• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Penyelesaian Masalah

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 25-35)

Sub bab ini berisi tinjauan pustaka mengenai pendekatan penyelesaian masalah yang digunakan pada penelitian ini.

2.3.1 Penilaian Kesiapan Hasil Riset

Penilaian kesiapan hasil riset adalah proses yang melibatkan banyak aktor di lembaga penelitian, universitas, dan mempertimbangkan berbagai data. Tujuan penilaian hasil riset yaitu untuk mempertimbangkan nilai dan dampak dari semua output penelitian (termasuk data set dan software), di samping publikasi penelitian. Selain itu, mempertimbangkan berbagai langkah termasuk dampak indikator kualitatif dampak penelitian, seperti pengaruh pada kebijakan dan praktek.

Dalam penelitian ini, penilaian kesiapan hasil riset di didekatkan dengan konsep Tekno-Meter yang dikembangkan oleh BPPT. Penilaian hasil riset berdasarkan konsep Tekno-Meter diuraikan berdasar indikator TKT yang digambarkan seperti Gambar 2.8. Setiap indikator menggambarkan tingkat kesiapan hasil penelitian dan pengembangan (litbang) yang terdiri atas tiga kelompok besar tingkat yaitu tingkat riset dasar, riset terapan dan pengembangan, seperti digambarkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.8 Indikator TKT pada Tekno-Meter Sumber: BPPT (2012)

commit to user

Gambar 2.9 Tingkat kesiapan hasil penelitian dan pengembangan Sumber: BPPT (2012)

Dalam melakukan pengukuran tingkat kesiapan menggunakan konsep Tekno-Meter, terdapat langkah-langkah yang dilakukan secara berurutan sesuai flowchart penilaian pada Gambar 2.10. Pengukuran TKT dimulai dengan memberikan penilaian pada pernyataan TKT yang paling rendah (TKT 1), diterus-kan penilaian ke pernyataan pada TKT 2 dan seterusnya ke TKT Iebih tinggi. Tingkat TKT yang dicapai adalah tingkat TKT yang indikator atau pemyataannya dapat terpenuhi. Bila indikator suatu tingkatan TKT tidak terpenuhi, pengukuran selesai (dihentikan) dan TKT yang dicapai adalah tingkatan TKT dibawahnya yang terpenuhi (BPPT, 2012).

Pada setiap tingkatan TKT terdapat sejumlah indikator. Untuk setiap indikator penilaian terbagi atas 6 skala yaitu; 0 = tidak terpenuhi, 5 = terpenuhi (100%), pilihan 1 - 4 masing-masing untuk indikator yang masih berlangsung atau belum selesai; (1=20%; 2=40%; 3=60%; 4=80%). Penghitungan jumlah (%) indikator terpenuhi adalah dengan menjumlahkan persentase (%) masing-masing indikator. Selanjutnya, membandingkan jumlah tersebut dengan nilai batasan. Jumlah (Ʃ) indikator dihitung dengan formula 2.1 sebagai berikut:

indikator =

(!! (!))!(!,!! (!))!  (!,!! (!))!  (!,!! (!))!  (!,!! (!))!  (!,!! (!))   (!"#$%&'()*+%,%%*)

     

( 2. 1)

Dimana Σ(0), Σ(1), Σ(2), Σ(3), Σ(4), Σ(5) masing-masing adalah jumah pilihan atas skala 0, 1, 2, 3, 4, dan 5. Bila jumlah % indikator ( indikator) lebih

commit to user

besar atau sama dengan nilai batasan, maka tingkatan TKT tersebut telah terpenuhi/tercapai. Bila jumlahnya lebih kecil berarti tingkat TKT tersebut belum terpenuhi.

Gambar 2.10 Flowchart penilaian hasil riset dengan Tekno-Meter

Sumber: BPPT (2012)

Saat ini, objek kajian penelitian telah berada pada indikator TKT 6, yaitu model atau prototipe telah diuji dalam lingkungan yang relevan. Dengan tingkat pemenuhan indikator sebesar 80%, penelitian baterai lithium ion telah lolos dari nilai batasan 80% atas penilaian indikator:

1) Kondisi lingkungan operasi sesungguhnya telah diketahui,

2) Kebutuhan investasi untuk peralatan dan proses pabrikasi teridentifikasi, 3) M&S untuk kinerja sistem teknologi pada lingkungan operasi,

4) Bagian manufaktur/fabrikasi menyetujui dan menerima hasil pengujian laboratorium,

5) Prototipe telah teruji dengan akurasi laboratorium yang tinggi pada simulasi lingkungan operasional (yang sebenarnya di luar laboratorium), 6) Hasil uji membuktikan layak secara teknis (engineering feasibility).

commit to user

Dari hasil tersebut, penelitian ini akan menindak-lanjuti pengukuran tingkat kesiapan teknologi dengan melakukan kajian lebih lanjut sesuai model komersialisasi Goldsmith dan melakukan penilaian indikator TKT sesuai Gambar 2.10, yang dimulai dari TKT 6 hingga TKT 9. Berikut Tabel 2.4 merupakan tabel penilaian pada indikator TKT 7 hingga TKT 9.

Tabel 2.4 Penilaian indikator TKT 7 – TKT 9

No. Indikator Nilai

Indikator TKT 7

1 Peralatan, proses, metode dan desain teknik telah diidentifikasi 2 Proses dan prosedur fabrikasi peralatan mulai diujicobakan 3

Perlengkapan proses dan peralatan test / inspeksi diujicobakan didalam

lingkungan produksi

4 Draft gambar desain telah lengkap

5

Peralatan, proses, metode dan desain teknik telah dikembangkan dan mulai

diujicobakan.

6 Perhitungan perkiraan biaya telah divalidasi (design to cost) 7 Proses fabrikasi secara umum telah dipahami dengan baik 8 Hampir semua fungsi dapat berjalan dalam lingkungan/kondisi operasi 9 Prototipe lengkap telah didemonstrasikan pada simulasi lingkungan operasional 10 Prototipe sistem telah teruji pada ujicoba lapangan 11 Siap untuk produksi awal (Low Rate Initial Production- LRIP)

Jumlah Nilai Indikator

Indikator TKT 8

1 Bentuk, kesesuaian dan fungsi komponen kompatibel dengan sistem operasi 2 Mesin dan peralatan telah diuji dalam lingkungan produksi

3 Diagram akhir selesai dibuat

4 Proses fabrikasi diujicobakan pada skala percontohan (pilot-line atau LRIP) 5

Uji proses fabrikasi menunjukkan hasil dan tingkat produktifitas yang dapat

diterima

6 Uji seluruh fungsi dilakukan dalam simulasi lingkungan operasi 7 Semua bahan/ material dan peralatan tersedia untuk digunakan dalam produksi 8 Sistem memenuhi kualifikasi melalui test dan evaluasi (DT&E selesai) 9 Siap untuk produksi skala penuh (kapasitas penuh).

commit to user

No. Indikator Nilai

Indikator TKT 9

1 Konsep operasional telah benar-benar dapat diterapkan 2 Perkiraan investasi teknologi sudah dibuat 3 Tidak ada perubahan desain yg signifikan. 4 Teknologi telah teruji pada kondisi sebenarnya

5 Produktivitas pada tingkat stabil

6 Semua dokumentasi telah lengkap

7 Estimasi harga produksi dibandingkan kompetitor

8 Teknologi kompetitor diketahui

Jumlah Nilai Indikator    

Skala Nilai (0=tidak terpenuhi; 1=20%; 2=40%; 3=60%; 4=80%; 5=100% atau terpenuhi) Sumber: Diharjo (2014), Taufik (2003; 2004)

2.3.2 Potensi Bahaya Lingkungan pada Produksi Baterai

Dalam upaya mengidentifikasi potensi dari adanya bahaya lingkungan yang terjadi akibat adanya produksi baterai lithium ion, kajian pustaka mengenai limbah-limbah hasil produksi perlu dilakukan. Dari upaya identifikasi tersebut, adapun hasil kajian pustaka berupa jenis limbah yang dikategorikan limbah berbahaya. Menurut Departemen Lingkungan dan Perubahan Iklim New South Wales, Australia, berikut kategori jenis limbah berbahaya (NWS, 2009):

• Bahan yang berpotensi menimbulkan ledakan,

• Gas (hasil kompresi, cair atau dilarutkan di bawah tekanan),

• Padatan yang mudah terbakar (termasuk limbah kebun, bahan berserat organik alami limbah kayu dan semua bentuk fisik karbon seperti karbon aktif dan grafit),

• Zat yang dapat secara spontan terbakar (tidak termasuk limbah kebun, bahan berserat organik alami, limbah kayu dan semua bentuk fisik karbon seperti karbon aktif dan grafit),

• Zat yang jika kontak dengan air mengeluarkan gas yang mudah terbakar, • Zat pengoksidasi dan peroksida organik,

• Zat beracun,

commit to user

2.3.3 Penentuan Harga dengan Pendekatan Market-Based

Penentuan harga berdasar pada pasar merupakan pendekatan yang sering diterapkan oleh perusahaan yang beroperasi pada pasar yang kompetitif. Produk yang dihasilkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain memiliki banyak kesamaan. Perusahaan yang berada pada kompetisi ini harus menerima harga yang ditetapkan oleh pasar. Pendekatan market-based ini dilakukan berdasarkan pada keinginan konsumen, dan reaksi pesaing akibat dari aksi yang dilakukan perusahaan (Sutopo, dkk., 2014).

Penentuan harga menggunakan pendekatan market-based diawali dengan menentukan target harga (estimasi harga). Estimasi ini berdasarkan pada pemahaman terhadap nilai produk dimata konsumen dari suatu produk dan bagaimana para pesaing akan menetapkan persaingan harga dari produk tersebut. Kemudian untuk mengukur bagaimana reaksi dari para pesaing terhadap harga yang bersifat prospektif maka perusahaan harus memahami teknologi pesaing, produk/jasa dari pesaing, biaya dan kondisi keuangan pesaing. Langkah identifikasi tersebut kemudian dilakukan dengan menetapkan tarhet harga dan biaya. Dalam menetapkan harga dan target biaya terdapat lima tahapan yang dilakukan yaitu mengembangkan produk yang memenuhi kebutuhan, menetapkan target harga, menghitung target biaya per-unit, yang didapat dari target harga dikurangi dengan target keuntungan operasional per unit, kemudian melakukan analisis biaya dan melakukan value engineering. Dalam langkah analisis biaya dan value engineering, dilakukan analisis untuk dapat menurunkan biaya produksi dan langkah evaluasi sistematis terhadap seluruh aspek dalam rantai nilai suatu produk. Tujuan dari value engineering ini yaitu untuk menekan biaya produksi dan mencapai level kualitas yang memenuhi kebutuhan konsumen (Sutopo, dkk., 2014).

2.3.4 Analisis Kelayakan Investasi

Kelayakan ekonomi merupakan penelitian terhadap rencana investasi yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak investasi diterapkan, tetapi juga memperhatikan aspek berjalannya investasi pada saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Rachadian, dkk., 2013). Metode untuk mengukur secara

commit to user

kuantitatif suatu investasi layak diterapkan dalam fokus penelitian ini antara lain sebagai berikut (Afandi, 2009; Rachadian, dkk., 2013).

Sebelum menilai kelayakan investasi, pemahaman terhadap nilai waktu uang (time value of money) harus dibangun terlebih dahulu. Konsep nilai waktu uang merupakan konsep yang menyatakan bahwa uang yang diterima hari ini lebih besar nilainya dari pada uang yang diterima dikemudian waktu (Diharjo, dkk., 2014). Alasannya antara lain karena peluang investasi dan penurunan daya beli nilai uang (purchasing power). Hubungan nilai sekarang dengan nilang uang suatu periode yang ekivalen dengan nilai sekarang dinyatakan sebagai discount rate. Berikut formulasi 2.2 menyatakan discount rate dengan mengasumsikan laju penurunan nilai konstan.

Discout rate = V1− V0

V0 (2. 2)

Keterangan:

V0 adalah nilai sekarang dan

V1 adalah nilai satu periode kemudian yang ekivalen dengan V0

sekarang

Besarnya uang di n periode yang akan datang yang ekivalen dengan P sekarang. Faktor disebut single payment compound amount factor dengan simbol (F/P, i, n) (Diharjo, dkk., 2014). Dirumuskan dengan:

𝐹 = 𝑃(1 + 𝑖)! (2. 3)

Nilai sekarang dari aliran kas sebesar F yang terjadi pada akhir periode ke-n. Faktor disebut single payment present worth factor dengan simbol (P/F, i, n) (Diharjo, dkk., 2014). Dirumuskan dengan:

𝑃 = 𝐹(1 + 𝑖)!! (2. 4)

Untuk menganalisis kelayakan investasi suatu usaha dapat menggunakan kriteria-kriteria di bawah ini:

A. Metode PP (Payback Period)

Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash

commit to user

flow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Dimana nilai pengembalian terlebih dahulu dikonversikan ke nilai sekarang (present value) yang kemudian dihitung waktu pengembaliannya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa nilai PP merupakan waktu saat nilai NPV bernilai nol. Perhitungan nilai PP dapat dihitung dengan formulasi berikut:

𝑷𝑷 = 𝑪𝟎 𝑪𝒊!    𝑫 (2. 5) Keterangan PP : Payback periods Ci : Laba usaha C0 : Nilai investasi D : Nilai depresiasi

Kriteria penilaian pada nilai payback period adalah:

• Jika Payback periodnya < waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut dapat diterima.

• Jika Payback periodnya > waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut ditolak.

Metode PP merupakan metode penilaian investasi yang sangat sederhana perhitungannya, sehingga banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan (Diharjo, dkk., 2014), yaitu :

1) Tidak memperhatikan nilai waktu uang.

2) Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana investasi tercapai.

3) Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.

Meskipun metode PP memiliki beberapa kelemahan, namun metode ini masih terus digunakan secara intensif dalam membuat keputusan investasi, tetapi metode ini tidak digunakan sebagai alat utama melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan risiko investasi. Keunggulan metode PP adalah sebagai berikut (Diharjo, dkk., 2014):

1) Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.

2) Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.

commit to user

risiko kerugian.

B. Metode NPV (Net Present Value)

Net Present Value (NPV) merupakan metode analisis keuangan yang memperhatikan adanya perubahan nilai uang karena faktor waktu; proyeksi arus kas mula-mula dihitung nilai pada saat periode awal investasi, melalui pemotongan nilai dengan faktor pengurang yang dikaitkan dengan biaya modal (persentase bunga) (Diharjo, dkk., 2014).

𝑵𝑷𝑽 =  𝑪𝒐 − 𝒏 𝑪𝒊 𝑷𝑭, 𝒊%, 𝒕

𝒕!𝟎 (2. 6)

Keterangan

NPV : Net Present value Ci : Laba usaha

i : Persentase bunga (%)

t : Waktu perencanaan

N : Horizon perencanaan Kriteria penilaian NPV adalah:

• Jika NPV > 0, maka investasi diterima. • Jika NPV < 0, maka investasi ditolak.

• Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima/ ditolak.

Kelebihan metode NPV menurut Diharjo, dkk. (2014), yaitu: 1) Memperhitungkan nilai waktu dari uang atau arus kas, 2) Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek, 3) Memperhitungkan nilai sisa proyek.

Kelemahan metode NPV Diharjo, dkk. (2014), yaitu:

1) Bila faktor pengurang dan arus kas tahunan tidak seragam, perhitungan NPV lebih sulit dilakukan,

2) Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek,

3) Jika proyek memiliki nilai investasi awal dan usia ekonomis berbeda, maka NPV yang lebih besar belum tentu proyek lebih baik,

4) Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas, melainkan juga dipengaruhi usia ekonomis proyek.

commit to user

C. Metode Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang akan diterima (PV Future Proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV Capital Outlays). Metode ini berguna untuk mencari tingkat bunga yang dipakai untuk mendiskontokan aliran kas bersih yang akan diterima dimasa datang sehingga jumlahnya sama besar dengan investasi awal (NPV = 0). Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung dulu NPV1

dan NPV2 dengan cara coba-coba. Jika NPV1 bernilai positif maka discount faktor kedua harus lebih besar dari SOCC, dan sebaliknya. Dari percobaan tersebut maka IRR berada antara nilai NPV positif dan NPV negatif yaitu pada NPV = 0. IRR dapat digunakan untuk melihat berapa nilai suku bunga minimal yang dapat diterima agar investasi tetap berjalan.

𝑰𝑹𝑹 =   𝒊  𝟏+ 𝑵𝑷𝑽𝟏

(𝑵𝑷𝑽𝟏!  𝑵𝑷𝑽𝟐)(𝒊  𝟐−  𝒊  𝟏) (2. 7) Keterangan

IRR : Internal Rate of Return (%) NPV1 : Nilai sekarang dari nilai investasi

NPV2 : Nilai sekarang dari nilai laba akhir periode horizon perencanaan investasi

i1 : Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1 i2 : Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

Kriteria penilaian IRR adalah :

• Jika IRR > dari suku bunga yang telah ditetapkan, maka investasi diterima.

• Jika IRR < dari suku bunga yang telah ditetapkan, maka investasi ditolak.

i. Perhitungan BEP atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar sebagai berikut:

𝐵𝐸𝑃 = !" !!!"! (2. 8) Keterangan PC = biaya tetap VC = biaya variabel S = volume penjualan.

commit to user

2.3.5 Analisis Sensitivitas

Ketidakpastian dari variabel-variabel ekonomi akan mempengaruhi tingkat keakuratan analisis yang akan mengubah kelayakan dari suatu proyek. Kuantifikasi ketidakpastian investasi dapat dilakukan dengan melihat bagaimana tingkat profitabilitas dalam hal ini adalah NPV apabila variabel-variabel dalam perhitungan DCF analisis mengalami perubahan. Parameter-parameter yang menjadi pertimbangan dalam analisis sensitivitas antara lain (Diharjo, dkk., 2014):

1) Kapasitas produksi (production capacity). Akan berpengaruh terhadap pendapatan dan terhadap biaya bahan/ material habis.

2) Biaya operasional (operational expenditure). Akan berpengaruh terhadap biaya pegawai (Labor Cost), biaya jasa (Selling Expenses), biaya lain (General and Administration Cost), pajak dan retribusi (Tax and Retribution), biaya pemasaran (Marketing Cost).

3) Harga komoditas (product price). Akan berpengaruh terhadap pendapatan dan terhadap biaya bahan/ material habis.

4) Nilai tukar dollar (exchange rate). Perubahan nilai tukar dollar akan berpengaruh terhadap berbagai macam komponen seperti biaya investasi, biaya pegawai, jasa, pajak operasional pemasaran dan lain-lain apabila dilakukan konversi nilai biaya dari rupiah ke USD atau sebaliknya.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 25-35)

Dokumen terkait