• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSATAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

4. Pendekatan Pembelajaran

a. Hakikat Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran pada hakikatnya merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Benny A. Pribadi (2009: 47) menyatakan, “Strategi pembelajaran yaitu cara-cara spesifik yang dapat dilakukan oleh individu untuk membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran atau standar kompetensi yang telah ditentukan”. Sedangkan pengertian pendekatan pembelajaran menurut Suharno dkk., (1998: 25) bahwa, “Pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran”. Wahjoedi (1999: 121) bahwa, “Pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku 18

commit to user

siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut Syaiful Sagala (2005: 68) berpendapat, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”. Sedangkan menurut Briggs dalam Ritchey (1986: 9) yang dikutip Benny A. Pribadi (2009: 58) pendekatan pembelajaran diartikan desain sistem pembelajaran yaitu, “Sebagai suatu keseluruhan proses yang dilakukan untuk menganalisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran serta pengembangan sistem penyampaian materi pelajaran untuk mencapai tujuan tersebut”.

Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, lazimnya pendekatan pembelajaran dimulai dari kegiatan analisis yang digunakan untuk menggambarkan masalah pembelajaran sesungguhnya yang perlu dicari solusinya. Setelah dapat menentukan masalah yang sesungguhnya, maka langkah selanjutnya menentukan alternatif solusi yang akan digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran.

Seorang guru harus mampu menentukan solusi yang tepat dari berbagai alternatif yang ada. Selanjutnya dapat menerapkan solusi tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi merupakan langkah selanjutnya yang diperlukan untuk menilai apakah solusi yang dipilih dan diterapkan dapat berperan efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan dalam pembelajaran. Adang Suherman dan Agus Mahendra (2001: 143) menyatakan, “Efektifitas pengajaran sangat ditentukan oleh pendekatan pengajaran yang dipilih guru atas dasar pengetahuan guru terhadap sifat keterampilan atau tugas gerak yang kan dipelajari siswa”.

Penerapan pendekatan pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh kartena itu, seorang guru harus cermat dan tepat dalam menerapkan pendekatan pemblajaran, sehingga keterampilan yang 19

commit to user

dipelajari dapat dikuasai siswa dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran

Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk membelajarkan pendidikan jasmani yang tepat, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang baik dan tepat. Sugiyanto (1998: 247) bahwa, ”Cara-cara atau pendekatan yang sering digunakan dalam pengajaran gerak olahraga ada beberapa macam, di antaranya adalah: (1) pendekatan praktek keseluruhan, (2) pendekatan praktek bagian, (3) pendekatan drill, (4) pendekatan pemecahan masalah, (5) pendekatan ketepatan dan (6) pendekatan kecepatan”. Menurut Griffin, Mitchell dan Oslin (1997), Joyce, Well, dan Showers (1992), Singer dan Dick (1980) dalam Kurikulum Penjas untuk Sekolah Menengah Pertama (2004: 27-28) model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebagai berikut:

1) Pendekatan pengetahuan keterampilan (knowledge skill aproach). Model pembelajaran ini memiliki dua metode yaitu ceramah (lecture) dan latihan (drill).

2) Pendekatan sosialisasi (socialization approach), berlandaskan pandangan bahwa, proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilan pribadi berkarya, keterampilan interaksi sosial. Model pembelajaran ini terdiri dari: model the social family, the information processing family, dan the professional skills.

3) Pendekatan personalisasi. Model ini berlandasakan atas pemikiran bahwa aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan kualitas pribadi, model pembelajarannya yaitu:

movement education (problem solving techniques).

4) Pendekatan belajar (learning approach). Model ini berupaya untuk mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), Computer Assisted Instruction

(CAI) dan model kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving).

commit to user

5) Pendekatan pembelajaran motorik (motor learning). Model ini mengajarkan aktivitas jasmani berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model part hwole methods dan modelling

(demonstration).

6) Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa, pembelajaran merupakan interaksi antra guru dengan murid dan pelaksanaan pembagian tanggungjawab. Model pada spektrum gaya mengajar berjumlah sebelas (11) yaitu: komando (commad), latihan (practice), resiprokal (reciprocal), uji diri (self check), inklusi (inclusion), penemuan terbimbing (guided discovery), penemuan tunggal (convergen discovery), penemuan beragam (divergent production), program individu (individual program), inisiasi siswa (learner initiated), dan pengajaran diri (self teaching).

7) Pendekatan permainan taktis (tactical games approaches). Model ini mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak.

Dari macam-macam pendekatan pembelajaran tersebut, seorang guru penjas dapat menerapkannya dalam pembelajaran menurut kebutuhannya. Selain macamn-macam pendekatan pembelajaran tersebut, seorang guru penjas harus selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini karena, pengakajian tentang pendekatan pembelajaran selalu dilakukan oleh praktisi-praktisi pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.

c. Pendekatan Drill

Pendekatan drill atau sering disebut juga dengan pendekatan latihan. Pendekatan drill merupakan bentuk pembelajaran yang berpusat pada guru atau pelatih. Semua kegiatan pembelajaran diorganisasi oleh guru dan siswa mempraktikkannya sesuai dengan instruksi atau petunjuk dari guru. Nana Sudjana (2005: 86) menyatakan, “Pendekatan latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari”. Sedangkan Benny A. Pribadi (2009: 45-56) menyatakan:

Metode latihan dan pengulangan biasa disebut juga dengan istilah drill and practice, yakni metode yang menekankan pad alatihan intensif dan berulang-ulangdengan tujuan agar siswa dapat menguasai keterampilan 21

commit to user

yang bersifat spesifik. Latihan dan pengulangan akan mengarahkan siswa untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam topik atau mata pelajaran tertentu.

Pendapat tersebut menunjukkan, pendekatan latihan sama dengan drill and practice, dimana pendekatan latihan ini menekankan pengulangan gerakan atau keterampilan yang dipelajari secara terus menerus. Berkaitan dengan metode drill

Sugiyanto dan Sudjarwo (1992: 371) menyatakan, “Pendekatan drill (latihan) pada dasarnya merupakan pembelajaran yang berorientasi pada guru. Di dalam pendekatan latihan guru menciptakan situasi tertentu untuk memacu siswa berpikir dan berbuat sesuai dengan instruksi darih guru”. Hal senada dijelaskan oleh KONI Pusat (1993: 36) bahwa:

Pendekatan drill adalah cara dalam mengajarkan gerakan dimana siswa diinstruksikan melakukan gerakan tertentu berulang-ulang berdasarkan petunjuk yang diberikan oleh guru. Guru secara ketat mengontrol agar gerakan benar-benar dilakukan siswa sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Siswa harus benar-benar memperhatikan bentuk gerakan dan prosedur pelaksanaannya yang diinstruksikan oleh guru.

Berdasarkan pengertian pendekatan latihan yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan, pendekatan latihan merupakan bentuk pembelajaran yang berpusat pada guru. Semua kegiatan dan keputusan dalam pembelajaran bergantung pada guru. Pada pendekatan latihan ini guru menetapkan tujuan dan apa yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan instruksi dari guru dan melakukannya secara berulang-ulang. Hal ini dimaksudkan agar teknik yang dipelajari dapat dikuasai siswa dengan baik dan benar. Segala bentuk kegiatan pembelajaran ditentukan oleh guru dan siswa harus melaksanakan tugas ajar sesuai tata urutan yang telah ditetapkan oleh guru. Menurut Husdarta & Yudha M. Saputra (2000: 28) bahwa peran guru sangat dominan dalam pendekatan latihan yaitu:

1) Membuat segala keputusan dalam pembelajaran.

2) Membuat semua keputusan yang terkait dengan mata pelajaran, susunan pelaksanaan tugas, memulai dan mengakhiri waktu pelaksanaan pengajaran, interval, dan mengklarifikasi berbagai pertanyaan siswa.

3) Memberi umpan balik kepada siswa mengenai peran guru dan materi. 22

commit to user

Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan latihan sangat bergantung pada inisiatif dan kreativitas guru dalam menyajikan materi pembelajaran. Organisasi pembelajaran telah diatur sedemikian rupa oleh guru, sehingga kreativitas dan inisiatif siswa dalam pendekatan latihan kurang berkembang. Namun demikian, pendekatan latihan ini semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melaksanakan tugas ajar yang telah ditetapkan oleh guru. Hal terpenting dalam pendekatan latihan yaitu, penjelasan harus disampaikan dengan singkat dan langsung tertuju pada materi yang dimaksud. Hal yang ditekankan dalam pendekatan latihan yaitu, siswa harus melakukan pegulangan gerakan sebanyak-banyaknya terhadap keterampilan atau teknik yang dipelajari. Hal ini dimaksudkan agar keterampilan atau teknik yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik dan benar. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal Sugiyanto (1996: 27) menyarankan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan apabila pendekatan

drill (latihan) digunakan, yaitu:

1) Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa, serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.

2) Siswa diarahkan agar berkonsentrasi pada kebenaran pelaksanaan gerakan serta ketepatan penggunaannya. Apabila pelajar tidak meningkat penguasaan geraknya, situasinya perlu dianalisis untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaannya.

3) Selama pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak. Koreksi secara umum pada tahap awal kepada semua siswa bisa memberikan rangsangan dan bisa efektif. Sejalan dengan pelaksanaan koreksi, diperlukan komentar umum tentang gerakan yang benar. Siswa harus disadarkan akan tujuan yang ingin dicapai melalui drill.

4) Pelaksanaan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya. Hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.

5) Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi drill ke situasi permainan yang sebenarnya. Latihan peralihan ini berbentuk drill beberapa unsur gerakan yang dilakukan secara berangkai mendekati situasi dan permasalahan yang ada dalam permainan yang sebenarnya.

6) Suasana kompetetif perlu diciptakan dalam pelaksanaan drill, tetapi tetap ada kontrol kebenaran geraknya.

commit to user

Pendapat tersebut menunjukkan, dalam penerapan pendekatan latihan ada beberapa hal yang harus diperhatikan di antaranya: kebenaran gerak sangat penting dalam pendekatan latihan, perlunya diadakan koreksi untuk menghindari kesalahan gerak, teknik yang dipelajari dalam pendekatan latihan dapat dikonsep seperti permainan olahraga untuk menghindari rasa bosan pada siswa, namun kebenaran gerak dari teknik yang dipelajari tetap menjadi fokus utama.

Selain hal tersebut ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pendekatan drill. Sugiyanto (1998: 328-329) berpendapat, “Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam mengatur kondisi praktik belajar gerak atau keterampilan yaitu: (1) prinsip pengaturan giliran, (2) prinsip belajar meningkat, (3) prinsip kondisi belajar bervariasi, (4) prinsip pemberian motivasi dan dorongan semangat”. Pendapat lain dikemukakan Toho Cholik dan Rulsi Lutan (2001: 51-52) bahwa, “Beberapa prinsip sederhana untuk diingat yang mana dapat membantu dalam menyusun latihan yaitu (1) gerakan-gerakan umum sebelum gerakan-gerakan khusus, (2) tugas sederhana ke tugas kompleks, (3) bagian dan keseluruhan, (4) latihan terus menerus atau berselang dan, (5) mengkondisikan suasana latihan dan kompetisi”. Sedangkan Nana Sudjana (2005: 87) menyatakan prinsip dan petunjuk dari penggunaan metod elatihan yaitu:

1) Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latiahn tertentu.

2) Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudia bisa lebih sempurna.

3) Latihan tidak perlu lama asal sering dilakukan. 4) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.

5) Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang essensial dan berguna.

Berdasarkan tiga pendapat tersebut menunjukkan, untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam belajar keterampilan, maka dalam penerapan pendekatan drill harus didasarkan prinsip-prinsip belajar yang tepat. Penerapan prinsip-prinsip belajar yang baik dan tepat, maka tujuan pembelajaran dapat dicapai lebih optimal.

commit to user d. Pendekatan Bermain

Pendekatan bermain merupakan suatu cara yang diterapkan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk bermain atau permainan. Wahjoedi (1999: 121) menyatakan, “Pendekatan bermain adalah latihan yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”. Menurut Beltasar Tarigan (2001: 17) bahwa, “Pengajaran melalui pendekatan bermain adalah meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya”. Menurut Depdiknas. (2004: 28) dijelaskan, “Pendekatan permainan bertujuan untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak”. Sedangkan Benny A. Pribadi (2009: 43-44) berpendapat:

Metode pembelajaran bermain bersifat kompetetif dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai prestasi atau hasil belajar tertentu. Permainan harus menyenangkan dan memberi pengalaman belajar baru bagi siswa. Pada umumnya dalam metode pembelajaran bermain ada pihak yang menang ada pihak yang kalah. Pihak yang menang akan mendapat reward, sedangkan pihak yang kalah perlu berlatih lebih keras untuk memenangkan permainan.

Berdasarkan pengertian pendekatan bermain yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan, pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan atau belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pendekatan bermain siswa belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk permainan. Dari permainan yang dilaksanakan ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah.

Mempelajari suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk bermain menuntut siswa untuk mandari dan memecahkan permasalahan yang muncul dalam permainan. Dalam pendekatan bermain siswa dituntut mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Dalam hal ini Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 35-36) menyatakan:

commit to user

Manakala guru atau pelatih menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya.

2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlaih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.

3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar startegi bermain.

Memahami dan memberikan solusi yang tepat adalah sangat penting dalam pendektan bermain, jika pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai seperti yang diharapkan. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan permainan sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama bermain harus dicermati dan dibenarkan. Jika kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama bermain dibiarkan akan berakibat penguasaan skill yang salah, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.

5. Pembelajaran Passing Sepakbola dengan Pendekatan Drill

a. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Sepakbola dengan Pendekatan Drill

Sesuai dengan pengertian pendekatan drill, maka pembelajaran passing

sepakbola disusun dan diatur oleh guru dan siswa melakukan tugas sesuai instruksi dari guru. Pelaksanaan pembelajaran passing sepakbola dengan pendekatan drill yaitu, guru mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan pembelajaran passing sepakbola semua siswa memperoleh kesempatan melakukan tugas gerak secara merata dan dapat melakukannya pengulangan gerakan sebanyak-banyaknya.

Susunan materi pembelajaran passing sepakbola dapat dilakukan dari cara yang lebih mudah atau yang sederhana. Hal terpenting dalam pendekatan drill

yaitu, guru menjelaskan pengertian passing, teknik pelaksanaan passing, dari letak kaki tumpu, kaki yang menendang, sikap badan, pandangan mata, dan bagian bola 26

commit to user

yang ditendang serta sasaran yang diinginkan. Sebagai contoh tata urutan pembelajaran passing sepakbola dengan pendekatan drill sebagai berikut:

1) Siswa memperagakan teknik pelaksanaan passing sepakbola dari cara menempatkan kaki tumpu, bagian kaki untuk menendang bola, sikap badan, pandangan mata dan bagian bola yang ditendang.

2) Siswa memperagakan gerakan teknik passing sepakbola tanpa menggunakan bola.

3) Siswa memperagakan passing sepakbola secara berpasangan.

4) Siswa memperagakan passing sepakbola berpasangan secara bergantian.

5) Siswa memperagakan passing dengan dipantulkan ke tembok.

Berdasarkan contoh tata urutan materi pembelajaran passing sepakbola yang dirancang oleh guru, siswa harus memperagakannya sesuai instruksi dari guru atau sesuai tata urutan yang telah dibuat oleh guru. Pembelajaran dilaksanakan secara berulang-ulang hingga materi pembelajaran dapat dikuasai dengan baik.

b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Passing S epakbola dengan

Pendekatan Drill

Perlu disadari bahwa setiap pendekatan pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya pembelajaran passing sepakbola dengan pendekatan drill juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan pengertian pelaksanaan pembelajaran passing sepakbola dengan pendekatan drill

dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran

passing sepakbola dengan pendekatan drill antara lain:

1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik passing sepakbola yang benar.

2) Kesalahan teknik passing sepakbola yang dilakukan siswa akan segera diketahui guru dan langsung dapat dibetulkan.

3) Guru selalu dapat mengawasi atau memonitoring pelaksanaan pembelajaran.

4) Semua siswa dapat terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran.

Sedangkan kelemahan pembelajaran passing sepakbola dengan pendekatan drill antara lain:

commit to user

1) Siswa hanya selalu mengikuti instruksi guru sehingga kurang kreativitas dalam mengikuti tugas ajar dari guru.

2) Siswa tidak memiliki inisiatif dan kreatifitas dalam mengikuti pembelajaran.

3) Jika penjelasan guru terlampau rinci dan banyak, biasanya siswa tidak dapat mengingat secara keseluruhan.

Dokumen terkait