• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Frekuensi Menyirih dengan Kejadian Kanker Rongga Mulut di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Frekuensi Menyirih dengan Kejadian Kanker Rongga Mulut di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2015"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Curriculum Vitae

Nama : Haizil Fuadi

NIM : 120100133

Tempat, Tanggal Lahir : Rantauprapat, 20 Oktober 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Dr. Hamzah No. 3 Medan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Email : Haizilf@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK MDA MINA Rantauprapat 1999-2000

2. SDN 112143 Rantauprapat 2000-2006

3. SMPN 1 Rantau Selatan 2006-2009

4. SMAN 3 Medan 2009-2012

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Departement Kewirausahaan PEMA FK USU 2014 2. Anggota Divisi Humas PHBI FK USU 2013-2014

3. Anggota Divisi Dana dan Usaha SCOPH PEMA FK USU 2013-2014 4. Staf Ahli PEMA FK USU 2015

(2)
(3)
(4)
(5)

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Tentang Penelitian Kepada Responden

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Saya bernama Haizil Fuadi, mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Saya ingin melakukan penelitian mengenai hubungan frekuensi menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut. Penelitian ini adalah salah satu kegiatan untuk menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah di Program Studi S-1 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif kepada Bapak/Ibu sebagai responden. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan pelayanan dan ilmu kedokteran.

Peneliti juga menghargai dan menghormati hak responden dengan cara menjaga kerahasiaan identitas diri dan data yang diberikan responden selama pengumpulan data hingga penyajian data. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika Bapak/Ibu tidak bersedia maka Bapak/Ibu berhak untuk menolak karena tidak ada unsur paksaan dalam pengisian kuesioner penelitian. Demikianlah informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2015

(6)

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Subjek (Informed Consent)

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Haizil Fuadi, NIM 120100133 dengan judul penelitian “Hubungan Frekuensi Menyirih dengan Kejadian Kanker Rongga Mulut di RSUP H. Adam Malik Medan”.

Saya mengerti bahwa penelitian tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk penelitian.

Medan, Juni 2015

Responden

(7)

Lampiran 3 : Lembar Pertanyaan Wawancara

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Penyakit yang diderita Kanker Rongga Mulut / Bukan Kanker Rongga Mulut

B. Pertanyaan

Pertanyaan berikut ini berkaitan dengan kebiasaan menyirih Bapak/Ibu selama ini. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu.

1. Apa bahan-bahan yang bapak/ibu gunakan untuk menyirih? o Daun sirih, kapur, pinang, gambir, tembakau

o Daun sirih, kapur, pinang, gambir o Lain-lain (sebutkan) ...

2. Berapa kali dalam satu hari bapak/ibu menyirih? o >10 kali sehari

o 7-10 kali sehari o 4-6 kali sehari o 1-3 kali sehari

3. Berapa lama bapak/ibu sudah menyirih? o >15 tahun

o 11-15 tahun o 6-10 tahun o 0-5 tahun

(8)

o Orangtua/keluarga o Teman

o Kemauan sendiri

o Lain-lain (sebutkan) ...

5. Apa tujuan bapak/ibu makan sirih?

o Untuk menenangkan pikiran o Agar gigi menjadi kuat dan sehat o Hanya kebiasaan saja (tanpa tujuan) o Adat-istiadat

o Lain-lain (sebutkan) ...

6. Setelah menyirih, apakah gigi dan mulut dibersihkan? o Tidak

(9)

Lampiran 4 : Hasil Validitas Kuisioner

Pertanyaan Status Alpha Status

1 Valid 0,724 Reliabel

2 Valid Reliabel

3 Valid Reliabel

4 Valid Reliabel

5 Valid Reliabel

(10)

HASIL UJI STATISTIK SPSS

umur kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <45 3 3.3 3.3 3.3

45-59 60 66.7 66.7 70.0

>59 27 30.0 30.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 41 45.6 45.6 45.6

Perempuan 49 54.4 54.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Motivasi Menyirih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kemauan Sendiri 34 37.8 100.0 100.0

Missing System 56 62.2

(11)

Tujuan Memakan Sirih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Menenangkan Pikiran 34 37.8 100.0 100.0

Missing System 56 62.2

Total 90 100.0

Diagnosis * Menyirih Crosstabulation

Count

Menyirih

Total Tidak Menyirih Menyirih

Diagnosis Bukan Kaker Rongga Mulut 34 11 45

Kanker Rongga Mulut 22 23 45

Total 56 34 90

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.807a 1 .009

Continuity Correctionb 5.720 1 .017

Likelihood Ratio 6.919 1 .009

Fisher's Exact Test .016 .008

Linear-by-Linear Association 6.731 1 .009

N of Valid Casesb 90

(12)

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 3.231

ln(Estimate) 1.173

Std. Error of ln(Estimate) .457

Asymp. Sig. (2-sided) .010

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.318

Upper Bound 7.921

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .276

Upper Bound 2.069

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Diagnosis * menyirih <5 Crosstabulation

Count

menyirih <5

Total Tidak Menyirih < 5

Diagnosis Bukan Kaker Rongga Mulut 34 5 39

Kanker Rongga Mulut 22 5 27

Total 56 10 66

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .403a 1 .526

Continuity Correctionb .082 1 .775

Likelihood Ratio .397 1 .528

(13)

Linear-by-Linear Association .397 1 .529

N of Valid Casesb 66

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.09. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1.545

ln(Estimate) .435

Std. Error of ln(Estimate) .689

Asymp. Sig. (2-sided) .528

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .400

Upper Bound 5.965

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -.915

Upper Bound 1.786

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Diagnosis * menyirih besar 5 Crosstabulation

Count

menyirih besar 5

Total Tidak Menyirih > 5

Diagnosis Bukan Kaker Rongga Mulut 34 6 40

Kanker Rongga Mulut 22 18 40

(14)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.571a 1 .003

Continuity Correctionb 7.202 1 .007

Likelihood Ratio 8.870 1 .003

Fisher's Exact Test .007 .003

Linear-by-Linear Association 8.464 1 .004

N of Valid Casesb 80

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 4.636

ln(Estimate) 1.534

Std. Error of ln(Estimate) .545

Asymp. Sig. (2-sided) .005

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.593

Upper Bound 13.494

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .466

Upper Bound 2.602

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Tests of Homogeneity of the Odds Ratio

Chi-Squared df

Asymp. Sig. (2-sided)

Breslow-Day .000 0 .

(15)

Diagnosis * <10 Crosstabulation

Count

<10

Total Tidak Menyirih < 10

Diagnosis Bukan Kaker Rongga Mulut 34 7 41

Kanker Rongga Mulut 22 8 30

Total 56 15 71

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .957a 1 .328

Continuity Correctionb .468 1 .494

Likelihood Ratio .947 1 .330

Fisher's Exact Test .385 .246

Linear-by-Linear Association .943 1 .331

N of Valid Casesb 71

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.34. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1.766

ln(Estimate) .569

Std. Error of ln(Estimate) .585

Asymp. Sig. (2-sided) .331

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .561

Upper Bound 5.564

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -.579

(16)

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1.766

ln(Estimate) .569

Std. Error of ln(Estimate) .585

Asymp. Sig. (2-sided) .331

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .561

Upper Bound 5.564

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -.579

Upper Bound 1.716

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Diagnosis * >10 Crosstabulation

Count

>10

Total Tidak Menyirih > 10

Diagnosis Bukan Kaker Rongga Mulut 34 4 38

Kanker Rongga Mulut 22 15 37

Total 56 19 75

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.928a 1 .003

Continuity Correctionb 7.412 1 .006

Likelihood Ratio 9.361 1 .002

Fisher's Exact Test .004 .003

Linear-by-Linear Association 8.809 1 .003

N of Valid Casesb 75

(17)

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 5.795

ln(Estimate) 1.757

Std. Error of ln(Estimate) .626

Asymp. Sig. (2-sided) .005

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.700

Upper Bound 19.756

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .531

Upper Bound 2.983

(18)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2014. Oral Cavity and Oropharyngeal Cancer. American Cancer Society.

American Cancer Society, 2015. Cancer Facts and Figure 2015. Atlanta : American Cancer Society.

Amtha, Rahmi dkk., 2014. Tobacco (Kretek) Smoking, Betel Quid Chewing and Risk of Oral Cancer in a Selected Jakarta Population. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, vol. 15, pp. 8673-8678.

Balaram, P. dkk., 2002. Oral Cancer in Southern India: The Influence of Smoking, Drinking, Paan Chewing and Oral Hygiene. Int. J. Cancer, vol. 98, pp. 440– 445.

Centers for Disease Control and Prevention. Improving Diagnoses of Oral Cancer. Centers for Disease Control and Prevention

Chang, Mei-Chi dkk., 2014. Areca Nut Components Affect COX-2, Cyclin B1/cdc25C and Keratin Expression, PGE2 Production in Keratinocyte Is Related to Reactive Oxygen Species, CYP1A1, Src, EGFR and Ras Signaling. PLoS ONE, vol. 9(7), pp. 1-14.

Chen, Ping-Ho dkk., 2014. Expression of a Splice Variant of CYP26B1 in Betel Quid-Related Oral Cancer. The Scientific World Journal, vol. 2014, pp. 1-8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Riset Kesehatan Dasar

Indonesia Tahun 2007. Kementrian Kesehatan Indonesia.

Dikshit, R.P. dan Kanhere, S., 2000. Tobacco Habits and Risk of Lung, Oropharyngeal and Oral Cavity Cancer: A population-based Case–control Study in Bhopal, India. Int. J. Epidemiol., vol. 29, pp. 609–614.

Fahrunnisa, Mutia Fri, 2015. Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut di RSUP H. Adam Malik Tahun 2014. Fakultas Kedokteran USU.

(19)

35

Globocan, 2012. Cancer Incidence and Mortality Worlwide. International Agency for Research on Cancer.

Gupta, Bhawna, Johnson, Newell W., 2014. Systematic Review and Meta-Analysis of Association of Smokeless Tobacco and of Betel Quid without Tobacco with Incidence of Oral Cancer in South Asia and the Pacific. PLoS ONE, vol. 9, pp. 1-14.

International Agency for Research on Cancer, 2004. Betel-quid and Areca-nut

Chewing and Some Areca-nut-derived Nitrosamines. Lyon : World Health

Organization.

Little, Melissa A., Pokhrel, Pallav, Murphy, Kelle L., Kawamoto, Crissy T., Suguitan, Gil S., dan Herzog, Thaddeus A., 2014. The Reasons for Betel-quid Chewing Scale: Assessment of Factor Structure, Reliability, and Validity. BMC Oral Health, vol. 14(62), pp. 1-8.

Lombu, Elvis Sofyan, 2014. Kebiasaan Menyirih dan Kesehatan Rongga Mulut Lansia di Desa Hilibadalu Kabupaten Nias. Fakultas Kedokteran USU. Loyha, Kulchaya, Vatanasapt, Patravoot, Promthet, Supannee, Parkin, dan Donald Maxwell, 2012. Risk

Factors for Oral Cancer in Northeast Thailand. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, vol. 13, pp. 5087-5090.

Lyman, Gary H., Cassidy, Jim, Bissect, Donald, Spence, Roy A.J., Payne, Miranda, 2009. Oxford American Handbook of Onclogy. USA : Oxford University Press.

Nair, Urmila, Bartsch, Helmut, dan Nair, Jagadeesan, 2004. Alert for an Epidemic of Oral Cancer due to Use of The Betel Quid substitutes gutkha and pan masala : a Review of Agents and Causative Mechanisms. Mutagenesis, vol. 9, pp. 251-262.

Rasjidi, Imam, 2013. Buku Ajar Onkologi Klinik. Jakarta : EGC.

Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan, 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.

(20)

Sukardja, I Dewa Gede, 2000. Onkologi Klinik. Surabaya : Airlangga University Press.

Teni, Tanuja, Pawar, Sagar, Sanghvi, Vikram, Saranath, Dhananjaya, 2002. Expression of Bcl-2 and Bax In Chewing Tobacco-Induced Oral Cancers and Oral Lesions from India. Pathology Oncology Research, vol. 8, pp. 109-114.

Wowor, Vonny N.S., Supit, Aurelia, Marbun, Dame R., 2013. Gambaran Kebiasaan Menyirih dan Lesi Mukosa Mulut pada Mahasiswa Papua di Manado. E-Journal Universitas Sam Ratulangi.

Wu, Shyh-Jong dkk., 2014. Association Study between Novel CYP26 Polymorphisms and the Risk of Betel Quid-Related Malignant Oral Disorders. The Scientific World Journal, vol. 2015, pp. 1-9.

(21)

18

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Variabel Independent Variabel dependent

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Defenisi operasional dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Defenisi Operasional No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

1. Frekuensi Menyirih Jumlah menyirih dalam satu hari Wawan -cara Kui-sioner

 Tidak menyirih  > 10 kali sehari  7-10 kali sehari  4-6 kali sehari  1-3 kali sehari

Nominal

Frekuensi Menyirih

(22)

Tabel 3.1. Defenisi Operasional (Lanjutan) No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

2. Kanker Rongga Mulut Pasien yang telah terdiagnosis oleh dokter menderita kanker rongga mulut melalui pemeriksaan histopatologi dan tercatat dalam rekam medik Gambaran histo-patologi yang didapat dari data rekam medis Data rekam medis  Kanker Rongga Mulut  Tidak Kanker Rongga Mulut Nominal

3.3. Hipotesis

Ada hubungan antara frekuensi menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut.

(23)

20

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain case control. Pada penelitian ini dipilih desain

case control karena desain ini baik digunakan untuk menilai hubungan sebab-akibat antar variabel, dan waktu yang diperlukan untuk penelitian relatif singkat, serta biaya yang diperlukan relatif murah. Pada penelitian ini akan digunakan pendekatan retrospektif, yaitu mengidentifikasi risiko pasien di masa lampau. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis data yang diperoleh untuk melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya (Sastroasmoro dan Ismael, 2013). Penelitian analitik dengan desain case control ini akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk menilai hubungan antara frekuensi menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut di RSUP H. Adam Malik.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini adalah di Poli Bedah Onkologi, Ruang Rawat Inap Rindu B dan Rindu A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan karena merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya sehingga cukup representatif untuk dijadikan tempat penelitian.

4.2.2. Waktu Penelitian

(24)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Target

Populasi target adalah seluruh data pasien kanker yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah seluruh data pasien kanker leher dan kepala yang berobat di Subdivisi Bedah Onkologi RSUP. H. Adam Malik Medan.

4.3.3. Sampel

Sampel dari penelitian ini terbagi atas menjadi 2 bagian yaitu: 1. Kasus

Pasien kanker leher dan kepala yang terdiagnosis kanker rongga mulut yang berobat di Subdivisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik

2. Kontrol

Pasien kanker leher dan kepala yang bukan terdiagnosis kanker rongga mulut yang berobat di Subdivisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik

Besar sampel pada penelitian ini adalah :

dengan:

n : Besar sampel

Zα : tingkat kemaknaan

Zβ : power

P1 : proporsi efek pada kasus

P2 : proporsi efek pada kontrol P : ½ (P1+P2)

(25)

22

Berdasarkan rumus tersebut, maka nilai n dapat dihitung dengan

menggunakan nilai, Zα = 1.96 dan nilai Zβ = 0,84 yang ditetapkan oleh peneliti.

Dengan menggunakan nilai – nilai diatas maka :

Jadi, besar sampel minimum yang diperlukan adalah 41 orang. Oleh peneliti, jumlah sampel ini digenapkan menjadi 45 orang (rasio kasus : kontrol = 1:1) maka total sampel minimal untuk penelitian ini adalah 90. Sampel diambil berdasarkan teknik pengambilan sampel non random ( non probability ) sampling yang berupa purposive sampling. Pemilihan sample secara purposive sampling

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat – sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

4.3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi dan ekslusi dari penelitian ini adalah : 1. Kriteria inklusi sampel adalah :

a. Pasien kanker leher dan kepala yang berobat di Subdivisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan yang bersedia diwawancarai

(26)

c. Sebagai kontrol adalah pasien kanker leher dan kepala yang bukan terdiagnosis kanker rongga mulut pada regio lidah, gingival, bibir, bukal, dan palatum

2. Kriteria ekslusi sampel adalah :

a. Pasien kanker leher dan kepala yang tidak memiliki data lengkap didalam rekam medis

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mengunakan kuisioner yang telah divalidasi untuk mengetahui kebiasaan menyirih dari pasien tersebut. Pengumpulan data primer dilakukan dengan dua cara, yaitu menghubungi secara langsung dan tidak langsung atau melalui telepon. Data sekunder diperoleh melalui data rekam medis untuk mengetahui informasi objektif diagnosis kanker rongga mulut.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisa data pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan program komputer dan tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Tahap pertama yaitu, melakukan pengecekan nama dan kelengkapan identitas maupun data responden dan memastikan bahwa seluruh pertanyaan telah terjawab dengan baik.

2. Coding

Tahap kedua yaitu, mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan untuk mempermudah saat melakukan tabulasi data. Pada bagian frekuensi menyirih diubah menjadi dua kategori, yaitu >5 kali/hari dan <5 kali/hari, dan pada bagian lama menyirih diubah menjadi >10 tahun dan <10 tahun Hal ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang menggunakan

(27)

24

3. Entry

Tahap ketiga yaitu, seluruh jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan kedalam program komputer.

4. Cleaning

Tahap keempat yaitu, mengecek kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak.

5. Analyzing

Tahap kelima yaitu, menganalisi data dengan menggunakan program komputer.

a. Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau medeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Setelah dilakukan analisis univariat maka hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel.

(28)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan beralamat Jalan Bunga Lau No. 17, Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulan September – November 2015 di RSUP H. Adam Malik dengan cara melakukan wawancara langsung pada responden yang sedang dirawat di RSUP H. Adam Malik dan tidak langsung dengan cara menghubungi melewati nomor telepon yang tertulis di data rekam medis pasien. Dari wawancara tersebut diperoleh 90 responden yang terbagi atas dua kelompok yaitu, kelompok kasus dan kontrol dengan perbandingan jumlah 1 : 1. Karakteristik responden dapat dilihat pada table 5.1 berikut ini :

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No. Karakteristik Responden Kasus Kontrol Jumlah %

n % n %

1. Usia

< 45 Tahun 45 – 59 Tahun > 59 Tahun

1 20 24 2.2 44.5 53.3 2 40 3 4.5 88.8 6.7 3 60 27 3.3 66.7 30 2. Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 18 27 40 60 23 22 51.2 46.8 41 49 45.6 54.4

(29)

26

kelompok umur < 45 tahun sebanyak 3 orang dengan rincian 1 orang (2.2%) dari kelompok kasus dan 2 orang (4.4%) dari kelompok kontrol. Umur termuda responden adalah 17 tahun dan tertua adalah 69 tahun. Pada tabel tersebut dapat dilihat juga bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 49 orang (54.4%) dengan rincian 27 orang (60%) dari kelompok kasus dan 22 orang (46.8%) dari kelompok kontrol dan diikuti dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 41 orang (45.6%) dengan rincian 18 orang dari kelompok kasus (40%) dan 23 orang dari kelompok kontrol (51.2%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan sampel, maka data yang telah dikumpulkan diolah dan dilakukan analisis. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi variabel penelitian. Distribusi frekuensi variabel penelitian dapat dilihat pada table 5.2. berikut ini :

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

No. Variabel Kasus Kontrol Jumlah %

n % n %

1. Menyirih

Ya Tidak 23 22 51.1 48.9 11 34 24.4 75.6 34 56 37.8 62.2 2. Bahan Menyirih

Daun sirih, pinang, kapur, gambir, tembakau

Daun sirih, pinang, kapur, gambir 23 0 100 0 10 1 90.0 9 0.01 33 1 97.05 2.95

3. Frekuensi Menyirih / hari

< 5 kali / hari > 5 kali / hari

5 18 21.7 78.3 5 6 45.5 54.5 10 24 29.4 70.6 4. Lama Menyirih

< 10 Tahun > 10 Tahun

8 15 34.7 65.3 7 4 63.6 36.4 15 19 44.8 55.2 5. Motivasi Menyirih

Keluarga Teman Kemauan Sendiri 0 0 23 0 0 100 0 0 11 0 0 100 0 0 34 0 0 100 6. Tujuan Menyirih

(30)

Agar gigi sehat dan kuat Adat istiadat Tanpa tujuan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pada tabel 5.2. dapat dilihat bahwa dari 90 responden terdapat 34 orang (37.8%) menyirih dengan rincian 23 orang (51.1%) dari kelompok kasus dan 11 orang (24.4%) dari kelompok kontrol dan 56 orang (62.2%) tidak menyirih dengan rincian 22 orang (48.9%) dari kelompok kasus dan 34 orang (75.6%) dari kelompok kontrol. Dari 34 orang yang menyirih didapat 23 orang (100%) dari kelompok kasus dan 10 orang (90.09%) dari kelompok kontrol yang menyirih menggunakan daun sirih, pinang, kapur, gambir, dan tembakau, sedangkan satu orang (0.01%) dari kelompok kontrol menyirih menggunakan daun sirih, pinang, kapur, gambir tanpa tembakau. Selain itu, dari table diatas dapat dilihat frekuensi menyirih dan lama menyirih responden yaitu, responden yang meyirih < 5 kali terdapat sebanyak 10 orang (29.4%) dengan rincian 5 orang (21.7%) dari kelompok kasus dan 5 orang (45.5%) dari kelompok kontrol dan > 5 kali terdapat sebanyak 24 orang (70.6%) dengan rincian 18 orang (78.3%) dari kelompok kasus dan 6 orang (54.5%) dari kelompok kontrol, didapat 15 orang (44.8%) responden telah menyirih < 10 tahun dengan rincian 8 orang (34.7%) dari kelompok kasus dan 7 orang (63.4%) dari kelompok kontrol dan 19 orang (55.2%) responden telah menyirih > 10 tahun dengan rincian 15 orang (65.3%) dari kelompok kasus dan 4 orang (36.4%) dari kelompok kontrol. Dari 34 orang responden yang meyirih didapati seluruh responden menyirih dikarenakan kemauan diri sendiri dan digunakan untuk menenangkan pikiran.

(31)
[image:31.595.110.526.132.388.2]

28

Tabel 5.3. Distribusi Hubungan Menyirih dengan Kanker Rongga Mulut

No. Variabel Kasus Kontrol OR

(95%CI)

p-value

n % n %

1. Menyirih

Ya Tidak 23 22 51.1 48.9 11 34 24.4 75.6 3.2 (1.3-7.9) 0.016

2. Frekuensi Menyirih / hari

Tidak Menyirih < 5 kali / hari

> 5 kali / hari

22 5 18 48.9 11.1 40 34 5 6 75.6 11.1 13.3 1 1.5 (0.4-5.9) 4.6 (1.5-13.5) 0.729 0.007

3. Lama Menyirih

Tidak Menyirih < 10 Tahun

> 10 Tahun

22 8 15 48.9 17.8 33.3 34 7 4 75.6 15.6 8.8 1 1.7 (0.5-5.5) 5.8 (1.7-19.7) 0.385 0.004

Pada tabel diatas didapat nilai p-value dari variabel menyirih adalah sebesar 0.016 (p-value<0.05) dengan nilai OR 3.2, sedangkan dari variabel frekuensi menyirih didapat nilai p-value sebesar 0.729 (p-value>0.05) dengan nilai OR 1.5 untuk menyirih <5 kali/ hari dan 0.007 (p-value<0.05) dengan nilai OR 4.6 untuk menyirih >5 kali/ hari, dari variabel lama menyirih didapat nilai p-value 0.385 (p-value>0.05) dengan nilai OR 1.7 untuk menyirih telah <10 tahun dan 0.004 (p-value<0.05) dengan nilai OR 5.8 untuk menyirih telah >10 tahun.

5.2. Pembahasan

(32)

Adam Malik. Hal ini dikarenakan adanya persamaan letak geografis pada lokasi penelitian tersebut.

Pada tabel 5.2. didapat 33 orang dari 34 orang yang menyirih menggunakan tambahan tembakau pada komposisi sirihnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Amtha (2014) di Jakarta yang melaporkan bahwa tembakau menjadi salah satu komposisi tambahan dalam menyirih. Akan tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Papua di Manado oleh Vonny dkk (2013), dari penelitian tersebut dilaporkan bahwa lebih banyak sampel yang menyirih tanpa menambahkan tembakau. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan budaya sekitar pada daerah masing-masing sehingga menyebabkan perbedaan pengolahan komposisi sirih (IARC, 2004). Pada tabel tersebut juga didapat bahwa seluruh responden yang menyirih mengatakan bahwa ingin menyirih karena kemauan diri sendiri dan dengan tujuan mendapatkan ketenangan. Hal ini sesuai dengan penelitian Vonny dkk (2013) bahwa sebagian besar sample mengatakan bahwa motivasi menyirih berasal dari diri sendiri. Sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan di Guam, yaitu meneliti skala alasan orang menyirih dilaporkan bahwa sirih merupakan salah satu bahan psikoaktif yang sering digunakan di dunia (Little et al., 2014).

(33)

30

terdapat zat karsinogenik yang dapat menyebabkan timbulnya proses tumorgenesis.

Pada variabel frekuensi menyirih didapat perbedaan hubungan antara menyirih <5 kali/hari dengan menyirih >5 kali/hari. Menyirih <5 kali/hari memiliki nilai p-value 0.729 (p-value>0.05) dengan nilai OR 1.5 (0.4-5.9). Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara menyirih <5 kali/hari dengan kejadian kanker rongga mulut, sedangkan menyirih >5 kali/hari memiliki nilai p-value 0.007(p-value<0.05)dengan nilai OR 4.6 (1.5-13.5) yang berarti terdapat hubungan antara menyirih >5 kali/hari dengan kejadian kanker rongga mulut. Hal ini menunjukkan bahwa menyirih >5 kali/hari meningkatkan 5 kali risiko kejadian kanker rongga mulut. Pada penelitian sebelumnya dikatakan bahwa terdapat hubungan antara menyirih <5 kali/hari dan menyirih >5 kali/hari. Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa frekeunsi menyirih <5 kali/hari dapat meningkatkan risiko kanker rongga mulut, perbedaan ini dikarenakan pada penelitian sebelumnya menggunakan sampel yang lebih besar dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol tidak 1:1, melainkan 1:2 atau lebih (Dikshit & Kanhere, 2000 ; Balaram et al., 2002 ; Znoar et al., 2003 ; Amtha et al., 2014).

Pada variabel lama menyirih <10 tahun didapat nilai p-value sebesar 0.385 (p-value>0.05) dengan nilai OR 1.5 (0.5-5.5). Hal ini menjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara menyirih <10 tahun dengan kejadian kanker rongga mulut, sedangkan lama menyirih >10 tahun memiliki nilai p-value

(34)
(35)

32

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kanker rongga mulut lebih banyak ditemukan pada perempuan dibanding laki-laki

2. Tujuan orang untuk menyirih yang paling sering adalah untuk menenangkan pikiran

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut (p-value = 0.016). Menyirih dapat meningkatkan 3 kali risiko kejadian kanker rongga mulut dan

4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara menyirih sebanyak <5 kali/hari dengan kejadian kanker rongga mulut (p-value = 0.729) dan terdapat hubungan yang signifikan antara menyirih sebanyak >5 kali/hari dengan kejadian kanker rongga mulut (p-value = 0.007). Menyirih sebanyak >5 kali/hari dapat meningkatkan 5 kali risiko kejadian kanker rongga mulut

5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menyirih < 10 tahun dengan kejadian kanker rongga mulut (p-value = 0.385) dan terdapat hubungan yang signifikan antara lama menyirih > 10 tahun dengan kejadian kanker rongga mulut (p-value = 0.004). Menyirih > 10 tahun dapat meningkatkan 6 kali risiko kejadian kanker rongga mulut

6.2. Saran

1. Diharapkan penelitian berikutnya dapat menambahkan beberapa faktor risiko lain yang dapat menyebabkan kanker rongga mulut dan dilakukan analisis untuk melihat pengaruh seluruh faktor risiko tersebut dengan kejadian kanker rongga mulut

(36)
(37)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Rongga Mulut

2.1.1. Definisi Kanker Rongga Mulut

Kanker rongga mulut adalah keganasan yang melibatkan daerah bibir, ginggiva, anterior lidah, dasar mulut, palatum durum, dan mukosa bukal. Kanker rongga mulut dapat melibatkan lebih dari satu regio dalam rongga mulut (Lyman

et al., 2009).

2.1.2. Epidemiologi Kanker Rongga Mulut

Kanker rongga mulut paling sering terjadi pada laki-laki dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 1,5 : 1. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih sering terpapar perilaku risiko tinggi kanker rongga mulut. Kemungkinan perkembangan kanker rongga mulut berhubungan dengan periode paparan faktor risiko dan peningkatan usia, ditambah lagi dengan hubungan usia dengan perubahan mutagenic dan epigenetic. Beberapa kondisi juga dapat mempengaruhi kejadian kanker rongga mulut, yaitu Li Fraumei sindrom, Plummer-Vinson sindrom, anemia Fanconi, kemoterapi, kongenital diskeratosis, xeroderma, pigmentosum, dan diskoid lupus eritematosus (Lemmer dan Feller, 2012).

Five year survival rate pada pasien kanker rongga mulut dilaporkan sekitar 50%, pada laki-laki maupun perempuan. Stadium pasien kanker rongga mulut pada saat pertama kali didiagnosis berperan penting sebagai faktor prognosis. Kanker rongga mulut sering sekali terlambat didiagnosis akibat pasien terlambat mencari pengobatan, pasien tidak mengerti dan peduli terhadap tanda dan gejala yang muncul, atau pasien menyangkal adanya penyakit tersebut (Lemmer dan Feller, 2012).

2.1.3. Patogenesis Kanker Rongga Mulut

Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami perubahan (transformasi)

(38)

autonom, liar, tidak terkendali, dan terlepas dari koordinasi pertumbuhan normal. Transformasi sel itu terjadi karena mutasi gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, yaitu proto-onkogen dan atau suppressor gene (Sukardja, 2000).

1. Proto-onkogen

Proto-onkogen adalah gen normal yang banyak berperan dalam regulasi proliferasi sel. Mutasi membuatnya menjadi onkogen. Aktivasi proto-onkogen menjadi proto-onkogen biasanya disebabkan oleh mutasi gain of function. Setidaknya terdapat 3 mekanisme perubahan proto-onkogen menjadi onkogen, yakni :

a. Mutasi noktah, menghasilkan protein yang hiperaktif tanpa adanya peningkatan jumlah,

b. Amplifikasi gen, menghasilkan ekspresi berlebih proto-onkogen dan menghasilkan peningkatan jumlah protein tanpa meningkatkan fungsinya, dan

c. Pengaturan ulang kromosom, dua mekanisme pengaturan ulang kromosom yang mengaktifkan proto-onkogen adalah translokasi dan inversi (Rasjidi, 2013).

2. Suppressor gene

Bila proto-onkogen bertugas menyandi protein yang merangsang

pertumbuhan tumor, gen supresor tumor bertugas sebagai “rem” proliferasi

sel. Sebenarnya istilah ini kurang tepat, mengingat gen ini sebenarnya bukan berfungsi mencegah tumor melainkan mengatur proliferasi sel normal. Namun, oleh karena malfungsi gen ini terkait erat dengan kejadian tumor dan diidentifikasi pertama kali melalui penelitian terhadap tumor, gen ini kemudian dinamakan gen supresor tumor (Rasjidi, 2013).

(39)

7

Empat tahapan tersebut adalah :

a. Inisiasi, kerusakan genetik yang irreversibel,

b. Promosi, terjadi ekspansi klonal sel yang terinisiasi secara selektif, menghasilkan lebih banyak sel yang berisiko mengalami perubahan genetik dan menjadi ganas,

c. Konversi keganasan, perubahan genetik lebih lanjut mencetuskan transformasi sel pra-neoplastik menjadi sel berfenotip ganas,

d. Progresi tumor, ekspresi fenotip keganasan yang ditandai dengan ketidakstabilan genom dan pertumbuhan sel yang tidak terkendali (Rasjidi, 2013).

Pada suatu studi dilaporkan bahwa kebiasaan menguyah tembakau menyebabkan perubahan gen pada bcl-2, bax, dan p53. Pada studi tersebut disebutkan bahwa perubahan gen tersebut menjadi dasar terjadinya kanker rongga mulut (Teni et al., 2002). Selain itu, pembentukan ROS akibat dari kebiasaan mengunyah sirih juga dilaporkan menyebabkan terjadinya CYP26A1 dan CYP26B1 polymorphism sehingga mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut (Wu et al., 2014 ; Chen et al., 2014).

2.1.4. Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut 2.1.4.1. Merokok

(40)

kanker rongga mulut dibanding yang tidak merokok (Loyha et al., 2012 ; Sirait, 2013 ; Amtha et al., 2014)

Perbedaan jenis, jumlah, dan durasi merokok juga ikut berperan dalam peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut. Semakin besar dan lama durasi merokok maka semakin tinggilah risiko terjadinya kanker rongga mulut (Loyha et al., 2012 ; Amtha et al., 2014)

2.1.4.2. Alkohol

Alkohol merupakan salah satu dari faktor risiko mayor kanker rongga mulut. Dibeberapa penelitian disebutkan bahwa ada hubungan alkohol dengan kejadian kanker rongga mulut. Konsumsi alkohol dilaporkan dapat berisiko 2,1 kali menderita kanker rongga mulut dan terdapat hubungan antara frekuensi mengonsumsi alkohol dengan peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut (Loyha et al., 2012).

2.1.4.3. Menyirih

Menyirih merupakan kebiasaan yang berkembang dan diterima dimasyarakat. Kebiasaan menyirih merupakan salah satu budaya dikalangan masyarakat Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan di Indonesia dilaporkan bahwa menyirih berisiko 4,19 kali menderita kanker rongga mulut dibanding yang tidak menyirih (Amtha et al., 2014).

Frekuensi, lama, dan komposisi menyirih juga berperan dalam peningkatan kanker rongga mulut. Semakin tinggi frekuensi seseorang menyirih dalam sehari, maka semakin tinggi risiko terjadinya kanker rongga mulut (Loyha

et al., 2012).

(41)

9

2.1.4.4. Infeksi Virus

Salah satu faktor risiko dari kejadian kanker rongga mulut adalah infeksi virus. Virus yang paling sering ditemukan adalah virus HPV. Infeksi virus HPV biasanya menyebabkan kanker di daerah genital seperti penis, serviks, vulva, vagina dan anus. Transmisi dari HPV dapat terjadi melalui kontak kulit-ke-kulit dan juga melalui aktivitas sexual. Peningkatan angka kejadian kanker rongga mulut yang disebabkan oleh infeksi HPV dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas seks oraldimasyarakat. Dilaporkan bahwa laki-laki lebih sering menderita kanker rongga mulut dengan infeksi HPV dibanding dengan perempuan (American Cancer Society, 2015).

2.1.4.5. Kebersihan Mulut

Menurut penelitian dilaporkan bahwa terdapat hubungan kebersihan mulut dengan kejadian kanker rongga mulut. Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa kebersihan mulut yang jelek berisiko 2,3 kali menderita kanker rongga mulut, dalam penelitian tersebut yang dikategorikan kebersihan mulut jelek adalah tidak melakukan gosok gigi dan membersihkan mulut setiap hari (Sirait, 2013).

2.1.4.6. Paparan Sinar UV

Iritasi sinar matahari akibat dari paparan sinar UV dapat menyebabkan kanker bibir pada orang-orang yang bekerja dilapangan dalam waktu yang lama (American Cancer Society, 2015).

2.1.5. Tanda-tanda Kanker Rongga Mulut

Menurut CDC, ada beberapa tanda bahaya yang dapat dicurigai sebagai kanker rongga mulut, yaitu :

1. Adanya ulkus yang nyeri yang tidak dapat sembuh selama 2 minggu

2. Plak putih atau plak kemerahan pada ginggiva, lidah, tonsil, atau mukosa mulut

(42)

5. Sulit mengunyah dan menelan 6. Sulit menggerakkan lidah

7. Mati rasa pada daerah lidah dan mulut 8. Perubahan suara

9. Ada bejolan atau massa di leher 10. Berat badan menurun

2.2. Frekuensi Menyirih

2.2.1. Definisi Frekuensi Menyirih

Istilah sirih dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah betel quid atau dalam bahasa lain dikenal dengan istilah pan atau paan. Komposisi sirih umumnya adalah daun sirih, buah pinang, kapur sirih, dan terkadang dicampur dengan tembakau. Selain itu, ada juga yang menambahkan bahan lain sesuai dengan daerah masing-masing. Di Indonesia biasa ditambahkan gambir sebagai bahan tambahan komposisi sirih (IARC, 2004).

Frekuensi menyirih diartikan sebagai intensitas seseorang mengonsumsi sirih dalam satu hari. Dalam sebuah studi yang dilakukan di Guam dilaporkan bahwa terdapat beberapa alasan orang untuk menyirih yaitu, menyukai rasa dari sirih tersebut, menyukai kebiasaan mengunyah sesuatu didalam mulut, faktor sosial, dan adanya efek relaksasi dan energi yang diberikan saat penggunaan sirih yang dianggap dapat membantu dalam membuat keputusan. Alasan-alasan tersebut dapat mempengaruhi tingkat konsumsi sirih dalam sehari (Little et al., 2014).

2.2.2. Komposisi 2.2.2.1. Daun Sirih

(43)

11

[image:43.595.214.408.175.321.2]

chavicol. Dilaporkan juga terdapat vitamin C (1,9 mg/g) dan karoten (80,5 mg/g) dalam daun sirih (IARC, 2004).

Gambar 2.1. Daun Sirih

2.2.2.2. Buah Pinang

Nama latin dari buah pinang adalah Areca catechu. Buah pinang dapat dikonsumsi secara langsung atau dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur atau dipanggang. Pengolahan yang berbeda menghasilkan perbedaan konsentrasi dari kandungan buah pinang tersebut. Kandungan dari buah pinang adalah karbohidrat, lemak, protein, polifenol, alkaloid, dan mineral. Variasi konsentarasi dari zat yang terkandung bisa terjadi tergantung letak geografis penanaman, dan tingkat kematangan buah pinang saat dikonsumsi (IARC, 2004).

Konsentrasi polifenol (flavonol, tannin) sangat tergantung dari lokasi penanaman dan tingkat kematangan buahnya. Kandungan tannin terbanyak terdapat pada buah pinang yang tidak matang dan menurun seiring kematangan buah tersebut (IARC, 2004).

Buah pinang setidaknya mengandung enam jenis alkaloid, yang empat diantaranya adalah arecoline, arecaidine, guvacine, dan guvacoline. Arecoline

merupakan alkaloid utama yang terkandung dalam buah pinang. Konsentrasi

(44)

Mineral yang terkandung dalam buah pinang adalah natrium, magnesium, kalsium klorida, vanadium, mangan, tembaga, dan brom. Buah pinang juga mengandung areca-nut-derived nitrosamines yang bersifat karsinogenik (IARC, 2004).

Kandungan dari buah pinang dapat merangsang ekspresi COX-2 dan produksi PGE2 dan PGE2α yang berperan dalam proses terjadinya keganasan pada

[image:44.595.159.506.278.418.2]

rongga mulut (Chang, 2014).

Gambar 2.2. Buah Pinang

2.2.2.3. Kapur Sirih

Kapur sirih atau kalsium hidroksida merupakan salah satu komposisi dari sirih yang berasal dari pemanasan cangkang kerang laut atau karang, hasil debu dari cangkang atau karang laut tersebut ditambahkan air dan dioleskan pada daun sirih (IARC, 2004).

[image:44.595.232.437.590.714.2]
(45)

13

2.2.2.4. Tembakau

[image:45.595.211.418.297.454.2]

Tembakau sering ditambahkan sebagai komposisi sirih. Tembakau mengandung beberapa zat yang bersifat karsinogenik yaitu Tobacco-Spesific Nitrosamines (TNAs) yang terdiri dari : N-nitrosonornicotine (NNN), 4-(N-methyl-N-nitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanone (NNK), dan N-nitrosoanabasine (NAB). Di India tembakau hanya dijemur sebelum dikonsumsi. Jenis tembakau yang sering digunakan adalah Nicotiana rustica dan Nicotiana tabacum (IARC, 2004).

Gambar 2.4. Tembakau

2.2.3. Cara Pengolahan

Cara pengolahan sirih berbeda-beda setiap daerah, berikut ini cara pengolahan sirih yang biasa digunakan :

1. Hanya menguyah buah pinang saja, tidak dicampur dengan daun sirih, kapur sirih dan tembakau

2. Mengunyah tembakau tanpa buah pinang

3. Mengunyah buah pinang, daun sirih, kapur sirih, dan bahanan tambahan sesuai daerah masing-masing tanpa tembakau

(46)

2.2.4. Dampak Merugikan dari Menyirih Terhadap Kanker Rongga Mulut

Bahan-bahan yang digunakan dalam menyirih mengandung banyak zat kimia. Zat kimia tersebut sebagian besar bersifat karsinogenik. Tembakau mengandung beberapa zat Tobacco-Spesific Nitrosamines (TNAs) yang bersifat karsinogenik yaitu, N-nitrosonornicotine (NNN), 4-(N-methyl-N-nitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanone (NNK), dan N-nitrosoanabasine (NAB) sedangkan, buah pinang mengandung zat karsinogenik Areca-Nut Nitrosamine yaitu, 3-(methyl-N-nitrosamino) propionitrile (MNPN). Zat-zat ini dapat dideteksi melalui saliva orang yang menyirih. TSNAs mempengaruhi pengaktivan metabolisme sitokrom P450 dan aktivitas enzim-enzim. Selain itu, Tobacco-Spesific Nitrosamines NNN dan NNK dapat memicu terjadinya kesalahan kode DNA yang dapat menyebabkan dimulainya proses tumorgenesis di rongga mulut. Sedangkan

Areca-Nut Nitrosamines MNPN dapat menyebabkan mutasi gen p53 yaitu transisi G – A (Nair et al., 2004).

Pengaruh polifenol yang dihasilkan oleh buah pinang juga dapat memicu terbentuknya tumor pada rongga mulut. Polifenol tersebut dapat mengoksidasi basa DNA, sehingga memicu terjadinya transversi G – T yang dapat memicu terjadinya pembentukan tumor. Selain itu, yang dapat mempengaruhi kanker rongga mulut adalah aktivitas dari ROS. Aktivitas ROS dapat merusak jaringan. ROS tersebut berasal dari kandungan buah pinang dan kapur sirih (Nair

et al., 2004).

(47)

15

Dalam buah pinang terkadung arecoline. Salah satu efek dari arecoline

adalah deplesi dari antioksidan glutation dan penurunan aktivitas glutation S-tranferase. Kedua mekanisme ini menyebabkan timbulnya proses karsinogenesis. Deplesi dari glutation dapat menyebabkan terbentuknya lebih banyak oksidatif stres yang menyebabkan kerusakan DNA dan memicu sinyal terjadinya proses karsinogenesis. Glutation S-transferase merupakan enzim yang berfungsi untuk mendetoksikasi ROS, sehingga penurunan enzim tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan ROS (Nair et al., 2004).

[image:47.595.116.512.362.623.2]

Ekstrak buah pinang juga dapat menginduksi terjadinya kerusakan DNA dan merangsang terjadinya diferensiasi pada epitel bukal yang diindikasikan dengan peningkatan ekspresi involucrin. (Chang et al,. 2014).

(48)

Aktivitas COX-2, PGE2, dan PGE2α juga berperan dalam

patogenesis kanker rongga mulut. PGE2 dan PGE2α berperan dalam proses

karsinogenesis dengan mempertahankan proses hiperplasia, angiogenesis, penekanan sistem imun, dan metastasis tumor. Dalam sebuah penelitian dilaporkan bahwa terdapat keterlibatan Src dan Ras dalam ekspresi dan produksi dari COX-2 dan PGE2. Src dan Ras berperan dalam mengatur pelekatan sel,

invasi, proliferasi, dan angiogenesis yang dapat mempengaruhi perkembangan tumor (Chang et al,. 2014).

1. Trauma lokal dan kerusakan yang disebabkan oleh buah pinang/tembakau/kapur sirih 2. Kerusakan DNA oleh ROS/TSNA/ASNA

3. Proliferasi sel 4. Mutasi

Faktor Penyebab :

 Buah Pinang,gambir dan kapur sirih:

ROS, efek abrasi

 Buah Pinang : Stres oksidatif karena

deplesi GSH, areocoline, ASNA.

 Tembakau : TSNA

Epitel Normal

Leukoplakia

 Inflamasi kronik

 Kerusakan DNA, proliferasi sel, mutasi dan

ketidakstabilan gen

 Sistem imun yang buruk

Fibrosis Submukosa

Kanker Rongga Mulut

 Pembentukan kolagen yang berlebihan  Fibrogenesis

[image:48.595.109.511.298.552.2]

 Stres oksidatif

Gambar 2.6. Dampak Merugikan dari Menyirih Terhadap Kanker Rongga Mulut

2.3. Hubungan Frekuensi Menyirih dan Kanker Rongga Mulut

(49)

17

(50)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran tidak terkontrol dari sel-sel abnormal. Kanker dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Contoh dari faktor internal adalah pengaruh mutasi genetik, hormon, dan sistem imun, sedangkan faktor eksternal adalah konsumsi tembakau, infeksi organisme, dan pola makan yang tidak sehat (American Cancer Society, 2015). Kanker rongga mulut adalah keganasan yang melibatkan daerah bibir, ginggiva, anterior lidah, dasar mulut, palatum durum, dan mukosa bukal. Kanker rongga mulut memiliki insidensi tertinggi dibandingkan dengan kanker leher dan kepala lainnya (Lyman et al., 2009).

Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, terhitung kasus baru kanker rongga mulut sebanyak 300 juta jiwa di seluruh dunia atau 2,1% dari jumlah total kanker lainnya. Insidensi pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan yaitu sekitar 2,7 %. Sementara itu, insidensi kanker rongga mulut di Asia Tenggara menunjukkan 8,1% dari jumlah total kanker lainnya dipopulasi tersebut, lebih tinggi dari angka insidensi kanker rongga mulut di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Asia Tenggara termasuk salah satu populasi yang menyumbang angka kejadian kanker rongga mulut terbesar. Menurut data Riskesdas 2007, tercatat kasus kanker rongga mulut sekitar 4% dari total kasus kanker yang terjadi di Indonesia. Dalam satu studi yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dilaporkan bahwa terdapat 40 kasus kanker rongga mulut pada Januari 2013 – November 2014 dan 21 orang (52,5%) dilaporkan memiliki riwayat menyirih, dengan rincian 17 orang (81 %) menyirih >3 kali/hari dan 4 orang (9%) menyirih <3 kali/hari (Fahrunnisa, 2015).

(51)

2

di negara-negara Asia, seperti India, Pakistan, Srilanka, Bangladesh, dan Taiwan. Beberapa studi melaporkan bahwa ada hubungan dose-response dari kebiasaan ini dengan kejadian kanker rongga mulut (Loyha et al., 2012 ; Amtha et al., 2014). Di Indonesia kebiasaan menyirih sudah menjadi budaya sosial yang dapat diterima dimasyarakat. Komposisi sirih yang digunakan di Indonesia sedikit berbeda dari negara Asia lainnya. Buah pinang, kapur sirih dan daun sirih dikunyah terlebih dahulu, setelah itu diambil potongan tembakau untuk membersihkan gigi, dan didiamkan di dalam rongga mulut. Kebiasaan yang demikian dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker rongga mulut (Amtha et al., 2014).

Kebiasaan menyirih dapat memberikan dampak buruk, yaitu melalui kandungan arecoline pada buah pinang. Kandungan arecoline dapat membentuk

derived nitrosamine yang bersifat karsinogenik dan menyirih dapat menyebabkan terbentuknya Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat menginduksi kerusakan jaringan di rongga mulut (IARC, 2004). Aktivitas dari ROS tersebut dapat menyebabkan tejadinya CYP26A1 dan CYP26B1 polymorphism yang berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut (Wu et al., 2014).

Dalam beberapa studi dilaporkan bahwa ada pengaruh dose-response

terhadap peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut. Frekuensi penggunaan sirih dalam sehari menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut. Semakin tinggi frekuensi menyirih dalam sehari, maka semakin tinggilah risiko terjadinya kanker rongga mulut (Dikshit & Kanhere, 2000 ; Balaram et al., 2002 ; Znoar et al., 2003).

Oleh karena itu, penulis ingin meneliti tentang Hubungan Frekuensi Menyirih dengan Kejadian Kanker Rongga Mulut di Departemen Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2015.

1.2. Rumusan Masalah

(52)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan faktor risiko frekuensi menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui distribusi menyirih pasien kanker rongga mulut di RSUP H. Adam Malik

2. Mengetahui tujuan dan alasan menyirih pada pasien kanker rongga mulut di RSUP H. Adam Malik

3. Mengetahui hubungan faktor risiko menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut

4. Mengetahui hubungan faktor risiko lama menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Masyarakat

Bagi masyarakat, informasi hasil penelitian dapat menjadi tambahan informasi dalam memahami dampak dari tingkat frekuensi menyirih terhadap kejadian kanker rongga mulut.

1.4.2. Pelayanan Kesehatan

(53)

4

1.4.3. Peneliti

(54)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kanker rongga mulut merupakan kanker yang memilki insidensi tertinggi dibanding kanker leher kepala lainnya. Menyirih merupakan salah satu faktor risiko kejadiaan kanker rongga mulut. Frekuensi menyirih memiliki kaitan dengan dose-response yang dapat meningkatkan risiko kejadian kanker rongga mulut.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan frekuensi menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol dengan mengumpulkan 90 sampel dengan perbandingan kasus kontrol 1:1 yang terdiri dari 45 orang kelompok kasus dan 45 orang kelompok kontrol. Data diperoleh melalui wawancara. Dan dianalisis menggunakan uji chi square.

Hasil: Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat hubungan yang signifikan antara menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut (OR= 3.2;95%CI=1.3-7.9) frekuensi menyirih >5 kali/hari (OR=4.6;95%CI=1.5-13.5) frekuensi menyirih <5 kali/hari (OR=1.5;95%CI=0.4-5.9) lama menyirih >10 tahun (OR=5.8;95%CI=1.7-19.7) lama menyirih <10 tahun (OR=1.7;95%CI=0.5-5.5).

(55)

iii

ABSTRACT

Background: Oral cancer has highest incidence than other head and neck

cancer. Betel quid chewing is a risk factor of oral cancer. Frequency of chewing related with dose-response that can increase risk of oral cancer.

Purpose: This study aimed to see the association between frequency of betel quid chewing with risk of oral cancer. Methods: This is a case-control study with a total 90 samples, ratio between case and control is 1:1. There was 45 cases and 45 controls. Data were collected by personal interview and analysed using chi square test.

Result: Based on collected data, there were significant associations between oral cancer and betel quid chewing (OR= 3.2;95%CI=1.3-7.9)

frequency of chewing >5 quids/day (OR=4.6;95%CI=1.5-13.5) frequency of chewing <5 quids/day (OR=1.5;95%CI=0.4-5.9) duration of chewing >10 years (OR=5.8;95%CI=1.7-19.7) duration of chewing <10 years (OR=1.7;95%CI=0.5-5.5).

(56)

Oleh : HAIZIL FUADI

120100133

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(57)

HUBUNGAN FREKUENSI MENYIRIH DENGAN KEJADIAN KANKER RONGGA MULUT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2011-2015

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran

Oleh : HAIZIL FUADI

120100133

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(58)
(59)

ii

ABSTRAK

Latar Belakang: Kanker rongga mulut merupakan kanker yang memilki insidensi tertinggi dibanding kanker leher kepala lainnya. Menyirih merupakan salah satu faktor risiko kejadiaan kanker rongga mulut. Frekuensi menyirih memiliki kaitan dengan dose-response yang dapat meningkatkan risiko kejadian kanker rongga mulut.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan frekuensi menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol dengan mengumpulkan 90 sampel dengan perbandingan kasus kontrol 1:1 yang terdiri dari 45 orang kelompok kasus dan 45 orang kelompok kontrol. Data diperoleh melalui wawancara. Dan dianalisis menggunakan uji chi square.

Hasil: Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat hubungan yang signifikan antara menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut (OR= 3.2;95%CI=1.3-7.9) frekuensi menyirih >5 kali/hari (OR=4.6;95%CI=1.5-13.5) frekuensi menyirih <5 kali/hari (OR=1.5;95%CI=0.4-5.9) lama menyirih >10 tahun (OR=5.8;95%CI=1.7-19.7) lama menyirih <10 tahun (OR=1.7;95%CI=0.5-5.5).

(60)

ABSTRACT

Background: Oral cancer has highest incidence than other head and neck

cancer. Betel quid chewing is a risk factor of oral cancer. Frequency of chewing related with dose-response that can increase risk of oral cancer.

Purpose: This study aimed to see the association between frequency of betel quid chewing with risk of oral cancer. Methods: This is a case-control study with a total 90 samples, ratio between case and control is 1:1. There was 45 cases and 45 controls. Data were collected by personal interview and analysed using chi square test.

Result: Based on collected data, there were significant associations between oral cancer and betel quid chewing (OR= 3.2;95%CI=1.3-7.9)

frequency of chewing >5 quids/day (OR=4.6;95%CI=1.5-13.5) frequency of chewing <5 quids/day (OR=1.5;95%CI=0.4-5.9) duration of chewing >10 years (OR=5.8;95%CI=1.7-19.7) duration of chewing <10 years (OR=1.7;95%CI=0.5-5.5).

(61)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga KTI yang berjudul “Hubungan

Frekuensi Menyirih dengan Kejadian Kanker Rongga Mulut di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2015” dapat diselesaikan dengan baik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk dunia kesehatan kedepan.

Terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis, H. Sodrul Fuad, S.IP., M.M. dan Hj. Edwina, abangda Fadel Ahmad Hafiz, dan adinda tercinta Annisa Nahda yang telah memberikan semangat dan tidak bosan-bosannya mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.

Penelitian ini bisa diselesaikan akhirnya atas dukungan dari banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Kamal Basri Siregar, M.Ked(Surg), Sp.B(K) Onk, FINACS. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik

3. dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH, Sp.PARK selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini

4. dr. Lidya Imelda Laksmi, M. Ked(PA), Sp.PA selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini

(62)

6. Teman seperjuangan satu dosen pembimbing karya tulis ilmiah penulis, Fakhrur Razi dan Joyce Teo Jia Le yang selalu memberikan masukan dan memberikan semangat kepada penulis

7. Sahabat-sahabat penulis, Fitri Rowiyah Rambe, Hamzah Nasution, M. Fajar Nasution, Pradipta Wijaya, dan Fakhrur Rozi Nasution yang selalu mendoakan dan memberikan semangat dari kejauhan

8. Sahabat-sahabat penulis, Rini Fitri Yani, Ade Fatmawati, Trinidya Lubis, Sahitra, Rahma Saenah, Citra Ayu Dystira, Dani Ibrahim Harahap, Ridha Amalia, Mustika Lili Perdani, dan Rizky Marini Rambe yang selalu ada dalam susah maupun senang, memberikan nasihat serta memberikan semangat kepada penulis

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, memberi informasi dan manfaat dalam pengembangan ilmu kedokteran.

Medan, Desember 2015 Penulis

(63)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kanker Rongga Mulut ... 5

2.1.1. Definisi Kanker Rongga Mulut ... 5

2.1.2. Epidemiologi Kanker Rongga Mulut ... 5

2.1.3. Patogenesis Kanker Rongga Mulut ... 5

2.1.4. Faktor Risiko Kanker Rogga Mulut ... 7

2.1.4.1. Merokok ... 7

2.1.4.2. Alkohol... 8

2.1.4.3. Menyirih ... 8

2.1.4.4. Infeksi Virus ... 9

2.1.4.5. Kebersihan Mulut ... 9

2.1.4.6. Paparan Sinar UV ... 9

(64)

Halaman

2.2. Frekuensi Menyirih ... 10

2.2.1. Definisi Frekuensi Menyirih... 10

2.2.2. Komposisi ... 10

2.2.2.1. Daun Sirih ... 10

2.2.2.2. Buah Pinang ... 11

2.2.2.3. Kapur Sirih ... 12

2.2.2.4. Tembakau ... 13

2.2.3. Cara Pengolahan ... 13

2.2.4. Dampak Merugikan Menyirih Terhadap Kanker Rongga Mulut ... 14

2.3. Hubungan Frekuensi Menyirih dan Kanker Rongga Mulut ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

3.1. Kerangka Konsep ... 18

3.2. Definisi Operasional ... 18

3.3. Hipotesis ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Rancangan Penelitian ... 20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 23

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

(65)

viii

Halaman

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6.1. Kesimpulan ... 32

6.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(66)
[image:66.595.110.488.192.402.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Daun Sirih ... 11

2.2. Buah Pinang ... 12

2.3. Kapur Sirih ... 12

2.4. Tembakau ... 13

2.5. Patogenesis Terjadinya Kanker Rongga Mulut Akibat Kandungan Buah Pinang... 15

2.6. Dampak Merugikan dari Menyirih Terhadap Kanker Rongga Mulut ... 16

(67)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1. Definisi Operasional ... 18 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 25 5.2. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian ... 26 5.3. Distribusi Hubungan Menyirih dengan

(68)

DAFTAR SINGKATAN

MNPN 3-(methyl-N-nitrosamino) propionitrile

NAB N-nitrosoanabasine

NNK 4-(N-methyl-N-nitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanone

NNN N-nitrosonornicotine

OSF Oral Submucosa Fibrosis

ROS Reactive Oxygen Species

(69)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

L-1 Riwayat Hidup Peneliti

L-2 Ethical Clearance

L-3 Surat Izin Penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan L-4 Penjelasan Tentang Penelitian Kepada Responden L-5 Lembar Persetujuan Subjek (Informed Consent)

L-6 Lembar Pertanyaan Wawancara

L-7 Hasil Validitas Kuisioner

Gambar

Tabel 3.1. Defenisi Operasional
Gambaran Data
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan antara usia sebagai faktor risiko preeklampsia, adanya hubungan pekerjaan sebagai faktor protektif terhadap

Analisis Faktor Risiko Terjadinya Pneumonia pada Anak Balita.. di RSUD Pasar

Termasuk di dalam faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah riwayat kanker kolorektal atau polip adenoma individu dan keluarga, dan riwayat individu penyakit inflamasi

Bagaimana hubungan faktor risiko merokok terhadap kejadian stroke. di

Nulliparitas dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker payudara karena lebih lama terpapar dengan hormon estrogen dibandingkan dengan wanita yang memiliki anak empat atau

Wanita yang tidak pernah hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker.. payudara dibandingkan mereka

Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara di Rumah Sakit Pertamina Cilacap.. Lima menit kenali

Paparan pada berbagai bahan atau zat dapat terjadi pada jenis perkerjaan yang tertentu dan ternyata dapat meningkatkan risiko terjadi kanker mulut.. Paparan pada