• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian terhadap Qur‟an harus mengacu pada metode tafsir al-Qur‟an. Secara general, pendekatan penelitian ini adalah pendekatan tafsir tematik (Mawdū‘y).

Menurut al-Farmawi, setidaknya ada empat metode tafsir yang dipakai hingga saat ini, yaitu metode Tahlily, Ijmāly, Muqarran, dan

Mawdū‘y.1 Secara lebih spesifik, M. Ridlwan Nasir mengelompokkan metode tafsir menurut titik tekan dan sisi sudut pandangnya masing-masing. Metode

Tahlily 2 dan Mawdu‘y 3 terkait dengan segi sasaran dan tertib ayat-ayat yang ditafsirkan. Metode Ijmāly 4 berkaitan dengan segi keluasan penjelasan tafsirannya; sedangkan metode Muqarran 5 berhubungan dengan segi cara penjelasannya.6

1 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1999), hlm.85-86.

2 Metode Tahlily adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an dengan cara urut dan tertib sesuai dengan uraian ayat-ayat dan surat-surat dalam mushaf, dari awal Surat al-Fatihah hingga akhir Surat al-Naas. Contoh: Mafātih al-Ghayb karya Fakhr al-din al-Razy.

3 Metode Mawdū‘y. adalah suatu penafsiran dengan cara mengumpulkan ayat mengenai satu judul atau topik tertentu, dengan memperhatikan masa turunnya dan asbab al-nuzul ayat, serta dengan mempelajari ayat-ayat tersebut secara cermat dan mendalam, dengan memperhatikan hubungan ayat yang satu dengan ayat yang lain di dalam menunjuk suatu permasalahan, kemudian menyimpulkan masalah yang dibahas dari dilalah ayat-ayat yang ditafsirkan secara terpadu. Contoh: al-Mar’ah fī al-Qur’an al-Karīm karya „Abbas al-„Aqqad.

4

Metode Ijmaly adalah penafsiran dengan cara menafsirkan ayat al-Qur‟an hanya secara global saja, tidak mendalam dan tidak pula secara panjang lebar, sehingga bagi orang awam akan lebih mudah untuk memahaminya. Contoh: Tafsir al-Qur’an al-Karīm karya M. Farid Wajdi.

5 Metode Muqarrin adalah membandingkan ayat dengan ayat yang berbicara dalam masalah yang sama, ayat dengan Hadith (isi dan matan), antara pendapat mufassir dengan mufassir lain dengan menonjolkan segi-segi perbedaan. Contoh: Al-Jami‘ li Ahkām Qur’an karya al-Qurtuby.

6 M. Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an: Perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin (Surabaya: Indra Media, 2003), hlm.14-17.

Penafsiran dengan menggunakan metode Mawdū‘y dinilai paling obyektif, aktual dan responsif. Dikatakan obyektif karena melalui metode ini, al-Qur‟an dapat berbicara menurut al-Qur‟an itu sendiri. Disebut aktual karena membuat al-Qur‟an telah benar-benar terasa hidup di masyarakat. Dinilai responsif karena al-Qur‟an langsung berbicara menyentuh masalah yang dihadapi masyarakat.7 Relevan dengan penelitian ini, penggunaan metode Mawdū‘y bertujuan agar memberikan gambaran yang utuh dan obyektif tentang prinsip humanisme dalam al-Qur‟an yang merupakan tema penting dalam dunia pendidikan sekaligus sebagai respon dari perkembangan pendidikan Islam saat ini.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menempuh metode tematik, pada dasarnya metode tematik terbagi menjadi dua jenis. Pertama, pembahasan mengenai satu surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan cermat. Kedua, menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang sama-sama membicarakan satu masalah tertentu, ayat-ayat tersebut disusun sedemikian rupa dan diletakkan di bawah satu tema bahasan, dan selanjutnya ditafsirkan secara Mawdū‘y.8

Berdasarkan klasifikasi di atas, metode tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah tafsir Mawdū‘y dalam bentuk kedua. Alasan peneliti adalah penelitian ini berupaya untuk membahas suatu konsep epistemologi

7 Metode Mawdū‘y ini juga sudah banyak dipraktekkan oleh para ulama‟ kontemporer seperti „Abd al-Hayy al-Farmawy, Fazlur Rahman hingga M. Quraish Shihab. Abuddin Nata,

Tafsir Ayat-ayat Pendidikan: Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm.4-5. 8„Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy: Suatu Pengantar. Penerjemah: SuryanA.Jamrah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm.35-36.

prinsip pendidikan humanisme dalam al-Qur‟an. Pemahaman yang utuh tentang suatu konsep hanya dapat digunakan dengan metode tafsir Mawdū‘y.

Secara metodologis, jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research), sehingga termasuk dalam kategori studi teks.9 Jika mengacu pada pendapat Noeng Muhadjir, maka studi teks dalam penelitian ini termasuk studi pustaka yang berguna untuk membangun konsep teoretik yang pada waktunya nanti, tentu memerlukan uji kebermaknaan emperik di lapangan.10 Adapun konsep teoretik yang menjadi sasaran penelitian ini adalah konsep tentang pendidikan humanis model Nabi Ibrahim dalam al-Qur‟an. Riset pustaka tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literature atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang. Apa yang disebut dengan riset kepustakaan atau yang sering disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.11

Penelitian ini juga dalam bentuk perbandingan, Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan dan perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur, kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga

9 Sebagai bagian dari upaya integrasi ilmu dengan wahyu, Noeng Muhadjir memasukkan studi-studi tentang kitab suci yang merupakan wahyu Allah ke dalam bagian studi teks. Asumsi dasar yang melandasinya adalah meskipun wahyu Allah bukan produk budaya, melainkan highest

wisdom yang diturunkan Allah melalui medium bahasa yang komunikatif bagi semua manusia dan

berada pada dataran yang dapat dipahami manusia, maka wahyu dapat ditelaah sebagai objek studi

Geisteswissenshaften (human science) ataupun sebagai karya sastra. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik, Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 158-159.

10 Noeng Muhadjir, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, hlm.159.

11 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm.3.

membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa, atau terhadap ide-ide. Apabila dikaitkan dengan pendapatnya Van Dalen tentang jenis-jenis

interrelationship studies, maka penelitian komparatif termasuk sebagai

penelitian causal comparative studies. Karena peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil dari hasil yang diperoleh, peneliti mencoba menemukan sebabsebab terjadinya peristiwa hasil observasi.12

Pada penelitian ini akan mendiskripsikan serta mengkomparasikan dua orang tokoh tentang pendidikan yang fokusnya kepada pendidikan humanis. Yaitu pendidikan humanis model Nabi Ibrahim dengan Abraham Harold Maslow.

Dokumen terkait