PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1.Daerah sasaran kegiatan Gerakan
Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 adalah daerah sentra produksi kakao di 5 propinsi yaitu Sulsel, Sulbar, Sultra, Sulteng dan NTT;
2.Petani/kelompok tani sasaran adalah
petani/pekebun di daerah sasaran
seperti pada butir [1], petani/kelompok tani yang sudah terbentuk dan telah diseleksi. Selanjutnya Calon Petani (CP) yang telah diseleksi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Bupati) setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat;
3.Calon Lahan (CL) adalah lahan milik
petani seperti pada butir [2], yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat;
4.Untuk mendukung pelaksanaan program
rehabilitasi petani/kelompok tani
sasaran akan mengikut pelatihan, serta akan didampingi oleh TKP dan PLP-TKP. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan
penguatan Laratorium Lapang,
operasional dan penguatan substation penelitian kakao, pengembangan sistem
data base kakao 5.Standar Teknis :
Rehabilitasi Kebun dapat dilakukan pada kebun-kebun kakao yang masih produktif namun memiliki produksi rendah di sentra pengembangan kakao
B. Spesifikasi Teknis
1.Benih yang digunakan pada kegiatan
rehabilitasi kakao tahun 2013 adalah entres yang berasal dari kebun entres yang telah di tetapkan mengunakan klon anjuran.
2.Pupuk yang digunakan adalah pupuk
formula khusus mengacu pada
rekomendasi dari lembaga penelitian.
3.Pestisida dan sarana yang digunakan
adalah pestisida dan sarana dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
BAB III.
PELAKSANAAN KEGIATAN A. Rehabilitasi Kebun
1.Tujuan
Memperbaiki kondisi tanaman kakao pada kebun-kebun yang kurang produktif dan terserang hama dan penyakit dengan intensitas serangan sedang.
2.Sasaran
Terlaksananya rehabilitasi kebun kakao yang tanamannya kurang produktif dan terserang OPT (hama, penyakit dan gulma) seluas 28.280 ha di 5 provinsi yang tersebar di 29 kabupaten pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.
3.Ruang Lingkup
Rehabilitasi kebun adalah upaya
perbaikan kondisi tanaman (pertumbuhan dan produktivitas) melalui teknologi sambung samping.
3.1.Persyaratan Kebun
Kebun kakao yang akan direhabilitasi
adalah kebun hamparan/berkelompok
- Tanamannya masih umur produktif (umur<15 tahun) dan secara teknis dapat dilakukan sambung samping.
- Jumlah tegakan/populasi tanaman
antara 70%-90% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha).
- Produktivitas tanaman rendah (<500 kg/ha/tahun) tetapi masih mungkin untuk ditingkatkan.
- Jumlah pohon pelindung>50% dari
standar.
- Terserang OPT utama (hama PBK,
Helopeltis spp., penyakit busuk buah,
kanker batang dan penyakit VSD).
- Lahan memenuhi persyaratan
kesesuaian, meliputi : Curah hujan
1500-2.500 mm (sangat sesuai) dan 1.250-1.500 mm atau 2.500-3.000 mm (sesuai); Lereng 0-8% (sangat sesuai) dan 8-15% (sesuai).
3.2. Entres
- Entres harus diambil dari cabang
plagiotrop dengan kriteria tidak terlalu
tua dan tidak terlalu muda (semi
hardwood).
- Stek entres yang akan digunakan untuk
sambung samping harus berasal dari cabang plagiotrop.
- Untuk kemudahan distribusi dan untuk menjaga kesegaran mata entres, maka cabang plagiotrop yang diambil sebagai
sumber stek entres dikemas dalam kotak karton yang diberi media serbuk gergaji yang telah dicampur dengan
alkosob (5 gram/liter air) atau
kemasan dan bahan lain yang
memenuhi syarat teknis yang dapat mempertahankan kesegaran cabang plagiotrop yang dikemas tersebut.
- Stek entres yang digunakan untuk
sambung samping minimal terdiri dari 2 mata.
- Entres kakao yang diedarkan harus
sudah disertifikasi oleh
UPTD/IP2MB/BBP2TP.
- Entres pada kegiatan Rehabilitasi
Kakao menggunakan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, ICCRI 03, ICCRI 04, dan Scavina 6. Apabila entres tidak tersedia
di provinsi/kabupaten yang
bersangkutan dapat dipenuhi dari provinsi/kabupaten terdekat dengan menggunakan klon yang sama.
3.3. Pestisida
- Menggunakan insektisida dan fungisida yang efektif, efisien terdaftar, dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran.
- Pemilihan pestisida didasarkan
terhadap hasil pengamatan/
penyakit yang dilaksanakan oleh kabupaten.
- Beberapa pestisida yang efektif untuk dipertimbangkan dalam pengendalian hama hama Helopeltis spp., ulat kilan
(Hyposidra talaca) dan PBK adalah
insektisida berbahan aktif antara lain lamda sihalotrin+tiamektosam, lamda
sihalotrin, alfa sipermetrin,
sipermetrin+klorfirifos, abamektin,
triazopos dan malation.
- Insektisida tersebut digunakan untuk
mengendalikan hama utama pada tanaman kakao yaitu Helopeltis spp.,
Conopomorpha cramerella, dan
Hyposidra talaca.
- Penyakit VSD dicegah dengan fungisida
berbahan aktif antara lain
azoxystrobin, azoxystrobin +
difenokonazol, propikonazol +
difenokonazol, flutriafol dan
hexaconazole.
- Penyakit kanker batang dikendalikan
dengan fungisida berbahan aktif antara lain tembaga oksida dan tembaga
hidroksida. Fungisida tersebut
digunakan dengan cara pengolesan setelah terlebih dahulu mengerok bagian yang sakit.
3.4.Pupuk
- Pupuk yang digunakan adalah pupuk
majemuk (compound) non subsidi.
- Untuk Provinsi Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara dan NTT
menggunakan jenis dan dosis yang telah ditetapkan pada tahun 2009.
- Pupuk dikemas dalam kemasan khusus
bertuliskan “Pupuk Gernas Kakao Tidak
untuk Diperjualbelikan di Pasar” dan harus dilakukan uji mutu dilapangan.
- Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu
sebelum atau setelah dilakukan
penyambungan. 3.5.Peralatan
- Alat semprot (knapsack sprayer), 0,2 unit per hektar.
- Knapsack sprayer digunakan untuk
aplikasi pestisida (insektisida dan
fungisida).
- Spesifikasi teknis knapsack sprayer
sebagaimana pada Lampiran 2. 3.6. Bantuan Upah Kerja
Penyediaan dana APBN sebagai bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk penebangan batang utama kakao sebesar Rp. 750.000.- (tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar. Penyaluran bantuan upah kerja dilakukan secara kontraktual
bersamaan dengan pengadaan sambung samping.
4. Pelaksanaan 4.1.Persiapan a. Sosialisasi
Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao kepada petani.
b. Penetapan petani peserta
1) Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :
Petani
-Pemilik kebun.
-Berdomisili di wilayah Gerakan
yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK).
-Bersedia melaksanakan
rehabilitasi dan mengikuti
ketentuan Gerakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (membuat pernyataan tertulis).
-Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah.
-Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran.
-Jumlah anggota kelompok sasaran
adalah lebih kurang 30 orang.
Kebun
-Luas pemilikan lahan maksimal 4 (empat) hektar.
-Lahan harus dapat disertifikasi.
-Memenuhi persyaratan kebun
seperti pada butir 4.1.
2) Calon petani peserta hasil
inventarisasi diajukan oleh Kepala
Dinas Kabupaten/ Kota Yang
Membidangi Perkebunan kepada
Bupati untuk ditetapkan sebagai petani peserta.
c. Pemberdayaan Petani
Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan.
4.2.Sambung Samping
- Sambung samping dilakukan dengan
dua sambungan per pohon pada dua sisi
batang bawah dengan ketinggian
sekitar 50cm dari permukaan tanah. Untuk meningkatkan daya tumbuh
sambung samping agar diberi perlakuan
dengan stimulan/perangsang daya
tumbuh.
- Sambungan/tempelan dinyatakan hidup
apabila sudah tumbuh tunas dengan dua daun terbuka. Tunas dengan daun terbuka tersebut harus tampak segar. Akan tetapi apabila tunas dengan dua daun terbuka tersebut kering atau busuk berarti sambungan gagal.
- Tunas yang baru tumbuh harus
dilindungi dari serangan OPT dengan aplikasi pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan. Tiga bulan setelah penyambungan apabila entres sudah melekat erat pada batang bawah, maka tali pengikat pertautan baru dibuka.
- Cabang batang utama yang menaungi
tunas hasil sambung samping dipangkas secara bertahap.
- Batang utama dipotong setelah tunas
hasil sambung samping tumbuh.
- Sambungan/tempelan yang “hidup”
yang “dibayar”.
4.3.Penanaman Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung tetap yang dianjurkan adalah tanaman gamal dengan jarak tanam 6m x 6m
lainnya seperti pohon kelapa, meranti (nyatoh/palupi) dan lain-lain.
4.4.Pemupukan
- Diaplikasikan 1 (satu) kali setahun pada awal musim hujan.
- Jenis dan dosis pupuk yang
dipergunakan merujuk kepada
rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian cq. Ditjen Perkebunan.
4.5.Aplikasi Pestisida
- Penggunaan pestisida dilakukan apabila
hasil pengamatan lapang menunjukkan
adanya peningkatan intensitas
serangan OPT, dibandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya.
- Pengamatan OPT dilakukan oleh
kelompok tani atau regu pengendali OPT.
6. Waktu
Pelaksanaan sambung samping dilakukan pada awal musim kemarau.
7. Lokasi
Kegiatan rehabilitasi tanaman
dilaksanakan di 29 kabupaten di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana pada Lampiran 1.
8. Pelaksana
Pelaksana kegiatan adalah Dinas
Kabupaten yang membidangi perkebunan di 29 kabupaten dan Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.
9. Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain: a.Invetaris CP/CL;
b.Proses pelaksanaan pengadaan di
daerah yang berpotensi terjadi
sanggah/ gagal lelang
c.Kesadaran petani terhadap
pemeliharaan kebun
B. Pemberdayaan Petani
1.Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani peserta Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu
Kakao agar mau dan mampu
melaksanakan pengelolaan tanaman
kakao yang sesuai kaidah budidaya melalui pelatihan.
2. Sasaran
Terlatihnya petani peserta sebanyak 2.828 orang di 29 kabupaten di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana pada Lampiran 3.
3. Ruang lingkup
Persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pelatihan.
4.Pelaksanaan 4.1. Persiapan
- Penetapan calon peserta pelatihan
(petani peserta dan kriterianya).
- Penyediaan nara sumber (pelatih).
- Penentuan waktu dan lokasi pelatihan.
- Penyediaan perlengkapan pelatihan
sebagaimana pada Lampiran 4 4.2.Materi Pelatihan
a. Pelatihan tahap pertama
- Metode pengamatan, analisis
ekosistem kebun kakao dan
pengambilan keputusan
- Peremajaan, rehabilitasi dan
intensifikasi kebun kakao
b. Pelatihan tahap kedua:
- Panen dan penanganan pasca
panen
- Pemasaran
- Manajemen keuangan keluarga
4.3. Metode pelatihan
Pelatihan dilaksanakan dengan metode pendekatan sekolah lapang (teori 25% dan praktek 75%).
5. Waktu
Setiap tahap pelatihan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif. Pelatihan tahap pertama dilaksanakan pada awal kegiatan tahun 2013 sedangkan tahap
kedua dilaksanakan sesuai dengan
perkembangan kegiatan. 6. Lokasi
Pelatihan petani peserta dilaksanakan di lapangan (lokasi Gerakan).
7. Pelaksana
Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas
Kabupaten yang membidangi perkebunan pelaksana Gerakan di 29 kabupaten di 5
provinsi dengan berpedoman pada
kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan.
8. Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Keterbatasan sumber daya, latar
belakang pendidikan petani peserta yang pada umumnya lulusan SD, bahkan masih ada yang buta huruf
b.Diperlukan narasumber yang
memahami perilaku dan kebiasaan kehidupan pedesaan sehingga materi yang diberikan dapat diserap dan bermanfaat bagi petani
C. Operasionalisasi Substation Penelitian Kakao
1. Tujuan
Tujuan kegiatan operasional substasiun penelitian kakao adalah untuk mendukung
pengembangan komoditas kakao di
wilayah Sulawesi dan sentra-sentra
produksi kakao nasional melalui riset untuk penciptaan/penemuan teknologi adaptif dan sebagai fasilitas diseminasi
hasil-hasil penelitian maupun
pengembangan kakao bagi petani.
Tujuan spesifik operasional Substasiun Penelitian Kakao yaitu :
- Memperoleh bahan tanaman unggul
agroklimat Indonesia Timur khususnya Sulawesi.
- Memperoleh metode perbanyakan
masal bahan tanam kakao unggul.
- Memperoleh teknologi budidaya dan
pasca panen yang efektif dan efisien.
- Memperoleh teknologi pengendalian
OPT utama (PBK dan VSD) yang efektif dan efisien serta sesuai untuk wilayah Indonesia Timur khususnya Sulawesi.
- Memperoleh model kelembagaan yang
sesuai untuk pengembangan kakao.
- Memberikan fasilitas desiminasi dan
pelatihan bagi petugas dan petani kakao di Sulawesi.
2. Sasaran
Beroperasinya 4 unit Substasiun
Penelitian Kakao di Provinsi Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi Tengah. 3. Ruang Lingkup
- Honorarium petugas/ pengelola
substasiun di 4 provinsi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara).
- Kegiatan operasional kantor dan
laboratorium di 4 provinsi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara).
- Operasional laboratorium substasiun penelitian di 4 provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Tenggara,
meliputi:
a)Opersional sub station penelitian
b)Eksplorasi dan pengujian bahan
tanam unggul lokal tahan penyakit VSD
c)Teknologi budidaya kakao pada
lahan kering
d)Optimalisasi kebun kakao melalui
pola tanam konservasi
e)Uji adaptasi bahan tanam unggul
harapan kakao dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas
f) Pengembangan teknologi
pemanfaatan limbah kulit buah kakao sebagai pupuk dan pakan ternak
4. Pelaksanaan
4.1.Operasional Substasiun
Kegiatan operasional substasiun tahun 2013 terdiri dari:
- Operasional sub station penelitian
- Eksplorasi dan pengujian bahan tanam unggul lokal tahan penyakit VSD
- Uji adaptasi bahan tanam unggul harapan kakao dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas
- Pengkajian teknologi budidaya
terintegrasi kakao dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas
- Pengembangan teknologi pemanfaatan
limbah kulit buah kakao sebagai pupuk dan pakan ternak
- Teknologi budidaya kakao pada lahan
kering 5. Waktu
Kegiatan operasional dan penguatan Substasiun Penelitian Kakao dilaksanakan pada tahun 2013.
6. Lokasi
Kegiatan operasional dan penguatan Substasiun Penelitian Kakao dilaksanakan di 4 provinsi (Sulbar, Sulsel, Sulteng,
Sultra) pelaksana Gerakan Nasional
Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 7. Pelaksana
Pelaksana kegiatan adalah perangkat substasiun penelitian yang terdiri dari koordinator substasiun, pengelola dan pelaksana substasiun.
8.Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Keterbatasan SDM pengelola
laboratorium lapangan
b.Kurangnya pengawalan dan
pembinaan terhadap pelaksanaan
seluruh kegiatan di laboratorium lapangan.
c.Kurangnya koordinasi antara
kabupaten dan propinsi
D. Operasional Tenaga Pendamping
1.Tujuan
Membantu operasional pelayanan,
pembinaan dan pendampingan petani peserta kegiatan Gernas Kakao tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dan 2013. 2.Sasaran
Tersedianya biaya operasional pelayanan, pembinaan dan pendampingan petani peserta Gernas Kakao di lapangan.
3.Ruang Lingkup
Kegiatan operasional tenaga pendamping,
berupa biaya pendukung dalam
pelaksanaan kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao
Tahun 2013 di 5 provinsi dan 29 kabupaten/kota.
4.Pelaksanaan
Pelaksanaan Operasional Tenaga
Pendamping dilakukan secara swakelola di wilayah Gernas Kakao 2009-2013.
5. Waktu
Pemanfaatan tenaga TKP dan PL-TKP
dilaksanakan sejak bulan
Februari-Desember 2013. 6. Lokasi
Operasionalisasi tenaga pendamping
dilaksanakan di 25 Provinsi pelaksana Gernas Kakao 2009-2013.
7. Pelaksana
Pelaksanaan operasionalisasi petugas
pendamping dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao 2009 – 2013. 8.Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Terjadinya pergantian tenaga
pedamping
b.Kurangnya optimalisasi peran tenaga
pendamping dalam hal melakukan pembinaan terhadap petani
E. Pembangunan Peningkatkan Mutu Kakao
1. Tujuan
- Mendorong peningkatan produksi dan
produktivitas kakao ditingkat petani / kelompok tani serta memperbaiki mutu kakao dengan menyediakan biji kakao fermentasi sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.
- Menyediakan biji kakao yang terjamin
secara kualitas maupun kuantitas
dalam satu kawasan.
- Meningkatkan posisi tawar petani
sebagai pemasok bahan baku.
- Membuka lapangan kerja di pedesaan.
2. Sasaran
- Kualitas biji kakao yang lebih baik dan tingkat homogenitas lebih terjamin karena dikelola dalam kawasan yang terintegrasi.
- Kuantitas sebanyak 8-10 ton biji kakao kering per bulan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar.
- Kontinuitas kebutuhan untuk pasokan
industri maupun untuk ekspor dapat terpenuhi.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pembangunan
peningkatan mutu kakao meliputi
penyediaan sarana pasca panen beserta bantuan modal kerja dan pelatihan pasca panen dalam suatu unit manajemen. Operasionalisasi unit pengolahan perlu
dipantau sesuai dengan tujuan
pembangunan unit pengolahan tersebut untuk meningkatkan mutu biji kakao yaitu dari biji kakao non fermentasi menjadi biji kakao fermentasi.
3.1.Penyediaan sarana pasca panen
- Kotak fermentasi 3 set @ 2 unit dengan
kapasitas 625-650 kg per batch.
- Alat ukur kadar air biji kakao tipe digital sebanyak 1 unit.
- Bangunan pasca panen (UPH) seluas 96
m2 sebagaimana Lampiran 5.
- Lantai jemur seluas 150 m2 (15m X 10m) sebagaimana Lampiran 5.
- Bantuan pembelian biji kakao basah
sebanyak 11.160 kg.
- Timbangan duduk 1 unit kapasitas 250
kg.
Adapun spesifikasi sarana tersebut di atas sebagaimana Lampiran 6.
3.2.Pelatihan pasca panen sebanyak 1.525 petani selama 3 (tiga) hari dengan materi peningkatan mutu biji, fermentasi, sistem
manajemen mutu, kemitraan dan pemasaran. Petani yang dilatih adalah
petani peserta tahun 2013 yang
melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
Rincian peserta pelatihan pasca panen sebagaimana Lampiran 7.
4. Pelaksanaan 4.1. Persiapan
- Koordinasi dengan pihak terkait (Dinas
Perkebunan Provinsi, Puslitkoka)
untuk pembangunan unit pengolahan
dan pelatihan petani sebagai
pendukung pelaksanaan kegiatan
peningkatan mutu.
- Koordinasi dengan industri kakao
untuk menjalin kemitraan agar
mempunyai pasar yang berkelanjutan. 4.2.Pembangunan unit pengolahan dan
pelatihan pasca panen
- Dilaksanakan pada 29 kabupaten yang
membidangi perkebunan yang pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
- Pembangunan dan operasionalisasi
unit pengolahan hasil peningkatan
mutu biji kakao dikelola oleh
kelompok tani dibawah bimbingan Dinas Kabupaten yang membidangi
perkebunan dengan persyaratan
a)Kelompok tani yang anggotanya aktif dan mandiri.
b)Kelompok tani telah terbentuk
sebagai kelompok tani kakao dan bukan merupakan kelompok tani bentukan baru.
c)Kelompok tani terletak pada
wilayah kawasan sentra kakao. 5. Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2013.
6. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada 29
kabupaten yang membidangi perkebunan yang pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
7. Pelaksana
Pelaksana kegiatan adalah Dinas
Kabupaten yang membidangi perkebunan di 29 kabupaten pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
8.Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Keterbatasan SDM dalam melakukan
pengawalan dan pembinaan
b.Kurangnya kesadaran petani dalam
c.Keterbatasan dalam hal pemasaran biji kakao fermentasi
F. Pengambanan Sistem Data Base Kakao
1. Tujuan
Untuk memperoleh data dasar dan semua informasi yang berkaitan dengan budidaya kakao dan sebagai bahan pengambil kebijakan pembangunan perkebunan. 2. Sasaran
Tersusunnya data base budidaya kakao di
5 provinsi 29 kabupaten dan
operasionalisasi sistem database dan
sistem monev, serta terbentuknya
jejaring komunikasi, data dan informasi antara pusat dan daerah.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup untuk 5 provinsi dan 29
kabupaten pekerjaan pengembangan
sistem data base teknologi budidaya kakao, meliputi:
- Operasional komputerisasi
- Bahan-bahan untuk komputer
- Perjalanan dalam rangka pengumpulan
4. Pelaksanaan
4.1.Pusat (Ditjen Perkebunan) a. Metode Pelaksanaan
- Desk study untuk:
1) Analisis interpretasi pemetaan perkebunan kakao.
2) Analisis sumber daya lahan dan iklim untuk potensi lahan.
3) Penyusunan peta sebaran
perkebunan kakao.
4) Penyusunan peta serangan dan tingkat serangan.
- Kunjungan lapang dilakukan untuk:
1) Konsultasi;
2) Verifikasi lapang;
3) Koleksi data petani, perkebunan kakao dan potensi lahan
b. Hasil Yang Diharapkan
-Sistem data base sumberdaya petani, lahan dan perkebunan kakao di lokasi Gerakan.
-Peta sebaran kakao beserta
karakteristiknya di lokasi Gerakan.
-Peta sebaran, tingkat serangan dan
kehilangan hasil kakao akibat
serangan OPT utama di lokasi
d. Waktu
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Februari – November tahun 2013.
e. Pelaksana
Kegiatan dilaksanakan oleh Ditjen Perkebunan dan Dinas Provinsi dan
Kabupaten yang Membidangi
Perkebunan. 4.2.Provinsi a. Persiapan
- Perbanyakan dan pengiriman formulir pengambilan data ke Dinas yang
membidangi perkebunan di
Kabupaten/ Kota.
- Penjelasan tata cara kompilasi data
dari Kabupaten menggunakan ”sistem
data base” (soft ware) yang diterima dari Ditjenbun.
b. Metode Pelaksanaan
- Formulir pengambilan data
disampaikan dan dijelaskan kepada petugas Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.
- Menerima data primer dan sekunder
yang sudah dikompilasi dari
Kabupaten.
- Melakukan verifikasi data ke lapangan (Kabupaten).
- Mengkompilasi data dari setiap
Kabupaten/ Kota menggunakan
”sistem data base” (software) yang diterima dari Ditjenbun.
- Mengirimkan data dari Kabupaten yang sudah dikompilasi ke Ditjenbun. c. Hasil Yang Diharapkan
-Sistem data base sumberdaya petani, lahan dan perkebunan kakao di Provinsi pelaksana Gerakan.
-Peta sebaran kakao beserta
karakteristiknya di Provinsi pelaksana Gerakan.
-Peta sebaran, tingkat serangan dan
kehilangan hasil kakao akibat serangan OPT utama di Provinsi pelaksana Gerakan.
d. Waktu
Kegiatan dilaksanakan pada bulan
Februari-November tahun 2013. e. Pelaksana
Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di 5 provinsi dan 29 kabupaten pelaksana Gerakan. 4.3.Kabupaten
a. Persiapan
- Penjelasan tata cara pengumpulan
data kepada petugas lapangan
- Penjelasan tata cara kompilasi data
dari lapangan kepada petugas
menggunakan ”sistem database”
(software) yang diterima dari
Ditjenbun.
b. Metode Pelaksanaan
- Petugas (enumerator) mengumpulkan
data primer dan sekunder dari lapangan.
- Mengkompilasi data primer dan
sekunder menggunakan ”sistem data base” (software) yang diterima dari Ditjenbun.
- Mengirimkan data primer dan
sekunder yang sudah dikompilasi ke Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi.
c. Hasil Yang Diharapkan
- Sistem data base sumberdaya petani, lahan dan perkebunan kakao di Kabupaten pelaksana Gerakan.
- Peta sebaran kakao beserta
karakteristiknya di Kabupaten/Kota pelaksana Gerakan.
- Peta sebaran dan tingkat serangan di Kabupaten pelaksana Gerakan.
d. Waktu
Kegiatan dilaksanakan pada bulan
e. Pelaksana
Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di 5 provinsi dan 29 kabupaten pelaksana Gerakan. 5.Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Keterbatasan SDM dalam mengelola
sistem database di tingkat Kabupaten dan Propinsi
b.Keterbatasan jaringan internet di
daerah
c.Terjadi pergantian petugas karena