• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

MEKANISME PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA

O L E H

ELY ANDRIANI MARPAUNG 062600109

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi

Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Banyaklah yang telah Engkau lakukan ya Tuhan, Allahku, perbuatanMu yang ajaib dan maksudMu bagiku. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau.

Segala Puji Hormat dan Syukurku panjatkan kepadaMu Tuhan yang telah melimpahkan berkat dan penyertaanMu kepada penulis sehingga dapat menyelesaiakan Laporan PKLM ini dengan baik dan tepat waktu.

Laporan PKLM ini merupakan syarat menyelesaikan pendidikan program study DIII Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara. Adapun judul laporan PKLM yang penulis buat adalah: MEKANISME PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN KOTA.

Dalam penulisan laporan PKLM ini penulis menyadari masih adanya kekurangan, jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi pembaca dan penulis sendiri. Pada kesempatan ini juga penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak laporan ini tidak dapat selesai dengan baik penulis mengucapkan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.DR. M. Arif Nasution, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(3)

3. Bapak Asril Djohan, S.H sebagai Dosen Pembimbing, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran,rela menyediakan waktu dan pemikirannya.

4. Terimakasih kepada seluruh Pegawai, Dosen Prodip III Administrasi Perpajakan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaiakan study.

5. Bapak Alfan Jamil, SE sebagai Kepala Subbagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

6. Bapak Kepala Seksi Penagihan, pegawai-pegawai di Seksi Penagihan,Khusus makasih berat untuk K’Diana yang telah banyak membantu. Tetap semangat ya ka.

7. Teristimewa untuk Orang tuaku E. Marpaung dan M. Sihombing, terimakasih untuk dukungan doa,semangat dan materinya. Sembah untukmu serta kasih tulus yang tidak akan pernah sirna untuk semua kasihmu.

8. terima kasih pada kak Eva, dan adik-adik ku. yang menyemangati aku, mendoakan dan decko ku yang aselalu memberiku semangat, makasih juga sudah mau jadi tempat berbagi.

(4)

Akhir kata penulis menyerahkan semua apa yang telah diperoleh ini semua hanya untuk kemuliaan Tuhan, karena tidak ada satupun yang terjadi, diperoleh, dan terselesaikan tanpa kehendak dan seizinNya.

Medan, Juni 2009 Penulis

(ELY. A. MARPAUNG)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR LAMPIRAN……… vii

DAFTAR TABEL………. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Tujuan dan Manfaat………. 3

C. Ruang Lingkup………. 5

D. Metode Penelitian………. 5

E. Metode Pengumpulan Data……….. 6

F. Sistematika Penulisan………... 7

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota…… 9

B. Ruang Lingkup Wilayah Kerja……….. 11

C. Struktur Organisasi……… 12

D. Bidang-Bidang Kerja………. 16

E. Deskripsi Kerja……….. 19

(6)

1. Dasar Hukum………... 25

2. Defenisi Pajak ……….. 26

3. Fungsi Pajak………. 27

4. Syarat Pemungutan Pajak………. 28

5. Pengelompokan Pajak ……….. 29

6. Asas Pemungutan Pajak………... 30

7. Sistem Pemungutan Pajak……… 31

8. Tarif Pajak……… 31

B. Gambaran Mengenai Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi……… 32

1. Subjek Pajak……… 32

2. Tidak Termasuk Subjek Pajak……….... 33

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Analisa Pelaksanaan Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Kota……… 35

1. Pendaftaran………. 35

2. Pendataan……… 36

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….. 47

B. Saran……… 48

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktikum Kerja Lapangan Mandiri

Peningkatan penerimaan negara dalam negeri memegang peranan penting dan vital dalam kebijaksanaan fiskal, baik negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Peningkatan penerimaan dalam negeri terutama dari sektor pajak sangatlah penting yaitu berguna untuk membiayai pengeluaran rutin dan untuk membiayai berbagai prasarana-prasarana yang umumnya di negara berkembang masih terbatas.

Di Indonesia pengenaan pajak berhubungan erat dengan mentalitas suatu bangsa. Wajib Pajak pada umumnya berupaya tidak membayar atau kalau membayar pajak diupayakan sekecil mungkin, itu sering terjadi dikarenakan oleh Wajib Pajak yang kurang sadar akan pentingnya pajak bagi kemajuan bangsa.

(10)

kegiatan pendataan subjek pajak Orang Pribadi (OP). Disamping itu kegiatan pendataan ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi pada subjek pajak OP.

Saat ini negara Indonesia memakai sistem pemungutan pajak yaitu Self Assessment yang menggantikan Official Assessment, dimana wajib pajak merupakan

pusat tumpuan, pelaksanaan sistem Self Assessment bertujuan agar wajib pajak dapat memperhitungkan, menghitung, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, sehingga wajib pajak berperan besar dalam menentukan sistem Self Assessment ini. Sedangkan tugas dari aparat itu sendiri adalah sebagai pembina,

pengawas, peneliti dan memberikan sanksi. Untuk memberikan kemudahan dan kedekatan jangkauan pelayanan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terhadap wajib pajak dan sebaliknya serta sesuai Keputusan Menteri Keuangan tentang penambahan KPP di seluruh Indonesia. Namun dalam hal kenyataan masih banyak wajib pajak yang belum menyadari dan tidak sepenuhnya melaksanakan kepercayaan pemerintah yang diberikan kepadanya dalam memenuhi kewajibannya di bidang pepajakan.

Seluruh proses administrasi dokumen-dokumen perpajakan pada umumnya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai dasar kerjanya, misalnya dalam menyusun arsip-arsip dokumen, melakukan penyortiran berkas-berkas perpajakan, dan pendataan wajib pajak orang pribadi untuk memenuhi kewajibannya.

(11)

1. Bagaimana pelaksanaan pendataan subjek pajak orang pribadi di KPP Pratama Medan Kota ?

2. Apa yang akan menjadi kendala pelaksanaan pendataan subjek pajak orang pribadi di KPP Pratama Medan Kota?

3. Upaya apa yang akan ditempuh pemerintah untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendataan subjek pajak orang pribadi di KPP Pratama Medan Kota?

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukaakan di atas , maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya tulis mengenai “MEKANISME PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN KOTA” B. Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan PKLM

Kegiatan PKLM oleh mahasiswa dari program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM yaitu :

a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pelaksanaan pendataan subjek pajak orang pribadi di KPP Pratama Medan Kota.

b. Untuk mengetahui kendala-kendala atau penghambat dalam pelaksanaan pendataan tersebut.

c. Untuk mengetahui upaya-upaya yang akan ditempuh oleh Direktur Jenderal Pajak dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan pendataan tersebut.

(12)

Bagi mahasiswa yaitu :

a. Memahami tata cara pelaksanaan pendataan subjek pajak

b. Menambah wawasan tentang tata cara pelaksanaan pendataan subjek pajak c. Sebagai sarana latihan berfikir mahasiswa dalam menyusun suatu karya

ilmiah berdasarkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan d. Meningkatkan keahlian berkomunikasi.

Bagi Universitas Yaitu :

a. Menambah hubungan kerja sama antara pihak universitas dengan instansi pemerintah khususnya di KPP Pratama Medan Kota

b. Membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan keadaan lapangan.

c. Meningkatkan citra umum tentang Universitas.

d. Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan untuk evaluasi kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan bagi penyempurnaan revisi kurikulum.

e. Mempromosikan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Universitas Sumatera Utara khususnya Prodip III Administrasi Perpajakan yang mengetahui tentang perpajakan.

Bagi KPP Pratama Medan Kota

(13)

b. Mendapat masukan berupa ide, saran, dan gagasan, dari perguruan tinggi menyangkut penanganan masalah Perpajakan.

c. Mempererat hubungan antara Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

C. Ruang Lingkup PKLM

Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini antara lain :

a. Mengamati langsung mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota.

b. Faktor penghambat mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota.

c. Cara penyelesaian masalah dalam mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota.

D. Metode PKLM

Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Persiapan

Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti ; pemilihan objek, pengajuan proposal dan surat pengantar PKLM.

2. Studi Literatur

(14)

3. Observasi Lapangan

Yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk mengetahui Mekanisme pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Kota.

4. Pengumpulan Data

Pada waktu pelaksanaan PKLM, penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun laporan akhir. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan data primer dan sekunder.

a. Data Primer merupakan data yang diperoleh dari orang yang berkompeten memberikan masukan data dan informasi.

b. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak pendukung seperti Laporan, atau dokumen-dokumen.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu menjelaskan dengan kata-kata secara sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian ini terungkap secara objektif.

E. Metode Pengumpulan Data

(15)

Dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab langsung terhadap pihak KPP Pratama Medan Kota yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.

2. Metode Pengamatan (Observation)

Dalam metode ini penulis langsung ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan pengamatan dan pencatatan yang berkaitan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Daftar Dokumentasi (Documentation)

Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota, dan data- data lain berhubungan dengan objek pembahasan.

F. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan PKLM yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

(16)

BAB III GAMBARAN DATA PKLM

Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teoritis, dan gambaran mengenai subjek pajak orang pribadi.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dan menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian- uraian pada bab-bab sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA

(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA

A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :

1.Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2.Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3.Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

(18)

diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak” yang mana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, ruang lingkupnya meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Timur

2) Kecamatan Medan Area 3) Kecamatan Medan Tembung 4) Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1) Kecamatan Medan Barat

(19)

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1) Kecamatan Medan Kota

2) Kecamatan Medan Denai 3) Kecamatan Medan Johor 4) Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1) Kecamatan Medan Polonia

2) Kecamatan Medan Maimun 3) Kecamatan Medan Baru 4) Kecamatan Medan Tuntungan 5) Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1) Kecamatan Medan Belawan

2) Kecamatan Medan Marelan 3) Kecamatan Medan Labuhan 4) Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai 1) Kota Binjai

(20)

B. Ruang Lingkup Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Kota

Adapun ruang lingkup Wilayah KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:

a) Kecamatan Medan Kota b) Kecamatan Medan Denai c) Kecamatan Medan Johor d) Kecamatan Medan Amplas

C. Struktur Organisasi kantor Pelayanan Pajak Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan dalam daerah wewenangnya berdasarkan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Secara umum tugas KPP Pratama Medan Kota meliputi :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan,

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,

4. Penyuluhan perpajakan,

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, 6. Pelaksanaan Ekstensifikasi,

(21)

8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, 10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan,

11.Pelaksanaan Intensifikasi, 12.Pembetulan ketetapan pajak,

13.Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan,

14.Pelaksanaan administrasi kantor.

Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada dibawah seorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan RI.

(22)

Namun berdasarkan SK. Menkeu RI No.162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997 tentang peningkatan KPP tipe B menjadi tipe A,sehingga dengan adanya surat keputusan itu KPP tipe B tidak ada lagi di kantor wilayah I Dirjen Pajak Sumbagut.

Berdasarkan SK. Menkeu RI No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala KPP Medan Kota, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi, 1 kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni terdiri dari:

1. Sub Bagian Tata Usaha (TU)

2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP) 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi 5. Seksi Pajak Penghasilan Badan

6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan

7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya 8. Seksi Penagihan

9. Seksi Penerimaan dan Keberatan

10.Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan

Namun setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2006 s.d 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama terbagi menjadi beberapa seksi yaitu :

(23)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11.Kelompok Jabatan Fungsional

D. Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 1. Sub Bagian Umum (Subbag. Umum)

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha, Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga. Sub Bagian Umum membawahi 3 (tiga) Koordinator Pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan Kepegawaian 2. Koordinator Pelaksana Keuangan

3. Koordinator Rumah Tangga

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (Seksi PDI)

(24)

Seksi Pengolahan Data dan Informasi membawahi 3 (tiga) koordinator pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana PDI I, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data keluaran dan masukan

2. Koordinator Pelaksana PDI II, bertugas untuk melaksanakan pegolahan data dan menyajikan informasi perpajakan.

3. Koordinator Pelaksana PDI III, bertugas untuk melaksanakan penggalian potensi perpajakan, ekstensifikasi wajib pajak dan membuat monografi perpajakan.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerja sama perpajakan. Seksi Pelayanan membawahi 3 (tiga) koordinator pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu 2. Koordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan 3. Koordinator Penyuluhan Perpajakan

4. Seksi Penagihan

(25)

Seksi Penagihan membawahi 2 (dua) Koordinator Pelaksana yaitu : 1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak.

2. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif. 5. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur :

“Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan antara lain menyususn Daftar Nominatif dan atau Lembar Pemeriksaan Wajib Pajak yang akan diperiksa, membuat usulan pembatalan Daftar Nominatif dan atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) Wajib Pajak yang akan diperiksa, dan menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan Pajak”. 6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

(26)

“Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan antara lain melaksanakan penerbitan dan penatausahaan Surat Himbauan NPWP dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), menyusun Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan, dan membimbing pelaksanaan dan penatausahaan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan”.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan / himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

(27)

Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. E. Deskripsi Kerja KPP Pratama Medan Kota

1 Sub. Bagian Umum

Sub. Bagian Umum mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut : a. Penerimaan dokumen di KPP

b. Pemrosesan dan penetausahaan dokumen masuk

c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

d. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada rekanan

e. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan laporan tahunan.

f. Penyusunan tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP)/Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen Depkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya dan lain-lain.

2 Seksi Pengolahan Data dan Infomasi

Adapun prosedur standar kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi adalah : a. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak,

perkembangan ekonomi dan keuangan

b. Penatausahaan penerimaan PBB Non Elektronik

(28)

d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak lain

e. Pembentukan dan pemanfaatan Bank Data dan lain-lain. 3 Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Penatausahaan surat, dokumen, dan laporan wajib pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

b. Penyelesaian pemindahan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) lama dan baru

c. Penyelesaian permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) d. Pendaftaran dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

e. Penyelesaian permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh

f. Penerbitan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan PPh g. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi dan lain-lain. 4 Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai prosedur standar kerja :

a. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan

b. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak (STP) beserta bukti pembayarannya

(29)

d. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita

e. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak tertentu dan lain-lain

5 Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut : a. Penyelesaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar

b. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penjualan Barang Mewah

c. Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan

d. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan penyelesaian Usulan Pemeriksaan dan lain-lain.

6 Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Adapun prosedur standar kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan di KPP adalah sebagai berikut :

a. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor maupun lapangan b. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP

c. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatan Monografi Fiskal d. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP dan mutasi

sebagian atau seluruhnya objek dan subjek pajak PBB

(30)

7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Penyelesaian permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan usaha, pengambilalihan usaha, atau pemekaran usaha

b. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)

c. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP

d. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi PBB di KPP

e. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

f. Pembuatan Surat Pemberitahuan perubahan besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (Dinamisasi) dan lain-lain.

8 Kelompok Jabatan Fungsional

(31)

pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan.

Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, Kepala KPP, Kepala KPPBB, atau Kepala Karikpa yang bersangkutan.

9 Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)

KP2KP mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan, penyuluhan, dan konsultasi perpajakan kepada masyarakat serta membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. KP2KP adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Dalam melaksanakan tugasnya KP2KP menyelenggarakan fungsi :

a. Pelaksanaan penyuluhan, sosialisasi, dan pelayanan konsultasi perpajakan kepada masyarakat,

b. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, c. Bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak,

d. Pemberian pelayanan kepada masyarakat di bidang perpajakan dalam rangka membantu Kantor Pelayana Pajak Pratama,

e. Pelaksanaan administrasi kantor KP2KP terdiri dari :

1. Petugas Tata Usaha

(32)

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM

A. Kerangka Teoritis 1. Dasar Hukum

a.Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ./2001 tanggal 21 Pebruari 2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

b.Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak

c.UU No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan perihal kewajiban mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP

d.Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-27/PJ/2003 tanggal 2 Februari 2003 tentang Tempat Pelayanan Terpadu di Kantor Pelayanan Pajak

e.Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-07/PJ.7/2005 tanggal 22 Juni 2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain

(33)

Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan g.Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272/PJ/2002 tanggal 17 Mei

2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan.

2. Defenisi Pajak

Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang perpajakan, namun pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama.

Rochmat Soemitro (1997 : 2) berpendapat bahwa :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan harta dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

(34)

Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa pajak adalah kewajiban yang harus dibayar ke kas negara berdasarkan undang-undang untuk membiayai pengeluaran rutin dan publik saving.

Menurut Prof. Dr. P.J. A. Adriani (Mardiasmo 2002)

Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umumnya berhubungan dengan tugas negara menyelenggarakan pemerintah.

Dari defenisi tersebut diatas dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu :

a. Pajak dapat dipaksakan pemungutannya (berdasarkan undang-undang)

b. Membayar pajak tidak mendapatkan kontra prestasi/timbal balik secara langsung

c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah d. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. 3. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai fungsi sebagai berikut : a.Fungsi Budgeter

(35)

membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin negara, dan apabila setelah itu masih terdapat surplus akan digunakan untuk membiayai investasi pemerintah.

b.Fungsi Reguler (mengatur)

yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu selain di bidang keuangan yang umumnya ditujukan terhadap sektor swasta.

4. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan Wajib Pajak. Sedang adil dalam pelaksanaanya yaitu memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk memberikan hak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

b.Pemungutan Pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)

Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat (2) hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

c. Tidak mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)

(36)

d. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansiil)

Sesuai fungsi budgeter, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

e.Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

5. Pengelompokan Pajak a. Menurut Golongannya

1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

b. Menurut Sifatnya

1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek pajaknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya Pajak Penghasilan (PPh)

(37)

c. Menurut Lembaga Pemungutannya

1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, misalnya PPh, PPnBM, PBB, dan Bea Materai

2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

a) Pajak Daerah Tingkat I (Provinsi), contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

b) Pajak Daerah tingkat II (Kabupaten / Kota), contoh: Pajak Hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan.

6. Asas Pemungutan Pajak

a) Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

b) Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penhasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

(38)

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak Luar negeri.

7. Sistem Pemungutan Pajak

a) Official assessment, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

b) Self assessment, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

c) With holding sistem, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

8. Tarif Pajak

Ada 4 (empat) macam tarif pajak, yaitu: a) Tarif Sebanding (Proporsional)

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah pajak yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

(39)

b) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya yang terutang tetap.

Contoh : besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nominal berapapun.

c) Tarif Progresif

Yaitu berupa persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

Contoh : pasal 17 UU PPh 1945 d) Tarif Degresif

Yaitu berupa persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

B. Gambaran Mengenai Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi 1. Subjek Pajak

Ada dua (dua) macam yang termasuk subjek pajak yaitu : a) Subjek pajak dalam negeri terdiri atas :

1) Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. 2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi

(40)

Usaha Milik Negara atau Daerah, Firma, Kongsi, Koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, Organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, Bentuk Usaha Tetap (BUT) dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. 3) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

b) Subjek pajak luar negeri

1) Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

2) Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang didirikan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

2. Tidak Termasuk Subjek Pajak

(41)

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara tersebut memberikan perlakuan timbal balik.

c. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberi pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

(42)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Analisa Pelaksanaan Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Kota

Dalam Pelaksanaan pendataan subjek pajak orang pribadi, ada satu hal yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pendataan dilakukan, hal tersebut adalah pendaftaran, dimana wajib pajak mengisi formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib pajak sebagai dasar pelaksanaan pendataan. Jadi dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendaftaran dan pendataan subjek pajak orang pribadi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.

Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu dari pelaksanaan pendaftaran dan pendataan subjek pajak orang pribadi

1. Pendaftaran

Cara pendaftaran Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu :

(43)

b.Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita yang dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dekehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

c.Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat, selain wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usahanya.

d.Wajib pajak Orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, bila sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun , wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

e.Wajib pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP.

2. Pendataan

Pendataan subjek pajak orang pribadi dilakukan oleh KPP atau pihak lain yang ditunjuk oleh DJP. Pendataan ini dilaksanakan dengan menggunakan formulir Permohonon Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak dan dilaksanakan sekurang-kurangnya untuk satu wilayah KPP dengan menggunakan pendataan sebagai berikut :

(44)

Pendataan terdiri dari :

1) Titel atau gelar wajib pajak orang pribadi 2) Nama wajib pajak secara lengkap tidak singkat 3) Nama wajib pajak secara lengkap tidak disingkat

4) Alamat tempat kedudukan / tempat tinggal, yaitu : RT/RW, kelurahan / kecamatan, kota / kabupaten, kode pos.

5) Usaha / pekerjaan bebas, yaitu: status usaha, jenis usaha / pekerjaan bebas, alamat tempat usaha, orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

6) Kewajiban pajak

b.Pendataan korespondensi wajib pajak Pendataan terdiri dari :

1) Alamat, diisi jika berbeda dengan alamat tempat kedudukan / tempat tinggal di identitas umum

2) Telepon / faksimili dan E-mail c.Pendataan wajib pajak orang pribadi

Pendataan ini terdiri dari 1) Tempat / tanggal lahir

2) Nomor KTP / paspor, diisi nomor KTP bagi penduduk Indonesia atau diisi nomor paspor bagi orang asing

(45)

d.Pendataan wajib pajak badan Pendataan ini terdiri dari :

1) Bentuk hukum, diisi sesuai dengan akte pendirian / perubahan 2) Status modal

3) Akte pendirian dan / perubahan terakhir 4) Identitas pimpinan / penanggung jawab

e.Pendataan permohonan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

f. Pendataan permohonan untuk penghapusan NPWP / pencabutan NPWP / pencabutan PKP

g.Pendataan pernyataan

Setelah pendataan subjek pajak dilakukan maka pendataan tersebut harus ada pelaporan usaha untuk pengukuhan PKP yaitu :

1. Pengusaha yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) wajib melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP

(46)

3. Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam satu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batas

Setiap pelaporan yang dilaporkan ke KPP harus lengkap dan jelas tetapi apabila tidak sesuai dengan pendataan maka pelanggaran kewajiban perpajakan yang dilakukan wajib pajak dikenakan sanksi administrasi perpajakan. Sedangkan yang menyangkut pelanggaran yang menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dikenakan sanksi pidana yang terdiri atas :

a. Setiap orang yang karena kealpaannya :

1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau

2. Menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenakan sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh wajib pajak, tetapi dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 200% dari pajak kurang bayar.

b. Setiap orang yang dengan sengaja :

1. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;

2. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP;

(47)

4. Menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap; 5. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan;

6. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;

7. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya kepada petugas pajak;

8. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia; atau

9. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun, denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(48)

Setiap wajib pajak atau PKP yang menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi keterangan atau isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan restitusi atau melakukan kompensasi pajak, dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan atau kompensasi dan paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan atau kompensasi.

Sanksi pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari wajib pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau ynag membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Daluwarsa tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 5 (lima) tahun setelah berakhirnya Masa Pajak atau bagian Tahun Pajak. Dan untuk penetapan daluwarsanya 5 (lima) tahun sejak penerbitan Penetapan Pajak.

Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak yang menyangkut masalah perpajakan.

Maka apabila terjadi pelanggaran atas larangan mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak tersebut dapat diancam sanksi pidana sebagai berikut :

(49)

b.Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

Selain itu keterlibatan sanksi bagi pihak ketiga dapat diancam dengan sanksi pidana sebagai berikut :

a. Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah)

b. Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah)

Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan atau membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

(50)

Perencanaan pajak juga bertujuan untuk mengefisienkan beban pajak. Strategi untuk mengifisienkan beban pajak yang dilakukan adalah tindakan yang bersifat legal, supaya dapat menghindarkan sanksi-sanksi di kemudian hari. Begitu pula dalam menghindari pengenaan pajak, bisa dilakukan dengan cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak. Untuk itu wajib pajak harus jeli untuk memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan.

Penundaan pembayaran pajak juga bisa dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh tempo. Khusus untuk menunda pembayaran PPN dapat dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak sampai dengan pada batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Selain itu mengefisienkan beban pajak bisa dilakukan dengan menghindari pemeriksaan wajib pajak. Wajib pajak diperiksa pada umumnya karena SPT lebih bayar, tidak memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT, terdapat informasi pelanggaran / dan memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan Dirjen pajak.

Dalam mengefisienkan beban pajak haruslah memperhatikan tiga hal yaitu : a. Tidak melanggar ketentuan perpajakan

b. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh

(51)

Perkembangan Jumlah Wajib Pajak

2004  2005  2006  2007  2008 

Bulan 

Badan  OP  Badan  OP  Badan  OP  Badan  OP  Badan  OP 

1  1,624  16,266  4,499  18,764  4,872  20,900  5,468  22,723  6,013  33,563 

2  1,651  16,373  4,524  18,851  4,918  20,962  5,520  22,866  6,073  33,743 

3  1,664  16,870  4,562  19,745  4,967  21,266  5,559  23,458  6,118  33,944 

4  1,678  17,031  4,590  19,882  5,006  21,365  5,651  23,892  6,292  34,179 

5  1,685  17,273  4,653  19,972  5,038  21,437  5,648  24,111  6,327  34,322 

6  1,703  17,601  4,673  20,051  5,077  21,495  5,717  24,304  6,366  34,459 

7  1,717  17,718  4,704  20,113  5,114  21,575  5,772  24,579  6,396  34,511 

8  1,728  17,804  4,754  20,210  5,144  21,630  5,837  25,189  6,422  34,587 

9  4,385  18,428  4,773  20,311  5,148  21,801  5,866  26,877  6,442  34,958 

10  4,413  18,515  4,799  20,394  5,211  21,843  5,891  31,326  6,456  35,419 

11  4,432  18,572  4,823  20,708  5,252  21,962  5,938  33,080  6,502  38,152 

12  4,461  18,658  4,841  20,799  5,300  22,058  5,961  33,297  6,536  41,317 

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak Badan maupun OP mulai dari tahun 2004 s.d 2008 semakin meningkat, itu dikarenakan oleh wajib pajak mulai sadar dan peduli akan pentingnya pajak bagi kemajuan perekonomian suatu bangsa. Peningkatan wajib pajak juga dikarenakan oleh adanya perhatian yang lebih pada wajib pajak oleh pemerintah yaitu dengan cara peningkatan penyuluhan yang baik kepada wajib pajak dan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pembayaran pajak yang terutang oleh wajib pajak.

B. Analisa Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pendataan di KPP Pratama Medan Kota

(52)

a. Kurangnya petugas pelaksanaan pendataan

Dalam hal ini disebabkan karena untuk merekrut tenaga pegawai KPP Pratama Medan Kota tidaklah memungkinkan, karena masing-masing pegawai dibutuhkan pada seksinya masing-masing. Sedangkan pegawai pada seksi pendataan dan penilaian yang berwenang untuk melakukan pendataan tidak mencukupi. Kemudian alternatif untuk merekrut tenaga dari luar tidak selalu mencukupi karena keterbatasan dana yang disediakan oleh pemerintah

b. Kurangnya kultur strategi dalam peningkatan kinerja

Hal ini disebabkan karena kultur organisasi yang merupakan seperangkat tingkah laku, emosi, dan psikologis yang terinternalisasi secara mendalam dan dipakai secara bersama-sama oleh anggota yang memiliki asas pokok seperti politik, hirarki, birokrasi, dan monopoli memberi reaksi pada kultur organisasi. c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya membayar

pajak

(53)

C. Analisa Upaya yang Ditempuh Pemerintah Untuk Mengatasi Kendala atau Penghambat Dalam Pelaksanaan Pendataan di KPP Pratama Medan Kota Kendala dan hambatan yang dialami di KPP Pratama Medan Kota dalam hal pelaksanaan pendataan wajib pajak dapat dikurangi dengan beberapa cara dan upaya dimana dengan berkurangnya kendala dan hambatan tersebut kinerja di KPP Pratama Medan Kota semakin meningkat.

Adapun upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi kendala dalam pendaftaran wajib pajak di KPP Pratama Medan Kota adalah :

1) Mengalokasikan dana untuk melakukan perekrutan tenaga dari luar berupa tenaga kontrak apabila tenaga dari petugas pajak sendiri tidak mencukupi untuk melakukan pendataan terhadap wajib pajak.

2) Untuk mengubah performance KPP, maka yang harus dilakukan adalah kultur organisasinya. Adapun faktor kunci yang membentuk kultur yaitu strategi inti, konsekuensi serta kontrol. Selanjutnya mengubah sistem administrasi, strukur, dan proses terakhir adalah mengubah praktek manajemen, predisposisi pekerja. Sehingga mampu menganalisa tingkat kesalahan, ibarat reorganisasi KPP telah gagal untuk meningkatkan kinerja, maka perlu dilakukan paradigma kultur baru.

(54)
(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Dari uraian bab-bab sebelumnya penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam pelaksanaan pendataan Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal ini KPP

Pratama Medan Kota, memberikan kepercayaan dan kesempatan pada wajib pajak untuk melaporkan sendiri (self assessment di bidang pelaporan) dengan tujuan untuk memberikan rasa keadilan terutama dalam hal beban pajak

2. Pelaksanaan pendataan di KPP Pratama Medan Kota dilakukan untuk memperoleh data subjek pajak yang akan dijadikan sebagai dasar pengenaan pajak.

3. Sistem pemungutan pajak Indonesia merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta wajib pajak secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

(56)

B. SARAN

1. Sistem self assessment ternyata tidak sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat ini dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat itu sendiri, maka dari itu perlu diadakannya penyuluhan dan pembinaan yang dapat membantu memberi perhatian kepada masyarakat.

2. Prosedur pelaksanaan kerja administrasi perpajakan sudah baik, tetapi diperlukan adanya prosedur tambahan untuk memperbaiki sumber yang ada dan disarankan kepada semua di KPP Pratama Medan Kota untuk meningkatkan pelayanannya kepada wajib pajak khususnya yang belum menyadari sepenuhnya hak dan kewajiban dalam membayar pajak.

3. Penerimaan negara yang terbesar adalah dari pajak, namun SDM yang tersedia masih kurang untuk memungut hasil pajak dan untuk melakukan penyuluhan maka diharapkan kepada KPP agar menambah kualitas SDM yang diharapkan.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, H. Hamdan. Hamdan, 1991, Perpajakan, Bumi Aksara, Jakarta Bohari, 1985, Pengantar Perpajakan, Ghalia Indonesia, Jakarta

Lesmana, Eko, 1992, Sistem Perpajakan di Indonesia, Bina Kampus, Jakarta Mardiasmo, 1992, Perpajakan, Edisi 2, Andi Offset, Yogyakarta

S. Munir, 1990, Perpajakan, Liberty, Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Guidelines for good form design: • Make forms easy to fill out.. • Ensure that forms meet the purpose for which they

2) Services are defined to support defining and executing chains of services. 3) Some service interfaces support server storage of operation results until requested by the

TES has nine activities as follows: (1) Strengthening the manufacture of evacuation planning in the area including the tsunami hazard map or tsunami risk map which more detailed

Perlakuan pada tahap kedua adalah waktu pemaparan iradiasi ultraviolet (254 nm) terhadap satu mirasidium yang kemudian diinfeksikan ke siput pada umur rentan

This syllabus sets out the themes, topics, grammar and vocabulary pupils will learn in Primary Year 2.. It explains how Year 2 content is organised, the place of thinking skills

Indosat Tbk is a leading telecommunication and information service provider in Indonesia that provides cellular services (Mentari, Matrix and IM3), fixed telecommunication services

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang meliputi riwayat merokok, mengunyah tembakau, menyirih, dan konsumsi alkohol pada pasien kanker rongga mulut di

(1) Mendeskripsikan bentuk penggunaan ungkapan persuasif pada lirik lagu Ebiet G.Ade, (2) mendeskripsikan isi pesan yang terkandung dalam lirik lagu Ebiet G.Ade,