BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teoritis
2. Pendekatan Kontekstual
a. Landasan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi mengkonstruksi
pengetahuanmelalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lainseperti guru, tetapi hasil mengkonstruksi pengetahuan yang dilakukan setiapindividu. Pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi
pengetahuanyang bermakna.13 10 Ibid., h.29. 11 Munir, op. Cit., h. 62. 12
Munir.Op. Cit., h. 62.
13
13
b. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Sanjaya, contextual teaching and learning adalah
strategipembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuhuntuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengansituasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannyadalam kehidupan sehari-hari.14 Hal serupa juga diungkapkan
Johnson bahwa pembelajaran danpengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam proses belajar yangmembantu siswa mengaitkan pelajaran akademis
dengan konteks kehidupansehari-hari yang mereka hadapi.15
Pembelajaran kontekstual (contextual teachingand learning) menurut
Trianto adalah kegiatan belajar mengajar yang membantuguru antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa dan mendorongsiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang siswa miliki denganpenerapan dalam kehidupan sehari-hari.16 Menurut Martinis Yamin, bahwa Contextual Teaching and Learning merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan Kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.17 Definisi CTL yang diungkapkan Johnson, yaitu sebuah sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian-bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan menghasilkan pengaruh melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. CTL memampukan para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda membantu siswa dalam memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, siswa membentuk suatu
14
Ibid.,h. 255.
15
Elaine. B. Johnson, Contextual Learning and Teaching, h. 35.
16
Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif. (Jakarta:KencanaPrenada Media group, 2011), h.107.
17
Yamin. M, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011), h.195.
sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan
mengingat materi akademik.18
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu pembelajaran mengaitkan antara materi yang akan dibelajarkan dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.19
Dari beberapa hal yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa CTL adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk dapat menemukan konsep pengetahuan secara mandiri. Selain siswa dapat menemukan pengetahuan, siswa dapat menghasilkan makna dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata yang dialaminya sehari-hari.
c. Komponen Utama Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Trianto, komponen utama CTL terdapat tujuh komponen, yaitu:
1) Kontruktivisme
Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dibangun atau disusun oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan
pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek
tersebut.20Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.
2) Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru
harus merancang suatu pembelajaran dalam bentuk kegiatan menemukan (inquiry)
18
Elaine. B. Johnson, Contextual Learning and Teaching, h. 65.
19
Yamin, op.cit.,h.204.
20
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
15
pada materi yang akan diajarkan. Adapun tahapan dalam melakukan inquiry
adalah: a. Observasi b. Bertanya c. Hipotesis d. Pengumpulan data e. Penyimpulan21 3) Bertanya
Bertanya dipandang sebagai kegiatan pembelajaran mendorong,
membimbing, dan memiliki kemampuan berpikir siswa untuk mengenali informasi dan menginformasikan apa yang sudah diketahui dan megarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
a) Menggali informasi, baik administratif atau akademik
b) Mengecek pemahaman siswa
c) Membangkitkan respon kepada siswa
d) Mengetahui sejauh mana keinginan siswa
e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki pembelajaran
atau guru
g) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
h) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.22
4) Masyarakat Belajar
Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu
21
Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif. (Jakarta:KencanaPrenada Media group, 2011), h.114.
22
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.23 Masyarakat belajar tidak terjadi komunikasi satu arah, memberi dan menerima merupakan konsep masyarakat belajar.
5) Pemodelan (Modelling)
Modelling adalah proses pembelajaran dengan mempergunakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana mengoprasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing dan lain sebagainya. Proses modelling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat diminta untuk menampilkan bakatnya di depan teman-temannya, dengan
demikian siswa dapat dianggap sebagai model.24
6) Refleksi
Refleksi adalah proses mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui siswa. Proses refleksi dapat membantu siswa memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknnya, atau menambah khazanah pengetahuannya. Setiap berakhir pembelajaran menggunakan CTL, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengikat kembali apa yang telah dipelajarinya. Guru membiarkan siswa secara bebas menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.25
7) Penilaian Autentik
Penilaian nyata (authentic assesment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar
23
Ibid., h. 116.
24
17
belajar atau tidak, apakah pengalaman siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu lebih ditekankan pada proses belajar bukan pada hasil belajar.26
Penilaian autentikmemiliki karakteristik sebagai berikut:27
a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajran berlangsung
b) Bisa digunakna untuk formatif maupun somatif
c) Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta
d) Berkesinambungan
e) Terintegrasi
f) Dapat digunakan sebagai feedback
d. Tahap-Tahap Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Sebagaimana yang telah diungkapkan Trianto, secara garis besar
langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:28
1) Mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan
carabekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuandan keterampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
26 Sanjaya, op.cit., h. 267. 27 Ibid., h. 119. 28 Ibid., h. 119.
e. Komponen-Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
Sistem CTL mencakup delapan komponen berikut ini:
1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah inti dari pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Ketika siswa mampu mengaitkan materi akademik dengan pengalaman sendiri, menemukan makna, dan makna memberi siswa alasan untuk belajar. Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.29
a) Melakukan pekerjaan yang berarti
CTL dikenal sebagai sistem pengajaran yang menghubungkan sekolah dengan dunia kerja. Mengaitkan pekerjaan dengan sekolah memberi para siswa alasan praktis untuk belajar berbagai hal, ilmu pengetahuan, pemasaran, atau matematika. CTL tidak hanya memberi siswa dorongan dari dunia nyata untuk menguasai materi akademik, tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri.30
b) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
Definisi CTL tentang pembelajaran mandiri sangat terkait pada pengertian “mandiri” itu sendiri. Siswa yang memiliki tipe seperti ini “mengatur diri sendiri” -memerintah diri sendiri. Siswa mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab untuk itu. Pola belajar siswa juga “diatur”- maksudnya disesuaikan dan dilaksanakan dalam kaitannya dengan sesuatu yang lain. Siswa
mengatur, menyesuaikan tindakan untuk mencapai tujuan penting tertentu.31
Pembelajaran mandiri adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu orang, biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk
29
Elaine. B. Johnson, Contextual Learning and Teaching, h. 90.
30
19
mencapai tujuan yang bermakna. Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang nyata maupun tidak nyata. 32
c) Bekerja sama
Belajar dengan kerja sama, memungkinkan siswa untuk mendengarkan suara anggota kelompok lain. Pola belajar ini juga membantu siswa untuk menemukan berbagai macam cara pandang orang lain. Melalui kerjasama, siswa menyerap kebijaksanaan orang lain, dapat menumbuhkan toleransi dan perasaan mengasihi. Dengan bekerja bersama orang lain, siswa saling menukar pengalaman yang sempit dan pribadi sifatnya untuk mendapatkan konteks yang
lebih luas berdasarkan pandangan tentang kenyataan yang lebih berkembang.33
d) Berpikir kritis dan kreatif
Berpikir kritis merupakan sebuah proses kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain.Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman
yang mendalam.34
Berpikir kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahaman baru. Berpikir kreatif dan kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi banyak tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal.35
e) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang.
Guru menciptakan lingkungan belajar yang membantu siswa tumbuh dan berkembang dengan mencontohkan sikap yang benar dan sifat-sifat intelektual, sopan santun, rasa belas kasih, saling menghormati, rajin, disiplin diri, dan semangat belajaryang diharapkan dari para siswa. Jika guru hidup seperti yang
32 Ibid., h.151-153. 33 Ibid., h.168-169. 34 Ibid., h.183-185. 35 Ibid., h.183.
dikatakan dan melakukan seperti yang diucapkan, maka guru menciptakan sebuah
lingkungan yang mendukung pembelajaran. 36
f) Mencapai standar yang tinggi
Standar tinggi, yaitu standar muatan yang mewajibkan siswa bekerja keras dalam mengetahui dan menguasai suatu pengetahuan setelah menyelesaikan tugas, kegiatan, tugas praktik, atau setelah duduk di kelas tertentu. Dengan begitu, kata standar memiliki arti yang sama dengan tujuan, kompetensi, tujuan akademik, dan hasil.37
g) Menggunakan Penilaian yang autentik
Sebagai bagian kecil dari keseluruhan sistem CTL, penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Karena tugas yang diberikan dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi tersebut, maka siswa bisa menunjukanpenguasaannya terhadap tujuan pelajaran dan pemahamannya yang dalam, saat yang bersamaan
meningkatkan pengetahuan dan menemukan cara untuk memperbaiki diri. 38
f. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, yaitu sebagai berikut:
1) Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar untuk memperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge).
36
Ibid., h.239.
37
21
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diterapkan dalam kehidupan siswa, sehingga terlihat perubahan perilaku siswa.
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. 39