnya para pegawai bidang lainnya di instansi masih meremehkan kegiatan bidang kearsipan, sehingga sikap mereka acuh tidak acuh(kurang peduli) dan menimbulkan image yang keliru terhadap bidang kearsipan ;
g. Memangnya bidang kearsipan ini kurang atau tidak menarik dan masih di anggap semua pegawai dapat melakukannya. Akibatnya yang nyata kegiatan kearsipan tidak sesuai dengan perkembangan dengan bidang lain;
h. Kearsipan kurang mendapat prioritas dalam perbaikan/penertiban, kalau dibandingkan dengan bidang lainnya di instansi pemerintah.swasta ;
23
j. Syarat petugas kearsipan belum mendapat perhatian, sehingga keterampilan di bidang ini tidak tercapai dan akibatnya bidang kearsipan kurang tertib atau tidak teratur (semrawut)
k. Kurangnya minat pemimpinan yang bertanggungjawab terhadap bidang kearsipan atau kurang minat membaca buku-buku/ majalah dibidangini, sehingga tidah menambah wawasannya terhadap bidang kearsipan tersebut. Demikian pula petugas-petugasnya banyak bekerja secara rutin saja tetapi pengetahuannya tidak meningkat.
2.6 Manajemen Arsip Dinamis
Menurut Hamalik (2000, 8)” Manajemen adalah keseluruhan proses
kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara formal untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Dilihat dari arti manajemen dapat
dilihat bahwa di perlukan sinkronasi antara pimpinan dan sumberdaya manusia
dalam menjalankan suatu organisasi atau instansi dimanaterdapat perencanaan
didalamnya untuk dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Manajemen dalam bidang arsip juga diterapkan dalam hal ini bagaimana
manajemen suatu organisasi atau instansi dalam pengelolaan arsip
dinamis.Sedangkan Menurut Irawan (2009, 1.8)
24 2.6.1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah faktor penting dalam suatu organisasi dimana
sumberdaya manusia merupakan pelaksana kegiatan organisasi, dalam sistem
kearsipan sumberdaya manusianya disebut sebagai arsiparis.Berlangsungnya
pengelolaan arsip yang baik didukung oleh sumberdaya manusia yang mengelola
arsip itu dari terciptanya arsip itu sampai penyimpanannya dibutuhkan arsiparis
yang profesional atau petugas administrasi kearsipan. Petugas yang diperlukan
pada bagian arsiparis dapat disesuaikan dengan kebutuhan akan tanggungjawab
yang dimiliki sangat besar dalam hal kepercayaan, sabar, dan bekerja keras.
Arsiparis merupakan tenaga profesional, yang seharusnya dalam suatu
organisasi atau instansi memiliki arsiparis yang profesional, namun kenyataan saat
ini hampir disemua organisasi atau instansi tidak ada yang lulusan arsiparis dan
menjadi pengelola arsiparis adalah sumberdaya manusia yang ditempatkan di
bagian tata usaha di bagian pemerintahan. Sumberdaya manusia yang bukan
lulusan arsiparis mempengaruhi pengelolaan, manfaat dan pengetahuan akan nilai
guna arsip dikelola itu sendiri. Oleh karena itu pimpinan harus memberikan
pengarahan akan pentingnya arsip dan menanamkankan bahwa pegawai arsip
sangat penting dalam suatu organisasi atau instansi. Untuk itu diperlukan
persyaratan untuk menjadi seorang arsiparis yang teliti, cerdas, cermat, rapi, tekun
dalam melaksanakan tugas, mampu menyimpan rahasia, memiliki skill dalam
bidang arsip, mampu bekerjasama dengan berbagai pihak disekitarnya.
25
perlu diadakan oleh pemerintah suatu pelatihan, penataran, ikut dalam peserta
seminar serta kerjasama antar instansi yang saling berkaitan akan meningkat
dalam pengelolan, penyelamatan arsip. Peningkatan keterampilan arsiparis tidak
boleh diabaikan mengingat tujuan arsip yang sangat penting dalam kelangsungan
suatu organisai atau instansi meskipun sumberdaya manusia dari potensi yang
berbeda.Menurut Maulana (1996, 49) tugas arsiparis sebagai sumber daya
manusia yang mengelola arsip yaitu :
1. Arsiparis harus memelihara dan bertanggungjawab atas semua benda arsip ;
2. Memegang teguh rahasia semua surat yang harus dirahasiakan ;
3. Memegang daftar indeks dan buku catatan arsip dan klasifikasi sebagai pedoman penunjukkan ;
4. Membina kerjasama yang baik dengan agendaris, verbalis, jurutik dan juru stensi dan rekan-rekan bagian lainnya ;
5. Mengusahakan agar dapat hafal luar kepala sampai sejauh mana tiap dosir yang menyimpan arsip menurut kodenya ;
6. Mengatur semua dosir dengan tertib tertentu menurut klasifikasinya dan indeksnya;
7. jangan membiarkan arsip terbuka sampai berdebu dan pemeliharaan pengaturan udara ;
8. Bila ada yang akan pinjam harus dengan mempergunakan bukti peminjaman. Kemudian bukti tersebut diletakkan di tempat surat itu di keluarkan. Hal itu untuk bukti bahwa arsip sedang dipinjam.
2.7 Pelatihan Sumberdaya Manusia
Menurut Hamalik (2001, 10) Pelatihan adalah sesuatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga professional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.
Pelatihan secara umum lebih menekankan peserta dalam meningkatkan
26
bagian penting dalam pembinaan pegawaiyang sering diadakan pemerintah
maupun swasta, agar tercipta pegawai yang profesional yang mampu
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang telah diberikan,
meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam meningkatkan kreatifitas,
ilmu pengetahuan, dan memiliki motivasi dalam diri sendiri dalam mencapai
pekerjaan yang sukses atau dipandang sebagai bentuk investasi pada sumber daya
manusianya. Dalam pelatihan sumberdaya manusia yang menjadi arahannya
adalah kemampuan (ability), keahlian (skill), dan sikap(attitude). Pelaksanaan
pelatihan perlu di perhatikan siapa saja yang akan mengikuti pelatihan tersebut,
sarana dan prasarana apa saja yang mendukung. Selain itu menurut Sulistyani
(2009, 219) “Pelatihan adalah proses sistematik pengubahan perilaku para
pegawai dalam suatu arahguna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional”.
Kebijakan pendidikan dan pelatihan pegawai negeri sipil tercantum dalam
pasal 31, undang-undang No.8 Tahun 1974, yang menyebutkan :”untuk
pencapaian dayaguna dan hasil guna yang sebesar-besarnya, diadakan pelatihan
pendidikan serta pengaturan dan penyelenggaraan latihan jabatan pegawai negeri
sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian,
kemampuan dan keterampilan”. Sesuai dengan isi pasal 31 pelatihan yang
diaadakan bertujuan untuk menjamin pembinaan terhadap pegawai negeri sipil
yang bermutu, hal ini juga diterapkan pada pengelola arsip sesuai dengan
berkembangnya teknologi kearsipan, maka arsiparis yang menangani arsip perlu
menyetarakan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan perkembangan sistem,
27
kearsipan dalam pengembangan Sumberdaya Manusia tertera dalam pasal 30
ayat1 yaitu :
Pengembangan SDMdalam penyelenggaraan kearsipan nasional dilaksanakan
terhadap:
- Arsiparis; dan
- SDM yang memiliki kompetensi dan profesionalitas di bidang kearsipan.
2.7.1 Tujuan Pelatihan
Dalam melaksanakan suatu kegiatan pelatihan perlu diperhatikan apa
tujuan yang akan dicapai, menurut Wursanto (1989:60), tujuan pendidikan dan
pelatihan, yaitu :
1. Menambah pengetahuan pegawai.
2. Meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian dan keterampilan pegawai. 3. Mengubah dan membentuk sikap pegawai.
4. Mengembangkan keahlian pegawai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat.
5. Mengembangkan semangat, kemauan dan kesenangan kerja pegawai. 6. Mempermudah pengawasan terhadap pegawai.
7. Mempertinggi stabilitas pegawai.
Sedangkan tujuan dari pelatihan kearsipan adalah :
a. Sistem pengelolaan arsip yang baik di setiap SKPD ;
b. Meningkatnya Tugas, pokok dan fungsi KPAD Kabupaten Tapanuli Utara
dalam membina kearsipan dan menyimpan arsip statis;
28
d. Meningkatnya kualitas dan kuantitas KPAD Kabupaten Tapanuli Utara dalam
sistem, norma, standar dan peraturan kearsipan.
Tujuan penyelenggaraan kearsipan merupakan wujud dari penyelenggaran
kearsipan yang profesional, efisien, efektif dalam pembangunan bangsa yang
maju. Salah satu Tujuan penyelenggaraan kearsipan sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dan tercantum
dalam Renstra ANRI 2010-2014 adalah sebagaimana berikut: “Menjamin
terciptanya arsip dari kegiatan yang dilakukan oleh lembaga negara, pemerintahan
daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, dan perseorangan, serta ANRI sebagai penyelenggara kearsipan
nasional”( ANRI, 67).
2.7.2 Manfaat Pelatihan
Dilihat dari tujuan yang akan dicapai dalam penyelenggaran pendidikan
dan pelatihan yang diadakan dalam suatu organisasi/instansi ada manfaat yang
yang akan dirasakan oleh sumber daya manusia dan organisasi/instansi yang akan
berpengaruh pada kinerja pelatihan yang telah direncanakan dengan sitematis.
Menurut Wursanto (1989, 60), berbagai manfaat pendidikan dan pelatihan
pegawai, yaitu :
1. Pendidikan dan pelatihan meningkatkan stabilitas pegawai; 2. Pendidikan dan pelatihan dapat memperbaiki cara kerja pegawai; 3. Dengan pendidikan dan pelatihan pegawai dapat berkembang dengan
29
4. Dengan pendidikan dan pelatihan berarti pegawai diberi kesempatan untuk mengembangkan diri;
Melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau swasta,
kekurangan pada sumberdaya manusia terhadap bidang pekerjaan akan
meningkat dibandingkan sebelum dilakukannya pelatihan. Sumberdaya manusia
yang yang terlatih akan lebih profesional dari segi keahlian dan akan mengikuti
prosedur pekerjaan lebih terarah setelah mengikuti pelatihan.
2.7.3 Sasaran Pelatihan
Sasaran pendidikan pelatihan dalam bidang kearsipan ini dilihat dari faktor
bahwa hampir semua organisasi atau instansi tidak mengelola arsipnya dengan
baik dan benar, sebaliknya arsip yang dimiliki kebanyakan hanya ditumpukkan
saja tanpa sistem pengelolaan yang baik. Proses pelatihan yang diikuti sumber
dayamanusiaakan menghasilkan perubahan sistem kerja maupun perilaku terhadap
pengelolaan arsip dinamis. Dalam pelatihan arsip ada beberapa langkah yang
harus dilakukan agar tercapainya proses pembinaan arsip, sehingga tercapai hasil
30 Gambar 2.1 : Alur Pikir Proses Pembinaan Kearsipan
Sumber : (M.Taufik, 2011)
Sesuai dengan alur proses pembinaan kearsipan diatas maka dapat diambil
kesimpulan sasaran pembinaan/ pelatihan kearsipan sebagai berikut :
Terciptanya pengelolaan arsip dinamis dan statis yang efektif dan efisien di
seluruh lembaga SKPD;
Terwujudnya unit kearsipan yang berada di lembaga pemerintah pusat dan
daerah dalam rangka menyimpan dan menyelamatkan arsip;
Arsiparis atau pengelola kearsipan di SKPD yang profesional, sesuai dengan
kebutuhan;
Tercapainya tingkat kepatuhan terhadap sistem, norma, standar dan peraturan
31 2.7.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu usahauntuk mengukur dan memberikan
penilaian secara objektif terhadap hasil dari suatu kegiatan yang sudah
dilaksanakan. Evaluasi dengan tujuan untuk menilai keberhasilan dari pelatihan
yang ada pada peserta pelatihan yang diterapkan pada organisasi atau instansi
masing-masing dan terlebih pada diri sendiri sebagai pegawai yang kreatif dan
profesional dalam bidang pekerjaannya. Dengan adanya evaluasi pelatihan,
membuat kita menjadi lebih mengetahui bagaimana hasilnya terhadap peserta
pelatihan itu sendiri sesudah pelatihan itu selesai.Menurut Notoadmodjo (2003,
36) evaluasi yang dilakukan mencakup :
1. Evaluasi terhadap proses yang meliputi :
• Organisasi penyelenggaraan diklat misalnya administrasi, konsumsi, ruangan, para petugas, dan sebagainya.
• Penyampaian materi diklat, misalnya : relevansinya, kedalamnya, pengajarnya dan sebagainya.
2. Evaluasi terhadap hasilnya, yang mencakup evaluasi sejauh mana materi yang diberikan itu dapat dikuasi atau diserap oleh peserta diklat. Lebih jauh apakah ada peningkatan kemampuan atau keterampilan, pengetahuan, dan sikap dari para peserta diklat.
2.7.5 Indikator Pelatihan
Menurut Hamalik (2000 :35) indikator yang harus perhatikan dalam
pelaksanaan diklat antar lain:
1. Para pelatih harus memiliki kualifikasi yang memadai.
Pelatih merupakan orang yang mengajarkan bahan-bahan materi yang berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan kepada pegawai;
2. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan yang hendak dicapai.
32
3. Metode pelatihan harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta. Metode pendidikan dan pelatihan, merupakan cara penyampaian materi pembelajaran sehingga implikasinya dalam mengaplikasikan ilmu tersebut di dalam suatu pekerjaan, sesuai dengan hasil yang diharapkan; 4. Peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan tertentu.
Peserta adalah pegawai yang mengikuti pendidikan dan pelatihan yang bekerja dalam suatu organisasi;
5. Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan, merupakan hal yang berkaitan dengan fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan diklat supaya dapat berjalan dengan lancar.
Sebelum pelatihan berlangsung panitia yang menyiapkan segala keperluan
yang berhubungan dengan silabus/materi, pemanggilan narasumber, memilih
metode pengajaran agar disaat pelaksanaan pelatihan peserta dapat menyerap
pengetahuan yang diajarkan narasumber, penyiapan tempat sesuai dengan jumlah
peserta, akomodasi sesuai dengan lamanya pelatihan berlangsung dan dari semua
yang disediakan tidak lepas dari anggaran yang disediakan pemerintah.
Untuk persiapan mengajar para instruktur perlu diperhatikan syarat sebagai
berikut:
1. Penguasaan topik secara menyeluruh;
2. Telah biasa dengan metode yang digunakan;
3. Keinginan untuk mengajar (Procton, 1993: 107).
Sebelum narasumber melaksanakan tugasnya, panitia dan narasumber
sudah diskusi tentang materi yang akan disampaikan, siapa saja yang akan dilatih,
33 2.7.6 Kendala Pelatihan
Pelatihan yang telah direncanakan untuk menambah pengetahuan
sumberdayamanusia untuk menjadi lebih profesional dibandingkan sebelum
melakukan pelatihan akan tetapi kadang ada hal yang membuat mengalami
kegagalan antara lain :
1. Peserta
Peserta pengembangan tidak mempunyai latar belakang yang sama atau heterogen, seperti pendidikan dasarnya, pengelaman kerja dan usianya. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan karena daya tangkap, persepsi dan daya nalar mereka terhadap pelajaran yang diberikan berbeda; 2. Pelatih
Pelatih yang ahli dan cakap mentransfer pengetahuan kepada peserta pendidikan dan pelatihan sulit didapat;
3. Fasilitas
Fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan untuk pendidikan dan pelatihan sangat kurang atau kurang baik. Hal ini akan menghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pegawai;
4. Kurikulum
Kurikulum yang diajarkan tidak sesuai atau menyimpang serta tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang diinginkan oleh pekerjaan atau jabatan peserta;
5. Dana Pengembangan
Dana yang tersedia untuk pengembangan sangat terbatas sehingga sering dilakukan secara paksa, bahkan pelatih maupun saranya kurang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan (Hasibuan, 2005:85-86).
Masalah dalam hal kearsipan menurut jurnal ANRI (2008, 15) :
34 2.8 Metode Pelatihan
Ada beberapa metode pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan peserta
yang disusun dengan tujuan pelatihan yang ingin dicapai.Menurut Handoko
(1994, 112) terdapat dua kategori pokok program pelatihan yaitu on the job
training (dalam pekerjaan) dan off the job training (di luar pekerjaan)”.
a. On the job training (dalam pekerjaan)
Merupakan metode pelatihan dimana pegawai dilatih tentang pekerjaan
barudengan pengawasan langsung seorang pelatih yang berpengalaman
(biasanya pegawai yang lain). Teknik yang biasa dipergunakan dalam
praktek adalah:
1). Rotasi jabatan
2). Latihan instruksi pekerjaan
3). Magang
4). Bimbingan
5). Penugasan sementara. (Handoko 1994, 112).
Untuk lebih jelasnya, metode diatas dijelaskan sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan merupakan pegawai dengan pengetahuan yang
ditempatkan pada bidang lain;
2. Latihan instruksi pekerjaan dimana pegawai diberikan petunjuk
35
3. Magang merupakan proses seorang pegawai belajar langsung dari orang
yang lebih berpengalaman dengan waktu yang lebih lama.
4. Bimbingan yaitu atasan memberikan arahan langsung pada pegawai
dalam melaksanakan pekerjaan;
5. Penugasan sementara merupakan penentuan pegawai pada posisi
manajerial untuk jangka waktu yang ditetapkan. Pegawai terlibat dalam
pengambilankeputusan dan pemecahan masalah-masalah pekerjaan
yang timbul selama pekerjaan.
b. Off the job training (di luar pekerjaan)
Menurut Handoko (1994, 114) “metode di luar pekerjaan ini terdiri dari
metode simulasi dan teknik-teknik presentasi informasi”.
1. Metode simulasi merupakan simulasi merupakan situasi atau
kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang
sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja. Simulasi adalah suatu
teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep
sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpainya, metode ini
mencakup : simulator alat-alat, studi kasus, permainan peranan.
2. Metode teknik-teknik presentasi merupakan teknik pemberian
informasi terhadap pengajaran sikap, konsep dan dan keterampilam
pegawai. Yang termasuk dalam metode ini adalah : ceramah biasa,
teknik diskusi, diskusi kelompok, teknik permodelan perilaku dan
36 2.9 Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil
Pengaruh pendidikan dan pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan,
keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara
profesional. Disamping itu, pendidikan dan pelatihan tersebut berpengaruh dalam
meningkatkan kinerja pegawai dalam memberikan kemudahan dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh
instansi terkait. Pentingnya pendidikan dan pelatihan tidak hanya berlaku bagi
pegawai saja, tetapi juga mampu memberikan keuntungan bagi pemerintah.
karena dengan meningkatnya kemampuan dan keterampilan para pegawai maka
meningkat pula produktivitas dan kinerja pegawai.
2.10 Penilaian Pelatihan
Pelatihan yang dilaksanakan pemerintah/swasta mempunyai tujuan, sasaran
yang targetkan, terlebih sebelum mendapatkan hasil dari pelatihan, perlu adanya
evaluasi.Dalam evaluasi dikumpulkan keterangan, informasi, pengaruh atau akibat
dari pelatihan.
Menurut Kirpatrick yang dikutip oleh Moekijat(1993,47) membagi wilayah
penilaian pelatihan menjadi empat tingkat yaitu “tingkat reaksi, tingkat belajar,
37
a. Tingkat reaksi yaitu tingkat reaksi terhadap penyusunan program
pelatihan seperti : sasaran, metode, kurikulum, pelatih/narasumber,
peserta dan waktu pelatihan.
b. Tingkat belajar merupakan pengaruh pelatihan terhadap hasil belajar
peserta dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta
pelatihan.
c. Tingkat perilaku dalam pekerjaan merupakan tingkat perubahan sikap
peserta pelatihan terhadap bidang pekrjaan yang dikerjakan sesudah
dan sebelum pelatihan.
d. Tingkat hasil merupakan tingkat penerapan pelatihan dalam pekerjaan
38 BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. Menurut Nawawi (2004 : 64) metode deskriptif yaitu metode-metode
penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang
bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta
tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi
yang rasional dan akurat.
Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan
menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan
menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan
mencoba menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada 40 Satuan Perangkat Kerja Daerah
(SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.
39
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2008:115). Populasi penelitian adalah seluruh peserta pelatihan kearsipan
sebanyak 80 orang.
3.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Metode pengambilan sampel menggunakan metode total sampling yaitu
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2008:122).
Sampel merupakan semua peserta Pelatihan arsip dinamis yang diundang
KPAD dari 40 (empat puluh) SKPD yang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala
Bagian Tata Usaha dan 1 (satu) orang staf yang mengelola arsip sesuai dengan
tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Daftar SKPD dan Jumlah Peserta
NO. NAMA SKPD JUMLAH
1 SEKRETARIAT DPRD 2
2 BADAN PEMERINTAHAN DESA 2
3 INSPEKTORAT DAERAH 2
4 BADAN KB DAN PKS 2
5 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA 2
6 BADAN PEMERINTAH DAERAH 2
7 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH 2
8 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH 2
40
15 DINAS CIPTA KARYA DAN PERUMAHAN 2
16 DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN 2
17 DIPENLOKA 2
18 DINAS PERIKANAN DAN PETERNAKAN 2
19 DINAS KEHUTANAN 2
20 DINAS KOPERINDAG 2
21 DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 2
22 DINAS PERTAMBANGAN 2
23 DINAS PASAR, KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN 2
24 DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL 2
25 DINASPERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA
2
26 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP 2
27 KANTOR KESBANG, POLITIK DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT
2
28 KANTOR SATPOL PP 2
29 KANTOR KETAHANAN PANGAN 2
30 KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU 2
31 KANTOR KECAMATAN TARUTUNG 2
32 KANTOR KECAMATAN SIPOHOLON 2
33 KANTOR KECAMATAN SIPAHUTAR 2
34 KANTOR KECAMATAN PAGARAN 2
35 KANTOR KECAMATAN SIBORONG-BORONG 2
36 KANTOR KECAMATAN PAHAE JAE 2
37 KANTOR KECAMATAN PAHAE JULU 2
38 KANTOR KECAMATAN MUARA 2
39 KANTOR KECAMATAN PURBATUA 2
40 KANTOR KECAMATAN PARMONANGAN 2
JUMLAH
80 ORANG Sumber : KPAD Kab. Tapanuli Utara
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan cara
:
41
Pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan
turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan
dengan masalah yang penulis teliti dengan cara Metode Kuesioner, yaitu
memberikan daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang
dilengkapi dengan alternatif jawaban yang disediakan dan pertanyaan terbuka
untuk melengkapi jawaban dari pertanyaan tertutup.
2. Pengumpulan Data Sekunder (Secondary Data)
Pengumpulan Data Sekunder (Secondary Data), yaitu teknikpengumpulan
data yang dilakukan melalui kegiatan pengumpulan datayang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber sekunder untukmendukung data primer. Penulis
menggunakan cara untuk memperolehdata sekunder sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari
buku-buku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta
memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.
b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian atau
sumber-sumber lain yaang terkait dengan penelitian.
3.5 Instrumen Penelitian
Adapun yang menjadi instrumen penelitian ini adalah Kuesioner. Menurut
Arikunto, (2006: 102-103) “Kuesioner merupakan daftar pernyataan yang
diberikan kepada orang lain, dengan maksud orang yang diberikan kuesioner
42
yang memuat indikator yang dapat menjelaskan setiap indikator. Kisi-kisi
Kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Kisi-kisi KuesionerEvaluasi Hasil Pelatihan Arsip Dinamis di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah
Judul Indikator Jumlah item Jumlah
Evaluasi Hasil
Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mempelajari
seluruh data yang terkumpul menjadi intisari yang kebenarannya terjaga.
Selanjutnya data tersebut kemudian ditabulasi dengan mneyusun ke dalam tabel
kemudian dihitung persentasenya untuk selanjutnya dianalisis dan diinterpretasi.
Untuk menghitung persentase jawaban yang diberikan responden digunakan
rumus sebagai berikut :
P =
f
n
x 100 %
43
P=persentase
f =jumlah jawaban yang diperoleh
n = jumlah responden (Supardi 1979, 52).
Untuk menafsirkan besar persentase yang diperoleh dari responden,
peneliti menggunakan metode penafsiran dengan rincian sebagai berikut :
• 0 % : tidak satupun dari responden
• 1-25 % : sebagaian kecil dari responden
• 26-49 % : hampir setengah dari responden
• 50 % :setengah dari responden
• 51-75 % : sebagian besar dari responden
• 76-99 % : hampir seluruhnya dari responden
44 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan hasil pelatihan Ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner
pada 40 SKPD (80 orang) responden yang mengikuti pelatihan arsip dinamis.
Jumlah pertanyaan kuesioner sebanyak 10 pertanyaan pilihan berganda dan 4
pertanyaan yang diisi oleh responden dengan jawaban bebas sesuai dengan apa
yang responden ketahui dan laksanakan dalam pengelolaan arsip dinamisdi SKPD
masing-masing. Peserta responden yang terdiri dari Kepala BagianTataUsaha
atau Jabatan lainnya yang diutus Pimpinan SKPD dan 1 orang staf yang
menangani arsip akan menjawab indikator pertanyaan tentang tanggapan pada
pelatih/narasumber, materi pelatihan, metode pelatihan, peserta pelatihan dan
sarana dan prasarana dengan pembahasan sebagai berikut:
4.1Tingkat Pendidikan Responden
Pelatihan arsip dinamis yang dilaksanakan oleh KPAD dengan
mengundang Kepala Bagian Tata Usaha dan satu orang Staf, untuk tingkat
pendidikan pada responden dapat dilihat dari data yang dijelaskan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.1