BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
2. Pendataan
Pendataan subjek pajak orang pribadi dilakukan oleh KPP atau pihak lain yang ditunjuk oleh DJP. Pendataan ini dilaksanakan dengan menggunakan formulir Permohonon Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak dan dilaksanakan sekurang-kurangnya untuk satu wilayah KPP dengan menggunakan pendataan sebagai berikut :
Pendataan terdiri dari :
1) Titel atau gelar wajib pajak orang pribadi 2) Nama wajib pajak secara lengkap tidak singkat 3) Nama wajib pajak secara lengkap tidak disingkat
4) Alamat tempat kedudukan / tempat tinggal, yaitu : RT/RW, kelurahan / kecamatan, kota / kabupaten, kode pos.
5) Usaha / pekerjaan bebas, yaitu: status usaha, jenis usaha / pekerjaan bebas, alamat tempat usaha, orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
6) Kewajiban pajak
b.Pendataan korespondensi wajib pajak Pendataan terdiri dari :
1) Alamat, diisi jika berbeda dengan alamat tempat kedudukan / tempat tinggal di identitas umum
2) Telepon / faksimili dan E-mail c.Pendataan wajib pajak orang pribadi
Pendataan ini terdiri dari 1) Tempat / tanggal lahir
2) Nomor KTP / paspor, diisi nomor KTP bagi penduduk Indonesia atau diisi nomor paspor bagi orang asing
a.kebangsaan, hanya untuk orang asing diisi kewarganegaraannya. b.Merk dagang / usaha, diisi nama usaha
d.Pendataan wajib pajak badan Pendataan ini terdiri dari :
1) Bentuk hukum, diisi sesuai dengan akte pendirian / perubahan 2) Status modal
3) Akte pendirian dan / perubahan terakhir 4) Identitas pimpinan / penanggung jawab
e.Pendataan permohonan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
f. Pendataan permohonan untuk penghapusan NPWP / pencabutan NPWP / pencabutan PKP
g.Pendataan pernyataan
Setelah pendataan subjek pajak dilakukan maka pendataan tersebut harus ada pelaporan usaha untuk pengukuhan PKP yaitu :
1. Pengusaha yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) wajib melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP
2. Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha terbesar di beberapa tempat, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP yang di wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, juga wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha dilakukan.
3. Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam satu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batas
Setiap pelaporan yang dilaporkan ke KPP harus lengkap dan jelas tetapi apabila tidak sesuai dengan pendataan maka pelanggaran kewajiban perpajakan yang dilakukan wajib pajak dikenakan sanksi administrasi perpajakan. Sedangkan yang menyangkut pelanggaran yang menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dikenakan sanksi pidana yang terdiri atas :
a. Setiap orang yang karena kealpaannya :
1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
2. Menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenakan sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh wajib pajak, tetapi dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 200% dari pajak kurang bayar.
b. Setiap orang yang dengan sengaja :
1. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
2. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP;
4. Menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap; 5. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan;
6. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
7. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya kepada petugas pajak;
8. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia; atau
9. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun, denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
c. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun dikenai dua kali sanksi pidana, sebagaimana no 9 bagian b
Setiap wajib pajak atau PKP yang menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi keterangan atau isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan restitusi atau melakukan kompensasi pajak, dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan atau kompensasi dan paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan atau kompensasi.
Sanksi pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari wajib pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau ynag membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Daluwarsa tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 5 (lima) tahun setelah berakhirnya Masa Pajak atau bagian Tahun Pajak. Dan untuk penetapan daluwarsanya 5 (lima) tahun sejak penerbitan Penetapan Pajak.
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak yang menyangkut masalah perpajakan.
Maka apabila terjadi pelanggaran atas larangan mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak tersebut dapat diancam sanksi pidana sebagai berikut :
a.Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal kerahasiaan wajib pajak dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah)
b.Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
Selain itu keterlibatan sanksi bagi pihak ketiga dapat diancam dengan sanksi pidana sebagai berikut :
a. Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah)
b. Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah)
Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan atau membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Jika perencanaan pajak bisa dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka bisa terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana. Banyak kita temui perbedaan penafsiran antara wajib pajak dengan aparat pajak, itu disebabkan oleh luasnya peraturan perpajakan. Namun informasi tentang perpajakan sudah mudah di dapat atau dipahami, karena adanya perhatian yang lebih dari Dirjen pajak dan aparat pajak yang berguna agar wajib pajak tidak merasa jauh dari pajak dan tidak menganggap pajak itu membebankan.
Perencanaan pajak juga bertujuan untuk mengefisienkan beban pajak. Strategi untuk mengifisienkan beban pajak yang dilakukan adalah tindakan yang bersifat legal, supaya dapat menghindarkan sanksi-sanksi di kemudian hari. Begitu pula dalam menghindari pengenaan pajak, bisa dilakukan dengan cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak. Untuk itu wajib pajak harus jeli untuk memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan.
Penundaan pembayaran pajak juga bisa dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh tempo. Khusus untuk menunda pembayaran PPN dapat dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak sampai dengan pada batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Selain itu mengefisienkan beban pajak bisa dilakukan dengan menghindari pemeriksaan wajib pajak. Wajib pajak diperiksa pada umumnya karena SPT lebih bayar, tidak memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT, terdapat informasi pelanggaran / dan memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan Dirjen pajak.
Dalam mengefisienkan beban pajak haruslah memperhatikan tiga hal yaitu : a. Tidak melanggar ketentuan perpajakan
b. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh
Perkembangan Jumlah Wajib Pajak
2004 2005 2006 2007 2008
Bulan
Badan OP Badan OP Badan OP Badan OP Badan OP
1 1,624 16,266 4,499 18,764 4,872 20,900 5,468 22,723 6,013 33,563 2 1,651 16,373 4,524 18,851 4,918 20,962 5,520 22,866 6,073 33,743 3 1,664 16,870 4,562 19,745 4,967 21,266 5,559 23,458 6,118 33,944 4 1,678 17,031 4,590 19,882 5,006 21,365 5,651 23,892 6,292 34,179 5 1,685 17,273 4,653 19,972 5,038 21,437 5,648 24,111 6,327 34,322 6 1,703 17,601 4,673 20,051 5,077 21,495 5,717 24,304 6,366 34,459 7 1,717 17,718 4,704 20,113 5,114 21,575 5,772 24,579 6,396 34,511 8 1,728 17,804 4,754 20,210 5,144 21,630 5,837 25,189 6,422 34,587 9 4,385 18,428 4,773 20,311 5,148 21,801 5,866 26,877 6,442 34,958 10 4,413 18,515 4,799 20,394 5,211 21,843 5,891 31,326 6,456 35,419 11 4,432 18,572 4,823 20,708 5,252 21,962 5,938 33,080 6,502 38,152 12 4,461 18,658 4,841 20,799 5,300 22,058 5,961 33,297 6,536 41,317
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak Badan maupun OP mulai dari tahun 2004 s.d 2008 semakin meningkat, itu dikarenakan oleh wajib pajak mulai sadar dan peduli akan pentingnya pajak bagi kemajuan perekonomian suatu bangsa. Peningkatan wajib pajak juga dikarenakan oleh adanya perhatian yang lebih pada wajib pajak oleh pemerintah yaitu dengan cara peningkatan penyuluhan yang baik kepada wajib pajak dan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pembayaran pajak yang terutang oleh wajib pajak.
B. Analisa Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pendataan di KPP