• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Pendekataan Desain

3.1.1 Arsitektur dalam Paradigma Sosiologi

Dalam sosiologi Ritzer (dikutip oleh Alimandan, 1980) ada tiga paradigma untuk memahami interaksi sosial yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Kemudian Ritzer menawarkan paradigma terpadu yang memadukan ketiga paradigma sebelumnya dengan pertimbangan terdapat kekurangan dan kelebihan pada ketiga paradigma tersebut(Haryono,2007).

PARADIGMA INTERAKSI SOSIAL

Paradigma Terpadu

Gabungan dari fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial yang diintegrasikan berdasarkan makro dan mikro serta subjektif dan objektif. suatu arsitektur diperlukan integrasi antara faktor makro dan mikro serta subjektif dan objektif sehingga arsitektur bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri melainkan perjalanan antara dimensi waktu dan pertimbangan tuntutan-tuntutan terntentu. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi arsitektur adalah ilmu yang mempelajari aspek sosial dari suatu arsitektur.

Definisi Sosial: Struktur sosial membantu untuk membentuk tindakan manusia yang penuh arti dan makna. Dengan kata lain suatu tindakan dapat diinterpretasikan berbeda sesuai dengan makna dari manusianya itu sendiri. Dalam arsitektur, definisi sosial akan berpengaruh pada makna dan simbol yang sengaja dirancang dalam sebuah objek arsitektur

Fakta Sosial : Arsitek berkarya memeperhatikan prinsip, nilai, norma yang bersifat

makro, universal dan struktur sosial yang terdapat didalamnya. Contohnya adalah penataan ruang rumah berdasarkan adat rumah Jawa dan rumah etnis/suku Cina yang menggunakan fengsui

Perilaku Sosial :Individu berperilaku atas sebuah stimulus tertentu.Stimulus yang

terjadi diluar control subjektifnya dapat menghasilkan respon berbeda dari setiap orang. Suatu arsitektur dapat terjadi akibat dari adanya faktor diluar dari dirinya seperti adanya keterbatasan dana, faktor hukum dan norma yang ada. Keterbatasan ini menghasilkan suatu keteraturan tertentu dalam arsitek mendesain dan menyusun

sebuah ruang

32

Menurut Ritzer dalam buku Sosiologi Kota untuk Arsitek (1980) Ketiga paradigma pada gambar 1.1 masih memliki sisi kelebihan dan kekurangan, sehingga dimunculkan paradigma terpadu yang memadukan ketiganya. Dalam Arsitektur, paradigma terpadu diselesaikan dengan berbagai tingkat realita yaitu:

3.1.2 Makroobjektif:

Arsitektur dirancang tanpa melepaskan persoalan nilai, norma dan hukum. Dalam kasus Kampung Luar Batang adalah nilai kekeluargaan dari warga kampung, norma dalam menghormati kegiatan yang ada di Masjid Luar Batang terutama kegiatan ziarah makam dan ibadah sehingga tidak terganggu serta hukum, asas yang mengatur kehidupan masyakarat yaitu seperti adanya Habib sebagai pengatur (Daeng) yang dihormati menjadi kepala kampung.

3.1.3 Makrosubjektif

Arsitektur yang mengikuti sisi norma sosial, kultur, simbol dan interpretasi. Dalam kasus Kampung Luar Batang adalah norma sosial yaitu kerukunan antar warga setempat, pendatang hingga pengunjung kampung, kultur yang ada seperti Pasar Malam Jum’at dan kegitan ibadah masjid dan makam keramat, simbol yaitu adanya Masjid dan Makam Luar Batang yang menjadi landmark setempat (Haryono,2007). Interpretasi adalah makna dari pendapat individu yang berada di Kampung Luar Batang.

3.1.4 Mikroobjektif

Arsitektur berinteraksi dengan faktor diluar dari dirinya (seperti dana,lahan, norma dan hukum serta karakter masyakaratnya) sehingga tercipta pola karya yang bersifat rasional. Dalam hal ini perancangan arsitektur memiliki batasan dalam perancangan seperti luas lahan Kampung Luar Batang yang akan direvitalisasi, karakteristik masyarakat yang 40% adalah pedagang dsb.

33

3.1.5 Mikrosubjektif

Arsitektur merupakan hasil proses berpikir yang melibatkan persoalan realitas sosial (masyakarat, interaksi sosial, sosialisasi, nilai dan norma). Beberapa hal yang dapat dilihat dari Kampung Luar Batang yaitu dari segi masyarakatnya, pergaulan antar sesama penduduk lokal, cara hidup hingga kebersamaan setempat. Arsitektur menjadi wadah untuk interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik antar individu (aktivitas pemenuhan kebutuhan),sosialiasi yaitu aktivitas penyesuaian terhadap lingkungan serta nilai dan norma di Kampung Luar Batang seperti sejarah yang ada pada Kampung serta Masjid dan Makam yang ada.

3.2 Metode Desain

3.2.1 Arsitektur Hibrid

Hybrid Architecture merupakan penggabungan beberapa aspek berbeda

tentunya dalam ruang lingkup arsitektural. Hybrid merupakan hasil persilangan atau penggabungan dari sesuatu yang berbeda. Penekanan pengertian hybrid ini adalah “hasil” dari persilangan atau penggabungan. (Febriana D.S. Rompis dan Sangkertadi: 2011)

Konsep Hibrid merupakan salah satu metode perancangan dalam sebuah karya Arsitektur yang muncul di era Post Modern. Secara etimologis Hibrid merupakan penggabungan beberapa aspek yang berbeda (binari oposisi), tentunya dalam bidang Arsitektural. Berikut ini akan diuraikan pengertian Hibrid berdasarkan maknanya (Ningsar dan Deddy Erdiono, 2012);

Produced from the mixture of two species; as, plants of hybrid nature - To bring into a state of unity; merge. - To join (two or more substances) to make a single substance, such as a chemical compound; mix.

Dua hal atau lebih yang digabung untuk membentuk satu kesatuan. (Ningsar dan Deddy Erdiono, 2012);

34

•Produced by crossbreeding - Genetics. The offspring of genetically dissimilar parents or stock, especially the offspring produced by breeding plants or animals of different varieties, species, or races.

Perkawinan/keturunan dari dua jenis yang berbeda baik varitas, ras atau spesis yang berbeda. Dalam analisa bahwa perbedaan varitas bisa saja masih menjadi satu spesis, perbedaan ras bisa saja masih dalam satu spesis sebaliknya beda spesis bisa saja masih dalam satu ras dan varitas. (Ningsar dan Deddy Erdiono, 2012);

• Something that is the product of mixing two or more different things - Genetics. The offspring of genetically dissimilar parents or stock, especially the offspring produced by breeding plants or animals of different varieties, species, or races. Kompleksitas/komposisi dari keseluruhan konseptual dari bagian-bagian rumit dan terkait.

Dari pengertian di atas di dapat pengertian Hibrid yang merupakan penggabungan dari sesuatu yang memiliki perbedaan atau hasil persilangan antara sesuatu yang berbeda dengan adanya dominasi dari salah satu kutub yang berbeda. (Ningsar dan Deddy Erdiono, 2012);

Menurut Jencks, hybrid merupakan suatu metode untuk menciptakan sesuatu dengan pola-pola lama (sejarah), namun dengan bahan dan teknik yang baru. (Jencks, C. :1997)

Metode ini memiliki beberapa langkah pengerjaan yaitu

3.2.1.1 Elektik atau Quotation

Elektik atau Quotation memiliki arti menelusuri dan memilih pembendaharaan bentuk dan elemen arsitektur dari masa lalu yang dianggap potensial untuk diangkat kembali. Asumsi dasarnya adalah telah mapannya kode dan makna yang diterima dan dipahami oleh masyarakat

35

3.2.1.2 Manipulasi dan Reduksi

Elemen-elemen elektik atau hasil dari quotation tersebut selanjutnya dimanipulasi atau dimodifikasi dengan caracara yang dapat menggeser, mengubah, dan atau memutarbalikanmakna yang telah ada. Beberapa teknik manipulasi ini meliputi:

 Reduksi. Reduksi adalah pengurangan bagian-bagian yang dianggap tidak penting.

 Simplifikasi adalah penyederhanaan bentuk dengan cara membuang bagian-bagian yang dianggap tidak atau kurang penting.

 Repetisi. Repetisi artinya pengulangan elemen-elemen yang di-quotation-kan, sesuatu yang tidak ada pada referensi.

 Distorsi bentuk. Perubahan bentuk dari bentuk asalnya dengan cara misalnya dipuntir (rotasi), ditekuk, dicembungkan, dicekungkan dan diganti bentuk geometrinya.

 Disorientasi. Perubahan arah (orientasi) suatu elemen dari pola atau tatanan asalnya.

 Disporsisi. Perubahan proporsi tidak mengikuti sistem proporsi referensi (model).

 Dislokasi. Perubahan letak atau posisi elemen di dalam model referensi sehingga menjadi tidak pada posisinya seperti model referensi.

3.2.1.3 Penggabungan

Penggabungan dan penyatuan beberapa elemen yang telah dimanipulasi atau dimodifikasi ke dalam desain yang telah ditetapkan order-nya.

37

BAB 4

Dokumen terkait