• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

5.3. Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Despkripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan.

Kajian NKT 4 (jasa ekosistem) dan 5 (sosial ekonomi) dapat membantu menajamkan deskripsi potensi dan kegiatan pemanfaatan yang ada.

6

Penyusunan Dokumen Awal.

Dokumen awal perlu mecerminkan hasil pendekatan NKT dalam kajian perencanaan pesisir, dan keterkaitannya dengan isu strategis.

7.

Konsultasi Publik Target-target pelestarian berdasarkan kajian NKT dapat dikonsultasikan untuk memas kan masukan bagi para pemangku kepen ngan dalam mengalokasikan ruang.

8.

Penentuan Usulan Alokasi Ruang.

Target-target pelestarian yang telah disepaka berupa NKT dapat dialokasikan dalam Kawasan Konservasi. Analisis non-spasial:

- Perlu melipu hasil kajian sosial ekonomi yang terkait dengan NKT 4, 5 dan 6.

- Perlu menganalisis dan merekomendasikan P raktek Terbaik untuk menjamin kelestarian NKT yang berada dalam Zona Pemanfaatan Umum (analisis pengelolaan NKT).

- Arahan pelaksanaan Praktek Terbaik dalam memanfaatkan zona pemanfaatan umum.

9.

Penyusunan Dokumen Antara.

Isu Strategis Wilayah yang terca ntum dalam dokumen antara perlu mencakup isu/permasalahan pelestarian NKT sebagai target-target pelestarian.

10.

Konsultasi Publik. Para pihak perlu mems kan upaya pelestarian NKT, baik yang telah berada di dalam Kawasan Konservasi maupun kawasan lainnya.

11.

Penyusunan dokumen final.

Dalam Dokumen Final dapat ditambahkan atau disisipkan tentang status NKT di wilayah pesisir serta upaya melestarikannya untuk menjamin pembangunan wilayah pesisir yang terintegrasi dan berkelanjutan

12. Permohonan tanggapan dan saran.

-13. Pembahasan RANPERDA

-14. Penetapan.

-Tabel 1. Integrasi Kajian NKT dalam Tahapan Penyusunan RZWP3K.

5.3. Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir.

Kajian NKT di suatu wilayah pesisir dapat dijadikan perangkat evaluasi yang konstruk f terhadap perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang ada. Sebagai contoh, sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, Kajian NKT yang terpisah dapat dijadikan masukan untuk evaluasi penyusunan RZWP3K, melalui konsultasi publik dan integrasi serta analisis data spasial yang terkait. Beberapa tantangan dalam memas kan hasil kajian NKT dapat menjadi masukan dalam perencanaan wilayah pesisir antara lain:

· Keterlibatan/akses pihak yang melakukan kajian NKT dalam penyusunan perencanaan pengelolaan.

· Pemahaman yang terbatas akan konsep/pendekatan NKT dan fleksibilitas yang terbatas dalam mengadopsi hasil kajian NKT dari konsultan penyusun perencanaan wilayah pesisir serta pemerintah daerah.

· Kompa bilitas skala pada data spasial yang berbeda antara kajian NKT dan perencanaan wilayah pesisir.

· Kurangnya pemahaman para pihak terkait mengenai pendekatan dan kajian NKT sehingga mereka dak mampu menyapaikan permasalahan-permasalahan pen ng terkait NKT di dalam proses perencanaan pengelolaan wialyah pesisir (contoh: dalam konsultasi publik). Berikut ini disampaikan beberapa perangkat (tools) yang dapat membantu dalam mengintegrasikan dan mengar kulasikan NKT pada suatu wilayah pesisir ke dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir:

Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

Sebagai bagian dari Kebijakan, Rencana dan Program (KRP), dokumen-dokumen perencanaan pengelolaan wilayah pesisir (contoh; RZWP3K, RPWP3K) juga perlu dikaji dengan suatu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. KLHS adalah rangkaian analisis yang sistema s, menyeuruh, dan par sipa f untuk memas kan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP).

Pendekatan NKT juga dapat diterapkan dalam melakukan KLHS terhadap perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Pelingkupan dan analisis data dalam proses penyusunan KLHS yang memper mbangkan keberadaan NKT sangat krusial dalam memas kan terintegrsinya pendekatan NKT dalam kajian KHLS. KLHS yang mengintegrasikan pendekatan NKT dapat secara langsung memberikan arahan program dalam memas kan kelestarian NKT yang terdapat di wilayah pesisir yang dikaji.

KLHS dengan mengadopsi pendekatan NKT dapat merekomendasikan skenario op mum untuk konservasi dalam penentuan alokasi ruang dalam RZWP3K maupun RTRW. Skenario op mum ini adalah alokasi ruang yang op mum untuk kepen ngan keberlanjutan NKT, baik melalui rekomendasi menjadi Kawasan Konservasi atau Lindung maupun melalui rekomendasi penerapan praktek cerdas dalam pemanfaatan sumber daya pesisir.

Kajian NKT dapat dilakukan bersamaan (terintegrasi) dengan penyusunan RZWP3K (lihat Tabel di bawah), maupun dilakukan terpisah, dan dijadikan masukan melalui:

1. Analisis data sekunder, 2. Pengeolahan data, maupun 3. Konsultasi Publik

Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Batasan Wilayah Pesisir - Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

No. Tahapan RZWP3K Catatan untuk Integrasi Kaji an NKT 1.

Persiapan.

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK).

Memasukkan perlunya kajian NKT dalam penyusunan KAK dan persiapan teknis;

2.

Pengumpulan Data. Kajian awal data sekunder

Memasukkan Kajian NKT (jika sudah ada) dalam Kajian Awal Data Sekunder.

3.

Survei lapangan. Pengumpulan data primer

Melakukan/melengkapi kajian NKT pada wilayah pesisir. Kajian NKT perlu mencatat keberadaan dan ke adaan NKT, serta penjelasan pendekatan -pendekatan yang digunakan.

4.

Pengolahan dan Analsis Data.

Hasil kajian NKT dapat diolah secara spasial untuk memperlihatkan ‘target-target’ pelestarian berdasarkan NKT (pendekatan NKT) yang telah dilakukan. Kajian NKT 4,5, dan 6 dapat memperkaya Analisis Sosial dan Budya yang diperlukan dalam RZWP3K.

5.

Despkripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan.

Kajian NKT 4 (jasa ekosistem) dan 5 (sosial ekonomi) dapat membantu menajamkan deskripsi potensi dan kegiatan pemanfaatan yang ada.

6

Penyusunan Dokumen Awal.

Dokumen awal perlu mecerminkan hasil pendekatan NKT dalam kajian perencanaan pesisir, dan keterkaitannya dengan isu strategis.

7.

Konsultasi Publik Target-target pelestarian berdasarkan kajian NKT dapat dikonsultasikan untuk memas kan masukan bagi para pemangku kepen ngan dalam mengalokasikan ruang.

8.

Penentuan Usulan Alokasi Ruang.

Target-target pelestarian yang telah disepaka berupa NKT dapat dialokasikan dalam Kawasan Konservasi. Analisis non-spasial:

- Perlu melipu hasil kajian sosial ekonomi yang terkait dengan NKT 4, 5 dan 6.

- Perlu menganalisis dan merekomendasikan P raktek Terbaik untuk menjamin kelestarian NKT yang berada dalam Zona Pemanfaatan Umum (analisis pengelolaan NKT).

- Arahan pelaksanaan Praktek Terbaik dalam memanfaatkan zona pemanfaatan umum.

9.

Penyusunan Dokumen Antara.

Isu Strategis Wilayah yang terca ntum dalam dokumen antara perlu mencakup isu/permasalahan pelestarian NKT sebagai target-target pelestarian.

10.

Konsultasi Publik. Para pihak perlu mems kan upaya pelestarian NKT, baik yang telah berada di dalam Kawasan Konservasi maupun kawasan lainnya.

11.

Penyusunan dokumen final.

Dalam Dokumen Final dapat ditambahkan atau disisipkan tentang status NKT di wilayah pesisir serta upaya melestarikannya untuk menjamin pembangunan wilayah pesisir yang terintegrasi dan berkelanjutan

12. Permohonan tanggapan dan saran.

-13. Pembahasan RANPERDA

-14. Penetapan.

-Tabel 1. Integrasi Kajian NKT dalam Tahapan Penyusunan RZWP3K.

5.3. Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir.

Kajian NKT di suatu wilayah pesisir dapat dijadikan perangkat evaluasi yang konstruk f terhadap perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang ada. Sebagai contoh, sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, Kajian NKT yang terpisah dapat dijadikan masukan untuk evaluasi penyusunan RZWP3K, melalui konsultasi publik dan integrasi serta analisis data spasial yang terkait. Beberapa tantangan dalam memas kan hasil kajian NKT dapat menjadi masukan dalam perencanaan wilayah pesisir antara lain:

· Keterlibatan/akses pihak yang melakukan kajian NKT dalam penyusunan perencanaan pengelolaan.

· Pemahaman yang terbatas akan konsep/pendekatan NKT dan fleksibilitas yang terbatas dalam mengadopsi hasil kajian NKT dari konsultan penyusun perencanaan wilayah pesisir serta pemerintah daerah.

· Kompa bilitas skala pada data spasial yang berbeda antara kajian NKT dan perencanaan wilayah pesisir.

· Kurangnya pemahaman para pihak terkait mengenai pendekatan dan kajian NKT sehingga mereka dak mampu menyapaikan permasalahan-permasalahan pen ng terkait NKT di dalam proses perencanaan pengelolaan wialyah pesisir (contoh: dalam konsultasi publik). Berikut ini disampaikan beberapa perangkat (tools) yang dapat membantu dalam mengintegrasikan dan mengar kulasikan NKT pada suatu wilayah pesisir ke dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir:

Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

Sebagai bagian dari Kebijakan, Rencana dan Program (KRP), dokumen-dokumen perencanaan pengelolaan wilayah pesisir (contoh; RZWP3K, RPWP3K) juga perlu dikaji dengan suatu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. KLHS adalah rangkaian analisis yang sistema s, menyeuruh, dan par sipa f untuk memas kan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP).

Pendekatan NKT juga dapat diterapkan dalam melakukan KLHS terhadap perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Pelingkupan dan analisis data dalam proses penyusunan KLHS yang memper mbangkan keberadaan NKT sangat krusial dalam memas kan terintegrsinya pendekatan NKT dalam kajian KHLS. KLHS yang mengintegrasikan pendekatan NKT dapat secara langsung memberikan arahan program dalam memas kan kelestarian NKT yang terdapat di wilayah pesisir yang dikaji.

KLHS dengan mengadopsi pendekatan NKT dapat merekomendasikan skenario op mum untuk konservasi dalam penentuan alokasi ruang dalam RZWP3K maupun RTRW. Skenario op mum ini adalah alokasi ruang yang op mum untuk kepen ngan keberlanjutan NKT, baik melalui rekomendasi menjadi Kawasan Konservasi atau Lindung maupun melalui rekomendasi penerapan praktek cerdas dalam pemanfaatan sumber daya pesisir.

Rencana Konservasi Bentang Alam (RKBA)

Perencanaan dan pengelolaan konservasi pada wilayah yang luas selalu mengadapi masalah skala kawasan ke ka menyusun strategi konservasi untuk wilayah tersebut. Namun demikian perencanaan di ngkat bentang alam dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai keberlanjutan target-target konservasi pada jangka waktu yang lama.

Perencanaan konservasi di ngkat bentang alam terfokus pada 'tujuan konservasi' atau 'target' ke mbang isu konservasi, seper abrasi air laut, kebakaran lahan dan hutan, dsb. Rencana Konservasi Bentang Alam (RKBA) telah diterapkan pada beberapa bentang alam pesisir di Indonesia, seper di pesisir Aceh Selatan, Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat, dan Kabupaten Mimika Papua dalam proyek USAID IFACS di tahun 2013-2014.

Target-target konservasi kunci dalam RKBA didasarkan sebagian besar pada Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di samping kawasan dengan kandungan karbon nggi. Penggunaan NKT dalam menentukan target-target konservasi kunci didasari pada alasan bahwa NKT telah mendapatkan perha an khusus secara internasional dan di Indonesia telah menjadi dasar dalam mengiden fikasi wilayah pen ng bernilai nggi baik oleh pemerintah, maupun pihak swasta.

Forum Mul Pihak

Keterlibatan para pihak pemangku kepen ngan di ngkat daerah (kabupaten maupun provinsi) maupun desa dapat berperan pen ng dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Masukan dari para pihak pemangku kepen ngan ini seringkali memberikan wawasan yang lebih luas dan tepat untuk melakukan perencanaan pengelolaan sumber daya pesisir, mengingat mereka terlibat dan beresiko terkena dampak ke ka perencanaan pengelolaan telah ditetapkan. Keterlibatan para pihak dalam perencanaan di wilayah pesisir telah diakomodasi dalam se ap proses perencanaan seper melalui konsultasi publik. Namun demikian, seringkali masukan para pihak dalam suatu konsultasi publik kurang bersifat teknis dan lebih bersifat subjek f.

Keterlibatan para pihak pemangku kepen ngan dalam suatu Forum Mul Pihak (FMP) yang memiliki visi, misi dan tujuan strategis yang jelas dalam mendukung upaya pengelolaan pesisir akan lebih bersifat efek f dan konstruk f dalam memberikan masukan dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Pemahaman konsep NKT bagi FMP dapat meningkatkan pengetahuan dan kapasitas FMP dalam memberikan masukan bagi perencanaan pengelolaan wilayah pesisir di wilayahya. Di samping keterlibatannya dalam perencanaan, FMP dapat juga terlibat dalam pengelolaan dan pengawasan pengelolaan wilayah pesisir.

Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Penutup Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Konsep dan pendekatan Nilai Konservasi Tinggi hanyalah salah satu perangkat dalam memas kan pengelolaan wilayah pesisir dapat bersifat kolabora f, berkelanjutan. Keberhasilan pengelolaan wilayah pesisir beserta sumber daya alam dan masyarakatnya bergantung pada komitmen para pemangku kepen ngan di dalam menjaga dan meningkatkan nilai-nilai yang sangat pen ng ini. Komitmen dalam menjagai Nilai Konservasi Tinggi di dalam wilayah pesisir ini juga perlu di dukung oleh kebijakan dan regulasi-regulasi yang relavan dari pemerintah. Komitmen dari pihak unit pengelola atau pemegang izin pemanfaatan wilayah pesisir dalam hal ini harus juga di dukung oleh komitmen pemerintah setempat melalui regulasi dan kebijakan yang mendukung juga keterlibatan masyarakat sangat di perlukan. Karena mereka ini memiliki kontribusi yang menetukan berhasil

daknya kegiatan pengelolaan NKT.

Disamping komitmen yang kuat, perangkat lain yang tak kalah pen ng adalah adanya bimbingan dan panduan yang memadai kepada para pemangku kepen ngan di dalam menjalankan pengelolaan dan pemantauan NKT. Keberadaan panduan dan berbagi pengetahuan dalam mengelola NKT menjadi sangat pen ng. Secara nasional saat ini keberadaan Jaringan NKT Indonesia dapat membantu para pihak yang berminat dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji dan mengelola NKT.

Penyempurnaan terhadap Panduan ini sangatlah diperlukan, mengingat perkembangan pengetahuan dan permasalahan di wilayah pesisir. Untuk itu pendekatan adap f menjadi landasan utama dalam pengembangan panduan yang ada saat ini. Karena dengan konsep ini, panduan yang ada saat ini di harapkan akan terus berkembang dan lebih baik lagi serta kredibel dan bermanfaat.

Rencana Konservasi Bentang Alam (RKBA)

Perencanaan dan pengelolaan konservasi pada wilayah yang luas selalu mengadapi masalah skala kawasan ke ka menyusun strategi konservasi untuk wilayah tersebut. Namun demikian perencanaan di ngkat bentang alam dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai keberlanjutan target-target konservasi pada jangka waktu yang lama.

Perencanaan konservasi di ngkat bentang alam terfokus pada 'tujuan konservasi' atau 'target' ke mbang isu konservasi, seper abrasi air laut, kebakaran lahan dan hutan, dsb. Rencana Konservasi Bentang Alam (RKBA) telah diterapkan pada beberapa bentang alam pesisir di Indonesia, seper di pesisir Aceh Selatan, Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat, dan Kabupaten Mimika Papua dalam proyek USAID IFACS di tahun 2013-2014.

Target-target konservasi kunci dalam RKBA didasarkan sebagian besar pada Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di samping kawasan dengan kandungan karbon nggi. Penggunaan NKT dalam menentukan target-target konservasi kunci didasari pada alasan bahwa NKT telah mendapatkan perha an khusus secara internasional dan di Indonesia telah menjadi dasar dalam mengiden fikasi wilayah pen ng bernilai nggi baik oleh pemerintah, maupun pihak swasta.

Forum Mul Pihak

Keterlibatan para pihak pemangku kepen ngan di ngkat daerah (kabupaten maupun provinsi) maupun desa dapat berperan pen ng dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Masukan dari para pihak pemangku kepen ngan ini seringkali memberikan wawasan yang lebih luas dan tepat untuk melakukan perencanaan pengelolaan sumber daya pesisir, mengingat mereka terlibat dan beresiko terkena dampak ke ka perencanaan pengelolaan telah ditetapkan. Keterlibatan para pihak dalam perencanaan di wilayah pesisir telah diakomodasi dalam se ap proses perencanaan seper melalui konsultasi publik. Namun demikian, seringkali masukan para pihak dalam suatu konsultasi publik kurang bersifat teknis dan lebih bersifat subjek f.

Keterlibatan para pihak pemangku kepen ngan dalam suatu Forum Mul Pihak (FMP) yang memiliki visi, misi dan tujuan strategis yang jelas dalam mendukung upaya pengelolaan pesisir akan lebih bersifat efek f dan konstruk f dalam memberikan masukan dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Pemahaman konsep NKT bagi FMP dapat meningkatkan pengetahuan dan kapasitas FMP dalam memberikan masukan bagi perencanaan pengelolaan wilayah pesisir di wilayahya. Di samping keterlibatannya dalam perencanaan, FMP dapat juga terlibat dalam pengelolaan dan pengawasan pengelolaan wilayah pesisir.

Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Penutup Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Konsep dan pendekatan Nilai Konservasi Tinggi hanyalah salah satu perangkat dalam memas kan pengelolaan wilayah pesisir dapat bersifat kolabora f, berkelanjutan. Keberhasilan pengelolaan wilayah pesisir beserta sumber daya alam dan masyarakatnya bergantung pada komitmen para pemangku kepen ngan di dalam menjaga dan meningkatkan nilai-nilai yang sangat pen ng ini. Komitmen dalam menjagai Nilai Konservasi Tinggi di dalam wilayah pesisir ini juga perlu di dukung oleh kebijakan dan regulasi-regulasi yang relavan dari pemerintah. Komitmen dari pihak unit pengelola atau pemegang izin pemanfaatan wilayah pesisir dalam hal ini harus juga di dukung oleh komitmen pemerintah setempat melalui regulasi dan kebijakan yang mendukung juga keterlibatan masyarakat sangat di perlukan. Karena mereka ini memiliki kontribusi yang menetukan berhasil

daknya kegiatan pengelolaan NKT.

Disamping komitmen yang kuat, perangkat lain yang tak kalah pen ng adalah adanya bimbingan dan panduan yang memadai kepada para pemangku kepen ngan di dalam menjalankan pengelolaan dan pemantauan NKT. Keberadaan panduan dan berbagi pengetahuan dalam mengelola NKT menjadi sangat pen ng. Secara nasional saat ini keberadaan Jaringan NKT Indonesia dapat membantu para pihak yang berminat dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji dan mengelola NKT.

Penyempurnaan terhadap Panduan ini sangatlah diperlukan, mengingat perkembangan pengetahuan dan permasalahan di wilayah pesisir. Untuk itu pendekatan adap f menjadi landasan utama dalam pengembangan panduan yang ada saat ini. Karena dengan konsep ini, panduan yang ada saat ini di harapkan akan terus berkembang dan lebih baik lagi serta kredibel dan bermanfaat.

Da ar Pustaka

7. Da ar Pustaka

Anonim, 2013. Panduan Umum untuk Iden fikasi Nilai Konservasi Tinggi. HCVRN.

Didik Prasetyo, Yokyok Hadiprakarsa, Sutji Shinto. 2013. Panduan Pengelolan dan Pemantauan Nilai Konservasi Tinggi. Jaringan NKT Indonesia-USAID IFACS.

Miethke, S and M.Galves, 2009, Marine and Coastal High Conserva on Value Areas in Southern Chile. Interna onal Workshop Report. Valdivia: WWF Chile, 45p.

Nirarita, Ch.E, P. Wibowo, dan D. Padmawinata. 1996. Ekosistem Lahan Basah. Panduan untuk Guru dan Prak si Pendidikan. Wetlands Interna onal-Indonesia Program. Bogor.

Salafsky, N., R. Margoluis, and K. Redford (2001) Adap ve Management : A tool for conserva on prac oners. Biodiversity Support Program. Washington DC.

Dokumen terkait