• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Hubungan Paritas Dengan Kejadian Kanker Payudara Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Hubungan Paritas Dengan Kejadian Kanker Payudara Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Paritas

Paritas menunjukkan jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran janin

viabel. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung satu kali

kehamilan. Jika janin lahir mati, namun sudah melewati usia viabilitas, hal tersebut

masuk hitungan paritas.

Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan janin viabel, primipara

adalah wanita yang pernah melahirkan satu kali (tanpa mempertimbangkan jumlah

janin) dengan janin viabel, sedangkan multipara adalah wanita yang pernah

melahirkan dua kali atau lebih (tanpa mempertimbangkan jumlah janin) dengan janin

viabel (Kriebs dan Gegor, 2005).

B. Kanker Payudara

1. Pengertian Kanker Payudara

Payudara merupakan modifikasi kelenjar keringat yang berkembang menjadi

susunan yang kompleks pada wanita dan rudimenter (tidak berkembang) pada pria,

dan kelenjar ini khas untuk golongan mammalia. Pada wanita, pertumbuhan

payudara terus berlanjut sampai dewasa, sedangkan pada pria, pertumbuhan

payudara berhenti pada waktu lahir. Pertumbuhan dan perkembangan payudara

dipengaruhi oleh hormon ovarium dan hormon hipofisis (Purwoastuti, 2008).

Kanker adalah pertumbuhan atau penyebaran sel yang abnormal dan tidak

terkendali. Keseimbangan tubuh, terlebih apabila sudah usia dewasa, sebagian besar

bergantung pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan proses kematian sel yang

(2)

menjalankan proses apoptosis. Akibatnya, sel kanker tumbuh atau membelah tak

terkendali (Tanjung, 2011).

Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker yang terjadi pada

payudara karena adanya pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel kelenjar dan

salurannya (Nisman, 2011).

Sementara menurut Astana (2009), kanker payudara adalah suatu kondisi

dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga

mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

2. Faktor Risiko Kanker Payudara

Menurut Nisman (2011), faktor risiko adalah setiap faktor yang menyebabkan

seseorang atau sekelompok orang mempunyai kemungkinan lebih besar menderita

penyakit, cedera, atau komplikasi. Banyak faktor yang diperkirakan mempunyai

pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, di antaranya:

a. Faktor Reproduksi

Beberapa faktor reproduksi yang berhubungan dengan risiko terjadinya

kanker payudara adalah nulliparitas (wanita yang belum melahirkan) dan

kehamilan pertama pada umur tua (kehamilan pertama di atas 30 tahun). Hal ini

dikaitkan dengan fungsi payudara yang berfungsi optimal, demikian juga

hormon-hormon yang berperan pada proses menyusui. Beberapa penelitian

menunjukkan hasil bahwa menyusui dapat mengurangi risiko terkena kanker

payudara. Faktor reproduksi lain yang mungkin berperan adalah menarche

(menstruasi pertama) pada umur muda dan menopouse (berhentinya menstruasi)

pada umur lebih tua. Diperkirakan hanya kurang dari 25% kanker payudara

terjadi pada masa sebelum menopouse sehingga diperkirakan awal terjadinya

(3)

Sejumlah penelitian juga telah menunjukkan hubungan antara menstruasi

dini, menopouse terlambat, dan kanker payudara. Usia pertengahan saat

menarche lebih rendah untuk terjadinya kanker payudara dibandingkan dengan

usia menarche yang lain. Perempuan pada fase reproduksi yang panjang,

memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya kanker payudara. Tidak ada

hubungan yang jelas ditemukan antara risiko kanker payudara dengan

ketidakteraturan menstruasi atau durasi menstruasi. Menyusui tidak

mempengaruhi kejadian kanker payudara, tapi kelahiran anak mempengaruhi.

Wanita yang tidak pernah hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker

payudara dibandingkan mereka yang multipara. Namun, usia melahirkan anak

pertama yang mempengaruhi kejadian kanker payudara, dimana primigravida tua

memiliki insiden yang lebih tinggi (Berek dan Hacker, 2005).

Usia kehamilan cukup bulan pada kehamilan pertama menjadi faktor risiko

yang sangat penting. Jika wanita dengan kehamilan pertama cukup bulan pada

usia antara <19 tahun, ada sekitar 50% penurunan risiko kanker payudara

dibandingkan dengan wanita nullipara. Jika kehamilan pertama cukup bulan pada

usia antara 30-34 tahun, risiko kanker payudara kira-kira sama dengan yang

dicatat pada wanita nullipara. Kehamilan pertama pada wanita >35 tahun

dikaitkan dengan peningkatan risiko dibandingkan dengan wanita nullipara,

kehamilan yang tidak cukup bulan tidak menunjukkan pengaruh. Beberapa

kesimpulan menyatakan bahwa usia saat menarche dan kehamilan pertama cukup

bulan adalah faktor penting yang berkaitan dengan keseimbangan hormon. Hal

ini memberikan kemungkinan bahwa "hormon estrogen sebagai suatu hipotesa".

Namun ada beberapa inkonsistensi dalam data yang dilaporkan mengenai

(4)

pada subyek kontrol yang digunakan, dan kemudian penelitian menunjukkan

hubungan yang kurang kuat (Disaia dan Creasman, 2007).

b. Riwayat Kesehatan Personal

Apabila seseorang pernah mempunyai riwayat kanker payudara pada salah

satu payudaranya maka individu ini mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena

kanker pada payudara satunya.

c. Penggunaan hormonal

Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan

dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan

kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi sulih hormon

estrogen pada wanita yang telah mengalami menopouse.

d. Penyakit fibrokistik (tumor pada payudara)

Pada wanita yang pernah mengalami tumor pada payudara dengan diagnosis

adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis tidak ada peningkatan risiko terjadinya

kanker payudara.

e. Obesitas (Kegemukan)

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan

kanker payudara pada wanita pasca menopouse. Hal ini dihubungkan dengan

pola hidup wanita, Khususnya kebiasaan makan dan jenis makanan yang

dikonsumsi. Kemungkinan terkena kanker payudara pada wanita yang gemuk

pada saat menopouse lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa kegemukan.

f. Radiasi

Terpapar unsur radiasi, apalagi dalam waktu lama selama atau sesudah

(5)

penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan

erat dengan dosis atau lama terpapar dan umur saat terjadinya paparan.

g. Riwayat keluarga dan faktor genetik

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat

penderita. Untuk itu skrining untuk kanker payudara dilakukan. Terdapat

peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker

payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan

dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen suseptibilitas

(risiko untuk menderita) kanker payudara, probabilitas (peluang) untuk terjadi

kanker payudara adalah sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada

umur 70 tahun.

h. Periode menstruasi

Wanita yang mendapat menstruasi pertama lebih awal (sebelum berumur 11

tahun) atau terlambat memasuki menopouse (di atas usia 60 tahun) memiliki

kemungkinan yang lebih besar tumbuhnya kanker. Wanita yang mengalami

kondisi itu terpapar hormon reproduksi estrogen lebih lama dalam hidupnya

sehingga potensi tumbuhnya kanker juga lebih besar.

3. Tanda Dan Gejala Kanker Payudara

Menurut Ahmad (2012), kanker payudara pada stadium dini tidak

menimbulkan keluhan dan rasa sakit. Salah satu tanda yang dapat diamati pada

stadium dini adalah adanya benjolan kecil pada payudara. Sementara, beberapa

keluhan yang dirasakan oleh penderita pada stadium lanjut adalah sebagai berikut:

a. Jika diraba dengan tangan, terasa ada benjolan di payudara. Benjolan ini biasanya

tidak nyeri dan ukurannya kecil. Tapi lama-lama membesar dan menempel pada

(6)

b. Jika diamati, bentuk dan ukuran payudara berbeda dengan sebelumnya.

c. Ada luka dan eksim di payudara dan puting susu yang tidak dapat sembuh

meskipun telah diobati.

d. Eksema atau erosi pada puting. Selanjutnya, kulit atau puting tertarik ke dalam

atau retraksi, warna pink atau kecoklatan sampai menjadi oedema yang

menyebabkan menjadi seperti kulit jeruk, mengkerut dan menjadi borok.

e. Nipple discharge atau keluarnya cairan, adalah keluarnya cairan yang tidak wajar

dan spontan dari puting.

4. Lokasi Kanker Payudara

Menurut Purwoastuti (2008), untuk menentukan lokasi kanker, payudara dibagi

menjadi 4 kuadran dan 1 daerah sentral, sebagai berikut:

a. Kuadran lateral (pinggir) atas merupakan lokasi yang paling sering terkena

(44%).

b. Kuadran lateral (pinggir) bawah sekitar 16 %.

c. Kuadran medial (tengah) atas sekitar 15 %.

d. Kuadran medial (tengah) bawah merupakan lokasi paling jarang terkena (4 %).

e. Daerah sentral adalah sekitar puting susu (areola) sekitar 21 %.

5. Stadium Kanker Payudara

Menurut Saryono dan Permatasari (2009), untuk kepentingan pengobatan dan

prognosa, kanker payudara dibagi 4 stadium, diantaranya adalah:

a. Stadium I

Ukuran tumor tidak lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke organ lain

(7)

b. Stadium II

Ukuran tumor antara 2-5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun

di kelenjar getah bening supra clavicula.

c. Stadium III

Ukuran tumor lebih dari 5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain

maupun getah bening supra clavicula.

d. Stadium IV

Ukuran tumor seberapapun bilamana sudah ada penyebaran di organ tubuh lain

atau di kelenjar getah bening supra clavicula masuk kedalam stadium IV.

6. Pemeriksaan Kanker Payudara

Menurut Nisman (2011), pemeriksaan kanker payudara dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Mammografi

Mammografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X yang

memberikan gambaran tentang jaringan lunak pada payudara. Pemeriksaan ini

berguna untuk mendeteksi masalah atau penyakit yang sangat kecil pada

payudara. Tetapi mammografi kurang efektif jika digunakan pada pemeriksaan

benjolan pada wanita muda atau remaja karena perbedaan karakteristik payudara.

Cara lain yang dilakukan adalah Ultrasonografi atau USG.

b. Biopsi

Biopsi merupakan pemeriksaan pada benjolan atau lesi pada payudara dengan

cara mengambil sedikit jaringan yang ada pada benjolan tersebut. Jika jaringan

berbentuk padat maka dilakukan insisi pada jaringan tersebut. Sedangkan jika

benjolan berisi cairan, yang dilakukan adalah pengambilan jaringan dengan

(8)

pemeriksaan sel-sel pada jaringan/cairan biopsi apakah ini merupakan sel normal

atau terdapat sel kanker.

c. Ultrasound (USG)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan alat yang sensitif terhadap gelombang suara.

Gambaran yang didapatkan dari pemeriksaan ini adalah apakah benjolan ini

merupakan benjolan yang padat atau mengandung cairan atau gabungan dari

keduanya. Untuk benjolan yang mengandung cairan biasanya cenderung bukan

kanker, benjolan akibat kanker biasanya padat.

d. MRI

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan magnet yang

dihubungkan dengan komputer. MRI memberikan gambaran detail tentang

struktur payudara. Gambaran ini dapat menunjukkan jaringan yang normal dan

jaringan yang tidak sehat.

7. Pencegahan

Menurut Nisman (2011), kemungkinan berkembangnya kanker payudara dapat

dikurangi dengan langkah-langkah tertentu yang dapat dilakukan oleh setiap wanita.

Berikut ada beberapa cara untuk membantu pencegahan munculnya kanker payudara:

a. Kesadaran akan payudara sendiri

Lebih dari 90% tumor payudara dideteksi oleh wanita itu sendiri. Kesadaran akan

payudara sendiri menjadi hal yang penting sebagai deteksi yang lebih dini untuk

masalah yang mungkin terjadi pada payudara. Setiap perubahan yang terjadi pada

payudara menjadi bagian penting perawatan kesehatan wanita. Saat ini wanita

disarankan untuk “breast aware”. Ini berarti wanita harus tahu seperti apa

payudara mereka. Langkah ini dapat dilakukan dengan berdiri di depan cermin

(9)

setiap bulan. Dengan langkah tersebut dapat segera diketahui jika terjadi

perubahan yang tidak normal.

b. Berikan ASI kepada bayi

Meskipun belum ada kesepakatan yang jelas, beberapa penelitian menunjukkan

hubungan antara pemberian ASI dan menurunnya risiko berkembangnya kanker

payudara. Para peneliti mengklaim bahwa lebih muda dan lebih lama seseorang

ibu memberikan ASI pada bayinya, semakin baik dan semakin rendah risiko

menderita kanker payudara.

c. Segera konsultasikan kepada dokter jika meemukan benjolan di payudara

Penelitian menunjukkan banyak wanita menunda untuk berkonsultasi kepada

dokter saat mereka menemukan benjolan pada payudaranya. Mereka takut

terdiagnosis kanker. Menunda adalah hal terburuk yang mereka lakukan. Jika

anda menemukan benjolan, segera konsultasikan ke dokter karena langkah ini

dapat menenangkan pikiran anda. Jika benjolan tersebut adalah kanker, maka

segera lakukan pengobatan yang tepat untuk mencegah penyebaran. Langkah ini

menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.

d. Cari tahu apakah ada riwayat kanker payudara atau kanker lain dalam keluarga

Penyebab kanker payudara masih harus diteliti lebih lanjut. Tetapi satu faktor

yang perlu diyakini adalah faktor gen. Faktor ini berpengaruh setidaknya 10%

dari semua kasus kanker payudara.

e. Perhatikan konsumsi alkohol

Berdasarkan sejumlah penelitian, alkohol dinyatakan memiliki kaitan dengan

kanker. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa alkohol meningkatkan kadar

(10)

f. Perhatikan berat badan

Obesitas tampaknya dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Para peneliti

menemukan wanita dengan peningkatan berat 20 kg sampai 25 kg setelah umur

18 memiliki risiko lebih tinggi, yaitu sebanyak 40% terkena kanker dibanding

mereka yang mengelemi kenaikan badan secara berubah-ubah, antara 2 kg atau 3

kg setelah masa remajanya.

g. Olahraga secara teratur

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga dapat menurunkan risiko

kanker payudara. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa semakin sedikit porsi

olahraga, semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh. Olahraga secara teratur

dapat menurunkan kemungkinan terjadinya obesitas.

h. Kurangi makanan berlemak

Adanya hubungan kanker payudara dengan diet memicu banyak perdebatan.

Tetapi terdapat bukti bahwa banyak gaya hidup barat tertentu tampaknya dapat

meningkatkan risiko penyakit. Pertahankan asupan makanan rendah lemak, tidak

melebihi 30 gram lemak per hari. Hal ini akan membantu mempertahankan diet

seimbang yang juga membantu menjaga berat badan. Kita menyimpan estrogen

di lemak tubuh sehingga semakin sedikit lemak yang kita bawa, semakin baik

hasilnya bagi tubuh kita.

i. Setelah usia 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur

Meskipun masih diperlukan banyak penelitian untuk menentukan penyebab

kanker payudara, satu dari penyebab utama adalah faktor usia. 80% kanker

payudara terjadi pada wanita berumur di atas 50 tahun. Semakin bertambahnya

usia kita hendaknya dibarengi dengan kepedulian kita terhadap perubahan yang

(11)

j. Belajar relaks

Stress tercatat dapat menyebabkan semua jenis masalah kesehatan. Meskipun

masih banyak perdebatan atas temuan ini, menurunkan tingkat stress akan

menguntungkan kesehatan secara menyeluruh, termasuk risiko kanker payudara.

Pada saat seseorang mengalami relaksasi, tubuh akan mengeluarkan endorfin dan

serotonin yang membuat kita menjadi lebih aman, tenang, dan nyaman. Dan

pada saat tersebut semua fungsi tubuh bekerja lebih optimal, termasuk NK-cells

(natural killer) yaitu kemampuan tubuh untuk membunuh sel neoplasma atau

kanker yang ada dalam tubuh.

k. Masukkan brokoli ke dalam menu harian

Brokoli mengandung sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti mengurangi risiko

kanker.

l. Jangan lupakan buah dan sayuran dalam menu harian

Pilihlah sayuran berwarna hijau dan oranye. Makanlah tomat yang kaya likopen.

Likopen juga agen yang berfungsi memerangi kanker.

m. Minumlah teh hijau yang kaya antioksidan

Teh hijau mengandung banyak antioksidan yang membantu mengeluarkan toksin

dari dalam tubuh yang dapat memicu pertumbuhan sel-sel yang tidak normal.

Selain itu, sesekali minumlah dark chocolate karena secara ilmiah cokelat

terbukti sebagai agen yang memerangi kanker. Namun ingat, bukan cokelat

manis. Karena tidak akan mendapat manfaatnya dari cokelat manis.

8. Pengobatan

Menurut Nisman (2011), Sekalipun kita mengetahui beberapa upaya untuk

mencegah dan memerangi kanker payudara, kemungkinan munculnya kanker

(12)

terdeteksi dengan cepat dan sejak dini, ada beberapa alternatif pengobatan yang

dapat dijalankan pada pasien. Alternatif pengobatan ini diberikan berdasarkan

stadium atau derajat kanker yang dialami.

a. Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada tiga jenis mastektomi

(Hirshaut & Pressman, 1992) yaitu:

1) Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,

jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta

benjolan di sekitar ketiak. Tujuannya untuk membersihkan seluruh sel kanker

yang telah menyebar pada jaringan yang disebutkan di atas untuk

menghindari kekambuhan.

2) Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara

saja, tetapi bukan kelenjar ketiak. Tindakan ini dilakukan jika berdasarkan

hasil pemeriksaan sel kanker hanya berada di jaringan payudara saja.

3) Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.

Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang

mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti

dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumtectomy direkomendasikan pada

pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir

payudara.

b. Radiasi

Radiasi atau penyinaran adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena

kanker dengan menggunakan sinar-X dan sinar gamma. Tujuannya adalah

membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton,

(13)

menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi

hitam, serta HB dan leukosit (sel darah putih) cenderung menurun sebagai akibat

dari radiasi. Oleh karena itu, sebelum pengobatan dengan radiasi dilakukan,

kondisi tubuh pasien harus dipersiapkan sebaik mungkin. Persiapan tersebut

dapat dilakukan dengan cara menjaga nutrisi yang seimbang dan bergizi, istirahat

yang cukup, dan yang paling penting adalah semangat untuk sembuh dari

penyakit ini.

c. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil

cair atau kapsul atau melalui infus. Tujuannya adalah membunuh atau menekan

pertumbuhan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh. Efek obat ini tidak hanya

pada sel kanker di payudara, tapi juga di seluruh tubuh karena obat kemoterapi

ini secara umum berfungsi menekan pertumbuhan sel-sel yang berproliferasi

cepat (pertumbuhannya cepat). Efek kemoterapi adalah pasien mengalami mual

dan muntah serta rambut rontok, kulit menjadi kering, perasaan lemah, dan tidak

nafsu makan. Namun demikian, semua efek ini dapat dikalahkan dengan motivasi

yang tinggi untuk sembuh dan melakukan hal-hal yang dianjurkan oleh tim

Referensi

Dokumen terkait

28 Komunikasi Penyiaran Islam STAIN Palangkaraya 1.

Melalui penjelasan guru, siswa mampu menyebutkan pengertian sumber daya alam dan lingkungan dengan benar.. Berdasarkan penejelasan guru, siswa mampu menyebutkan 3

Demikian surat tugas ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, atas pengertian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Karawang, 1

Bagi sekolah, sebagai bahan masukan kepustakaan sekolah dan tambahan karya guru, serta memberikan wawasan mengenai metode yang cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Peran perawat dibutuhkan dalam menentukan pelayanan kesehatan yang optimal bagi penderita skizofrenia.Salah satu pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat. Perilaku

Selanjutnya, pada tahun 2002, Xu dan Noor memperkenalkan iterasi tiga langkah untuk mengkontruksi barisan yang konvergen menuju titik tetap dari suatu pemetaan asimtotik

perilaku caring perawat dalam merawat pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu.

Jika meninjau lokasi dari setiap lubang yang dibuat antara sejajar dengan jalan atau di bawah selokan memperlihatkan bahwa nilai rata-rata laju infiltrasi dari lubang terletak di