• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Konsep Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan Penerapannya pada wilayah Pesisir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengenalan Konsep Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan Penerapannya pada wilayah Pesisir"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Modul Pela han

PENGENALAN KONSEP

NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA

DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

(2)

Dipublikasikan oleh:

Blue Carbon Consor um

Gedung EDTC - PKSPL IPB, Kampus IPB Baranangsiang

Jl. Raya Pajajaran No.1, Bogor 16127. Telp/Fax : +62251-8343432

www.blucarbonconsor um.org Disiapkan oleh:

Prianto Wibowo, Akbar Ario Digdo, Warintoko Foto-foto oleh:

Prianto Wibowo Layout & Ilustrasi oleh: Langgeng Arief Utomo

(3)

Modul Pela han

PENGENALAN KONSEP

NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA

DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Maret 2016

Tujuan:

1. Peserta dapat memahami konsep Nilai Konservasi Tinggi (NKT); 2. Peseta mampu memahami bagaimana proses iden fikasi NKT di

laksanakan;

3. Peserta memahami bagaimana mengelola dan memantau NKT. 4. Peserta memahami bagaimana konsep NKT dapat diterapkan

dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.

Sasaran Pela han:

- Aparat pemerintah daerah dan para pihak yang berkepen ngan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir, seper pengelola wisata di wilayah pesisir, dan pengelola pemanfaatan sumber daya pesisir lainnya.

Durasi: 120 menit

Metode: modul ini diberikan dengan cara presentasi dan diskusi di dalam kelas.

(4)

Modul Pela han

PENGENALAN KONSEP

NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA

DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Maret 2016

Tujuan:

1. Peserta dapat memahami konsep Nilai Konservasi Tinggi (NKT); 2. Peseta mampu memahami bagaimana proses iden fikasi NKT di

laksanakan;

3. Peserta memahami bagaimana mengelola dan memantau NKT. 4. Peserta memahami bagaimana konsep NKT dapat diterapkan

dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.

Sasaran Pela han:

- Aparat pemerintah daerah dan para pihak yang berkepen ngan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir, seper pengelola wisata di wilayah pesisir, dan pengelola pemanfaatan sumber daya pesisir lainnya.

Durasi: 120 menit

Metode: modul ini diberikan dengan cara presentasi dan diskusi di dalam kelas.

(5)

Da ar Isi

Da ar Isi Da ar Isi

1. Pengantar 1

1.1. Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT) 1 1.2. Pendekatan NKT 3

1.2.1. Iden fikasi NKT 3 1.2.2. Pengelolaan NKT 4 1.2.3. Pemantauan NKT 4

2. Pengenalan dan Iden fikasi NKT 5

2.1. Keanekaragaman spesies (NKT 1) 5 2.1.1. Is lah dan konsep Dasar 6 2.1.2. Indikator dan sumber data 7

2.2. Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2) 8

2.2.1. Konsep Dasar 8

2.2.2. Indikator dan Sumber Data 8 2.3. Ekosistem yang Unik (NKT 3) 10

2.3.1. Konsep Dasar 11

2.3.2. Indikator dan Sumber Data 11 2.4. Jasa Ekosistem (NKT 4) 12

2.4.1. Konsep Dasar 12

2.4.2. Indikator dan Sumber Data 12 2.5. Kebutuhan Masyarakat (NKT5) 13

2.5.1. Konsep Dasar 13

2.5.2. Indikator dan Sumber Data 14 2.6. Nilai Kultural (NKT 6) 15

2.6.1. Konsep Dasar 15

2.6.2. Indikator dan Sumber Data 16 2.7. Proses Bio-Oseanografi (NKT 7) 17

2.7.1. Konsep Dasar 17

2.7.2. Indikator dan Sumber Data 17 3. Mempersiapkan Laporan Kajian NKT 18

3.1. Pembelajaran dari Praktek Terbaik untuk Kajian NKT 18 3.2. Format Standar Laporan Kajian NKT 19 4. Pengelolaan dan Pemantauan NKT 20

4.1. Pengelolaan NKT 20 4.2. Pemantauan NKT 23

4.2.1. Metode Pemantauan NKT 24

4.2.2. Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan NKT 26

5. Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir 27 5.1. Batasan Wilayah Pesisir 27

5.2. Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir 27 5.3. Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir 30 6. Penutup 32

(6)

Da ar Isi

Da ar Isi Da ar Isi

1. Pengantar 1

1.1. Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT) 1 1.2. Pendekatan NKT 3

1.2.1. Iden fikasi NKT 3 1.2.2. Pengelolaan NKT 4 1.2.3. Pemantauan NKT 4

2. Pengenalan dan Iden fikasi NKT 5

2.1. Keanekaragaman spesies (NKT 1) 5 2.1.1. Is lah dan konsep Dasar 6 2.1.2. Indikator dan sumber data 7

2.2. Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2) 8

2.2.1. Konsep Dasar 8

2.2.2. Indikator dan Sumber Data 8 2.3. Ekosistem yang Unik (NKT 3) 10

2.3.1. Konsep Dasar 11

2.3.2. Indikator dan Sumber Data 11 2.4. Jasa Ekosistem (NKT 4) 12

2.4.1. Konsep Dasar 12

2.4.2. Indikator dan Sumber Data 12 2.5. Kebutuhan Masyarakat (NKT5) 13

2.5.1. Konsep Dasar 13

2.5.2. Indikator dan Sumber Data 14 2.6. Nilai Kultural (NKT 6) 15

2.6.1. Konsep Dasar 15

2.6.2. Indikator dan Sumber Data 16 2.7. Proses Bio-Oseanografi (NKT 7) 17

2.7.1. Konsep Dasar 17

2.7.2. Indikator dan Sumber Data 17 3. Mempersiapkan Laporan Kajian NKT 18

3.1. Pembelajaran dari Praktek Terbaik untuk Kajian NKT 18 3.2. Format Standar Laporan Kajian NKT 19 4. Pengelolaan dan Pemantauan NKT 20

4.1. Pengelolaan NKT 20 4.2. Pemantauan NKT 23

4.2.1. Metode Pemantauan NKT 24

4.2.2. Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan NKT 26

5. Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir 27 5.1. Batasan Wilayah Pesisir 27

5.2. Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir 27 5.3. Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir 30 6. Penutup 32

(7)

engelolaan wilayah pesisir di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 27 Tahun 2007

P

jo Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Salah satu upaya untuk memas kan keberlanjutan sumber daya pesisir adalah dengan melakukan konservasi wilayah pesisir, yang merupakan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan wilayah pesisir beserta ekosistemnya untuk menjamin

keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumber daya pesisir. Di samping itu, penerapan praktek-praktek cerdas dalam pengelolaan sumber daya pesisir seper praktek perikanan berkelanjutan juga berupaya untuk menjamin keberlanjutan sumber daya pesisir.

Pendekatan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) pertama kali dikembangkan oleh Forest Stewardship

Council (FSC) pada akhir tahun 1990-an. Pendekatan NKT ini telah terbuk bermanfaat untuk

mengiden fikasi dan mengelola nilai-nilai lingkungan dan sosial dalam lanskap produksi. Meskipun pada awalnya NKT digunakan dalam konteks ser fikasi pengelolaan hutan, namun hingga saat ini NKT telah berkembang dan dapat diterpakan untk berbagai penggunaan termasuk misalnya pada perencanaan tata guna lahan, advokasi konservasi, perencanaan dan desain pembelian bahan baku yang bertanggung jawab serta kebijakan-kebijakan investasi. Pendekatan NKT juga dapat diterapkan dalam konteks perencanaan dan pengelolaan sumber daya wilayah pesisir. Suatu lokakarya internasional mengenai NKT di wilayah pesisir Chile Selatan telah mengembangkan pendekatan NKT ini untu wilayah pesisir.

Dalam pelaksanaan penerapan konsep NKT di lapangan masih banyak ditemukan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan interpretasi, metode pendekatan, analisa dan standar peloporan yang berbeda satu sama lain. Hal lain yang tak kalah pen ngnya adalah tantangan bagi para pengelola sumber daya alam dalam menindaklanju hasil iden fikasi NKT yaitu

adanya rencana pengelolaan untuk dapat memelihara atau meningkatkan NKT dan pemantauan terhadap NKT yang teriden fikasi di dalam masing-masing unit pengelolaan.

Penerapan konsep NKT untuk pengelolaan wilayah pesisir telah mulai dikembangkan khususnya untuk menentukan tujuan-tujuan pelestarian nilai konservasi (conserva on objec ves).

Perencanaan yang beorientasi pada tujuan (objec ve-oriented planning) di wilayah pesisir dapat mengadopsi konsep NKT dengan cara mengiden fikasi NKT sebagai tujuannya. Panduan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengadopsi pendekatan NKT ke dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya pesisir, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pihak pengelola kawasan pesisir lainnya (contoh: pihak swasta maupun kelompok masyarakat pengelola kawasan di wilayah pesisir).

1.1. Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)

Nilai Konservsi Tinggi (NKT) merupakan nilai biologis, ekologis, sosial atau kultural yang memiliki signifikansi luar biasa atau peran yang sangat pen ng.

Secara umum terdapat 6 kategori NKT yang telah disepaka (HCV Resource Network, September 2013); meskipun demikian, pada tahun pada tahun 2009, melalui suatu lokakarya internasional tentang NKT di wilayah pesisir dan laut Chili Selatan yang diorganisir oleh WWF, pendekatan NKT juga dicoba untuk diterapkan untuk mengelola sumber daya pesisir dan laut. Berdasarkan lokakarya ini, para peserta telah menyepaka kategori nilai konservasi tambahan yaitu yang terkait dengan Proses Bio-Oseanografi, yaitu ekosistem pesisir dan laut dimana proses oseonografis dan biologis sering terjadi yang merupakan aspek pen ng penyokong keanekaragaman haya yang ada.

1. Pengantar

Pengantar Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Pengantar Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)

Berikut merupakan kategori-kategori NKT tersebut:

NKT 2. Ekosistem dan mosaik ekosistem pada ngkat bentang alam. Ekosistem dan mosaik ekosistem pada ngkat bentang alam yang luas yang memiliki signifikansi pada ngkat global, regional atau nasional dan memiliki populasi yang layak dari sebagian besar spesiess alami serta memiliki pola sebaran dan jumlah yang alami.

NKT 3. Ekosistem dan Habitat.Ekosistem, habitat atau refugia langka, terancam atau terancam punah.

NKT 4. Jasa ekosistem.Jasa ekosisem mendasar dalam situasi pen ng, termasuk perlindungan daerah tangkapan air dan kontrol erosi pada tanah rentan dan lereng.

NKT 5. Kebutuhan masyarakat.Situs dan sumber daya yang mendasar untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal atau masyarakat adat (untuk mata pencaharian, kesehatan, makanan, air, dll), yang teriden fikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat terkait.

NKT 6. Nilai kultural.Situs, sumber daya, habitat, dan bentang alam dengan signifikansi kultural, arkeologis, atau sejarah pada ngkat global atau nasional dan/atau kepen ngan kultural, ekologis, ekonomi atau religi/sakral bagi budaya tradisional masyarakat lokal atau masyarakat adat yang teriden fikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat terkait.

NKT 7. Proses Bio-Oseanografi.Ekosistem pesisir dan laut dimana proses oseanografis dan biologis sering terjadi, yang merupakan aspek pen ng penyokong keanekaragaman haya , contoh: kawasan dengan produk vitas primer nggi, daerah penyebaran dan perlindungan larva.

NKT 1. Keanekaragaman spesies.Keterpusatan keanekaragaman biologis yang mencakup spesies endemik dan spesies langka, terancam atau terancam punah (spesies RTE) yang signifikan pada ngkat global, regional maupun nasional.

(8)

engelolaan wilayah pesisir di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 27 Tahun 2007

P

jo Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Salah satu upaya untuk memas kan keberlanjutan sumber daya pesisir adalah dengan melakukan konservasi wilayah pesisir, yang merupakan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan wilayah pesisir beserta ekosistemnya untuk menjamin

keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumber daya pesisir. Di samping itu, penerapan praktek-praktek cerdas dalam pengelolaan sumber daya pesisir seper praktek perikanan berkelanjutan juga berupaya untuk menjamin keberlanjutan sumber daya pesisir.

Pendekatan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) pertama kali dikembangkan oleh Forest Stewardship

Council (FSC) pada akhir tahun 1990-an. Pendekatan NKT ini telah terbuk bermanfaat untuk

mengiden fikasi dan mengelola nilai-nilai lingkungan dan sosial dalam lanskap produksi. Meskipun pada awalnya NKT digunakan dalam konteks ser fikasi pengelolaan hutan, namun hingga saat ini NKT telah berkembang dan dapat diterpakan untk berbagai penggunaan termasuk misalnya pada perencanaan tata guna lahan, advokasi konservasi, perencanaan dan desain pembelian bahan baku yang bertanggung jawab serta kebijakan-kebijakan investasi. Pendekatan NKT juga dapat diterapkan dalam konteks perencanaan dan pengelolaan sumber daya wilayah pesisir. Suatu lokakarya internasional mengenai NKT di wilayah pesisir Chile Selatan telah mengembangkan pendekatan NKT ini untu wilayah pesisir.

Dalam pelaksanaan penerapan konsep NKT di lapangan masih banyak ditemukan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan interpretasi, metode pendekatan, analisa dan standar peloporan yang berbeda satu sama lain. Hal lain yang tak kalah pen ngnya adalah tantangan bagi para pengelola sumber daya alam dalam menindaklanju hasil iden fikasi NKT yaitu

adanya rencana pengelolaan untuk dapat memelihara atau meningkatkan NKT dan pemantauan terhadap NKT yang teriden fikasi di dalam masing-masing unit pengelolaan.

Penerapan konsep NKT untuk pengelolaan wilayah pesisir telah mulai dikembangkan khususnya untuk menentukan tujuan-tujuan pelestarian nilai konservasi (conserva on objec ves).

Perencanaan yang beorientasi pada tujuan (objec ve-oriented planning) di wilayah pesisir dapat mengadopsi konsep NKT dengan cara mengiden fikasi NKT sebagai tujuannya. Panduan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengadopsi pendekatan NKT ke dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya pesisir, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pihak pengelola kawasan pesisir lainnya (contoh: pihak swasta maupun kelompok masyarakat pengelola kawasan di wilayah pesisir).

1.1. Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)

Nilai Konservsi Tinggi (NKT) merupakan nilai biologis, ekologis, sosial atau kultural yang memiliki signifikansi luar biasa atau peran yang sangat pen ng.

Secara umum terdapat 6 kategori NKT yang telah disepaka (HCV Resource Network, September 2013); meskipun demikian, pada tahun pada tahun 2009, melalui suatu lokakarya internasional tentang NKT di wilayah pesisir dan laut Chili Selatan yang diorganisir oleh WWF, pendekatan NKT juga dicoba untuk diterapkan untuk mengelola sumber daya pesisir dan laut. Berdasarkan lokakarya ini, para peserta telah menyepaka kategori nilai konservasi tambahan yaitu yang terkait dengan Proses Bio-Oseanografi, yaitu ekosistem pesisir dan laut dimana proses oseonografis dan biologis sering terjadi yang merupakan aspek pen ng penyokong keanekaragaman haya yang ada.

1. Pengantar

Pengantar Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Pengantar Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)

Berikut merupakan kategori-kategori NKT tersebut:

NKT 2. Ekosistem dan mosaik ekosistem pada ngkat bentang alam. Ekosistem dan mosaik ekosistem pada ngkat bentang alam yang luas yang memiliki signifikansi pada ngkat global, regional atau nasional dan memiliki populasi yang layak dari sebagian besar spesiess alami serta memiliki pola sebaran dan jumlah yang alami.

NKT 3. Ekosistem dan Habitat.Ekosistem, habitat atau refugia langka, terancam atau terancam punah.

NKT 4. Jasa ekosistem.Jasa ekosisem mendasar dalam situasi pen ng, termasuk perlindungan daerah tangkapan air dan kontrol erosi pada tanah rentan dan lereng.

NKT 5. Kebutuhan masyarakat.Situs dan sumber daya yang mendasar untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal atau masyarakat adat (untuk mata pencaharian, kesehatan, makanan, air, dll), yang teriden fikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat terkait.

NKT 6. Nilai kultural.Situs, sumber daya, habitat, dan bentang alam dengan signifikansi kultural, arkeologis, atau sejarah pada ngkat global atau nasional dan/atau kepen ngan kultural, ekologis, ekonomi atau religi/sakral bagi budaya tradisional masyarakat lokal atau masyarakat adat yang teriden fikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat terkait.

NKT 7. Proses Bio-Oseanografi.Ekosistem pesisir dan laut dimana proses oseanografis dan biologis sering terjadi, yang merupakan aspek pen ng penyokong keanekaragaman haya , contoh: kawasan dengan produk vitas primer nggi, daerah penyebaran dan perlindungan larva.

NKT 1. Keanekaragaman spesies.Keterpusatan keanekaragaman biologis yang mencakup spesies endemik dan spesies langka, terancam atau terancam punah (spesies RTE) yang signifikan pada ngkat global, regional maupun nasional.

(9)

Pengantar Pendekatan NKT - Iden fikasi NKT - Pengelolaan NKT Pendekatan NKT - Pemantauan NKT

1.2. Pendekatan NKT

Wilayah pesisir yang merupakan peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan darat dan laut merupakan wilayah yang pen ng dalam menyokong keankearagaman haya serta populasi penduduk di sebagian besar wilayah Indonesia. Pendekatan NKT dapat diterapkan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan perencanaan konservasi di wilayah pesisir, yang bertujuan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan nilai-nilai lingkungan dan sosial yang signifikan ata pen ng sebagai bagian dari tata kelola yang bertanggung jawab. NKT mengharuskan ngkat perlindungan yang lebih nggi untuk memas kan keberlangsungannya dalam jangka panjang, khususnya apabila keberadaaanya dapat terdampak secara nega f oleh praktek-praktek pembangunan yang berlangsung pada wilayah pesisir.

Penerapan pendekatan NKT dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir membutuhkan upaya yang lebih besar untuk mengiden fikasi keberadaan NKT melalui kajian dan konsultasi para pemangku kepen ngan yang lebih intensif, melalui perha an yang lebih besar dalam menentukan dan mengimplementasikan pendekatan pengelolaan yang sesuai serta melalui pemantauan terhadap implementasi dan efek vitas pendekatan tersebut.

1.2.1. Iden fikasi NKT

Dalam mengenali NKT di wilayah pesisir, proses iden fikasi NKT perlu melibatkan interpretasi terhadap makna masing-masing kategori NKT dalam konteks lokal atau nasional, serta perlunya menentukan NKT mana saja yang terdapat pada kawasan terkait (contoh: unit pengelolaan pesisir) atau NKT mana saja yang terletak pada cakupan bentang alam yang lebih luas yang kemungkinan akan terdampak secara nega f oleh ak vitas pembangunan. Proses iden fikasi dilakukan melalui kajian NKT yang terdiri dari konsultasi dengan para pemangku kepen ngan, analisis terhadap informasi yang tersedia serta pengumpulan informasi tambahan jika diperlukan. Kajian NKT harus menghasilkan laporan yang jelas mengenai keberadaan atau ke adaan masing-masing NKT, lokasi keberadaannya, status dan kondisinya serta sebisa mungkin menyediakan informasi mengenai kawasan, habitat, sumber daya kunci, dan kawasan pen ng yang menyokong NKT tersebut. Pengetahuan tersebut kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan rekomendasi pengelolaannya untuk memas kan NKT-NKT tersebut akan dipelihara dan/atau di ngkatkan.

1.2.2. Pengelolaan NKT

Kawasan pengelolaan NKT merupakan kawasan yang tercakup di dalam sebuah situs, unit pengelolaan atau bentang alam di mana keputusan-keputusan pengelolaan yang sesuai perlu dilakukan dan diimplementasikan untuk memelihara atau meningkatkan NKT. Untuk kepen ngan pemetaan dan perencanaan, pen ng untuk membedakan lokasi antar NKT, yang kemungkinan berukuran cukup kecil dan terkadang bersifat rahasia (contoh: tempat berkembang biaknya penyu atau tempat yang sakral) serta kawasan pengelolaaan di mana keputusan dan aksi yang sesuai diperlukan, terkadang mencakup kawasan yang lebih luas. Proses mendesain rancanangan pengelolaan NKT perlu melibatkan inves gasi terhadap ancaman-ancaman yang aktual maupun yang potensial, serta pengembangan syarat-syarat pengelolaan. Hal ini dapat mencakup penggambaran kawasan-kawasan yang membutuhkan

perlindungan total serta mengiden fikasi kawasan yang dapat digunakan untuk produksi dengan catatan bahwa pengelolaannya konsisten dengan upaya melestarikan NKT (contoh: pengelolaan wilayah pantai untuk resort pariwisata dengan tetap memper mbangkan keberadaan mangrove maupun sarang penyu).

1.2.3. Pemantauan NKT

Rezim pemantauan perlu diberlakukan untuk memas kan praktek-praktek pengelolaan pesisir sejalan dengan upaya melestarikan/meningkatkan NKT secara efek f. Rezim pemantauan harus mampu menerjemahkan tujuan-tujuan strategis rezim pengelolaan menjadi tujuan-tujuan operasional. Indikator yang sesuai dengan tujuan pemantauan perlu dipilih untuk mengkaji status NKT, serta ambang batas aksi untuk memas kan NKT diperlihara atu di ngkatkan.

(10)

Pengantar Pendekatan NKT - Iden fikasi NKT - Pengelolaan NKT Pendekatan NKT - Pemantauan NKT

1.2. Pendekatan NKT

Wilayah pesisir yang merupakan peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan darat dan laut merupakan wilayah yang pen ng dalam menyokong keankearagaman haya serta populasi penduduk di sebagian besar wilayah Indonesia. Pendekatan NKT dapat diterapkan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan perencanaan konservasi di wilayah pesisir, yang bertujuan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan nilai-nilai lingkungan dan sosial yang signifikan ata pen ng sebagai bagian dari tata kelola yang bertanggung jawab. NKT mengharuskan ngkat perlindungan yang lebih nggi untuk memas kan keberlangsungannya dalam jangka panjang, khususnya apabila keberadaaanya dapat terdampak secara nega f oleh praktek-praktek pembangunan yang berlangsung pada wilayah pesisir.

Penerapan pendekatan NKT dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir membutuhkan upaya yang lebih besar untuk mengiden fikasi keberadaan NKT melalui kajian dan konsultasi para pemangku kepen ngan yang lebih intensif, melalui perha an yang lebih besar dalam menentukan dan mengimplementasikan pendekatan pengelolaan yang sesuai serta melalui pemantauan terhadap implementasi dan efek vitas pendekatan tersebut.

1.2.1. Iden fikasi NKT

Dalam mengenali NKT di wilayah pesisir, proses iden fikasi NKT perlu melibatkan interpretasi terhadap makna masing-masing kategori NKT dalam konteks lokal atau nasional, serta perlunya menentukan NKT mana saja yang terdapat pada kawasan terkait (contoh: unit pengelolaan pesisir) atau NKT mana saja yang terletak pada cakupan bentang alam yang lebih luas yang kemungkinan akan terdampak secara nega f oleh ak vitas pembangunan. Proses iden fikasi dilakukan melalui kajian NKT yang terdiri dari konsultasi dengan para pemangku kepen ngan, analisis terhadap informasi yang tersedia serta pengumpulan informasi tambahan jika diperlukan. Kajian NKT harus menghasilkan laporan yang jelas mengenai keberadaan atau ke adaan masing-masing NKT, lokasi keberadaannya, status dan kondisinya serta sebisa mungkin menyediakan informasi mengenai kawasan, habitat, sumber daya kunci, dan kawasan pen ng yang menyokong NKT tersebut. Pengetahuan tersebut kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan rekomendasi pengelolaannya untuk memas kan NKT-NKT tersebut akan dipelihara dan/atau di ngkatkan.

1.2.2. Pengelolaan NKT

Kawasan pengelolaan NKT merupakan kawasan yang tercakup di dalam sebuah situs, unit pengelolaan atau bentang alam di mana keputusan-keputusan pengelolaan yang sesuai perlu dilakukan dan diimplementasikan untuk memelihara atau meningkatkan NKT. Untuk kepen ngan pemetaan dan perencanaan, pen ng untuk membedakan lokasi antar NKT, yang kemungkinan berukuran cukup kecil dan terkadang bersifat rahasia (contoh: tempat berkembang biaknya penyu atau tempat yang sakral) serta kawasan pengelolaaan di mana keputusan dan aksi yang sesuai diperlukan, terkadang mencakup kawasan yang lebih luas. Proses mendesain rancanangan pengelolaan NKT perlu melibatkan inves gasi terhadap ancaman-ancaman yang aktual maupun yang potensial, serta pengembangan syarat-syarat pengelolaan. Hal ini dapat mencakup penggambaran kawasan-kawasan yang membutuhkan

perlindungan total serta mengiden fikasi kawasan yang dapat digunakan untuk produksi dengan catatan bahwa pengelolaannya konsisten dengan upaya melestarikan NKT (contoh: pengelolaan wilayah pantai untuk resort pariwisata dengan tetap memper mbangkan keberadaan mangrove maupun sarang penyu).

1.2.3. Pemantauan NKT

Rezim pemantauan perlu diberlakukan untuk memas kan praktek-praktek pengelolaan pesisir sejalan dengan upaya melestarikan/meningkatkan NKT secara efek f. Rezim pemantauan harus mampu menerjemahkan tujuan-tujuan strategis rezim pengelolaan menjadi tujuan-tujuan operasional. Indikator yang sesuai dengan tujuan pemantauan perlu dipilih untuk mengkaji status NKT, serta ambang batas aksi untuk memas kan NKT diperlihara atu di ngkatkan.

(11)

Pengenalan dan Iden fikasi NKT Keanekaragaman spesies (NKT 1) Keanekaragaman spesies (NKT 1) - Is lah dan konsep dasar

2. Pengenalan dan Iden fikasi NKT

ategori-kategori NKT di bawah ini didasarkan pada Panduan Iden fikasi NKT yang dibuat

K

oleh High Conserva on Value Resource Network HCVRN (2013) dan Workshop

Interna onal mengenai NKT di Chile Selatan (2009).

2.1. Keanekaragaman spesies (NKT 1)

Konsentrasi keanekaragaman haya termasuk spesies endemik dan spesies langka, terancam dan terancam punah (RTE) yang signifikan pada ngkat global, regional atau nasional.

Gambar 1. Ilustrasi Julang Sumba (Rhy ceros evere ) spesies endemik Sumba.

Gambar 2. Ilustrasi Gemak Sumba (Turnix ever ) spesies endemik Sumba.

2.1.1. Is lah dan konsep dasar

Konsentrasi keanekaragaman haya . NKT 1 mencakup konsentrasi keanekaragaman haya

yang signifikan, yang diakui unik atau luar biasa:

· Dibandingkan dengan kawasan lainnya (di dalam negara yang sama misalnya, atau dalam wilayah administrasi yang lebih kecil seper provinsi yang dapat dijadikan unit referensi yang lebih sesuai, atau dibandingan dengan unit biogeografi lainnya yang berukuran serupa)

· Berdasarkan kajian lapangan dan konsultasi wilayah manapun yang mengandung konsentrasi spesies NKT 1 (RTE atau endemik) yang signifikan atau yang mengandung habitat yang berperan kri s terhadap ketahanan spesies tersebut akan ditetapkan sebagai kawasan NKT.

Kehadiran spesies RTE atau endemik yang terekam akan secara langsung memenuhi syarat sebagai NKT, tapi hanya apabila konsentrasi spesies tersebut signifikan secara global, regional atau nasional.

Tempat berlindung secara musiman yang berfungsi sebagai lokasi sementara untuk berkembang biak, bersarang, berhibernasi, situs migrasi atau habitat yang esensial bagi spesies RTE dianggap memenuhi syarat sebagai NKT 1, bahkan apabila habitat tersebut hanya digunakan pada tahun-tahun tertentu.

Kawasan lindung/konservasi sebagai proxy bagi konsentrasi keanekaragaman haya .

Keberadaan kawasan lindung atau kawasan konservasi dapat mewaspadakan pihak pengkaji akan adanya NKT potensial karena diasumsikan bahwa kawasan lindung/kawasan konservasi tersebut mengandung konsentrasi nilai keanekaragaman haya yang signifikan. Tanpa adanya informasi lebih lanjut mengenai kualitas flora dan fauna yang terdapat di dalam kawasan lindung/konservasi, dengan menggunakan pendekatan keha -ha an, sebuah kawasan lindung/konservasi dapat diper mbangkan sebagai NKT 1. Selain kawasan lindung/kawasan konservasi yang resmi ditetapkan oleh pemerintah, situs prioritas konservasi global seper

Important Bird Area (IBA), Endemic Bird Area (EBA), Situs Ramsar, juga dapat dijadikan indikator

kuat sebagai NKT 1.

Spesies langka, terancam, atau terancam punah (RTE) berlaku bagi spesies yang beresiko,

tengah mengalami atau telah melewa penurunan jumlah populasi yang signifikan. Walau definisi NKT menggunakan is lah spesies terancam dan terancam punah, keduanya seringkali bersamaan dengan spesies rentan, dimasukkan dalam is lah payung terancam dan terancam punah dalam konteks Da ar Merah IUCN. Species terancam dan terancam punah dapat mencakup spesies yang diklasifikasikan oleh IUCN sebagai Rentan (Vulnerable-Vu), Terancam (Endangered-EN), dan Terancam Punah (Cri cally endangered –CR) pada ngkat global maupun regional, atau yang ak vitas perdagangannya diatur oleh persetujuan internasional CITES, dan juga spesies yang dilindungi secara nasional.

(12)

Pengenalan dan Iden fikasi NKT Keanekaragaman spesies (NKT 1) Keanekaragaman spesies (NKT 1) - Is lah dan konsep dasar

2. Pengenalan dan Iden fikasi NKT

ategori-kategori NKT di bawah ini didasarkan pada Panduan Iden fikasi NKT yang dibuat

K

oleh High Conserva on Value Resource Network HCVRN (2013) dan Workshop

Interna onal mengenai NKT di Chile Selatan (2009).

2.1. Keanekaragaman spesies (NKT 1)

Konsentrasi keanekaragaman haya termasuk spesies endemik dan spesies langka, terancam dan terancam punah (RTE) yang signifikan pada ngkat global, regional atau nasional.

Gambar 1. Ilustrasi Julang Sumba (Rhy ceros evere ) spesies endemik Sumba.

Gambar 2. Ilustrasi Gemak Sumba (Turnix ever ) spesies endemik Sumba.

2.1.1. Is lah dan konsep dasar

Konsentrasi keanekaragaman haya . NKT 1 mencakup konsentrasi keanekaragaman haya

yang signifikan, yang diakui unik atau luar biasa:

· Dibandingkan dengan kawasan lainnya (di dalam negara yang sama misalnya, atau dalam wilayah administrasi yang lebih kecil seper provinsi yang dapat dijadikan unit referensi yang lebih sesuai, atau dibandingan dengan unit biogeografi lainnya yang berukuran serupa)

· Berdasarkan kajian lapangan dan konsultasi wilayah manapun yang mengandung konsentrasi spesies NKT 1 (RTE atau endemik) yang signifikan atau yang mengandung habitat yang berperan kri s terhadap ketahanan spesies tersebut akan ditetapkan sebagai kawasan NKT.

Kehadiran spesies RTE atau endemik yang terekam akan secara langsung memenuhi syarat sebagai NKT, tapi hanya apabila konsentrasi spesies tersebut signifikan secara global, regional atau nasional.

Tempat berlindung secara musiman yang berfungsi sebagai lokasi sementara untuk berkembang biak, bersarang, berhibernasi, situs migrasi atau habitat yang esensial bagi spesies RTE dianggap memenuhi syarat sebagai NKT 1, bahkan apabila habitat tersebut hanya digunakan pada tahun-tahun tertentu.

Kawasan lindung/konservasi sebagai proxy bagi konsentrasi keanekaragaman haya .

Keberadaan kawasan lindung atau kawasan konservasi dapat mewaspadakan pihak pengkaji akan adanya NKT potensial karena diasumsikan bahwa kawasan lindung/kawasan konservasi tersebut mengandung konsentrasi nilai keanekaragaman haya yang signifikan. Tanpa adanya informasi lebih lanjut mengenai kualitas flora dan fauna yang terdapat di dalam kawasan lindung/konservasi, dengan menggunakan pendekatan keha -ha an, sebuah kawasan lindung/konservasi dapat diper mbangkan sebagai NKT 1. Selain kawasan lindung/kawasan konservasi yang resmi ditetapkan oleh pemerintah, situs prioritas konservasi global seper

Important Bird Area (IBA), Endemic Bird Area (EBA), Situs Ramsar, juga dapat dijadikan indikator

kuat sebagai NKT 1.

Spesies langka, terancam, atau terancam punah (RTE) berlaku bagi spesies yang beresiko,

tengah mengalami atau telah melewa penurunan jumlah populasi yang signifikan. Walau definisi NKT menggunakan is lah spesies terancam dan terancam punah, keduanya seringkali bersamaan dengan spesies rentan, dimasukkan dalam is lah payung terancam dan terancam punah dalam konteks Da ar Merah IUCN. Species terancam dan terancam punah dapat mencakup spesies yang diklasifikasikan oleh IUCN sebagai Rentan (Vulnerable-Vu), Terancam (Endangered-EN), dan Terancam Punah (Cri cally endangered –CR) pada ngkat global maupun regional, atau yang ak vitas perdagangannya diatur oleh persetujuan internasional CITES, dan juga spesies yang dilindungi secara nasional.

(13)

Keanekaragaman spesies (NKT 1) - Indikator dan Sumber Data Pengenalan dan Iden fikasi NKT Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2)

2.1.2. Indikator dan sumber data

Untuk mengiden fikasi NKT 1 dibutuhkan informasi mendasar mengenai spesies dan habitatnya. Suatu kajian keanekaragaman haha dapat membantu dalam mengiden fikasi keberadaan NKT1 di suatu daerah, yaitu dengan mengetahui keberadaan spesies RTE dan endemik pada daerah tersebut. Di samping itu, beberapa indikator potensial dapat membantu dalam mengiden fikasi NKT1, yaitu:

· Kehadiran kawasan prioritas keanekaragaman haya yang diakui (contoh: situs Ramsar, IBA, dsb)

· Kehadiran kawasan konservasi dan kawasan lindung yang ditetapkan oleh pemerintah. · Kehadiran habitat alami dengan kondisi yang baik di dalam kawasan tertentu merupakan

indikator yang kuat (namun bukan jaminan) akan kehadiran NKT1.

· Wilayah-wilayah kunci yang secara musiman digunakan oleh spesies mingran (untuk bereproduksi, mencari makan, memijah, dsb).

Guna mengetahui keberadaan NKT1, sumber data spasial seper peta kawasan lindung dan kawasan konservasi dapat membantu dalam mengiden fikasi keberadaan NKT1. Di samping itu, kajian-kajian keanekaragaman haya yang telah dilakukan dapat dijadikan sumber data dalam memetakan keberadaan NKT1. Pelaksanaan survei dan kajian secara langsung dapat membantu mengevaluasi keberadaan NKT1 di suatu wilayah.

2.2. Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2).

Ekosistem pada ngkat bentang alam yang luas serta mosaik ekosistem yang signifikan pada ngkat global, regional atau nasional, serta yang mencakup populasi yang laya dari sebagian

besar spesies alami dengan pola distribusi dan jumlah yang alami.

2.2.1. Konsep Dasar

NKT2 mencakup ekosistem dan mosaik ekosistem yang cukup besar serta secara rela f belum terganggu sehingga mampu menyokong populasi yang layak dari sebagian besar spesies alami serta nilai-nilai lingkungan yang muncul dalam ekosistem tersebut.

Secara prinsip, ukuran NKT 2 harus berhubungan dengan kawasan yang dibutuhkan untuk memelihara populasi yang layak khususnya bagi spesies-spesies besar atau yang memiliki penyebaran yang luas. NKT 2 melipu keterwakilan ekosistem atau mosaik ekosistem pada bentang alam yang luas yang rela f belum dipengaruhi oleh pembukaan lahan, intensifikasi pengelolaan padang rumput, perburuan berlebihan atau perubahan alur sungai secara antropogenik.

2.2.2. Indikator dan Sumber Data

Beberapa indikator yang dapat dijadikan proxy terhadap NKT 2 antara lain adalah

1) Bentang alam yang telah ditetapkan sebagai bentang alam konservasi; Sebagai contoh Situs Ramsar dan Lanskap Prioritas Konservasi Hariamau.

2) Kawasan berhutan yang rela f utuh.

Sumber data yang dapat digunakan untuk mengiden fikasi NKT 2 antara lain: 1) Data spasial/peta tutupan hutan

2) Data spasial/peta pe habitat, yang merupakan gabungan dari data pe vegetasi, ke nggian dan kondisi geologi.

3) Peta wilayah-wilayah yang berperan pen ng seper peta koridor satwa, atau zona penyangga.

Gambar 3. Mozaik ekosistem pesisir di Sumba melipu habitat berupa savana, mangrove, hutan pantai, dataran lumpur/pasir, padang lamun, terumbu karang. Konsep dasar - Indikator dan sumber data

(14)

Keanekaragaman spesies (NKT 1) - Indikator dan Sumber Data Pengenalan dan Iden fikasi NKT Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2)

2.1.2. Indikator dan sumber data

Untuk mengiden fikasi NKT 1 dibutuhkan informasi mendasar mengenai spesies dan habitatnya. Suatu kajian keanekaragaman haha dapat membantu dalam mengiden fikasi keberadaan NKT1 di suatu daerah, yaitu dengan mengetahui keberadaan spesies RTE dan endemik pada daerah tersebut. Di samping itu, beberapa indikator potensial dapat membantu dalam mengiden fikasi NKT1, yaitu:

· Kehadiran kawasan prioritas keanekaragaman haya yang diakui (contoh: situs Ramsar, IBA, dsb)

· Kehadiran kawasan konservasi dan kawasan lindung yang ditetapkan oleh pemerintah. · Kehadiran habitat alami dengan kondisi yang baik di dalam kawasan tertentu merupakan

indikator yang kuat (namun bukan jaminan) akan kehadiran NKT1.

· Wilayah-wilayah kunci yang secara musiman digunakan oleh spesies mingran (untuk bereproduksi, mencari makan, memijah, dsb).

Guna mengetahui keberadaan NKT1, sumber data spasial seper peta kawasan lindung dan kawasan konservasi dapat membantu dalam mengiden fikasi keberadaan NKT1. Di samping itu, kajian-kajian keanekaragaman haya yang telah dilakukan dapat dijadikan sumber data dalam memetakan keberadaan NKT1. Pelaksanaan survei dan kajian secara langsung dapat membantu mengevaluasi keberadaan NKT1 di suatu wilayah.

2.2. Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2).

Ekosistem pada ngkat bentang alam yang luas serta mosaik ekosistem yang signifikan pada ngkat global, regional atau nasional, serta yang mencakup populasi yang laya dari sebagian

besar spesies alami dengan pola distribusi dan jumlah yang alami.

2.2.1. Konsep Dasar

NKT2 mencakup ekosistem dan mosaik ekosistem yang cukup besar serta secara rela f belum terganggu sehingga mampu menyokong populasi yang layak dari sebagian besar spesies alami serta nilai-nilai lingkungan yang muncul dalam ekosistem tersebut.

Secara prinsip, ukuran NKT 2 harus berhubungan dengan kawasan yang dibutuhkan untuk memelihara populasi yang layak khususnya bagi spesies-spesies besar atau yang memiliki penyebaran yang luas. NKT 2 melipu keterwakilan ekosistem atau mosaik ekosistem pada bentang alam yang luas yang rela f belum dipengaruhi oleh pembukaan lahan, intensifikasi pengelolaan padang rumput, perburuan berlebihan atau perubahan alur sungai secara antropogenik.

2.2.2. Indikator dan Sumber Data

Beberapa indikator yang dapat dijadikan proxy terhadap NKT 2 antara lain adalah

1) Bentang alam yang telah ditetapkan sebagai bentang alam konservasi; Sebagai contoh Situs Ramsar dan Lanskap Prioritas Konservasi Hariamau.

2) Kawasan berhutan yang rela f utuh.

Sumber data yang dapat digunakan untuk mengiden fikasi NKT 2 antara lain: 1) Data spasial/peta tutupan hutan

2) Data spasial/peta pe habitat, yang merupakan gabungan dari data pe vegetasi, ke nggian dan kondisi geologi.

3) Peta wilayah-wilayah yang berperan pen ng seper peta koridor satwa, atau zona penyangga.

Gambar 3. Mozaik ekosistem pesisir di Sumba melipu habitat berupa savana, mangrove, hutan pantai, dataran lumpur/pasir, padang lamun, terumbu karang. Konsep dasar - Indikator dan sumber data

(15)

Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2) - Ekosistem pesisir tropis Pengenalan dan Iden fikasi NKT Ekosistem yang unik (NKT 3)

Ekosistem Pesisir Tropis

Berikut ini adalah ekosistem utama di wilayah pesisir yang dapat ditemukan di daerah tropis:

1. Ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove dicirikan dengan jenis-jenis tumbuhan mangrove yang khas,

yang biasanya hidup pada tanah berlumpur maupun berkarang. Ekosistem mangrove biasanya memiliki keanekaragaman fauna yang cukup nggi dan merupakan habitat bagi sejumlah jenis burung, bahkan jenis-jenis primata.Sistem perakaran vegetasi mangrove yang khas (contoh: akar lutut, akar pneumatofor, akar tongkat dan akar papan) merupakan habitat bagi sejumlah jenis ikan, kepi ng dan rep lia. Ekosisem mangrove merupakan penyimpan karbon yang nggi baik pada vegetasi di atas permukaan mapun tanah di bawah permukaannya. Ekosistem bakau memberikan fungsi dan manfaat bagi alam dan manusia, antara lain menjaga garis pantai, penghasil kayu, dan rekreasi.

2. Ekosistem Padang Lamun. Ekosistem padang lamun biasanya terdapat di perairan yang landai, di atas

lumpur/pasir ada batas terendah pasang surut. Ekosistem lamun merupakan habitat bagi sejumlah jenis biota perairan yang berekonomi nggi, seper teripang dan ikan. Padang lamun juga merupakan habitat bagi mamalia air Duyung (Dugong sp.). Ekosistem lamun juga merupakan penyimpan karbon di alam yang cukup nggi.

3. Ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem laut tropis di perairan yang

dangkal dan jernih. Terumbu karang merupakan eksosistem laut yang produk f dan paling nggi keanekaragaman haya nya. Sejumlah jenis ikan pelagis bergantung pada keberadaan terumbu karang pada masa mudanya. Terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan memiliki nilai keindahan yang nggi untuk wisata bawah air. Pada beberapa tempat ekosistem terumbu karang dapat membentuk laguna.

4. Ekosistem estuaria (muara). Estuaria sebagai pertemuan sungai dan laut adalah ekosistem semi tertutup

dengan hubungan terbuka ke laut dan dipengaruhi oleh masukan air tawar. Estuaria menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan ekonomis pen ng yang memanfaatkan esuaria sebagai tempat mencari makan maupun tempat bereproduksi dan menumbuh-besarkan anak-anak ikan (nursery ground). Produk vitas primer estuaria pada umumnya sangat nggi karena memiliki kandungan unsur hara yang nggi dan ketersediaan cahaya matahari sepanjang tahun. Kawasan muara sangat rentan terhadap kerusakan dan perubahan baik alami maupun akibat ak vitas manusia. Estuaria yang terletak dekat pemukiman lebih banyaka mendapatkan tekanan dan perubahan baik oleh limbah pencemaran maupun perubahan fungsi lahan.

5. Dataran lumpur. Merupakan dataran lumpur yang dak bervegetasi yang dapat dijupai di daerah pasang

surut di dekat hutan bakau, di pantai-pantai yang terlindung dengan air yang tenang, serta di kawasan muara sungai. Mikroorganisme dan detritus serta beberapa jenis bentos banyak di jumpai di dataran lumpur ini. Biota bentos di dataran lumpur merupakan sumber makanan bagi sejumlah satwa lainnya, seper burung-burung air yang sebagian spesiesnya dilindungi (contoh: Wilwo-Mycteria cinerea) Dataran lumpur dan pasir yang luas juga dapat meredam energi gelombang air laut yang menuju daratan.

6. Ekosistem Hutan Pantai. Ekosistem hutan pantai terdapat di daerah-daerah kering di tepi pantai dengan

kondisi tanah berpasir atau berbatu dan terletak di atas garis pasang ter nggi. Vegetasi hutan pantai biasanya antara lain Barringtonia asia ca, Terminalia catappa, Casuarina equise folia, dan Pisonia grandis. Umumnya di hutan pantai terdapat dua formasi vegetasi yaitu formasi Pescaprae dan formasi Baringtonia. Ekosistem hutan pantai merupakan habitat bagi sejumlah satwa, yang terkadang bersifat endeik atau dilindungi. Hutan pantai memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar, sebagai sumbe makanan, kayu dan jasa lingkungan lainnya. Hutan pantai juga merupakan ekosistem pen ng dalam menyimpan karbon di alam.

2.3. Ekosistem yang unik (NKT 3)

Ekosistem, habitat maupun refugia langka, terancam atau terancam punah.

Gambar 4. Ilustrasi ekosistem mangrove.

(16)

Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2) - Ekosistem pesisir tropis Pengenalan dan Iden fikasi NKT Ekosistem yang unik (NKT 3)

Ekosistem Pesisir Tropis

Berikut ini adalah ekosistem utama di wilayah pesisir yang dapat ditemukan di daerah tropis:

1. Ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove dicirikan dengan jenis-jenis tumbuhan mangrove yang khas,

yang biasanya hidup pada tanah berlumpur maupun berkarang. Ekosistem mangrove biasanya memiliki keanekaragaman fauna yang cukup nggi dan merupakan habitat bagi sejumlah jenis burung, bahkan jenis-jenis primata.Sistem perakaran vegetasi mangrove yang khas (contoh: akar lutut, akar pneumatofor, akar tongkat dan akar papan) merupakan habitat bagi sejumlah jenis ikan, kepi ng dan rep lia. Ekosisem mangrove merupakan penyimpan karbon yang nggi baik pada vegetasi di atas permukaan mapun tanah di bawah permukaannya. Ekosistem bakau memberikan fungsi dan manfaat bagi alam dan manusia, antara lain menjaga garis pantai, penghasil kayu, dan rekreasi.

2. Ekosistem Padang Lamun. Ekosistem padang lamun biasanya terdapat di perairan yang landai, di atas

lumpur/pasir ada batas terendah pasang surut. Ekosistem lamun merupakan habitat bagi sejumlah jenis biota perairan yang berekonomi nggi, seper teripang dan ikan. Padang lamun juga merupakan habitat bagi mamalia air Duyung (Dugong sp.). Ekosistem lamun juga merupakan penyimpan karbon di alam yang cukup nggi.

3. Ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem laut tropis di perairan yang

dangkal dan jernih. Terumbu karang merupakan eksosistem laut yang produk f dan paling nggi keanekaragaman haya nya. Sejumlah jenis ikan pelagis bergantung pada keberadaan terumbu karang pada masa mudanya. Terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan memiliki nilai keindahan yang nggi untuk wisata bawah air. Pada beberapa tempat ekosistem terumbu karang dapat membentuk laguna.

4. Ekosistem estuaria (muara). Estuaria sebagai pertemuan sungai dan laut adalah ekosistem semi tertutup

dengan hubungan terbuka ke laut dan dipengaruhi oleh masukan air tawar. Estuaria menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan ekonomis pen ng yang memanfaatkan esuaria sebagai tempat mencari makan maupun tempat bereproduksi dan menumbuh-besarkan anak-anak ikan (nursery ground). Produk vitas primer estuaria pada umumnya sangat nggi karena memiliki kandungan unsur hara yang nggi dan ketersediaan cahaya matahari sepanjang tahun. Kawasan muara sangat rentan terhadap kerusakan dan perubahan baik alami maupun akibat ak vitas manusia. Estuaria yang terletak dekat pemukiman lebih banyaka mendapatkan tekanan dan perubahan baik oleh limbah pencemaran maupun perubahan fungsi lahan.

5. Dataran lumpur. Merupakan dataran lumpur yang dak bervegetasi yang dapat dijupai di daerah pasang

surut di dekat hutan bakau, di pantai-pantai yang terlindung dengan air yang tenang, serta di kawasan muara sungai. Mikroorganisme dan detritus serta beberapa jenis bentos banyak di jumpai di dataran lumpur ini. Biota bentos di dataran lumpur merupakan sumber makanan bagi sejumlah satwa lainnya, seper burung-burung air yang sebagian spesiesnya dilindungi (contoh: Wilwo-Mycteria cinerea) Dataran lumpur dan pasir yang luas juga dapat meredam energi gelombang air laut yang menuju daratan.

6. Ekosistem Hutan Pantai. Ekosistem hutan pantai terdapat di daerah-daerah kering di tepi pantai dengan

kondisi tanah berpasir atau berbatu dan terletak di atas garis pasang ter nggi. Vegetasi hutan pantai biasanya antara lain Barringtonia asia ca, Terminalia catappa, Casuarina equise folia, dan Pisonia grandis. Umumnya di hutan pantai terdapat dua formasi vegetasi yaitu formasi Pescaprae dan formasi Baringtonia. Ekosistem hutan pantai merupakan habitat bagi sejumlah satwa, yang terkadang bersifat endeik atau dilindungi. Hutan pantai memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar, sebagai sumbe makanan, kayu dan jasa lingkungan lainnya. Hutan pantai juga merupakan ekosistem pen ng dalam menyimpan karbon di alam.

2.3. Ekosistem yang unik (NKT 3)

Ekosistem, habitat maupun refugia langka, terancam atau terancam punah.

Gambar 4. Ilustrasi ekosistem mangrove.

(17)

2.3.1. Konsep Dasar

NKT 3 mencakup ekosistem, habitat atau refugia yang memiliki peranan pen ng dikarenakan kelangkaannya atau ngkat ancaman yang dihadapinya, atau komposisi spesiesnya yang langka atau unik, atau karakteris k lainnya. Untuk mendefinisikan ekosistem langka, perlu

diper mbangkan kehadiran ekosistem serupa di dalam region biogeografik yang sama. Ekosistem dapat dikategorikan sebagai NKT 3 apabila ekosistem tersebut:

· Langka secara alami dikarenakan ketergantungannya terhadap jenis tanah, lokasi, hidrologi atau fitur klima s atau fisik lainnya yang sangat terlokalisasi seper beberapa jenis hutan karst, hutan sungai di zona yang tandus.

· Langka secara antropogenik dikarenakan luasan ekosistem tersebut telah berkurang dras s akibat ak vitas manusia dibandingkan luasan sebelumnya.

· Terancam atau terancam punah dikarenakan penggunaan lahan yang secara langsung mengancam keberadan ekosistem tersebut.

2.3.2. Indikator dan Sumber Data

Keberadaan NKT 3 dapat diyakini apabila terdapat indikator-indikator tertentu seper :

· Pada area yang banyak mengalami eliminasi terhadap ekosistem atau habitat alaminya, atau mengalami dampak besar-besaran akibat ak vitas pembangunan, maka ekosistem alami yang tersisa dapat dijadikan NKT 3.

· Jika proxy ekosistem mengindikasikan kehadiran ekosistem RTE.

Sumber data untuk keperluan iden fikasi keberadaan NKT 3 dapat menggunakan, jika ada, sistem klasifikasi nasional tentang ekosistem dan habitat serta status kelangkaanya. IUCN tengah mengkoordinasikan pengembangan sebuah Da ar Merah Ekosistem. Da ar ini akan mencerminkan resiko kepunahan di ngkat lokal, regional maupun global, menggunakan kategori ancaman yang telah digunakan untuk spesies: Rentan (Vulnerable), Terancam Punah (Endangered), dan Sangat Terancam (Cri cally Endangered). Da ar ini dapat digunakan sebagai sumber pen ng bagi negara-negara yang dak punya atau hanya sedikit memiliki informasi mengenai prioritas ekosistem ngkat nasional.

Ekosistem yang unik (NKT 3) Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data Pengenalan dan Iden fikasi NKT Jasa Ekosistem (NKT 4) - Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data

2.4. Jasa Ekosistem (NKT 4)

Jasa ekosistem dasar dalam situasi kri s termasuk perlindungan daerah tangkapan air, serta kontrol terhadap erosi pada tanah yang dan lereng yang rentan terhadap erosi.

2.4.1. Konsep Dasar

Jasa ekosistem merupakan keuntungan yang diperoleh manusia melalui ekosistem termasuk jasa penyediaan sumber makanan dan air; jasa pengaturan seper pengaturan terhadap banjir, kekeringan, degradasi tanah; jasa kultural seper keuntungan rekreasional, spiritual dan religi; serta jasa pendukung lainnya seper pembentukan tanah dan daur nutrien. Jasa ekosistem menjadi kri s ke ka gangguan terhadap jasa tersebut mengakibatkan ancaman yang parah, katastropik atau berdampak nega f secara akumula f terhadap kesejahteraan, kesehatan atau kebertahanan masyarakat lokal atau terhadap NKT lainnya. Situasi kri s dapat mengacu pada ke adaan alterna f yang layak, tersedia langsung atau terjangkau yang dapat diandalkan jika jasa tersebut dak ada.

Suatu wilayah dapat diper mbangkan sebagai NKT 4 jika berperan dalam melindungi atau menyediakan salah satu dari jasa ekosistem dalam situasi yang kri s. Contohnya kawasan hutan dapat menyediakan fungsi sebagai pengatur aliran air dalam sebuah daerah tangkapan air. Jasa ini dianggap pen ng/kri s jika mayarakat bergantung pada air untuk minum atau iritasi, atau pengaturan air menjamin keberadaan perkembangbiakan ikan atau lahan perkebunan yang dijadikan ketergantungan hidup masyarakat setempat.

Jasa ekosistem sebagai penyimpan karbon di alam sepenuhnya sesuai dengan cakupan NKT 4, mengingat keberadaannya dak terkait langsung dengan masyarakat setempat.

2.4.2. Indikator dan Sumber Data

Situasi berikut dapat mengindikasikan adanya potensi NKT 4:

· Wilayah terpencil dn/atau perdesaan miskin yang masyarakatnya bergantung secara langsung pada sumber daya alam untuk menyediakan sebagian besar kebutuhan mereka, termasuk air.

· Bagian hulu dari kawaasan lahan basah yang ekstensif atau pen ng tempat pembibitan dan pemijahan ikan, atau ekosistem pesisir yang sensi f (contoh: hutan bakau, terumbu karang, dll)

· Wilayah yang curam atau bergunung-gunung dengan curah hujan yang nggi dengan resiko besar terjadinya erosi/longsor

Iden fikasi terhadap jasa ekosistem dan situasi yang kri s memerlukan konsultasi dengan pihak pemangku kepen ngan setempat yang mungkin terdampak langsung, dan dengan pihak lain yang memiliki informasi lokal, termasuk otoritas loka, ahli geografi dan hidrologi. Data spasial yang dapat membantu mengiden fikasi NKT 4 antara lain:

· Peta hidrologi, peta topografi · Peta resiko bencana

(18)

2.3.1. Konsep Dasar

NKT 3 mencakup ekosistem, habitat atau refugia yang memiliki peranan pen ng dikarenakan kelangkaannya atau ngkat ancaman yang dihadapinya, atau komposisi spesiesnya yang langka atau unik, atau karakteris k lainnya. Untuk mendefinisikan ekosistem langka, perlu

diper mbangkan kehadiran ekosistem serupa di dalam region biogeografik yang sama. Ekosistem dapat dikategorikan sebagai NKT 3 apabila ekosistem tersebut:

· Langka secara alami dikarenakan ketergantungannya terhadap jenis tanah, lokasi, hidrologi atau fitur klima s atau fisik lainnya yang sangat terlokalisasi seper beberapa jenis hutan karst, hutan sungai di zona yang tandus.

· Langka secara antropogenik dikarenakan luasan ekosistem tersebut telah berkurang dras s akibat ak vitas manusia dibandingkan luasan sebelumnya.

· Terancam atau terancam punah dikarenakan penggunaan lahan yang secara langsung mengancam keberadan ekosistem tersebut.

2.3.2. Indikator dan Sumber Data

Keberadaan NKT 3 dapat diyakini apabila terdapat indikator-indikator tertentu seper :

· Pada area yang banyak mengalami eliminasi terhadap ekosistem atau habitat alaminya, atau mengalami dampak besar-besaran akibat ak vitas pembangunan, maka ekosistem alami yang tersisa dapat dijadikan NKT 3.

· Jika proxy ekosistem mengindikasikan kehadiran ekosistem RTE.

Sumber data untuk keperluan iden fikasi keberadaan NKT 3 dapat menggunakan, jika ada, sistem klasifikasi nasional tentang ekosistem dan habitat serta status kelangkaanya. IUCN tengah mengkoordinasikan pengembangan sebuah Da ar Merah Ekosistem. Da ar ini akan mencerminkan resiko kepunahan di ngkat lokal, regional maupun global, menggunakan kategori ancaman yang telah digunakan untuk spesies: Rentan (Vulnerable), Terancam Punah (Endangered), dan Sangat Terancam (Cri cally Endangered). Da ar ini dapat digunakan sebagai sumber pen ng bagi negara-negara yang dak punya atau hanya sedikit memiliki informasi mengenai prioritas ekosistem ngkat nasional.

Ekosistem yang unik (NKT 3) Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data Pengenalan dan Iden fikasi NKT Jasa Ekosistem (NKT 4) - Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data

2.4. Jasa Ekosistem (NKT 4)

Jasa ekosistem dasar dalam situasi kri s termasuk perlindungan daerah tangkapan air, serta kontrol terhadap erosi pada tanah yang dan lereng yang rentan terhadap erosi.

2.4.1. Konsep Dasar

Jasa ekosistem merupakan keuntungan yang diperoleh manusia melalui ekosistem termasuk jasa penyediaan sumber makanan dan air; jasa pengaturan seper pengaturan terhadap banjir, kekeringan, degradasi tanah; jasa kultural seper keuntungan rekreasional, spiritual dan religi; serta jasa pendukung lainnya seper pembentukan tanah dan daur nutrien. Jasa ekosistem menjadi kri s ke ka gangguan terhadap jasa tersebut mengakibatkan ancaman yang parah, katastropik atau berdampak nega f secara akumula f terhadap kesejahteraan, kesehatan atau kebertahanan masyarakat lokal atau terhadap NKT lainnya. Situasi kri s dapat mengacu pada ke adaan alterna f yang layak, tersedia langsung atau terjangkau yang dapat diandalkan jika jasa tersebut dak ada.

Suatu wilayah dapat diper mbangkan sebagai NKT 4 jika berperan dalam melindungi atau menyediakan salah satu dari jasa ekosistem dalam situasi yang kri s. Contohnya kawasan hutan dapat menyediakan fungsi sebagai pengatur aliran air dalam sebuah daerah tangkapan air. Jasa ini dianggap pen ng/kri s jika mayarakat bergantung pada air untuk minum atau iritasi, atau pengaturan air menjamin keberadaan perkembangbiakan ikan atau lahan perkebunan yang dijadikan ketergantungan hidup masyarakat setempat.

Jasa ekosistem sebagai penyimpan karbon di alam sepenuhnya sesuai dengan cakupan NKT 4, mengingat keberadaannya dak terkait langsung dengan masyarakat setempat.

2.4.2. Indikator dan Sumber Data

Situasi berikut dapat mengindikasikan adanya potensi NKT 4:

· Wilayah terpencil dn/atau perdesaan miskin yang masyarakatnya bergantung secara langsung pada sumber daya alam untuk menyediakan sebagian besar kebutuhan mereka, termasuk air.

· Bagian hulu dari kawaasan lahan basah yang ekstensif atau pen ng tempat pembibitan dan pemijahan ikan, atau ekosistem pesisir yang sensi f (contoh: hutan bakau, terumbu karang, dll)

· Wilayah yang curam atau bergunung-gunung dengan curah hujan yang nggi dengan resiko besar terjadinya erosi/longsor

Iden fikasi terhadap jasa ekosistem dan situasi yang kri s memerlukan konsultasi dengan pihak pemangku kepen ngan setempat yang mungkin terdampak langsung, dan dengan pihak lain yang memiliki informasi lokal, termasuk otoritas loka, ahli geografi dan hidrologi. Data spasial yang dapat membantu mengiden fikasi NKT 4 antara lain:

· Peta hidrologi, peta topografi · Peta resiko bencana

(19)

Pengenalan dan Iden fikasi NKT Kebutuhan Masyarakat (NKT 5) - Konsep Dasar Kebutuhan Masyarakat (NKT 5) Indikator dan Sumber Data

2.5. Kebutuhan Masyarakat (NKT 5)

Situs dan sumber daya yang fundamental dalam memenuhi kebutuhan dasar komunitas lokal atau masyarakat adat (contohnya sebagai sumber mata pencaharian, kesehatan, nutrisi dan

air), yang diiden fikasi melalui keterlibatan dengan komunitas atau masyarakat adat.

2.5.1. Konsep Dasar

NKT 5 mengacu pada situs dan sumber daya yang fundamental dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi masyarakat lokal. Peran kajian NKT dalam hal ini adalah untuk mencirikan ngkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya terkait serta memberikan rekomendasi pengelolaan mengenai cara-cara mi gasi.

Sebuah situs atau sumber daya menjadi fundamental dalam memenuhi kebutuhan dasar

apabila jasa yang disediakannya dak dapat digan kan (jika alterna f lainnya dak tersedia atau mampu diadakan), dan apabila hilang atau rusak maka akan mengakibatkan penderitaan yang serius terhadap pemangku kepen ngan yang terdampak. Kebutuhan dasar dalam konteks NKT 5 dapat mencakup salah satu atau semua jenis jasa penyediaan lingkungan.

Gambar 6. Ak vitas masyarakat di hutan mangrove.

2.5.2. Indikator dan Sumber Data

NKT 5 kemungkinan akan memiliki nilai yang lebih pen ng di wilayah-wilayah yang

masyarakatnya, baik secara keseluruhan ataupun sebagian sangat bergantung pada ekosistem-ekosistem terkait sebagai mata pencahariannya, dan alterna f lain terbatas ketersediaannya. Secara umum, jika masyarakat lokal mendapatkan keuntungan dari ekosistem yang dikelola secara alami atau tradisional, maka NKT 5 kemungkinan hadir. Situasi berikut mengindikasikan kemungkinan adanya NKT 5 pada suatu wilayah:

· Akses yang sulit untuk menjangkau pusat kesehatan atau rumah sakit

· Sebagian besar rumah serta peralatan rumah tangga dibuat dari bahan-bahan tradisional/alami yang sumbernya tersedia secara lokal

· Terbatasnya/ adanya infrastruktur listrik dan air

· Pertanian dan peternakan dilakukan dalam skala kecil atau subsisten

· Hadirnya penggembala permanen atau nomaden

· Berburu atau menangkap ikan merupakan sumber protein dan penghasilan yang pen ng · Makanan didapatkan dari alam liar merupakan bagian terbesar dari diet, baik sepanjang

tahun atau hanya pada musim-musim yang kri s.

Sumber informasi yang berharga untuk meniden fikasi NKT 5 antara lain: · Kajian sosial ekonomi pada wilayah terkait.

· Konsultasi dengan organisasi yang relevan di bidang pengembangan masyarakat yang bekerja dengan masyarakat terkait.

· Studi mengenai pemanfaatan sumber daya alam serta mata pencaharian masyarakat. · Studi antropologi mengenai diet dan ak vitas subsisten.

Beberapa alat bantu dapat diterapkan dalam mengiden fikasi NKT 5, antara lain pemetaan par sipa f, Par cipatory Rural Apprisal, survei sosial ekonomi.

(20)

Pengenalan dan Iden fikasi NKT Kebutuhan Masyarakat (NKT 5) - Konsep Dasar Kebutuhan Masyarakat (NKT 5) Indikator dan Sumber Data

2.5. Kebutuhan Masyarakat (NKT 5)

Situs dan sumber daya yang fundamental dalam memenuhi kebutuhan dasar komunitas lokal atau masyarakat adat (contohnya sebagai sumber mata pencaharian, kesehatan, nutrisi dan

air), yang diiden fikasi melalui keterlibatan dengan komunitas atau masyarakat adat.

2.5.1. Konsep Dasar

NKT 5 mengacu pada situs dan sumber daya yang fundamental dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi masyarakat lokal. Peran kajian NKT dalam hal ini adalah untuk mencirikan ngkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya terkait serta memberikan rekomendasi pengelolaan mengenai cara-cara mi gasi.

Sebuah situs atau sumber daya menjadi fundamental dalam memenuhi kebutuhan dasar

apabila jasa yang disediakannya dak dapat digan kan (jika alterna f lainnya dak tersedia atau mampu diadakan), dan apabila hilang atau rusak maka akan mengakibatkan penderitaan yang serius terhadap pemangku kepen ngan yang terdampak. Kebutuhan dasar dalam konteks NKT 5 dapat mencakup salah satu atau semua jenis jasa penyediaan lingkungan.

Gambar 6. Ak vitas masyarakat di hutan mangrove.

2.5.2. Indikator dan Sumber Data

NKT 5 kemungkinan akan memiliki nilai yang lebih pen ng di wilayah-wilayah yang

masyarakatnya, baik secara keseluruhan ataupun sebagian sangat bergantung pada ekosistem-ekosistem terkait sebagai mata pencahariannya, dan alterna f lain terbatas ketersediaannya. Secara umum, jika masyarakat lokal mendapatkan keuntungan dari ekosistem yang dikelola secara alami atau tradisional, maka NKT 5 kemungkinan hadir. Situasi berikut mengindikasikan kemungkinan adanya NKT 5 pada suatu wilayah:

· Akses yang sulit untuk menjangkau pusat kesehatan atau rumah sakit

· Sebagian besar rumah serta peralatan rumah tangga dibuat dari bahan-bahan tradisional/alami yang sumbernya tersedia secara lokal

· Terbatasnya/ adanya infrastruktur listrik dan air

· Pertanian dan peternakan dilakukan dalam skala kecil atau subsisten

· Hadirnya penggembala permanen atau nomaden

· Berburu atau menangkap ikan merupakan sumber protein dan penghasilan yang pen ng · Makanan didapatkan dari alam liar merupakan bagian terbesar dari diet, baik sepanjang

tahun atau hanya pada musim-musim yang kri s.

Sumber informasi yang berharga untuk meniden fikasi NKT 5 antara lain: · Kajian sosial ekonomi pada wilayah terkait.

· Konsultasi dengan organisasi yang relevan di bidang pengembangan masyarakat yang bekerja dengan masyarakat terkait.

· Studi mengenai pemanfaatan sumber daya alam serta mata pencaharian masyarakat. · Studi antropologi mengenai diet dan ak vitas subsisten.

Beberapa alat bantu dapat diterapkan dalam mengiden fikasi NKT 5, antara lain pemetaan par sipa f, Par cipatory Rural Apprisal, survei sosial ekonomi.

(21)

Pengenalan dan Iden fikasi NKT Nilai Kultural (NKT 6) - Konsep Dasar Nilai Kultural (NKT 6) - Indikator dan Sumber Data

2.6. Nilai Kultural (NKT 6)

Situs, sumber daya, habitat, dan lanskap yang memiliki signifikansi kultural, arkeologis atau sejarah di ngkat global atau nasional dan/atau yang memiliki kepen ngan kultural, ekologi, ekonomi atau religi/sakral yang kri s bagi budaya

tradisional komunitas lokal atau masyarakat adat, yang diiden fikasi melalui interaksi dengan komunitas lokal atau masyarakat adat terkait.

2.6.1. Konsep Dasar

Definisi NKT 6 cukup luas dan sangat berguna untuk membaginya ke dalam dua kategori yang berbeda, yaitu:

1) Nilai-nilai dengan signifikansi global atau nasional; 2) nilai yang kri s bagi masyarakat lokal pada skala situs.

Situs, sumber daya, habitat atau bentang alam yang memiliki signifikansi di ngkat global atau nasional kemungkinan besar juga memiliki peran historis, religi atau spiritual yang dikenal luas dan dalam banyak kasus memiliki ketetapan resmi oleh pemerintah nasional atau lembaga internasional seper UNESCO. Terkadang situs-stus seper pemakaman kuno atau kesenian goa prasejarah dapat memenuhi syarat sebagai NKT 6 berdasarkan opini para ahli atau pemangku kepen ngan tanpa perlunya penetapan resmi.

Gambar 7. Makam tradisional Watumbaka di pesisir merupakan NKT 6 karena memiliki nilai-nilai tradisional.

NKT 6 mewakili wilayah-wlayah dengan signifikansi budaya yang memiliki peranan tradisional yang pen ng bagi masyarakat lokal atau adat. Hal ini dapat mencakup situs-situs religi atau sakral, lahan pemakaman, atau situs yang menjadi pelaksanaan upacara adat. Konsep ini dikenal baik oleh masyarakat lokal, dan beberapa hukum nasiona mensyaratkan agar keberadaannya diiden fikasi dan dilindungi. Dalam mengiden fikasi NKT 6, pihak pengkaji perlu

memper mbangkan apakah hukum yang sudah ada cukup untuk melindungi situs-situs/wilayah-wilayah tersebut.

2.6.2. Indikator dan Sumber Data

Keberadaan NKT 6 secara global dapat dirujuk berdasarkan Situs Warisan Dunia UNESCO, dan secara nasional dapat merujuk pada data dan informasi di museum atau data nasional terkait dengan arkeologi.NKT 6 perlu diiden fikasi melalui keterlibatan komunitas lokal atau

masyarakat adat. Banyaka metode dan sumber informasi yang digunakan untuk NKT5, seper pemetaan par sipa f dan konsultasi yang dapat digunakan dalam mengiden fikasi NKT 6.

(22)

Pengenalan dan Iden fikasi NKT Nilai Kultural (NKT 6) - Konsep Dasar Nilai Kultural (NKT 6) - Indikator dan Sumber Data

2.6. Nilai Kultural (NKT 6)

Situs, sumber daya, habitat, dan lanskap yang memiliki signifikansi kultural, arkeologis atau sejarah di ngkat global atau nasional dan/atau yang memiliki kepen ngan kultural, ekologi, ekonomi atau religi/sakral yang kri s bagi budaya

tradisional komunitas lokal atau masyarakat adat, yang diiden fikasi melalui interaksi dengan komunitas lokal atau masyarakat adat terkait.

2.6.1. Konsep Dasar

Definisi NKT 6 cukup luas dan sangat berguna untuk membaginya ke dalam dua kategori yang berbeda, yaitu:

1) Nilai-nilai dengan signifikansi global atau nasional; 2) nilai yang kri s bagi masyarakat lokal pada skala situs.

Situs, sumber daya, habitat atau bentang alam yang memiliki signifikansi di ngkat global atau nasional kemungkinan besar juga memiliki peran historis, religi atau spiritual yang dikenal luas dan dalam banyak kasus memiliki ketetapan resmi oleh pemerintah nasional atau lembaga internasional seper UNESCO. Terkadang situs-stus seper pemakaman kuno atau kesenian goa prasejarah dapat memenuhi syarat sebagai NKT 6 berdasarkan opini para ahli atau pemangku kepen ngan tanpa perlunya penetapan resmi.

Gambar 7. Makam tradisional Watumbaka di pesisir merupakan NKT 6 karena memiliki nilai-nilai tradisional.

NKT 6 mewakili wilayah-wlayah dengan signifikansi budaya yang memiliki peranan tradisional yang pen ng bagi masyarakat lokal atau adat. Hal ini dapat mencakup situs-situs religi atau sakral, lahan pemakaman, atau situs yang menjadi pelaksanaan upacara adat. Konsep ini dikenal baik oleh masyarakat lokal, dan beberapa hukum nasiona mensyaratkan agar keberadaannya diiden fikasi dan dilindungi. Dalam mengiden fikasi NKT 6, pihak pengkaji perlu

memper mbangkan apakah hukum yang sudah ada cukup untuk melindungi situs-situs/wilayah-wilayah tersebut.

2.6.2. Indikator dan Sumber Data

Keberadaan NKT 6 secara global dapat dirujuk berdasarkan Situs Warisan Dunia UNESCO, dan secara nasional dapat merujuk pada data dan informasi di museum atau data nasional terkait dengan arkeologi.NKT 6 perlu diiden fikasi melalui keterlibatan komunitas lokal atau

masyarakat adat. Banyaka metode dan sumber informasi yang digunakan untuk NKT5, seper pemetaan par sipa f dan konsultasi yang dapat digunakan dalam mengiden fikasi NKT 6.

(23)

Pengenalan dan Iden fikasi NKT Proses Bio-Oseanografi (NKT 7) - Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data Mempersiapkan Laporan Kajian NKT Pembelajaran dari Praktek Terbaik untuk Kajian NKT

2.7. Proses Bio-Oseanografi (NKT 7)

Wilayah-wilayah pesisir dan laut dimana proses biologi dan oseanografi sering terjadi yang merupakan kunci keberlangsungan keanekaragaman haya .

2.7.1. Konsep Dasar

Pengembangan kategori NKT 7 ini didasarkan pada suatu workshop internasional mengenai penerapan NKT di Chili Selatan (WWF, 2009). Wilayah pesisir dan laut dimana proses biologi dan oseanografi sering terjadi yang merupakan kunci keberlangsungan keanekaragaman haya , seper wilayah upwelling, area produk vitas primer, zona perlindungan dan pemijahan dikategorikan dalam NKT 7 ini.

2.7.2. Indikator dan Sumber Data

Keberadaan NKT 7 dapat diiden fikasi berdasarkan peta persebaran ekosistem pesisir, seper ekosistem lamun, terumbu karang, dan mangrove. Di samping itu, data oseanografi setempat juga dapat digunakan untuk mengiden fiksi keberadaan NKT 7, dengan konsultasi para ahli biologi kelautan dan oseanografi.

Gambar 8. Ekosistem mangrvove merupakan area pembesaran larva ikan dan udang.

3. Mempersiapkan Laporan Kajian NKT

ajian NKT di wilayah pesisir dapat bermanfaat sebagai masukan untuk perencanaan

K

wilayah pesisir. Perencanaan konservasi wilayah pesisir yang akan mengadopsi konsep NKT dalam menentukan tujuan/target konservasinya memerlukan per mbangan-per mbangan teknis mapun kebijakan-kebijakan yang ada. Kajian NKT dapat diinisiasi dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun pihak investor (swasta) pengembang wilayah pesisir untuk memas kan kelestarian NKT yang ada. Kajian NKT dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli maupun melalui konsultasi dengan para pemangku kepen ngan (Forum Mul Pihak).

3.1. Pembelajaran dari Praktek Terbaik untuk Kajian NKT

Kajian NKT merupakan proses di mana NKT dievaluasi serta diiden fikasi dan tujuan kajian NKT harus secara jelas ditetapkan (contoh: sebagai skema perencanaan atau pengelolaan suatu kawasan). Kajian NKT beragam dari segi cakupan, durasi, biaya dan syarat pelaporannya. Namun demikian, yang pen ng adalah bahwa keberadaan atau ke adaan masing-masing kategori NKT harus selalu dikaji dengan cara yang konsisten dengan defiisi global dan interpretasi HCVRN. Jika salah satu kategori NKT dak disinggung, maka diperlukan jus fikasi yang kuat untuk keputusan tersebut (contoh: kondisi areal kajian dak memungkinkan adanya NKT tertentu). Kajian NKT yang baik perlu memper mbangkan:

· Skala, intensitas serta resiko yang di mbukan oleh ak vitas yang direncanakan.

Semakin besar skala, intensitas dan resiko dari ak vitas suatu proyek, semakin besar pula upaya yang dibutuhkan untuk melacak, mengiden fikasi serta memahami

karakteris k, distributsi, sensi fitas, dan kerentanan NKT. Pengkaji perlu memaparkan secara baik potensi dampak serta skala dari operasi yang direncanakan, serta

memas kan bahwa upaya pengkajian sudah cukup memadai.

· Menjalankan konsultasi dengan para pemangku kepen ngan. Salah satu peran pen ng

yang dijalankan oleh pengkaji NKT adalah melibatkan para ahli, masyarakat lokal dan pemangku kepen ngan lainnya selama proses kajian NKT. Suatu analisis para pihak (stakeholders) dapat membantu mengiden fikasi para pihak yang perlu dilibatkan dalam kajian NKT.

· Mempe mbangkan bentang alam yang lebih luas. Bagian utama kajian NKT sebaiknya

dilaksanakan pada skala situs produksi (contoh: unit engelola, konsesi hutan,

perkebunan). Namun demikian, mengabaikan konteks bentang alam yang lebih luas (contoh: ak vitas yang berlangsung di kawasan sekitarnya, rancangan tata guna lahan di wilayah terkait, dsb) dapat meningkatkan resiko terjadinya fragmentasi habitat serta ancaman atau kerusakan pada sebagian NKT. Beberapa NKT juga dapat ditemukan pada

ngkat bentang alam, NKT lainnya bergantung pada keberadaan mosaik habitat lain yang cocok dalam bentang alam yang lebih luas. Fitur sosial dan biologis kunci dari bentang alam yang lebih luas perlu dideskripsikan secara jelas.

Gambar

Gambar 2. Ilustrasi Gemak Sumba (Turnix ever ) spesies endemik Sumba.
Gambar 3. Mozaik ekosistem pesisir di Sumba melipu  habitat berupa savana,  mangrove, hutan pantai, dataran lumpur/pasir, padang lamun, terumbu karang.
Gambar 4. Ilustrasi ekosistem mangrove.
Gambar 6. Ak vitas masyarakat di hutan mangrove.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan: (1) Pendekatan sistem dapat memberikan skenario perencanaan wilayah pesisir yang komprehensif, yaitu memadukan ruang daratan

Penerapan Pendekatan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Dalam Pembangunan Pariwisata di Kepulauan Derawan Propinsi Kalimantan Timur. Kanisi

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan: (1) Pendekatan sistem dapat memberikan skenario perencanaan wilayah pesisir yang komprehensif, yaitu memadukan ruang daratan

Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di bidang pengelolaan terpadu sumberdaya pesisir dan laut melalui pendekatan perencanaan spasial dan

Aspek Ekonomi menjadi salah satu faktor pendukung pada Implementasi Pengelolaan wilayah Pesisir pada kawasan Pemanfaatan umum dan juga konservasi Kota Semarang

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan: (1) Pendekatan sistem dapat memberikan skenario perencanaan wilayah pesisir yang komprehensif, yaitu memadukan ruang daratan

Pengelolaan Wilayah Pesisir adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisir secara berkelanjutan yang mengintegrasikan

Modifikasi dari pendapat Wallis (2016) tentang pengelolaan wilayah pesisir dengan pendekatan instrumen ekonomi berdasarkan jasa ekosistem yang sebaiknya untuk wilayah dengan