• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN KEPUSTAKAAN DAN ATAU KERANGKA

2.1.8 Pendekatan Ekspresi Bebas

Perlu pula dipahami oleh guru sesungguhnya landasan psikologis, ciri khusus, tujuan didaktis, dan kelemahan dari pendekatan ekspresi bebas. Dijelaskan secara detail oleh Yuliastuti (1992: 63-65) berikut ini.

Landasan psikologi dari pendekatan ekspresi bebas, bahwa jiwa manusia ingin selalu bebas, apa lagi bagi manusia yang sedang dalam taraf perkembangannya, benar-benar menghendaki bebas berfantasi dan bebas berkreasi. Juga kebebasan melandasi aktivitas batin siswa.

Ciri khusus pendekatan ekspresi bebas adalah menjamin kebebasan siswa dalam berfantasi, berkreasi, dan membabarkannya; kebebasan yang dibimbing atas dasar kesadaran, rasa tanggung jawab, dan disiplin akan bermanfaat dalam pembentukan dan perkembangan pribadi yang baik; pengajaran dan bimbingan yang wajar secara teratur merupakan saham utama terhadap perkembangan siswa ke arah kedewasaan, pembentukan manusia yang kreatif dan berinisiatif, serta menjadi manusia yang dapat menghargai karya-karya seni.

Tujuan didaktisnya adalah guru dapat membimbing perkembangan siswa secara wajar sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia pada umumnya. Memberikan dasar untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya bagi siswa secara bebas dan memuaskan dorongan untuk mencipta.

Penyajiannya Guru selaku pembimbing harus bersikap waspada dan bijaksana. Serta tidak perlu banyak mencampuri urusan/kegiatan siswa. Campur tangan guru justru akan menghambat kreasi siswa. Uraian tugas yang dibebankan kepada siswa terutama mengenai hal-hal yang menyangkut segi teknik dan usaha-usaha timbulnya inspirasi. Guru cukup memberi rangsangan agar minat siswa menjadi lebih besar.

Kelemahan dari metode ekspresi bebas adalah pertama, metode ini dapat berhasil dengan baik apabila sejak SD kelas 1 peserta didik sudah dibiasakan aktif kreatif dan mencipta, meskipun di tingkat-tingkat rendah sering dijumpai kesulitan-kesulitan teknik. Peserta didik yang terbiasa bekerja menurut perintah saja justru akan mengalami kesulitan. Kedua, kebanyakan guru beranggapan bahwa dalam metode ekspresi bebas guru cukup memberi instruksi mengenai hal-hal yang harus dikerjakan. Peserta didik dilepas begitu saja, karena pada waktu peserta didik bekerja guru tidak perlu banyak campur tangan.

Pendekatan ekspresi bebas diimplementasi dalam pendidikan seni rupa berbasis anak dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan ekspresi bebas secara murni dan pendekatan ekspresi bebas yang bersifat terarah (Salam, 2005). Dijelaskan oleh Salam bahwa, pendekatan ekspresi bebas secara murni diimplementasikan dalam pendidikan seni yang dalam merancang kegiatan pembelajarannya menggunakan model emerging curriculum yakni kegiatan pembelajaran yang tidak dirancang sebelumnya tetapi berkembang sesuai keinginan anak. Dengan cara guru bertanya kepada anak kegiatan apa yang ingin dilakukannya dan selanjutnya guru menyiapkan segala sesuatu untuk memberi

kemudahan bagi anak dalam melakukan kegiatannya itu. Bila karena sesuatu hal tiba-tiba anak berubah pikiran, maka guru pun harus segera menyesuaikan diri dengan keinginan sang anak. Implentasi pendekatan ekspresi bebas secara murni ini cocok dilakukan di sanggar seni yang bersifat non-formal.

Sementara untuk sekolah formal yang memiliki kurikulum dan jadwal yang ketat, maka pendekatan eskpresi bebas yang bersifat terarah dikembangkan dalam implementasi pendidikan seni rupa. Artinya, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam kurikulum dengan strategi tertentu. Strategi tersebut dapat berupa kegiatan ”pemanasan” (pemberian motivasi) sehingga anak tetap dapat mengekspresikan dirinya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pendekatan ekspresi bebas yang diimplementasikan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan ekspresi bebas yang terarah. Karena pelaksanaan pembelajaran bidang seni (kegiatan menggambar bebas) di Taman Taman Kanak-kanak, merupakan salah satu lima pokok pengembangan program kegiatan pada kurikulum yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran bidang seni (kegiatan menggambar bebas) dijabarkan dalam program semester (PROMES) dan direncanakan muncul dalam rencana pembelajaran pada satuan kegiatan mingguan (SKM) dan satuan kegiatan harian (SKH) yang dibuat oleh guru.

Pelaksanaan pembelajaran bidang seni (kegiatan menggambar bebas) yang direncanakan guru mengacu pula pada kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Yaitu anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan

imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Hasil belajar yang diharapkan, diantaranya: 1) anak dapat menggambar bebas dengan indikator menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis, pensil warna, krayon, arang, dan bahan-bahan alam) dengan rapi; dan 2) anak dapat mewarnai sederhana dengan indikator mewarnai bentuk gambar sederhana dengan rapi.

Pendekatan ekspresi bebas terarah yang diterapkan pada kegiatan menggambar bebas dalam penelitian tindakan kelas ini. Merupakan suatu strategi belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik yang menjamin kebebasan peserta didik dalam berfantasi, berkreasi, dan membabarkannya. Kebebasan tersebut dibimbing atas dasar kesadaran, rasa tanggung jawab, dan disiplin sehingga bermanfaat dalam pembentukan dan perkembangan pribadi peserta didik yang baik. Pengajaran dan bimbingan yang wajar secara teratur merupakan suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai imajinasi, intuisi, pikiran, kreativitas, dan kepekaan rasa. Implikasi nilai-nilai tersebut menuju pada perkembangan siswa ke arah kedewasaan, pembentukan manusia yang kreatif dan berinisiatif, serta menjadi manusia yang dapat menghargai karya-karya seni, berwatak mulia, berbudi pekerti luhur, bersikap jujur, rendah hati, disiplin, setia, terbuka, toleransi, penuh perhatian, welas asih, dan adil. Kesemua secara menyeluruh tercermin dalam sikap, kata, dan tindakan yang perlu dibelajarkan dan dibiasakan pada peserta didik.

Peranan guru membimbing perkembangan peserta didik secara wajar sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia pada umumnya. Memberikan dasar untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya bagi peserta didik secara bebas dan

memuaskan dorongan untuk mencipta. Melalui strategi yang dapat berupa kegiatan ”pemanasan” (strategi pembelajaran dengan pemberian motivasi), sehingga anak tetap dapat mengekspresikan dirinya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dokumen terkait