• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

MUTIA FRI FAHRUNNISA’ 110100071

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR RISIKO KANKER RONGGA MULUT

DI DIVISI BEDAH ONKOLOGI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran”

Oleh:

MUTIA FRI FAHRUNNISA’ 110100071

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut

di Divisi Bedah Onkologi RSUP Haji Adam Malik Medan

NAMA : Mutia Fri Fahrunnisa’

NIM : 110100071

Pembimbing Penguji 1

dr. Kamal Basri Siregar, M.Ked(Surg),Sp.B(K)Onk dr. Sri Wahyuni Purnama, Sp.KK(K) NIP. 19601213 198901 1 001 NIP. 19691223 199903 2 001

              Penguji II

dr. Sunna Vyatra Hutagalung, MS.

NIP. 19810403 200604 2 002

Medan, Januari 2015 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ii

 

ABSTRAK

Insiden kanker rongga mulut di RSUP H. Adam Malik Medan memiliki peningkatan 1,1% tiap tahunnya. Kejadian kanker ini disebabkan oleh multifaktorial. Di antara faktor utama nya yaitu menyirih yang merupakan kebiasaan masyarakat Batak yang masih ada hingga kini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang meliputi riwayat merokok, mengunyah tembakau, menyirih, dan konsumsi alkohol pada pasien kanker rongga mulut di RSUP H. Adam Malik Medan.

Penelitian ini merupakan deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Sampel yang didapat sebanyak 40 pasien kanker rongga mulut yang bersedia menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan rekam medis.

Prevalensi masing-masing faktor risiko antara lain riwayat merokok sebanyak 19 orang (47,5%), mengunyah tembakau sebanyak 21 orang (52,5%), menyirih sebanyak 21 orang (52,5%), dan konsumsi alkohol sebanyak 7 orang (17,5%).

Faktor risiko paling banyak dimiliki oleh pasien adalah menyirih dan mengunyah tembakau. Dari gambaran tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan spesifik faktor risiko terbanyak dengan kejadian kanker rongga mulut.

(5)

ABSTRACT

There is increasing trend in oral cancer incidence each year. This cancer is caused by many factors. One main factor is the habit of chewing betel in Batak society which is still exists today.

The purpose of this study was to determine the risk factors, such as smoking, chewing tobacco, chewing betel, and alcohol consumption in patients with oral cancer in RSUP H. Adam Malik Medan.

This study was descriptive with cross-sectional approach. The samples were taken by total sampling method. They were 40 oral cancer patients who were willing to become respondents. Data collection was done through interviews and medical records.

The patients who had smoking as their risk factor were 19 person (47,5%). The patients who had chewing tobacco were 21 person (52,5%). The patients who had chewing betel were 21 person (52,5%). The patients who had alcohol consumption were 7 person (17,5%).

The most risk factors obtained are chewing betel and chewing tobacco. Therefore, it is necessary to do research on the specific relationship of risk factors in patients with oral cancer.

(6)

iv

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut

di Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik “.

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam meneliti

sekaligus memenuhi persyaratan untuk mencapai derajat strata 1 kedokteran umum di

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih setinggi-tingginya untuk ayahanda tercinta

AKBP(Purn) drs. H. Djafril Syakur, ibunda tercinta Hj. Wilyetmi, kakak saya Citra

Friyesni,S.T., Rani Mustiqa Sari,S.STP, dan abang saya Fajar Surahmad,S.Farm,Apt

yang selalu memberikan nasihat dan dukungan penuh sehingga penulis bersemangat

dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk belajar, meningkatkan ilmu pengetahuan

dan keahlian.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

keahlian.

3. Kepala Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah

memberikan izin penelitian kepada penulis sehingga dapat melengkapi data

yang dibutuhkan untuk hasil penelitian ini.

4. dr. Kamal Basri Siregar, M.Ked(Surg),Sp.B(K)Onk selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, ikhlas meluangkan

waktu, dan dengan sabar membantu pelaksanaan penelitian ini.

5. Sahabat penulis sekaligus teman satu kos yaitu Anika Restu Pradini yang juga

telah memberikan saran dan semangat kepada penulis dalam merancang

(7)

6. Teman satu bimbingan yaitu Nova Desrita yang selalu memberikan saran

serta mengalirkan semangat berjuang dan pantang menyerah kepada penulis

dalam menyempurnakan karya tulis ini.

7. Teman-teman seperjuangan dalam pembuatan karya tulis ilmiah yaitu M.

Ikhsan Chaniago,Toghur Arifani Lubis, Winda Wijayanti dan segenap

angkatan 2011.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki

banyak kekurangan, mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tulisan ini.

Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Amin.

Medan, 10 Desember 2014

Penulis

(8)

vi

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Definisi Kanker Rongga Mulut ... 5

2.2. Epidemiologi ... 6

2.2.1. Frekuensi ... 6

2.2.2. Mortalitas dan Morbiditas ... 6

2.2.3. Ras ... 7

2.2.4. Jenis Kelamin ... 7

2.2.5.Umur ... 7

2.3. Etiologi Kanker Rongga Mulut ... 7

2.4. Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut ... 8

2.4.1. Merokok ... 8

2.4.2. Mengunyah Tembakau ... 8

2.4.3. Menyirih ... 9

(9)

2.4.5. Phenol ... 10

2.4.6. Radiasi ... 10

2.4.7. Defisiensi Zat Besi ... 10

2.4.8. Defisiensi Vitamin A ... 11

2.4.9 Infeksi Sifilis ... 11

2.4.10. Infeksi Candida ... 11

2.4.11.Virus Onkogen ... 12

2.4.12. Imunosupresi ... 12

2.4.13. Onkogen dan Tumor Suppresor Genes ... 13

2.5. Klasifikasi Kanker Rongga Mulut ... 13

2.6. Gejala Klinis Kanker Rongga Mulut ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI PERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2. Variabel ... 16

3.3. Definisi Operasional... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel ... 18

4.3.1. Populasi Target ... 18

4.3.2. Populasi Terjangkau ... 18

4.3.3. Sampel ... 18

4.3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1. Hasil Penelitian ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 20

5.1.3. Deskripsi Faktor Risiko Responden ... 22

(10)

viii

 

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN

   

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal. 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis

Kelamin……… 20

(12)

x

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………... 16 .

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACS : American Cancer Society

AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome

DepKes: Departemen Kesehatan DNA : Deoxyribonucleic Acid

HIV : Human Immunodeficiency Virus

HPV : Human Papilloma Virus

HSV : Human Simpleks Virus

IARC : International Agency for Research on Cancer

ICAM : Intercellular Adhesion Molecule miRNA: micro-Ribonucleic acid

NNK : Nicotine-derived Nitrosamine Ketone

NNN : N-NitrosonorNicotine

OSCC : Oral Squamous Cell Carcinoma

p53 : protein-53

PAH : Polycyclic Aromatic Hidrocarbon pRb : Retinoblastoma protein

LRAT : Lecithin Retinol Acyltransferase RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat TSNA : Tobacco-Specific Nitrosamines

UK : United Kingdom

(14)

xii

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Lembar Persetujuan

Lampiran 5 Lembar Pertanyaan Wawancara Lampiran 6 Hasil Output Penelitian

 

 

 

 

 

 

 

(15)

ABSTRAK

Insiden kanker rongga mulut di RSUP H. Adam Malik Medan memiliki peningkatan 1,1% tiap tahunnya. Kejadian kanker ini disebabkan oleh multifaktorial. Di antara faktor utama nya yaitu menyirih yang merupakan kebiasaan masyarakat Batak yang masih ada hingga kini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang meliputi riwayat merokok, mengunyah tembakau, menyirih, dan konsumsi alkohol pada pasien kanker rongga mulut di RSUP H. Adam Malik Medan.

Penelitian ini merupakan deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Sampel yang didapat sebanyak 40 pasien kanker rongga mulut yang bersedia menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan rekam medis.

Prevalensi masing-masing faktor risiko antara lain riwayat merokok sebanyak 19 orang (47,5%), mengunyah tembakau sebanyak 21 orang (52,5%), menyirih sebanyak 21 orang (52,5%), dan konsumsi alkohol sebanyak 7 orang (17,5%).

Faktor risiko paling banyak dimiliki oleh pasien adalah menyirih dan mengunyah tembakau. Dari gambaran tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan spesifik faktor risiko terbanyak dengan kejadian kanker rongga mulut.

(16)

iii

 

ABSTRACT

There is increasing trend in oral cancer incidence each year. This cancer is caused by many factors. One main factor is the habit of chewing betel in Batak society which is still exists today.

The purpose of this study was to determine the risk factors, such as smoking, chewing tobacco, chewing betel, and alcohol consumption in patients with oral cancer in RSUP H. Adam Malik Medan.

This study was descriptive with cross-sectional approach. The samples were taken by total sampling method. They were 40 oral cancer patients who were willing to become respondents. Data collection was done through interviews and medical records.

The patients who had smoking as their risk factor were 19 person (47,5%). The patients who had chewing tobacco were 21 person (52,5%). The patients who had chewing betel were 21 person (52,5%). The patients who had alcohol consumption were 7 person (17,5%).

The most risk factors obtained are chewing betel and chewing tobacco. Therefore, it is necessary to do research on the specific relationship of risk factors in patients with oral cancer.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkontrol dengan pertumbuhan jaringan secara terus menerus walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al., 2012). Kanker termasuk salah satu masalah kesehatan yang menjadi pusat perhatian baik di negara maju maupun negara berkembang. Menurut laporan World Cancer Statistik tahun 2012, terhitung sebanyak 14,1 juta kasus kanker di seluruh dunia, di antaranya 7,4 juta kasus pada laki-laki dan 6,7 juta pada perempuan. Kanker mulut termasuk dalam perhitungan tersebut.

Berdasarkan data Globocan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, terhitung kasus baru kanker rongga mulut sebanyak 300 juta jiwa di seluruh dunia atau 2,1% dari jumlah total kanker lainnya. Insiden pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan yaitu sekitar 2.7 %. Sementara itu, insiden kanker rongga mulut di negara maju lebih tinggi dibanding negara berkembang, yaitu 4,7 per 100.000 jiwa sedangkan di negara berkembang 3,7 per 100.000 jiwa. Ini disebabkan karena kombinasi kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok oleh masyarakat negara maju yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker rongga mulut (Neville et al., 2002). 

(18)

   

kanker di Negara Inggris. Sedangkan di Benua Asia, menurut data IndianCancer Society , India menduduki urutan pertama mengenai prevalensi kejadian kanker rongga mulut di dunia tahun 2013, yaitu 20 per 100.000 jiwa. Lebih dari 50 % penderitanya adalah laki-laki.

Insidensi kanker rongga mulut di Indonesia belum diketahui secara pasti, yaitu dengan frekuensi relatif sebesar 1,5-5% dari keseluruhan kanker (Maulani et al., 2011). Di Pulau Jawa, salah satunya di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin, kasus kanker rongga mulut sebanyak 4,61% dari keseluruhan kanker. Menurut Jelita (2010), dalam penelitiannya menyebutkan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung terdapat 110 kasus karsinoma rongga mulut pada periode Januari 2006 – Desember 2010. Sementara itu, di Pulau Sumatera, di Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan, khususnya di RSUP H. Adam Malik, terdapat lebih kurang 104 kasus kanker rongga mulut pada periode Januari 2008 – Desember 2013 yang memiliki peningkatan 1,1% tiap tahunnya.

Kematian akibat kanker sebanyak 43% disebabkan penggunaan tembakau, konsumsi alkohol, diet tak sehat, aktivitas fisik yang minim, dan infeksi (WHO, 2008). Termasuk kanker rongga mulut, sebanyak 90% penderitanya memiliki kebiasaan menggunakan tembakau dan konsumsi alkohol secara berlebihan. Oleh karena itu, kebiasaan ini tidak menutup kemungkinan dapat meningkatkan angka kematian penderita kanker rongga mulut.

Terdapat perbedaan kebiasaan/budaya di negara barat dengan negara di Asia Selatan (India, Bangladesh, Sri Lanka) dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) yang menjadi faktor risiko terjadinya kanker rongga mulut. Menurut Cancer Research UK tahun 2012, konsumsi alkohol secara berlebihan dan menghisap tembakau atau merokok adalah dua faktor risiko terbesar kanker rongga mulut di Inggris. Sementara itu, mengunyah tembakau dan menyirih menjadi faktor risiko terbanyak yang menyebabkan kanker mulut di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Selain itu, faktor risiko lainnya adalah kebersihan gigi dan mulut yang buruk dan infeksi Human Papilloma Virus (HPV) (Andrew et al., 2009).

(19)

masyarakat terbanyak. Khususnya di Indonesia, prevalensi merokok dan mengunyah tembakau dari tahun 2007-2013 mengalami peningkatan hingga menjadi 36,3 % (Depkes, 2013). Di Provinsi Sumatera Utara, menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi perokok setiap hari yaitu 24% dari jumlah penduduk dan rerata mengonsumsi rokok 15 batang per hari nya. Jumlah ini di atas rata-rata jumlah perokok dan batang rokok yang dikonsumsi rakyat Indonesia. Sementara itu, prevalensi penduduk yang mengunyah tembakau setiap hari di Sumatera Utara juga di atas rata-rata yaitu sebanyak 3,1% pada tahun 2013. Hal yang sama terjadi pada kebiasaan minuman beralkohol, provinsi ini memiliki prevalensi di atas rata-rata pada tahun 2007 yaitu sebanyak 6,1% (Depkes, 2007). Sedangkan untuk prevalensi menyirih, provinsi ini masih belum memiliki data yang pasti.

Beberapa penelitian sebelumnya, di antaranya Hasibuan (2003) meneliti bahwa sebagian besar penduduk di Tanah Karo, Sumatera Utara, masih melakukan kebiasaan menyirih, tetapi hanya terbatas pada wanita. Sedangkan Lim (2007) meneliti prevalensi kebiasaan menyirih pada masyarakat Batak Karo Kecamatan Pancur Batu yaitu 32%. Penelitian sebelumnya hanya menghitung kebiasaan menyirih pada penduduk setempat tanpa mempertimbangkan penyakit yang menjadi efek, khususnya kanker rongga mulut. Sementara itu, belum ada penelitian tentang faktor risiko baik menyirih, merokok, mengunyah tembakau, dan minuman beralkohol yang khusus pada penderita yang sudah terdiagnosa kanker rongga mulut di Provinsi Sumatera Utara khususnya pasien di RSUP. H. Adam Malik.

Oleh karena itu, penulis ingin meneliti tentang Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

(20)

   

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor risiko penderita kanker rongga mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP Haji Adam Malik Medan

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi faktor risiko berupa kebiasaan merokok pada penderita kanker rongga mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Mengetahui prevalensi mengunyah tembakau sebagai faktor risiko pada penderita kanker rongga mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Mengetahui prevalensi menyirih sebagai faktor risiko pada penderita kanker rongga mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Mengetahui prevalensi kebiasaan meminum alkohol sebagai faktor risiko pada penderita kanker rongga mulut di Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat, informasi hasil penelitian dapat menjadi tambahan

informasi dalam memahami faktor risiko terjadinya kanker rongga mulut. 2. Bagi petugas kesehatan, melalui pengetahuan faktor risiko kanker rongga

mulut dapat disusun rancangan upaya penyuluhan dan pengendalian kanker rongga mulut di daerah tempat bertugas.

3. Bagi penulis, menambah wawasan dalam meneliti dan mengenali faktor risiko kanker rongga mulut

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kanker Rongga Mulut

Kanker atau Neoplasma secara harfiah berarti “pertumbuhan baru”. Suatu neoplasma, sesuai definisi Willis, adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal secara terus menerus walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Hal dasar tentang neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal(Kumar et al., 2012).

Dalam penggunaan istilah kedokteran yang umum, neoplasma disebut sebagai tumor, dan ilmu tentang tumor disebut onkologi ( dari oncos yaitutumor” dan logos adalahilmu”). Dalam onkologi, pembagian neoplasma menjadi kategori jinak dan ganas yang didasarkan pada penilaian tentang kemungkinan perilaku klinis neoplasma (Kumar et al., 2012).

Suatu tumor dikatakan jinak (benign) apabila gambaran mikroskopik dan makroskopiknya mengisyaratkan bahwa tumor tersebut tetap akan terlokalisasi, tidak dapat menyebar ke tempat lain, dan pada umumnya dapat dikeluarkan dengan tindakan bedah lokal; pasien umumnya selamat. Namun, tumor jinak dapat menimbulkan kelainan yang lebih dari sekedar benjolan lokal dan kadang-kadang tumor jinak menimbulkan penyakit serius (Kumar et al., 2012).

(22)

   

2.2. Epidemiologi 2.2.1. Frekuensi

Rongga mulut merupakan 1 dari 10 lokasi tersering terkenanya kanker di dunia. Tiga per empat kasus mengenai masyarakat di negara berkembang. Kanker rongga mulut menduduki kanker urutan pertama di Negara Sri Lanka, India, Pakistan, dan Bangladesh. Sementara itu, di India kanker rongga mulut memiliki insiden lebih dari 50% dari semua kanker (Scully et al., 2013).

Sedangkan di negara maju, kanker rongga mulut kurang populer, tetapi tetap menduduki urutan ke-8, contohnya di Francis bagian utara, kanker ini merupakan kanker paling sering terjadi pada laki-laki. Diketahui pada tahun 1980 lebih dari 32.000 kasus kanker rongga mulut terdiagnosis di wilayah Eropa (Scully et al., 2013).

Prevalensi kanker dalam rongga mulut (intraoral) semakin meningkat di banyak negara, khususnya kalangan kaum muda, sedangkan prevalensi kanker bibir menurun. Ini terjadi didaerah Eropa bagian tengah dan bagian timur (Scully

et al., 2013).

Hampir semua kanker rongga mulut adalah karsinoma sel squamosa. Hampir semuanya mudah diakses untuk biopsi dan didiagnosis secara dini tetapi sekitar separuhnya menyebabkan kematian dalam lima tahun dan mungkin telah bermetastasis saat lesi primer ditemukan (Kumar et al., 2012).

Tiga tempat asal karsinoma rongga mulut yang predominan adalah (sesuai dengan urutan frekuensi) (1) batas vermilion tepi lateral bibir bawah, (2) dasar mulut, dan (3) batas lateral lidah yang bergerak (Kumar et al., 2012).

2.2.2 Mortalitas dan Morbiditas

Tingkat kematian untuk oral squamous cell carcinoma (OSCC) telah meningkat, terutama di negara-negara Eropa Timur (Scully et al., 2013).

(23)

 Analisis sistematis data kematian kanker untuk 28 negara Eropa menunjukkan tren yang meningkat dalam kematian akibat kanker mulut pada orang berusia 35-64 pada tahun 1955-1989.

 Hasil observasi tingkat kematian berdasarkan usia mengungkapkan peningkatan yang cukup besar pada usia muda di sebagian besar negara-negara Eropa. Ini mengindikasikan adanya efek besar ke depannya yang akan menyebabkan peningkatan jumlah kasus kanker mulut pada laki-laki selama beberapa dekade mendatang.

2.2.3. Ras

Prevalensi kanker lidah secara tetap ditemukan lebih tinggi (sekitar 50%) pada orang kulit hitam dibandingkan dengan kulit putih di dalam wilayah yang sama di negara Amerika Serikat. Prevalensi kanker mulut juga umumnya lebih tinggi di etnis minoritas di negara-negara maju lainnya (Tomar et al., 2004). 2.2.4. Jenis Kelamin

Kanker rongga mulut pada laki-laki lebih sering daripada perempuan, meskipun rasio tersebut nyaris sama. Di dunia, Insiden pada laki-laki sebanyak 2.7% dibanding perempuan (IARC, 2012). 

2.2.5. Umur

Kanker rongga mulut sering ditemukan pada umur dewasa muda dan orang tua (Scully et al., 2013). Kanker ini jarang sebelum usia 40 tahun (Kumar et al., 2012).

2.3. Etiologi Kanker Rongga Mulut

(24)

   

2.4. Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut

Menurut Neville et al. (2002) terdapat berbagai macam faktor risiko untuk terjadinya kanker rongga mulut, yaitu:

2.4.1 Merokok

Kebiasaan menghisap rokok memiliki hubungan secara tidak langsung dengan perkembangan sel kanker di rongga mulut. Risiko paling tinggi ditemukan didaerah India dan Amerika Selatan yang memiliki kebiasaan yang disebut

reverse smoking, yaitu memasukkan sisa puntung rokok ke dalam rongga mulut, kebiasan ini menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya kanker rongga mulut khususnya terjadi di palatum durum sebanyak 50%.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Taiwan pada tahun 2007-2012 dengan sampel sebanyak 599 pasien, laki-laki sebanyak 577 menderita kanker rongga mulut dan perempuan 22 orang dengan kebiasaan merokok yang lama, menyirih, dan mengonsumsi alkohol. Risiko untuk terjadinya kanker rongga mulut pada pasien dengan kebiasaan merokok sebanyak 85.3% sedangkan pada grup kontrol risikonya mencapai 39.2% (Chou et al., 2014).

Menurut Petti et al. (2013) tingginya risiko terjadinya kanker rongga mulut dengan faktor risiko kebiasaan merokok mencapai 3.6%, mengonsumsi alkohol sebanyak 2.2%, menyirih sebanyak 7.9%, dan kombinasi ketiganya sebanyak 40.1%, ini terjadi di Asia Tenggara.

Menurut Lin et al. (2013) dalam penelitiannya membuktikan bahwa adanya hubungan dengan kode genetik ICAM-1 rs5498 pada masyarakat Taiwan dengan kebiasaan merokok terhadap kejadian kanker rongga mulut.

2.4.2. Mengunyah Tembakau

(25)

Menurut Madani et al. (2012) adanya hubungan yang kuat kebiasaan mengunyah tembakau dengan meningkatnya risiko terjadinya kanker rongga sebanyak 8.3%.

Menurut Bhisey (2012), pada masyarakat di India yang memiliki kebiasaan mengunyah tembakau yang cukup banyak terbukti meningkatkan insiden kanker rongga mulut. Selain penggunaan tembakau mereka juga menggunakan bahan-bahan lain seperti khaini, betel quid, kharra, mainpuri, dan

gutkha.

2.4.3. Menyirih

Betel quid adalah suatu kebiasaan mengunyah tanaman alami seperti buah pinang, daun tembakau, dan slaked lime, hal ini dilakukan untuk mencapai efek psikostimulan. Slaked lime memiliki daya absorbs molecular tinggi dibanding tanaman lainnya. Diantara pengguna di Asia risiko terbentuknya kanker rongga mulut sebesar 8%. Kebiasaan ini juga berhubungan dengan perkembangan lesi prakanker, seperti leukoplakia.

Menurut Shah et al. (2012), salah satu bentuk betel quid yaitu areca nut

tanpa mengandung tembakau meningkatkan risiko untuk terjadinya kanker rongga mulut di Taiwan.

Menurut Lee et al. (2012), hubungan kebiasaan menyirih dengan risiko timbulnya lesi preneoplastik selama 1 tahun di 6 negara di Asia yaitu Taiwan, China, Nepal, Srilanka, Malaysia, dan Indonesia cukup tinggi yaitu dengan odds ratio 8-51,3 .

2.4.4. Alkohol

(26)

   

Penelitiaan ini membuktikan bahwa sepertiga dari pasien laki-laki yang menderita kanker rongga mulut adalah pengguna alkohol berat. Selain itu, kurang dari 20% diantara mereka menderita sirosis hati.

Menurut Anantharaman et al. (2014), dalam studinya membuktikan kebiasaan mengonsumsi alkohol meningkatnya risio terjadinya kanker mulut sebanyak 1.67 kali dibanding yang tidak mengonsumsi alkohol.

Percobaan pada tikus dengan pemberian ethanol sebanyak 8% selama 16 minggu masih bisa ditolerirnya, tetapi dapat meningkatkan risiko terjadinya oral squamous cell carcinoma jika ditingkatnya dosis mencapai 20-43% (Guo et al., 2011).

2.4.5. Phenol

Penelitian terbaru mengatakan risiko terjadinya kanker rongga mulut meningkat pada pekerja lama di industri kayu, ini disebabkan karena terpaparnya suatu bahan kimia karsinogenik yaitu phenoxyacetic acid. Terlepas dari kanker mulut, phenol sudah diketahui meningkatkan risiko nasal carcinoma dan

nasopharingeal carcinoma.

2.4.6. Radiasi

Radiasi ini meningkatkan risiko terjadinya kanker pada bibir, ini ditemukan pada laki-laki berkulit putih di Amerika Serikat dengan insiden 4 per 100.000 penduduk sebelum abad ke-20. Seiring bertambahnya waktu, risiko terhadap kanker ini berkurang karena berkurangnya paparan sinar matahari akibat sedikitnya pekerjaan/aktivitas diluar rumah.

2.4.7. Defisiensi Zat Besi

(27)

2.4.8. Defisiensi Vitamin A

Defisiensi vitamin A menyebabkan proses keratinisasi yang berlebihan pada kulit dan membran mukosa. Vitamin A juga memiliki fungsi protektif dan preventif terjadinya prakanker mulut dan kanker mulut. Jumlah kandungan retinol dalam darah dan jumlah kandungan beta-karoten pada makanan dipercayai dapat mengurangi risiko leukoplakia dan squamous cell carcinoma pada mulut.

Lecithin Retinol Acyltranferase (LRAT) dalam meregulasi metabolisme retinol (vitamin A) dengan cara mengesterifikasi retinol, pada orang-orang dengan defisiensi enzim ini yang ditemukan pada orang dengan penyakit kanker di kepala dan leher dan meningkatkan risiko untuk terjadinya kanker rongga mulut (Liu et al., 2010).

2.4.9. Infeksi Sifilis

Infeksi sifilis di tingkat tersier sudah dibuktikan memiliki hubungan yang kuat dengan berkembangnya kanker lidah di bagian dorsal. Penelitian ini menyebutkan risiko relatifnya mencapai empat kali. Selain itu, seseorang yang menderita karsinoma lidah memiliki risiko lima kali untuk hasil yang positif pada pemeriksaan serologi terhadap antigen sifilis dibanding pada pasien yang tidak memiliki kanker lidah. Terlepas dari itu, infeksi sifilis yang disertai memiliki keganasan pada rongga mulut jarang karena infeksi tersebut telah terdiagnosa sekaligus terobati sebelum onset ditingkat tersier.

2.4.10. Infeksi Candida

Hiperplastik kandidiasis sering menjadi kondisi prakanker di rongga mulut. Oleh karena lesi ini seperti plak berwarna putih yang tidak bisa diangkat, ini juga dikenal sebagai candidal leukoplakia. Namun, sulitnya dalam membedakan klinis dan histopatologi hiperplastik kandidiasis dengan leukoplakia yang disebabkan oleh kandidiasis. Sebuah penelitian eksperimen menunjukkan bahwa beberapa jenis Candida albicans menyebabkan lesi hiperkeratosis pada lidah pada bagian dorsal tikus tanpa disertai faktor-faktor lainnya.

(28)

   

normal dalam rongga mulut dan bisa menjadi agen penyebab suatu penyakit apabila terganggunya ekosistem dalam rongga mulut (Bakri et al., 2010).

Sebuah studi menunjukkan adanya hubungan riwayat terjadinya kanker leher dan kepala dengan kejadian kanker rongga mulut dan adanya hubungan dengan kebersihan mulut seseorang khususnya penyakit kandidiasis di rongga mulut (Radoi et al., 2013).

2.4.11. Virus Onkogen

Virus onkogen memiliki peranan penting dalam berbagai macam kanker walaupun tidak ada virus yang pasti menyebabkan kanker rongga mulut. Virus ini bersifat imortal di dalam sel pejamu, dengan cara demikian mereka mengalami transformasi menjadi ganas. Beberapa contoh virus yaitu retrovirus, adenovirus,

Herpes Simpleks Virus (HSV), dan Human Papilloma Virus (HPV) memiliki hubungan terbentuknya sel kanker pada mulut. Walaupun demikian, HPV adalah satu-satunya yang masih memiliki hubungan tidak hanya pada kanker rongga mulut tetapi juga pada kanker di tempat lain seperti tonsil faringeal, laring, esofagus, serviks uterin, vulva, dan penis. HPV dengan subtipe 16, 18, 31, dan 33 yang memiliki hubungan erat dengan displasia dan squamous cell carcinoma.

Kanker sel squamous rongga mulut menduduki peringkat ke-6 terganas di dunia. Di Bangladesh dilakukan sebuah studi dan membuktikan terdapatnya hubungan kanker rongga mulut dengan kejadian infeksi human papiloma virus

sebanyak 15-20% (Akhter et al., 2013).

Tersebarnya human papiloma virus (HPV) di rongga mulut pada pasien yang positif mengidap penyakit infeksi HPV terdapat lokasi-lokasi yang predominan, yaitu perbatasan vermilion bibir, sudut bibir, dan palatum durum. Lokasi-lokasi ini cenderung untuk terjadinya lesi mulut dan berpotensi untuk terjadinya keganasan (Mravak-Stipetic et al., 2013).

2.4.12. Imunosupresi

(29)

terhadap squamous cell carcinoma rongga mulut dan keganasan di kepala dan leher, apalagi memiliki kebiasaan menghisap tembakau dan mengonsumsi alkohol.

Menurut Leurenco et al. (2011), pada orang-orang yang terinfeksi HIV positif dan sebelum diberikan obat anti retrovirus membuktikan tingginya insiden untuk terjadinya lesi di rongga mulut.

2.4.13. Onkogen dan Tumor Suppresor Genes

Onkogen dan tumor supresor gen adalah komponen-kromosom yang bisa teraktivasi oleh berbagai agen penyebab. Apabila teraktivasi mereka akan menstimulasi produksi material-material genetik dalam jumlah yang besar melalui

amplification atau over expression pada gen terkait. Onkogen ini mungkin akan mengalami progresi pada berbagai macam neoplasma termasuk squamous cell carsinoma rongga mulut.

Di lain pihak, tumor supresor gen bisa memproduksi tumor secara tidak langsung ketika mereka dalam keadaan inaktivasi atau mutasi. Beberapa contoh abnormalitas dari ras, myc, c-erbb, p53, pRb, dan E-cadherin sudah teridentifikasi pada kanker rongga mulut walaupun hubungan sebab dan akibatnya belum bisa dibuktikan.

Menurut Chu et al. (2012) dalam studinya membuktikan adanya hubungan pada gen miRNA499 polimorfisme dengan proses terjadinya kanker mulut dan interaksi dari gen miRNA499 dengan lingkungan dengan tingginya risiko kanker mulut meningkatkan kejadian kanker rongga mulut pada masyarakat di Taiwan. 2.5. Klasifikasi Kanker Rongga Mulut

Menurut Regezi et al. (2008) Berdasarkan lokasinya kanker rongga mulut dibagi atas beberapa lokasi, yaitu :

1. Karsinoma di bibir, sebanyak 25-30% pada kanker rongga mulut dan tersering di bibir bawah. Menurut Neville et al. (2002) hampir 90% lesi terdapat di bibir bawah.

(30)

   

ventral lidah (20%) dan 4% di dorsal. Kejadian karsinoma lidah sebanyak lebih dari 50% dari kanker rongga mulut di Amerika Serikat.

3. Karsinoma di dasar lidah, karsinoma ini menduduki urutan kedua tersering pada karsinoma rongga mulut sebanyak 15-20% dan menurut Neville et al. (2002), dasar lidah paling sering di jumpai pada laki-laki, dan dewasa ini meningkat juga pada perempuan. Karsinoma di dasar lidah memiliki jumlah 35% pada bagian dalam rongga mulut, dan lokasi terseringnya di garis tengah lidah dekat dengan frenulum

4. Karsinoma di mukosa bukal dan gingiva, lesi mukosa bukal bersamaan dengan lesi gingiva memiliki insiden 10% pada squamous cell carcinoma

rongga mulut.

5. Karsinoma di gingiva, lesi mukosa bukal bersamaan dengan lesi gingiva memiliki insiden 10% pada squamous cell carcinoma rongga mulut.

6. Karsinoma di palatum, kanker ini memiliki insiden sebanyak 10-20% pada karsinoma rongga mulut. Namun, kejadian kanker di palatum durum masih sangat jarang dibanding palatum molle.

2.6. Gejala Klinis Kanker Rongga Mulut

Lesi dapat menimbulkan nyeri lokal atau kesulitan menelan tetapi banyak yang asimtomatik sehingga lesi diabaikan. Akibatnya banyak yang terdiagnosis sampai tahap lanjut yang tidak dapat diobati lagi (Kumar et al., 2012).

Menurut Wood dan Sawyer (1997), gejala kanker rongga mulut sebagai berikut:

 Plak

Eritroplakia (merah)  Leukoplakia (putih)

Eritroleukoplakia (merah dan putih)  Eksofitik

 Merah  Putih

(31)

 Kombinasi banyak warna  Ulserasi

 Non-ulserasi  Krusta

 Lesi hitam atau kecoklatan  Blep

 Permukaan yang kasar  Nyeri atau tidak nyeri  Perdarahan

 Maloklusi  Bengkak di leher  Susah menelan

(32)

   

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

[image:32.595.128.482.257.349.2]

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas (independent) : Merokok, mengunyah tembakau, menyirih, dan minuman alkohol.

b. Variabel tergantung (Dependent) : Kanker rongga mulut 3.3. Definisi Operasional

3.3.1. Merokok

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian di hisap asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Pada penelitian ini, pertanyaannya mengenai ada atau tidak merokok serta mencakup lama pajanan, jenis rokok yang dikonsumsi, dan jumlah konsumsi rokok setiap harinya.

3.3.2. Mengunyah tembakau

Mengunyah tembakau adalah salah satu metode penggunaan tembakau oleh seseorang dengan cara dikunyah tanpa ditelan. Pertanyaan dalam penelitian ini mengenai ada atau tidak nya mengunyah tembakau serta mencakup sudah berapa lama, frekuensi mengunyah tembakau setiap hari nya, dan durasi saat mengunyah tembakau.

Kanker Rongga Mulut  Mengunyah tembakau

 Menyirih  Merokok

(33)

3.3.3. Menyirih

Menyirih merupakan suatu proses meramu campuran dari bahan-bahan seperti daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau. Pertanyaan dalam penelitian ini mengenai ada atau tidak nya menyirih serta mencakup sejak kapan menyirih, frekuensi mengunyah tembakau setiap hari nya, dan durasi saat menyirih.

3.3.4. Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, dapat berupa tuak ataupun bir. Pertanyaan dalam penelitian ini mengenai ada atau tidak nya meminum alkohol serta mencakup sejak kapan dimulai, jenis minuman alkohol, frekuensi meminum alkohol setiap hari nya (dalam ukuran gelas).

Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuisioner

Kategori : Ada atau tidak adanya faktor risiko Skala pengukuran : Nominal

3.3.5. Kanker rongga mulut

Adalah pasien yang telah terdiagnosis oleh dokter menderita kanker rongga mulut yang tercatat dalam rekam medis.

Cara Ukur : Melihat atau mengobservasi rekam medik Alat Ukur : Rekam Medik

(34)

   

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Jenis penelitian yang dipilih berupa deskriptif karena peneliti ingin mengetahui gambaran pasien yang mengalami kanker rongga mulut yang memiliki faktor risiko berupa merokok, mengunyah tembakau, menyirih, dan minuman beralkohol. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional ini dilakukan terhadap sekumpulan data dalam jangka waktu tertentu yang memiliki tujuan utama untuk melihat ada atau tidaknya faktor risiko pada penderita kanker rongga mulut di Rumah Sakit H. Adam Malik.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Poli Bedah Onkologi, Ruang Rawat Inap Rindu B Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Agustus sampai November 2014. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan karena merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya sehingga cukup representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemiologi khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Target

Populasi target adalah seluruh data pasien kanker rongga mulut yang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah seluruh data pasien kanker rongga mulut yang berobat di Subdivisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan tercatat Januari 2013 sampai November 2014.

4.3.3. Sampel

(35)

4.3.4. Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi Kriteria inklusi sampel adalah:

1. Semua data pasien rawat jalan dan rawat inap kanker rongga mulut periode Januari 2013 sampai November 2014.

2. Subjek yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Sedangkan kriteria ekslusi:

1. Selama proses wawancara pasien mengalami hambatan dalam berkomunikasi.

2. Subjek tidak bersedia untuk diwawancarai.

3. Pasien tidak mengerti atau pun lupa mengenai riwayat kebiasaan yang berhubungan dengan penyakitnya.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data diperoleh melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara sampel untuk mengetahui informasi tentang faktor risiko dari pasien yang dapat menyebabkan kanker rongga mulut. Data sekunder diperoleh dari data rekam medis untuk mengetahui informasi objektif untuk diagnosis kanker rongga mulut.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(36)

   

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

[image:36.595.106.516.461.548.2]

Data lengkap mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Perempuan Laki-laki

23 17

57,5 42,5

Total 40 100

[image:36.595.104.518.640.749.2]

Pada Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (57,5%) diikuti dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang (42,5%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Usia

Usia Jumlah (n) Persentase (%)

<45 tahun 45-59 tahun >59 tahun

7 19 14

17,5 47,5 35,0

(37)

Pada Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa mayoritas responden berusia 45-59 tahun sebanyak 19 (47,5%) diikuti dengan usia >59 tahun sebanyak 14 orang (35%) dan usia <45 tahun sebanyak 7 orang (17,5%).

[image:37.595.110.513.268.422.2]

Hasil analisis sederhana statistik deskriptif berdasarkan data usia yaitu rata-rata (mean) pasien memiliki usia 55 tahun dengan standar deviasi 11,9. Usia terendah adalah 28 tahun dan usia tertinggi adalah 86 tahun. Rentang (range) data nya yaitu 58 tahun. Sedangkan nilai varian masih cukup rendah yaitu 142.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Terakhir

Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Sekolah SD SMP SMA S1 7 12 5 14 2 17,5 30,0 12,5 35,0 5,0

Total 40 100

Pada Tabel 5.3. dapat dilihat terdapat perbedaan tipis jumlah pasien dengan tingkat pendidikan SMA dan SD yaitu 14 orang (35%) dan 12 orang (30%). Lalu, disusul tidak sekolah sebanyak tujuh orang (17,5%), tingkat SMP sebanyak lima orang (12,5%), dan lulusan sarjana (S1) sebanyak dua orang (5%). Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga 16 40,0

Wiraswasta 11 27,5

Petani 8 20,0

PNS 4 10,0

Tidak Bekerja 1 2,5

Total 40 100

[image:37.595.112.513.525.679.2]
(38)

   

[image:38.595.110.513.160.296.2]

(20%), dan lainnya yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak empat orang (10%) dan tidak bekerja satu orang (2,5%).

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Suku Responden

Suku Jumlah (n) Persentase (%)

Batak Jawa Melayu Aceh 27 8 3 2 67,5 20,0 7,5 5,0

Total 40 100

[image:38.595.107.514.405.556.2]

Pada tabel 5.5. dapat dilihat bahwa responden paling banyak adalah Suku Batak yaitu sebanyak 27 orang (67,5%). Selanjutnya diikuti Suku Jawa sebanyak delapan orang (20%), Suku Melayu tiga orang (7,5%), dan Suku Aceh sebanyak dua orang (5%).

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Diagnosis Klinis

Diagnosis Jumlah (n) Persentase (%)

SCC lidah SCC gingival SCC bibir SCC buccal SCC pallatum 20 10 4 3 3 50 25 10 7,5 7,5

Total 40 100

Pada tabel 5.6. dapat dilihat bahwa mayoritas responden terdiagnosis SCC lidah sebanyak 20 orang (50%). Selanjutnya, penderita SCC gingiva sebanyak 10 orang (7,5%), SCC bibir sebanyak empat orang, sedangkan SCC buccal dan pallatum memperoleh jumlah yang sama sebanyak tiga orang (7,5%). 5.1.3. Deskripsi Faktor Risiko Responden

(39)
[image:39.595.110.517.123.279.2]

Tabel 5.7. Prevalensi Tiap Faktor Risiko Pasien Kanker Rongga Mulut

Faktor Risiko Pilihan Total

Ya Tidak

Riwayat Merokok 19 (47,5%) 21 (52,5%) 40 (100 %) Riwayat Mengunyah Tembakau 21 (52,5%) 19 (47,5%) 40 (100 %) Riwayat Menyirih 21 (52,5%) 19 (47,5%) 40 (100 %) Riwayat Kebiasaan Meminum

Alkohol

7 (17,5%) 33 (82,5%) 40 (100 %)

Pada tabel 5.7. memperlihatkan di antara sampel yang berjumlah 40 orang ini memiliki faktor risiko paling banyak yaitu mengunyah tembakau dan menyirih sebanyak 21 orang . Tabel ini menggambarkan prevalensi pada masing-masing faktor risiko. Tabel selanjutnya menggambarkan banyak responden yang memiliki beberapa faktor risiko.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko pada Tiap Responden

Faktor Risiko Jumlah (n) Persentase(%)

Menyirih dan mengunyah tembakau 19 47,5

Merokok 10 25,0

Merokok dan minum alkohol 7 17,5

Merokok, menyirih, dan mengunyah tembakau

Tidak punya faktor risiko

2

2

5,0

5,0

Total 40 100

[image:39.595.113.507.403.582.2]
(40)
[image:40.595.111.511.121.318.2]

   

Tabel 5.9. Deskripsi Riwayat Merokok pada Responden

Uraian n (%) Total (N)

Sejak kapan <5 tahun 5-10 tahun

0 (0) 1 (5,3)

19(100%)

>10 tahun 18 (94,7)

Jenis rokok Rokok biasa 16 (84,2) 19(100%) Rokok cerutu 3 (15,8)

Banyak per hari (batang) <10 batang 11(57,9) 19(100%) 10-20 batang 5 (26,3)

>20 batang 3 (15,8)

Pada tabel 5.9. dapat dilihat bahwa di antara 19 responden yang memiliki riwayat faktor risiko merokok, mayoritas responden memulai kebiasaan > 10 tahun yang lalu dan paling banyak memakai jenis rokok biasa. Banyak rokok yang dihabiskan perhari paling banyak responden itu hanya <10 batang sebanyak 11 responden.

Tabel 5.10. Deskripsi Riwayat Mengunyah Tembakau pada Responden

Uraian n(%) Total (N)

Sejak kapan <5 tahun 5-10 tahun >10 tahun

0 (0) 0 (0) 21(100)

21(100%)

Banyak mengunyah tembakau 1-3 kali/hari 4(19) 21(100%) >3 kali/hari 17 (81)

Lama mengunyah tembakau <5 menit/kali >5 menit/kali

0 (0) 21(100)

21(100%)

[image:40.595.107.514.449.616.2]
(41)
[image:41.595.109.513.124.295.2]

Tabel 5.11. Deskripsi Riwayat Menyirih pada Responden

Uraian Hasil n(%) Total (N)

Sejak kapan <5 tahun 5-10 tahun >10 tahun 0 (0) 0 (0) 21(100) 21(100%)

Banyak mengunyah tembakau 1-3 kali/hari 4(19) 21(100%) >3 kali/hari 17 (81)

Lama mengunyah tembakau <5 menit/kali >5 menit/kali

0 (0) 21 (100)

21(100%)

[image:41.595.111.514.423.612.2]

Sama dengan hasil riwayat mengunyah tembakau pada tabel sebelumnya, pada tabel 5.10. menunjukkan hasil bahwa dari seluruh responden yang memiliki riwayat menyirih yaitu sebanyak 21 orang, seluruhnya telah memulai sejak > 10 tahun yang lalu. Hampir seluruh responden juga mengunyah > 3 kali per hari dan lama tiap kali melakukan kebiasaan ini > 5 menit.

Tabel 5.12. Deskripsi Riwayat Konsumsi Alkohol pada Responden

Uraian Hasil n(%) Total (N)

Sejak kapan <5 tahun

5-10 tahun

1(14,3) 0 (0)

7 (100%)

>10 tahun 6 (85,7)

Jenis alkohol Tuak

Bir

7 (100) 0 (0)

7 (100%)

Banyak gelas alkohol per hari <1 gelas 4 (57,1) 7 (100%) 1-3 gelas 2 (28,6)

> 3 gelas 1(14,3)

(42)

   

5.2. Pembahasan

Hasil pada tabel 5.1. menunjukkan sebagian besar pasien kanker rongga mulut adalah perempuan. Hal ini berhubungan dengan faktor risiko terbanyak adalah menyirih dan mengunyah tembakau yang biasanya dilakukan oleh wanita. Ini sesuai dengan hasil penelitian Hasibuan (2003) yang mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat yang menyirih adalah wanita.

Pada tabel 5.2. menyatakan bahwa mayoritas pasien kanker rongga mulut berusia sekitar 45-59 tahun sebanyak 47,5%. Ini sesuai dengan Scully et al.

(2013), yang mengatakan bahwa kanker rongga mulut sering ditemukan pada umur dewasa muda dan orang tua. Kumar et al. (2012) juga mendukung bahwa kanker ini jarang sebelum usia 40 tahun.

Penyakit kanker rongga mulut hampir 90% memiliki jenis squamous cell carcinoma. Ini disebabkan karena sebagian besar bagian di rongga mulut dilapisi oleh sel epitel mukosa. Berdasarkan lokasi kanker, dalam tabel 5.6., kanker lidah merupakan kanker paling banyak. Ini sesuai dengan uraian Regezi et al.(2008) yang menyebutkan kejadian karsinoma lidah lebih dari 50% dari kanker rongga mulut di Amerika Serikat.

Penyebab kanker rongga mulut adalah multifaktorial (Neville et al., 2002). Faktor yang berhubungan yaitu faktor ekstrinsik terdiri dari kebiasaan merokok, mengunyah tembakau, menyirih, konsumsi alkohol, terpapar sinar matahari, serta faktor intrinsik terdiri dari anemia defisiensi besi dan genetik. Faktor tersebut akan menimbulkan inflamasi kronis pada jaringan epitel rongga mulut yang akan menyebabkan kerusakan regulasi siklus sel normal sehingga menjadi sel neoplasma (Lee et al., 2012).

(43)

singkat, dan banyak faktor risiko selain merokok sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa faktor risiko merokok banyak dimiliki oleh pasien kanker rongga mulut.

Selain itu, jenis rokok juga turut berperan sebagai faktor risiko. Dua jenis rokok yaitu rokok biasa, yang memiliki filter, dan rokok tanpa filter. Hasil penelitian ini hanya menemukan 3 pasien kanker rongga mulut yang menggunakan rokok cerutu atau tanpa filter. Sedangkan penelitian Suhail (2014) di Yordania memberi hasil bahwa jenis rokok tanpa filter lebih berisiko menjadi kanker rongga mulut. Penelitian Burn (2010) juga membuktikan rokok biasa yang memiliki filter berisiko lebih rendah dibanding rokok tanpa filter. Ini menunjukkan penelitian ini tidak sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang disebabkan karena keterbatasan jumlah responden penelitian, sehingga jenis rokok di sini kurang variatif.

Penggunaan tembakau tidak hanya dihisap berupa rokok tetapi juga dengan mengunyahnya. Sama hal nya dengan merokok, tembakau mengandung TSNA yang bersifat karsinogen. Mengunyah tembakau dengan durasi lama akan menimbulkan lesi displasia dan mempercepat proliferasi sel epitel mukosa rongga mulut (Johnson, 2002). Pada penelitian ini , prevalensi mengunyah tembakau ditemukan lebih banyak dibanding yang tidak mengunyah tembakau yaitu sebanyak 52,5%. Selisih di antaranya berbeda tipis, ini mungkin disebabkan karena banyak nya faktor lain yang dimiliki penderita. Walaupun demikian, penelitian ini membuktikan bahwa kebiasaan mengunyah tembakau cukup banyak ditemukan pada penderita kanker rongga mulut.

Menyirih memerlukan beberapa bahan seperti daun sirih, pinang, gambir, kapur, dengan atau tanpa tembakau. Kandungan pada pinang yaitu bahan

(44)

   

mengunyah tembakau karena seluruh penderita mengonsumsi dengan mencampurkan kedua-nya.

Sementara itu, faktor konsumsi alkohol oleh karena efek karsinogenik pada metabolit etanol yaitu acetaldehyde juga diperhitungkan (Harris et al., 1997). Prevalensinya di penelitian ini hanya ditemukan sebanyak 7 orang (17,5%). Ini menunjukkan lebih banyak yang tidak meminum alkohol. Sedangkan hasil penelitian sebelumnya mengungkapkan sekitar 70% orang di Amerika yang terdiagnosis kanker rongga mulut merupakan peminum alkohol berat (Cancer Treatment Center of America, 2014). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya karena seperti tertera pada tabel 5.12 bahwa penderita yang mengonsumsi alkohol di penelitian ini masih tergolong sangat ringan. Selain itu, masih banyak faktor lain yang menyebabkan kanker rongga mulut selain konsumsi alkohol dan keterbatasan jumlah sampel penelitian. Sehingga penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa faktor konsumsi alkohol banyak dimiliki oleh penderita kanker rongga mulut.

Kombinasi beberapa faktor yang dipaparkan tabel 5.8 menunjukkan gabungan menyirih dan mengunyah tembakau merupakan faktor risiko terbanyak yang dimiliki oleh penderita kanker rongga mulut. Hal ini didukung data prevalensi kebiasaan mengunyah tembakau penduduk Sumatera Utara yang masih di atas rata-rata pada tahun 2013 (Depkes, 2013). Sedangkan untuk menyirih masih belum memiliki data yang pasti. Sedangkan kombinasi terbanyak yang ditemukan di penelitian ini yaitu merokok, mengunyah tembakau, dan menyirih. Tetapi pasien yang memiliki kombinasi faktor tersebut hanya 5%. Hal ini disebabkan karena penelitian tidak menanyakan faktor risiko lain seperti radiasi, infeksi candida, virus onkogen, dan lainnya.

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Sebagian besar pasien kanker rongga mulut adalah perempuan. Hal ini berhubungan dengan faktor risiko terbanyak adalah menyirih dan mengunyah tembakau yang biasanya dilakukan oleh wanita.

2. Prevalensi masing-masing faktor risiko yaitu merokok sebanyak 19 orang (47,5%), mengunyah tembakau adalah 21 orang (52,5%), menyirih adalah 21 orang (52,5%), dan konsumsi alkohol adalah 7 orang (17,5%).

3. Tidak dapat membuktikan bahwa faktor risiko merokok banyak dimiliki oleh penderita kanker rongga mulut disebabkan karena keterbatasan jumlah sampel, periode penelitian yang singkat, dan banyak faktor risiko selain merokok.

4. Tidak dapat membuktikan bahwa faktor konsumsi alkohol banyak dimiliki oleh penderita kanker rongga mulut disebabkan karena kebiasaan penderita masih tergolong sangat ringan, masih banyak faktor lain penyebab kanker rongga mulut dan keterbatasan jumlah sampel penelitian. 5. Faktor risiko terbanyak yang dimiliki pasien kanker rongga mulut di

RSUP H. Adam Malik Medan adalah menyirih dan mengunyah tembakau. Hal ini didukung data prevalensi kebiasaan mengunyah tembakau penduduk Sumatera Utara yang masih di atas rata-rata.

6.2 Saran

1. Dibutuhkan waktu rentang penelitian yang lebih lama agar mendapatkan responden yang lebih variatif sehingga dapat menyempurnakan penelitian sebelumnya.

(46)

   

3. Diperlukan kelengkapan data mengenai jenis Suku Batak agar lebih terkhusus sesuai karakteristik setiap daerah sehingga dapat mempermudah edukasi dan preventif.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Akhter, M., Ali, L., Hassan, Z., and Khan, I., 2013. Association of Human Papilloma Virus Infection and Oral Squamous Cell Carcinoma in Bangladesh. J Health Popul Nutr, vol. 31(1), page 65-69.

American Cancer Society, 2014. What Are The Key Statistics about Oral Cavity and Oropharyngeal Cancer?. American Cancer Society.

American Institute for Cancer Research, 2009. Estimating Preventability. American Institute for Cancer Research.

Anantharaman, D., et al., 2014. Genetic Variants in Nicotine Addiction and Alcohol Metabolism Genes, Oral Cancer Risk and the Propensity to Smoke and Drink Alcohol. PLos One, vol. 9(2): e88240.

Andrew, E., Seaman, W.T., Cyriague, J.W., 2009. Oropharyngeal carcinoma in non-smokers and non-drinkers: A role for HPV. Journal of Oral Oncology, vol. 45, pp. 486-491.

Bakri, M.M., Hussaini, H.M. , Holmes, A.R., Cannon, R.D., and Rich A.M., 2010. Revisiting the Association Between Candidal Infection and Carcinoma, Particularly Oral squamous Cell Carcinoma. Journal of Oral Microbiology, vol.2: 5780.

Barclay, L., 2013. Oral Cancer Screening: USPSTF Updates Guidelines. MedScape.

Bhisey, R., 2012. Chemistry and Toxicology of Smokeless Tobacco. Indian Journal of Cancer,vol. 49(4), pp. 364-372.

Burns, D., 2010. Cigar Smoking : Overview and Current State of The Science.

Smoking and Tobacco Control Monograph, Volume 9.

Cancer Research UK, 2011. Oral Cancer Incidence Statistics. Cancer Research UK.

Cancer Treatment Centers of America, 2014. Oral Cancer Risk Factor. Cancer Treatment Centers of America

Chou, Y.E., et al., 2014. CD44 Gene Polymorphisms and Environmental Factors.

(48)

   

Chu, Y.H., Tzeng, S.L., Lin, C.W., Chien, M.H., Chen, M.K., and Yang, S.F., 2012. Impacts of MicroRNA Gene Polymorphisms on the Susceptibility of Environmental Factors Leading to Carcinogenesis in Oral Cancer.

PLos One,vol. 7(6): e39777.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Kementrian Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Kementrian Kesehatan RI.

Globocan, 2012. Cancer Incidence and Mortality Worldwide. International Agency for Research on Cancer.

Guo, S.E., et al., 2011. Alcohol, Betel-nut and Cigarette Consumption are Negatively Associated with Health Promoting Behaviors in Taiwan.

BioMed Central Public Health, vol. 13, pp. 257.

Harris, E., 1997. Association of Oral Cancers With Alcohol Consumption:

Exploring Mechanisms. Journal of the National Cancer Institute, 89(22). Hasibuan, S., Permana, G.,Aliyah, S., 2003. Lesi-Lesi Mukosa Mulut yang

Dihubungkan dengan Kebiasaan Menyirih di Kalangan Penduduk Tanah Karo, Sumatera Utara. Dentika Dental Journal, vol.8(2):67-74.

Hecht, S.S., 2006. Cigarette smoking : Cancer Risk, Carcinogens, and Mechanisms. Langenbecks Arch Surgery,vol.391, pp. 603-613.

Jelita, D.T., 2010. Gambaran Kasus Krsinoma Rongga Mulut yang Memerlukan Radio terapi di Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial RSUP dr. Hasan

Sadikin Bandung. Pustaka Universitas Padjajaran.

Johnson, N., Winn, D., 2002. Smokeless Tobacco Clinical Effects and Biological Mechanisms. Chicago: International Conferense Smokeless Tobacco. Kumar, K., Cotran, R.S., dan Robbins, S.L., 2012. Robbins Buku Ajar Patologi.

Edisi 7. Jakarta : EGC.

(49)

Lee, J., Taneja, V., Vassalo, R.,2012. Cigarette Smoking and Inflammation. J Dent Res, vol. 91(2), pp. 142-149.

Lee, N. and Chan, K., 2008. Benign and Malignant Lesions of the Oral Cavity, Oropharynx, and Nasopharynx. In: Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck Surgery. New York: Mc Grow Hill, pp. 356-362.

Lim, E.,2007. Kebiasaan Mengunyah Sirih dan Lesi Yang Dijumpai pada Mukosa Oral Masyarakat Batak Karo. Skripsi FKG USU.

Lin, C.W., et al., 2013. Combined Effects of ICAM-1 Single- Nucleotide on Oral Cancer Susceptibility and Clinicopathologic Development. PLos One, vol. 8(9): e72940.

Liu, L., Tang, X.H., Scognamiglio, T., and Gudas, L. J., 2010. Oral Carcinogenesis Induced by 4-Nitroquinoline 1-Oxide in Lecithin. J Nutr Biochem, vol. 21(10), pp. 975-982.

Lourenço, A.G., Motta, A.C.F., Figueiredo, L.T.M., Machado, A.A. and Komesu, M.C., 2011. Oral Lesions Associated with HIV Infection Before and During the Antiretroviral Therapy Era in Ribeirão Preto, Brazil. Journal of Oral Science, vol. 53(3), pp. 379-385.

Madani, A.H., Dikshit, M., and Bhaduri, D., 2012. Risk for Oral Cancer Associated to Smoking, Smokeless, and Oral Dip Products. Indian Journal of Public Health, vol. 56(1), pp. 57-60.

Maulani, R.I., Yusuf, H.Y., Noormatany, 2011. Hubungan Antara Kadar Interleukin-8 di dalam Saliva dan Serum Darah dengan Gradasi

Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut sebagai Alternatif Deteksi Dini

Kanker Rongga Mulut di Indonesia. Indonesian science Technology. Mravak-Stipetic, M., Sabol, I., Kranj, J., Knezˇevic, M., and Grce, M., 2013.

Human Papillomavirus in the Lesions of the Oral Mucosa According to Topography. PLos One, vol. 8(7): e69736.

(50)

   

Petersen, P.E., 2008. Oral Cancer Preventiom and Control the Approach of The World Health organization. WHO.

Petti, S., Masood, M., and Scully,C., 2013. The Magnitude of Tobacco Smoking-Betel Quid Chewing-Alcohol Drinking Interaction Effect on Oral Cancer in South-East Asia. PLos One, vol. 8(11): e78999.

Proia, N., et al., 2006. Smoking and Smokeless Tobacco Associated Human Buccal Cell Mutations and Their Association with Oral Cancer. Cancer Epidemiology Biomarkers Preview, 15(6).

Radoï, L., et al., 2013. Family History of Cancer, Personal History of Medical Conditions and Risk of Oral Cavity Cancer. BioMed Central Cancer, vol. 13:560.

Regezi, J.A., Sciubba, J.J., Jordan, R.C.K., 2008. Oral Pathology : Clinical Pathologic Correlations. edition. Philadelphia: El Sevier.

Scully, C., et al., 2013. Cancer of the Oral Mucosa. MedScape.

Shah, G., Chaturvedi, P., and Vaishampayan, S.,2012. Arecanut as an Emerging Etiology of oral cancers. Indian Journal of Medical and Pediatric Oncology, vol. 33(2), pp. 71-79.

Suhail, H., 2014. Oral Cancer in Young Jordanians: Potential Association With Frequency of Narghile Smoking. Oral Surgery Oral Med Oral Pathol Oral Radiol, Volume 118, pp. 560-565.

Tomar, S.L., Lore, M., Logan, H., 2004. Racial Differencies in Oral and Pharyngeal Cancer Treatment and Survival in Florida. MedScape.

Trivedy, et al., 2002. The Oral Health Consequences of Chewing Areca Nut.

Addiction Biology, Volume 7, pp. 115-125.

Wood, N.K. and Goaz, P.W., 1997. Differential Diagnosis of Oral and Maxillofacial Lesions. In : Wood, Norman K. and D. R. Sawyer, chapter

Oral Cancer. Philadelphia : El Sevier

(51)

Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mutia Fri Fahrunnisa’

NIM : 110100071

Tempat, Tanggal Lahir : Solok, 13 Mei 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pembangunan USU No. 120, Medan Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Email : meut_f135@yahoo.com Riwayat Pendidikan :

1. TK Bhayangkari Solok 1997-1999 2. SD Negeri 03 Kampung Jawa Kota Solok 1999-2005 3. SMPN 01 Kota Solok 2005-2008

4. SMAN 01 Kota Solok 2008-2011

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi Pembinaan PHBI FK USU 2012-2013 2. Anggota Divisi Pendidikan dan Pelatihan TBM FK

USU 2012-2013

(52)

   

(53)
(54)

   

Lampiran 4: Lembar Penjelasan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth. Calon Responden Penelitian

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Mutia Fri Fahrunnisa’

NIM : 110100071

Adalah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Faktor Risiko Terjadinya Kanker Rongga Mulut di RSUP. H. Adam Malik Medan”

Penelitian tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara/i sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara/i tidak bersedia menjadi responden maka tidak ada ancaman bagi saudara/i serta memungkinkan untuk mengundurkan diri dari mengikuti penelitian ini.

Apabila saudara/i setuju, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya telah saya buat. Atas perhatian dan kesedian saudara/i menjadi responden, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 4 Juni 2014 Peneliti,

(55)

PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unversitas Sumatera Utara yang bernama Mutia Fri Fahrunnisa’, NIM 110100071 dengan judul penelitian “Faktor Risiko Terjadinya Kanker Rongga Mulut di RSUP. H. Adam Malik Medan”.

Saya mengerti bahwa penelitian tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasian semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya akan didigunakan untuk penelitian.

Medan, 4 Juni 2014 Responden,

(56)

   

Lampiran 5: Lembar Pertanyaan Wawancara

LEMBAR PERTANYAAN WAWANCARA A. Identitas Responden

Nama :

Umur : tahun

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin : Laki / Perempuan

Penyakit yang diderita: Kanker Rongga Mulut/Bukan Kanker Rongga Mulut B. Pertanyaan

1) Apakah Anda seorang perokok? a) Ya

b) Tidak

2) Sejak kapan Anda mulai Merokok? a) Setahun yang lalu

b) Lima tahun yang lalu c) 10 tahun yang lalu

d) Lebih dari 10 tahun yang lalu 3) Jenis rokok apa yang anda konsumsi?

a) Rokok biasa

b) Rokok dengan pipa atau cerutu

4) Dalam satu hari berapa batang rokok yang Anda habiskan? a) Kurang dari 10 batang

b) 10 sampai 20 batang c) Lebih dari 20 batang

5) Apakah Anda mengunyah tembakau? a) Ya

b) Tidak

6) Sejak kapan Anda mulai mengunyah tembakau? a) Setahun yang lalu

b) Lima tahun yang lalu c) 10 tahun yang lalu

d) Lebih dari 10 tahun yang lalu

(57)

a) Kurang dari satu kali sehari b) 1-3 kali sehari

c) Lebih dari tiga kali sehari

8) Berapa lama Anda mengunyah tembakau ? a) Kurang dari 1 menit

b) 1 – 5 menit

c) Lebih dari 5 menit

9) Apakah Anda menyirih? a) Ya

b) Tidak

10) Sejak kapan Anda mulai Menyirih? a) Setahun yang lalu

b) Lima tahun yang lalu c) 10 tahun yang lalu

d) Lebih dari 10 tahun yang lalu

11) Dalam sehari, berapa kali Anda menyirih? a) Kurang dari sekali sehari

b) 1-3 kali sehari

c) Lebih dari tiga kali sehari 12) Berapa lama Anda menyirih?

a) Kurang dari 1 menit b) 1 – 5 menit

c) Lebih dari 5 menit

13) Apakah Anda peminum alkohol? a) Ya

b) Tidak

14) Sejak kapan Anda mulai minum alkohol? a) Setahun yang lalu

b) Lima tahun yang lalu c) 10 tahun yang lalu

d) Lebih dari 10 tahun yang lalu

15) Jenis minuman alkohol apa yang Anda minum? a) Tuak

b) Bir

16) Dalam sehari, berapa banyak Anda meminum alkohol? a) Kurang dari satu gelas (250 cc)

b) 1-3 gelas

(58)

   

Lampiran 6: Hasil Output penelitian Frequency Table

1. Tabel Frekuensi Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 17 42.5 42.5 42.5

Perempuan 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

2. Tabel Frekuensi Usia Responden Umur responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

<45 tahun 7 17.5 17.5 17.5

45-59 tahun 19 47.5 47.5 65.0

>59 tahun 14 35.0 35.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

3. Tabel Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden Pendidikan Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak sekolah 7 17.5 17.5 17.5

SD 12 30.0 30.0 47.5

SMP 5 12.5 12.5 60.0

SMA 14 35.0 35.0 95.0

S1 2 5.0 5.0 100.0

(59)

4. Tabel Frekuensi Pekerjaan Responden Pekerjaan Reponden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Petani 8 20.0 20.0 20.0

Ibu Rumah Tangga 16 40.0 40.0 60.0

Wiraswasta 11 27.5 27.5 87.5

PNS 4 10.0 10.0 97.5

Tidak bekerja 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

5. Tabel Frekuensi Suku Responden Suku Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Batak 27 67.5 67.5 67.5

Jawa 8 20.0 20.0 87.5

Melayu 3 7.5 7.5 95.0

Aceh 2 5.0 5.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

6. Tabel Frekuensi Diagnosis Responden Diagnosis Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SCC Lidah 20 50.0 50.0 50.0

SCC Buccal 3 7.5 7.5 57.5

SCC Gingiva 10 25.0 25.0 82.5

SCC Pallatum 3 7.5 7.5 90.0

SCC Bibir 4 10.0 10.0 100.0

(60)

   

7. Tabel Frekuensi Faktor Risiko Pasien Faktor Risiko Pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak punya faktor risiko 2 5.0 5.0 5.0

Merokok 10 25.0 25.0 30.0

Merokok, menyirih, dan

mengunyah tembakau 2 5.0 5.0 35.0

Menyirih dan mengunyah

tembakau 19 47.5 47.5 82.5

Merokok dan Minum Alkohol 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

8. Tabel Frekuensi Riwayat Merokok Riwayat Merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 19 47.5 47.5 47.5

Tidak 21 52.5 52.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

9. Tabel Frekuensi Riwayat Mengunyah Tembakau Riwayat Mengunyah tembakau

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 21 52.5 52.5 52.5

Tidak 19 47.5 47.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

10. Tabel Frekuensi Riwayat Menyirih Riwayat Menyirih

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 21 52.5 52.5 52.5

Tidak 19 47.5 47.5 100.0

(61)

11. Tabel Frekuensi Kebiasaan Minum Alkohol Riwayat Kebiasaan Minum Alkohol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 7 17.5 17.5 17.5

Tidak 33 82.5 82.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Crosstabs

12. Tabel Crosstabulation –Sejak Kapan Merokok

Riwayat Merokok * Sejak Kapan Merokok Crosstabulation

Count

Sejak Kapan Merokok Total

<10 tahun > 10 tahun

Riwayat Merokok Ya 1 18 19

Total 1 18 19

13. Tabel Crosstabulation-Jenis Rokok Responden Riwayat Merokok * Jenis Rokok Crosstabulation

Count

Jenis Rokok Total

rokok biasa Rokok dengan

pipa atau cerutu

Riwayat Merokok Ya 16 3 19

Total

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Usia
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Diagnosis Klinis
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelititian ini dapat disimpulkan bahwa kanker rongga mulut mempunyai hubungan yang signifikan dengan kebiasaan menyirih pada penduduk komunitas India

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KANKER KANDUNG KEMIH MUSCLE INVASIVE DAN NON-MUSCLE INVASIVE DI RSUP H... HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KEBIASAAN MEROKOK DENGAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahu prevalensi anemia pada pasien kanker kolorektal di RSUP H.. Prevalensi anemia pada pasien kanker kolorektal berdasarkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran risiko trombosis vena dalam berdasarkan Kriteria Wells pada pasien kanker di RSUP.. Haji Adam

Berdasarkan uraian dari data tersebut, penulis tertarik untuk melihat gambaran risiko tombosis vena dalam pada pasien kanker berdasarkan Kriteria Wells di RSUP..

Gambaran Risiko Trombosis Vena Dalam Berdasarkan Kriteria Wells pada Pasien Kanker di RSUP. Haji

Bagaimana hubungan faktor risiko merokok terhadap kejadian stroke. di

Mengetahui karakteristik penderita kanker paru di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2016-2018. Mengetahui kecenderungan kunjungan penderita kanker paru rawat inap di RSUP Haji