PENINGKATAN PRODUKSI,
PRODUKTIVITAS DAN MUTU
TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
PEDOMAN TEKNIS
GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN
PRODUKSI DAN MUTU KAKAO
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis Daerah Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 disusun sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan perkebunan khususnya komoditas kakao melalui program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao). Pedoman ini merupakan acuan teknis dalam melaksanakan Gernas Kakao tahun 2013 yang ditujukan agar para pemangku kepentingan termasuk petani dapat melaksanakan gerakan ini sesuai dengan kelayakan teknis yang telah ditetapkan.
Pedoman ini diarahkan untuk menjadi bahan rujukan bagi para pelaksana gerakan di daerah baik di provinsi maupun di kabupaten. Para pelaksana gerakan di provinsi diharapkan menyusun Petunjuk Pelaksanaan sedangkan di tingkat kabupaten menyusun Petunjuk Teknis. Petunjuk Pelaksanaan maupun Petunjuk Teknis yang disusun oleh daerah tersebut merupakan penjabaran dari Pedoman Teknis ini, dengan demikian petunjuk tersebut merinci lebih detail teknis pelaksanaannya dilapangan sesuai dengan kondisi di lapangan terhadap materi yang belum dijabarkan dalam pedoman ini.
pelaksanaan kegiatan pendukung antara lain operasional tenaga pendamping; penguatan substasiun; penguatan laboratorium lapangan; pengembangan sistem database; monitoring dan evaluasi.
Diharapkan dengan terbitnya Pedoman Teknis ini, pelaksanaan gerakan dilapangan dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu para pelaksana di lapangan agar mencermatinya dengan seksama dan selanjutnya melaksanakannya di lapangan. Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao tahun 2013 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dan harmonis berbagai pihak khususnya para pimpinan unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan. Oleh
karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih, semoga pedoman ini bermanfaat untuk pelaksanaan pembangunan perkebunan kakao di tanah air khususnya Gernas Kakao.
Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR LAMPIRAN…... v
BAB I PENDAHULUAN... 1
BAB II PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 3 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN... 5
BAB IV PROSES PENGADAAN BAHAN DAN PERALATAN………... 33 BAB V PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWALAN……… 35 BAB VI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN………... 39 BAB VII PEMBIAYAAN……….……... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Provinsi dan Kabupaten
Kegiatan Rehabilitasi
Pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2013...
44
Lampiran 2 SpesifikasiTeknis Knapsack
Sprayer...
46
Lampiran 3 Jumlah Petani yang dilatih
Tahun 2013...
47
Lampiran 4 Penyediaan Perlengkapan
Pelatihan...
48
Lampiran 5 Denah Bangunan UPH Kakao.... 49
Lampiran 6 Kebutuhan peralatan
pengolahan kakao pasca panen beserta spesifikasinya...
50
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2008 diidentifikasi bahwa sekitar 235.000 ha kebun kakao di sentra produksi kakao, kondisi tanamannya sudah kurang produktif dan terserang hama dan penyakit dengan intensitas serangan sedang sehingga perlu dilakukan rehabilitasi kebun.
Pada tahun 2009, melalui Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, telah dilakukan rehabilitasi seluas 60.000 ha dengan cara sambung samping di 7 Propinsi ,
38 Kabupaten. Pada tahun 2010
dilaksanakan kegiatan rehabilitasi kebun seluas 28.613 ha di 10 provinsi 38 kabupaten. Pada tahun 2011 seluas74.200 ha di 13 provinsi 58 kabupaten, pada tahun 2012 seluas 28.280 ha di 9 provinsi 33 kabupaten dan pada tahun 2013 seluas 28.280 ha di 5 propinsi 29 kabupaten (lampiran 1).
Dalam rangka melaksanakan kegiatan
rehabilitasi perlu ditetapkan Pedoman
Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.
B. Sasaran Nasional
Terlaksananya rehabilitasi kebun kakao yang tanamannya kurang produktif dan terserang OPT (hama, penyakit dan gulma) seluas 28.280 ha di 5 provinsi yang tersebar di 29 kabupaten pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao
C. Tujuan
BAB II.
PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1.Daerah sasaran kegiatan Gerakan
Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 adalah daerah sentra produksi kakao di 5 propinsi yaitu Sulsel, Sulbar, Sultra, Sulteng dan NTT;
2.Petani/kelompok tani sasaran adalah
petani/pekebun di daerah sasaran
seperti pada butir [1], petani/kelompok tani yang sudah terbentuk dan telah diseleksi. Selanjutnya Calon Petani (CP) yang telah diseleksi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Bupati) setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat;
3.Calon Lahan (CL) adalah lahan milik
petani seperti pada butir [2], yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat;
4.Untuk mendukung pelaksanaan program
rehabilitasi petani/kelompok tani
sasaran akan mengikut pelatihan, serta akan didampingi oleh TKP dan PLP-TKP. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan
penguatan Laratorium Lapang,
data base kakao
5.Standar Teknis :
Rehabilitasi Kebun dapat dilakukan pada kebun-kebun kakao yang masih produktif namun memiliki produksi rendah di sentra pengembangan kakao
B. Spesifikasi Teknis
1.Benih yang digunakan pada kegiatan
rehabilitasi kakao tahun 2013 adalah entres yang berasal dari kebun entres yang telah di tetapkan mengunakan klon anjuran.
2.Pupuk yang digunakan adalah pupuk
formula khusus mengacu pada
rekomendasi dari lembaga penelitian.
3.Pestisida dan sarana yang digunakan
BAB III.
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Rehabilitasi Kebun
1.Tujuan
Memperbaiki kondisi tanaman kakao pada kebun-kebun yang kurang produktif dan terserang hama dan penyakit dengan intensitas serangan sedang.
2.Sasaran
Terlaksananya rehabilitasi kebun kakao yang tanamannya kurang produktif dan terserang OPT (hama, penyakit dan gulma) seluas 28.280 ha di 5 provinsi yang tersebar di 29 kabupaten pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.
3.Ruang Lingkup
Rehabilitasi kebun adalah upaya
perbaikan kondisi tanaman (pertumbuhan dan produktivitas) melalui teknologi sambung samping.
3.1.Persyaratan Kebun
Kebun kakao yang akan direhabilitasi
adalah kebun hamparan/berkelompok
- Tanamannya masih umur produktif (umur<15 tahun) dan secara teknis dapat dilakukan sambung samping.
- Jumlah tegakan/populasi tanaman
antara 70%-90% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha).
- Produktivitas tanaman rendah (<500 kg/ha/tahun) tetapi masih mungkin untuk ditingkatkan.
- Jumlah pohon pelindung>50% dari
standar.
- Terserang OPT utama (hama PBK,
Helopeltis spp., penyakit busuk buah,
kanker batang dan penyakit VSD).
- Lahan memenuhi persyaratan
kesesuaian, meliputi : Curah hujan
1500-2.500 mm (sangat sesuai) dan 1.250-1.500 mm atau 2.500-3.000 mm (sesuai); Lereng 0-8% (sangat sesuai) dan 8-15% (sesuai).
3.2. Entres
- Entres harus diambil dari cabang
plagiotrop dengan kriteria tidak terlalu
tua dan tidak terlalu muda (semi
hardwood).
- Stek entres yang akan digunakan untuk
sambung samping harus berasal dari cabang plagiotrop.
sumber stek entres dikemas dalam kotak karton yang diberi media serbuk gergaji yang telah dicampur dengan
alkosob (5 gram/liter air) atau
kemasan dan bahan lain yang
memenuhi syarat teknis yang dapat mempertahankan kesegaran cabang plagiotrop yang dikemas tersebut.
- Stek entres yang digunakan untuk
sambung samping minimal terdiri dari 2 mata.
- Entres kakao yang diedarkan harus
sudah disertifikasi oleh
UPTD/IP2MB/BBP2TP.
- Entres pada kegiatan Rehabilitasi
Kakao menggunakan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, ICCRI 03, ICCRI 04, dan Scavina 6. Apabila entres tidak tersedia
di provinsi/kabupaten yang
bersangkutan dapat dipenuhi dari provinsi/kabupaten terdekat dengan menggunakan klon yang sama.
3.3. Pestisida
- Menggunakan insektisida dan fungisida yang efektif, efisien terdaftar, dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran.
- Pemilihan pestisida didasarkan
terhadap hasil pengamatan/
penyakit yang dilaksanakan oleh kabupaten.
- Beberapa pestisida yang efektif untuk dipertimbangkan dalam pengendalian hama hama Helopeltis spp., ulat kilan
(Hyposidra talaca) dan PBK adalah
insektisida berbahan aktif antara lain lamda sihalotrin+tiamektosam, lamda
sihalotrin, alfa sipermetrin,
sipermetrin+klorfirifos, abamektin,
triazopos dan malation.
- Insektisida tersebut digunakan untuk
mengendalikan hama utama pada tanaman kakao yaitu Helopeltis spp.,
Conopomorpha cramerella, dan
Hyposidra talaca.
- Penyakit VSD dicegah dengan fungisida
berbahan aktif antara lain
azoxystrobin, azoxystrobin +
difenokonazol, propikonazol +
difenokonazol, flutriafol dan
hexaconazole.
- Penyakit kanker batang dikendalikan
dengan fungisida berbahan aktif antara lain tembaga oksida dan tembaga
hidroksida. Fungisida tersebut
3.4.Pupuk
- Pupuk yang digunakan adalah pupuk
majemuk (compound) non subsidi.
- Untuk Provinsi Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara dan NTT
menggunakan jenis dan dosis yang telah ditetapkan pada tahun 2009.
- Pupuk dikemas dalam kemasan khusus
bertuliskan “Pupuk Gernas Kakao Tidak
untuk Diperjualbelikan di Pasar” dan harus dilakukan uji mutu dilapangan.
- Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu
sebelum atau setelah dilakukan
penyambungan.
3.5.Peralatan
- Alat semprot (knapsack sprayer), 0,2 unit per hektar.
- Knapsack sprayer digunakan untuk
aplikasi pestisida (insektisida dan
fungisida).
- Spesifikasi teknis knapsack sprayer
sebagaimana pada Lampiran 2.
3.6. Bantuan Upah Kerja
bersamaan dengan pengadaan sambung samping.
4. Pelaksanaan
4.1.Persiapan
a. Sosialisasi
Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao kepada petani.
b. Penetapan petani peserta
1) Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :
Petani
-Pemilik kebun.
-Berdomisili di wilayah Gerakan
yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK).
-Bersedia melaksanakan
rehabilitasi dan mengikuti
ketentuan Gerakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (membuat pernyataan tertulis).
-Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran.
-Jumlah anggota kelompok sasaran
adalah lebih kurang 30 orang.
Kebun
-Luas pemilikan lahan maksimal 4 (empat) hektar.
-Lahan harus dapat disertifikasi.
-Memenuhi persyaratan kebun
seperti pada butir 4.1.
2) Calon petani peserta hasil
inventarisasi diajukan oleh Kepala
Dinas Kabupaten/ Kota Yang
Membidangi Perkebunan kepada
Bupati untuk ditetapkan sebagai petani peserta.
c. Pemberdayaan Petani
Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan.
4.2.Sambung Samping
- Sambung samping dilakukan dengan
dua sambungan per pohon pada dua sisi
batang bawah dengan ketinggian
sambung samping agar diberi perlakuan
dengan stimulan/perangsang daya
tumbuh.
- Sambungan/tempelan dinyatakan hidup
apabila sudah tumbuh tunas dengan dua daun terbuka. Tunas dengan daun terbuka tersebut harus tampak segar. Akan tetapi apabila tunas dengan dua daun terbuka tersebut kering atau busuk berarti sambungan gagal.
- Tunas yang baru tumbuh harus
dilindungi dari serangan OPT dengan aplikasi pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan. Tiga bulan setelah penyambungan apabila entres sudah melekat erat pada batang bawah, maka tali pengikat pertautan baru dibuka.
- Cabang batang utama yang menaungi
tunas hasil sambung samping dipangkas secara bertahap.
- Batang utama dipotong setelah tunas
hasil sambung samping tumbuh.
- Sambungan/tempelan yang “hidup”
yang “dibayar”.
4.3.Penanaman Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung tetap yang dianjurkan adalah tanaman gamal dengan jarak tanam 6m x 6m
lainnya seperti pohon kelapa, meranti (nyatoh/palupi) dan lain-lain.
4.4.Pemupukan
- Diaplikasikan 1 (satu) kali setahun pada awal musim hujan.
- Jenis dan dosis pupuk yang
dipergunakan merujuk kepada
rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian cq. Ditjen Perkebunan.
4.5.Aplikasi Pestisida
- Penggunaan pestisida dilakukan apabila
hasil pengamatan lapang menunjukkan
adanya peningkatan intensitas
serangan OPT, dibandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya.
- Pengamatan OPT dilakukan oleh
kelompok tani atau regu pengendali OPT.
6. Waktu
Pelaksanaan sambung samping dilakukan pada awal musim kemarau.
7. Lokasi
Kegiatan rehabilitasi tanaman
8. Pelaksana
Pelaksana kegiatan adalah Dinas
Kabupaten yang membidangi perkebunan di 29 kabupaten dan Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.
9. Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain: a.Invetaris CP/CL;
b.Proses pelaksanaan pengadaan di
daerah yang berpotensi terjadi
sanggah/ gagal lelang
c.Kesadaran petani terhadap
pemeliharaan kebun
B. Pemberdayaan Petani
1.Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani peserta Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu
Kakao agar mau dan mampu
melaksanakan pengelolaan tanaman
2. Sasaran
Terlatihnya petani peserta sebanyak 2.828 orang di 29 kabupaten di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana pada Lampiran 3.
3. Ruang lingkup
Persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pelatihan.
4.Pelaksanaan
4.1. Persiapan
- Penetapan calon peserta pelatihan
(petani peserta dan kriterianya).
- Penyediaan nara sumber (pelatih).
- Penentuan waktu dan lokasi pelatihan.
- Penyediaan perlengkapan pelatihan
sebagaimana pada Lampiran 4
4.2.Materi Pelatihan
a. Pelatihan tahap pertama
- Metode pengamatan, analisis
ekosistem kebun kakao dan
pengambilan keputusan
- Peremajaan, rehabilitasi dan
intensifikasi kebun kakao
b. Pelatihan tahap kedua:
- Panen dan penanganan pasca
panen
- Pemasaran
- Manajemen keuangan keluarga
4.3. Metode pelatihan
Pelatihan dilaksanakan dengan metode pendekatan sekolah lapang (teori 25% dan praktek 75%).
5. Waktu
Setiap tahap pelatihan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif. Pelatihan tahap pertama dilaksanakan pada awal kegiatan tahun 2013 sedangkan tahap
kedua dilaksanakan sesuai dengan
perkembangan kegiatan.
6. Lokasi
Pelatihan petani peserta dilaksanakan di lapangan (lokasi Gerakan).
7. Pelaksana
Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas
Kabupaten yang membidangi perkebunan pelaksana Gerakan di 29 kabupaten di 5
provinsi dengan berpedoman pada
8. Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Keterbatasan sumber daya, latar
belakang pendidikan petani peserta yang pada umumnya lulusan SD, bahkan masih ada yang buta huruf
b.Diperlukan narasumber yang
memahami perilaku dan kebiasaan kehidupan pedesaan sehingga materi yang diberikan dapat diserap dan bermanfaat bagi petani
C. Operasionalisasi Substation Penelitian Kakao
1. Tujuan
Tujuan kegiatan operasional substasiun penelitian kakao adalah untuk mendukung
pengembangan komoditas kakao di
wilayah Sulawesi dan sentra-sentra
produksi kakao nasional melalui riset untuk penciptaan/penemuan teknologi adaptif dan sebagai fasilitas diseminasi
hasil-hasil penelitian maupun
pengembangan kakao bagi petani.
Tujuan spesifik operasional Substasiun Penelitian Kakao yaitu :
- Memperoleh bahan tanaman unggul
agroklimat Indonesia Timur khususnya Sulawesi.
- Memperoleh metode perbanyakan
masal bahan tanam kakao unggul.
- Memperoleh teknologi budidaya dan
pasca panen yang efektif dan efisien.
- Memperoleh teknologi pengendalian
OPT utama (PBK dan VSD) yang efektif dan efisien serta sesuai untuk wilayah Indonesia Timur khususnya Sulawesi.
- Memperoleh model kelembagaan yang
sesuai untuk pengembangan kakao.
- Memberikan fasilitas desiminasi dan
pelatihan bagi petugas dan petani kakao di Sulawesi.
2. Sasaran
Beroperasinya 4 unit Substasiun
Penelitian Kakao di Provinsi Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi Tengah.
3. Ruang Lingkup
- Honorarium petugas/ pengelola
substasiun di 4 provinsi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara).
- Kegiatan operasional kantor dan
- Operasional laboratorium substasiun penelitian di 4 provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Tenggara,
meliputi:
a)Opersional sub station penelitian
b)Eksplorasi dan pengujian bahan
tanam unggul lokal tahan penyakit VSD
c)Teknologi budidaya kakao pada
lahan kering
d)Optimalisasi kebun kakao melalui
pola tanam konservasi
e)Uji adaptasi bahan tanam unggul
harapan kakao dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas
f) Pengembangan teknologi
pemanfaatan limbah kulit buah kakao sebagai pupuk dan pakan ternak
4. Pelaksanaan
4.1.Operasional Substasiun
Kegiatan operasional substasiun tahun 2013 terdiri dari:
- Operasional sub station penelitian
- Eksplorasi dan pengujian bahan tanam unggul lokal tahan penyakit VSD
- Uji adaptasi bahan tanam unggul harapan kakao dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas
- Pengkajian teknologi budidaya
terintegrasi kakao dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas
- Pengembangan teknologi pemanfaatan
limbah kulit buah kakao sebagai pupuk dan pakan ternak
- Teknologi budidaya kakao pada lahan
kering
5. Waktu
Kegiatan operasional dan penguatan Substasiun Penelitian Kakao dilaksanakan pada tahun 2013.
6. Lokasi
Kegiatan operasional dan penguatan Substasiun Penelitian Kakao dilaksanakan di 4 provinsi (Sulbar, Sulsel, Sulteng,
Sultra) pelaksana Gerakan Nasional
Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.
7. Pelaksana
8.Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Keterbatasan SDM pengelola
laboratorium lapangan
b.Kurangnya pengawalan dan
pembinaan terhadap pelaksanaan
seluruh kegiatan di laboratorium lapangan.
c.Kurangnya koordinasi antara
kabupaten dan propinsi
D. Operasional Tenaga Pendamping
1.Tujuan
Membantu operasional pelayanan,
pembinaan dan pendampingan petani peserta kegiatan Gernas Kakao tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dan 2013.
2.Sasaran
Tersedianya biaya operasional pelayanan, pembinaan dan pendampingan petani peserta Gernas Kakao di lapangan.
3.Ruang Lingkup
Kegiatan operasional tenaga pendamping,
berupa biaya pendukung dalam
Tahun 2013 di 5 provinsi dan 29 kabupaten/kota.
4.Pelaksanaan
Pelaksanaan Operasional Tenaga
Pendamping dilakukan secara swakelola di wilayah Gernas Kakao 2009-2013.
5. Waktu
Pemanfaatan tenaga TKP dan PL-TKP
dilaksanakan sejak bulan
Februari-Desember 2013.
6. Lokasi
Operasionalisasi tenaga pendamping
dilaksanakan di 25 Provinsi pelaksana Gernas Kakao 2009-2013.
7. Pelaksana
Pelaksanaan operasionalisasi petugas
pendamping dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao 2009 – 2013.
8.Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Terjadinya pergantian tenaga
pedamping
b.Kurangnya optimalisasi peran tenaga
E. Pembangunan Peningkatkan Mutu Kakao
1. Tujuan
- Mendorong peningkatan produksi dan
produktivitas kakao ditingkat petani / kelompok tani serta memperbaiki mutu kakao dengan menyediakan biji kakao fermentasi sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.
- Menyediakan biji kakao yang terjamin
secara kualitas maupun kuantitas
dalam satu kawasan.
- Meningkatkan posisi tawar petani
sebagai pemasok bahan baku.
- Membuka lapangan kerja di pedesaan.
2. Sasaran
- Kualitas biji kakao yang lebih baik dan tingkat homogenitas lebih terjamin karena dikelola dalam kawasan yang terintegrasi.
- Kuantitas sebanyak 8-10 ton biji kakao kering per bulan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar.
- Kontinuitas kebutuhan untuk pasokan
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pembangunan
peningkatan mutu kakao meliputi
penyediaan sarana pasca panen beserta bantuan modal kerja dan pelatihan pasca panen dalam suatu unit manajemen. Operasionalisasi unit pengolahan perlu
dipantau sesuai dengan tujuan
pembangunan unit pengolahan tersebut untuk meningkatkan mutu biji kakao yaitu dari biji kakao non fermentasi menjadi biji kakao fermentasi.
3.1.Penyediaan sarana pasca panen
- Kotak fermentasi 3 set @ 2 unit dengan
kapasitas 625-650 kg per batch.
- Alat ukur kadar air biji kakao tipe digital sebanyak 1 unit.
- Bangunan pasca panen (UPH) seluas 96
m2 sebagaimana Lampiran 5.
- Lantai jemur seluas 150 m2 (15m X 10m) sebagaimana Lampiran 5.
- Bantuan pembelian biji kakao basah
sebanyak 11.160 kg.
- Timbangan duduk 1 unit kapasitas 250
kg.
Adapun spesifikasi sarana tersebut di atas sebagaimana Lampiran 6.
manajemen mutu, kemitraan dan pemasaran. Petani yang dilatih adalah
petani peserta tahun 2013 yang
melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
Rincian peserta pelatihan pasca panen sebagaimana Lampiran 7.
4. Pelaksanaan
4.1. Persiapan
- Koordinasi dengan pihak terkait (Dinas
Perkebunan Provinsi, Puslitkoka)
untuk pembangunan unit pengolahan
dan pelatihan petani sebagai
pendukung pelaksanaan kegiatan
peningkatan mutu.
- Koordinasi dengan industri kakao
untuk menjalin kemitraan agar
mempunyai pasar yang berkelanjutan.
4.2.Pembangunan unit pengolahan dan pelatihan pasca panen
- Dilaksanakan pada 29 kabupaten yang
membidangi perkebunan yang pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
- Pembangunan dan operasionalisasi
unit pengolahan hasil peningkatan
mutu biji kakao dikelola oleh
kelompok tani dibawah bimbingan Dinas Kabupaten yang membidangi
perkebunan dengan persyaratan
a)Kelompok tani yang anggotanya aktif dan mandiri.
b)Kelompok tani telah terbentuk
sebagai kelompok tani kakao dan bukan merupakan kelompok tani bentukan baru.
c)Kelompok tani terletak pada
wilayah kawasan sentra kakao.
5. Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2013.
6. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada 29
kabupaten yang membidangi perkebunan yang pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
7. Pelaksana
Pelaksana kegiatan adalah Dinas
Kabupaten yang membidangi perkebunan di 29 kabupaten pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
8.Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Keterbatasan SDM dalam melakukan
pengawalan dan pembinaan
b.Kurangnya kesadaran petani dalam
c.Keterbatasan dalam hal pemasaran biji kakao fermentasi
F. Pengambanan Sistem Data Base Kakao
1. Tujuan
Untuk memperoleh data dasar dan semua informasi yang berkaitan dengan budidaya kakao dan sebagai bahan pengambil kebijakan pembangunan perkebunan.
2. Sasaran
Tersusunnya data base budidaya kakao di
5 provinsi 29 kabupaten dan
operasionalisasi sistem database dan
sistem monev, serta terbentuknya
jejaring komunikasi, data dan informasi antara pusat dan daerah.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup untuk 5 provinsi dan 29
kabupaten pekerjaan pengembangan
sistem data base teknologi budidaya kakao, meliputi:
- Operasional komputerisasi
- Bahan-bahan untuk komputer
- Perjalanan dalam rangka pengumpulan
4. Pelaksanaan
4.1.Pusat (Ditjen Perkebunan)
a. Metode Pelaksanaan
- Desk study untuk:
1) Analisis interpretasi pemetaan perkebunan kakao.
2) Analisis sumber daya lahan dan iklim untuk potensi lahan.
3) Penyusunan peta sebaran
perkebunan kakao.
4) Penyusunan peta serangan dan tingkat serangan.
- Kunjungan lapang dilakukan untuk:
1) Konsultasi;
2) Verifikasi lapang;
3) Koleksi data petani, perkebunan kakao dan potensi lahan
b. Hasil Yang Diharapkan
-Sistem data base sumberdaya petani, lahan dan perkebunan kakao di lokasi Gerakan.
-Peta sebaran kakao beserta
karakteristiknya di lokasi Gerakan.
-Peta sebaran, tingkat serangan dan
kehilangan hasil kakao akibat
serangan OPT utama di lokasi
d. Waktu
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Februari – November tahun 2013.
e. Pelaksana
Kegiatan dilaksanakan oleh Ditjen Perkebunan dan Dinas Provinsi dan
Kabupaten yang Membidangi
Perkebunan.
4.2.Provinsi
a. Persiapan
- Perbanyakan dan pengiriman formulir pengambilan data ke Dinas yang
membidangi perkebunan di
Kabupaten/ Kota.
- Penjelasan tata cara kompilasi data
dari Kabupaten menggunakan ”sistem
data base” (soft ware) yang diterima dari Ditjenbun.
b. Metode Pelaksanaan
- Formulir pengambilan data
disampaikan dan dijelaskan kepada petugas Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.
- Menerima data primer dan sekunder
yang sudah dikompilasi dari
Kabupaten.
- Mengkompilasi data dari setiap
Kabupaten/ Kota menggunakan
”sistem data base” (software) yang diterima dari Ditjenbun.
- Mengirimkan data dari Kabupaten yang sudah dikompilasi ke Ditjenbun.
c. Hasil Yang Diharapkan
-Sistem data base sumberdaya petani, lahan dan perkebunan kakao di Provinsi pelaksana Gerakan.
-Peta sebaran kakao beserta
karakteristiknya di Provinsi pelaksana Gerakan.
-Peta sebaran, tingkat serangan dan
kehilangan hasil kakao akibat serangan OPT utama di Provinsi pelaksana Gerakan.
d. Waktu
Kegiatan dilaksanakan pada bulan
Februari-November tahun 2013.
e. Pelaksana
Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di 5 provinsi dan 29 kabupaten pelaksana Gerakan.
4.3.Kabupaten
a. Persiapan
- Penjelasan tata cara pengumpulan
data kepada petugas lapangan
- Penjelasan tata cara kompilasi data
dari lapangan kepada petugas
menggunakan ”sistem database”
(software) yang diterima dari
Ditjenbun.
b. Metode Pelaksanaan
- Petugas (enumerator) mengumpulkan
data primer dan sekunder dari lapangan.
- Mengkompilasi data primer dan
sekunder menggunakan ”sistem data base” (software) yang diterima dari Ditjenbun.
- Mengirimkan data primer dan
sekunder yang sudah dikompilasi ke Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi.
c. Hasil Yang Diharapkan
- Sistem data base sumberdaya petani, lahan dan perkebunan kakao di Kabupaten pelaksana Gerakan.
- Peta sebaran kakao beserta
karakteristiknya di Kabupaten/Kota pelaksana Gerakan.
- Peta sebaran dan tingkat serangan di Kabupaten pelaksana Gerakan.
d. Waktu
Kegiatan dilaksanakan pada bulan
e. Pelaksana
Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di 5 provinsi dan 29 kabupaten pelaksana Gerakan.
5.Simpul Kritis
Simpul kritis kegiatan ini antara lain:
a.Keterbatasan SDM dalam mengelola
sistem database di tingkat Kabupaten dan Propinsi
b.Keterbatasan jaringan internet di
daerah
c.Terjadi pergantian petugas karena
BAB IV.
PROSES PENGADAAN BAHAN DAN PERALATAN
Pengadaan bahan, alat dan jasa rehabilitasi dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi dan
Kabupaten yang membidangi perkebunan
mengacu kepada PERPRES No. 70 Tahun 2012.
A. Pelaksanaan sambung samping
- Pelelangan kegiatan sambung samping
dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten.
- Entres yang diadakan sesuai dengan butir 4.2.
B. Pupuk
Pengadaan pupuk untuk rehabilitasi
dilaksanakan oleh Dinas Provinsi
Membidangi Perkebunan sesuai POK.
C. Peralatan
Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh
Dinas Kabupaten Yang Membidangi
Perkebunan.
D. Pestisida
- Pengadaan pestisida untuk kegiatan
rehabilitasi dilaksanakan oleh Dinas Yang
Membidangi Perkebunan sesuai POK
Tahun 2011. Pemilihan pestisida
pengamatan/inventarisasi serangan hama dan penyakit.
- Pestisida yang diadakan adalah insektisida
untuk mengendalikan hama penghisap
daun/buah Helopeltis spp., ulat kilan
(Hyposidra talaca), fungisida untuk
mengendalikan penyakit VSD.
- Bahan aktif pestisida yang akan diadakan seperti pada butir 4.3.
E. Gedung dan prasarana UFBK
BAB V.
PEMBINAAN, PENGENDALIAN, DAN PENGAWALAN
A. Pembinaan
Pembinaan kelompok dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri.
Untuk itu diperlukan dukungan dana
pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.
Tanggung jawab teknis pelaksanaan berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di tingkat kabupaten/Kota. Tanggung jawab koordinasi pembinaan program ada pada
Dinas Perkebunan atau Dinas yang
membidangi perkebunan di tingkat provinsi. Tanggung jawab atas program dan kegiatan adalah Direktorat Jenderal Perkebunan.
B. Pengendalian
Pengendalian melalui jalur struktural
dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Provinsi dan Pusat, sedangkan
pengendalian kegiatan dilakukan oleh
Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan
dapat menerapkan prinsip-prinsip
partisipatif, transparansi dan akuntabel. Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah
melalui aparat pengawas fungsional
(Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun Lembaga Pengawas lainnya) dan oleh masyarakat.
1. Pengawalan
Pengawalan kegiatan Gerakan Nasional Peningkatkan Produksi Kakao tahun 2013 dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas yang membidangi perkebunan tingkat provinsi dan Dinas yang membidangi perkebunan tingkat kabupaten/kota dengan kegiatan sebagai berikut :
1.1. Pengawalan Pusat
Kegiatan pengawalan yang dilaksanakan oleh Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar meliputi:
a.Pertemuan persiapan, pelaksanaan dll.
b.Administrasi, pengadaan barang dan
jasa.
c.Perjalanan pengawalan, bimbingan,
1.2. Pengawalan Provinsi
Kegiatan pengawalan yang dilakukan oleh
Dinas provinsi yang membidangi
perkebunan untuk kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 meliputi:
a.Konsultasi ke pusat;
b.Pertemuan dalam rangka kegiatan
Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013;
c.Penyediaan ATK, dll; Perjalanan dalam
rangka pembinaan ke kabupaten.
1.3. Pengawalan Kabupaten
Kegiatan pengawalan yang dilakukan oleh
Dinas kabupaten yang membidangi
perkebunan untuk kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 meliputi:
a.Penetapan CP/CL;
b.Sosialisasi kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao;
c.Konsultasi ke provinsi;
d.Konsultasi ke pusat;
e.Pengawalan ke lokasi;
f. Pertemuan dalam rangka kegiatan
g.Penyediaan ATK
2.Pendampingan
Pendampingan kegiatan dilakukan oleh pendamping yang ditunjuk oleh Dinas yang membidangi perkebunan dari Dinas Provinsi dan atau Direktorat Jenderal Perkebunan, untuk ikut mengawasi dan memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan serta memberikan arahan inovasi kegiatan yang lebih menguntungkan bagi peningkatan dan pengembangan usaha
kelompok/gabungan kelompok untuk
BAB VI.
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Dalam pelaksanaan kegiatan monitoring,
evalauasi dan pelaporan memperhatikan SK Menteri Pertanian RI tentang SIMONEV. Tim Teknis Kabupaten dan Tim Pembina Provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan ke Pusat, meliputi :
A. Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai
indikator kinerja;
B. Perkembangan kelompok sasaran dalam
pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;
C. Permasalahan yang dihadapai dan upaya
penyelesaian di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi;
D. Format pelaporan menggunakan format yang
BAB VII. PEMBIAYAAN
Pembiayaan kegiatan Gerakan Nasional
Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 bersumber dari dana APBN, dan dilakukan pengawalan, pembinaan oleh Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota dianggarkan melalui DIPA
Direktorat Jenderal Perkebunan, Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Tahun
BAB VIII PENUTUP
Komitmen pemerintah untuk meningkatkan ekspor komoditas perkebunan serta peningkatan kesejahteraan petani pekebun telah ditunjukkan dengan adanya Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao yang dimulai tahun 2009. Gerakan ini timbul karena di waktu lampau pengembangan kakao belum dilakukan secara menyeluruh hanya menyentuh pada wilayah-wilayah tertentu yang relatif kecil. Gerakan ini telah menyentuh pada sentra-sentra kakao di seluruh tanah air, pada tahun 2013 ini lokasinya mencakup 5 provinsi.
Secara nasional masih banyak masalah yang
dihadapi dalam pengembangan kakao di
Nusantara, namun masalah ini seharusnya menjadi tantangan bagi para pelaksana baik di tingkat pusat maupun didaerah. Pedoman ini merupakan wujud tanggung jawab pemerintah khususnya pemerintah Pusat untuk berkomitmen mensukseskan gerakan ini secara menyeluruh. Pedoman ini disusun sebagai salah satu acuan yang digunakan bagi para pelaksana di daerah. Pedoman ini disusun khusus untuk mendukung pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao).
menangani Gernas Kakao baik di Pusat maupun di Daerah dengan tetap memberi ruang yang cukup memadai untuk melakukan penyesuaian dan inovasi dalam mengikuti perubahan yang akan dihadapi baik yang bersifat internal maupun eksternal di lapangan.
Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi petugas yang menangani Gernas Kakao dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu diperlukan komitmen, tekad dan upaya yang
sungguh-sungguh secara proposional dan
profesional sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi serta peran dari semua petugas di semua lini baik Pusat maupun Daerah.
44
Lampiran 1. Daftar Provinsi dan Kabupaten Kegiatan Rehabilitasi Pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan
Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2013
45 Lanjutan…
No Provinsi No Kabupaten Luas
(Ha)
4. Sultra 20. Konawe 3.400
(7.400 Ha) 21. Kolaka 100
22. Kolaka Utara 100
23. Konawe
Selatan
3.400
Konawe Utara 100
24.
25.
Bombana Buton
100 100
26. Buton Utara 100
5. NTT 27. Sikka 200
(300 Ha) 28. Ende 100
46
Lampiran 2. Spesifikasi Teknis Knapsack Sprayer
No. Nama
Peralatan Spesifikasi Teknis
1. Knapsack
sprayer
- Berat kosong : 4,5 – 5,0 kg - Berat isi : 5,0 – 6,0 kg - Kapasitas tanki :15 – 20 ltr - Debit penyemprotan : 1 – 4 bar - Ukuran droplet : 220x380x515 mm - Kebocoran : tidak ada
47
Lampiran 3. Jumlah Petani yang dilatih Tahun 2013
48
Lampiran 4. Penyediaan Perlengkapan Pelatihan
No. Perlengkapan Pelatihan
1. Buku Panduan Teknis Budidaya Kakao
2. Poster - Tanaman Kakao Harus Dipangkas
- Pohon Pelindung Mutlak Bagi Tanaman Kakao
- Tingkatkan Produksi dengan Sambung Samping
- Kendalikan Kanker Batang
- Kendalikan Penyakit Pembuluh Kayu
- Kendalikan Hama PBK
- Tingkatkan Produksi Kakao dengan Klon Tanaman Unggul.
- Standar Mutu Kakao Indonesia SNI 01-2323-2008
- Lakukan Panen dan Pasca Panen Kakao yang Tepat
3. Leaflet - Gambaran Umum Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao 2009 – 2011
- Rehabilitasi Tanaman Kakao dengan Teknik Sambung Samping
- Pentingnya Pohon Pelindung Untuk Kebun Kakao
- Penanganan Helopeltis spp
- Waspada Penggerek Buah Kakao
- Pengendalian Penyakit Pembuluh Kayu VSD
- Pemangkasan Kakao
- Pemupukan Kakao
- Perawatan Kebun Kakao
- Penyakit Busuk Buah Kakao
- Penyakit Kanker Batang
- Penyakit Bercak Daun
4. DVD - Penanganan Perkebunan Kakao (PSPSP)
- Cara Mengatasi Hama dan Penyakit Kakao
- Cara Panen yang Baik, Penanganan Hasil Panen dan Mutu Biji Kakao
49
50
Lampiran 6. Kebutuhan peralatan pengolahan kakao pasca panen beserta
spesifikasinya
No Jenis
Peralatan Spesifikasi
1 Kotak
Fermentasi
Tipe Bak Kayu
Kapasitas 625-650 kg/batch
Ukuran 160 cmx100 cm x 50cm
51
Lampiran 7. Peserta Pelatihan Pasca Panen