• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Spasial / Tata Ruang

NO DINAS / INSTANSI TUGAS / PERAN

5. ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Pendekatan Spasial / Tata Ruang

Untuk mewujudkan pembangunan Kota Surabaya yang berkelanjutan, perlu ditetapkan arahan penataan ruang wilayah secara berdayaguna, berhasilguna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan. Arahan penataan ruang wilayah yang berkelanjutan daat terwujud jika didukung keterpaduan pembangunan antarsektor dan antarpelaku baik antara berbagai satuan kerja di lingkungan emerintah daerah dengan masyarakat dan/atau dunia usaha. Kutipan pernyataan Walikota tersebut dalam pertimbangan di Perda Kota Surabaya No. 12 Tahun 2014 tentang RTRW Kota Surabaya 2014-2034 telah sesuai dengan komitmen Presiden RI dalam mendukung pelaksanaan target SDGs 2016-2030, khususnya dalam air bersih dan sanitasi.

Tujuan penataan ruang Kota Surabaya dalam Perda Kota Surabaya No. 12 Tahun

2014 adalah mengembangkan ruang kota metropolitan berbasis perdagangan dan jasa sebagai pusat pelayanan Nasional dan International yang berkelanjutan sebagai bagian dari KSN Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan (Gerbangkertasusila).

Pembangunan Kota Berkelanjutan sektor air bersih/minum di Kota Surabaya yang telah dikelola oleh PDAM Surya Sembada Surabaya mendukung tugas Pemerintah Kota

28

Surabaya seperti telah diuraikan dalam Bab Data dan Fakta, telah sesuai dengan RPJMD Kota Surabaya 2010-2015.

Pembangunan sektor air minum dalam mewujudkan green water juga tercantum dalam Perda Kota Surabaya No. 3 tahun 2007 tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2010-2030 serta Perda Kota Surabaya No. 12 tahun 2014 tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2014-2034 yaitu tertulis di :

Paragraf 2, Pasal 7 :

Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Wilayah Kota Surabaya dilakukan melalui pengembangan sistem pusat pelayanan yang terpadu meliputi kebijakan dan strategi sistem prasarana wilayah kota (b).

Pasal 9 :

Strategi pengembangan pusat kegiatan nasional dilakukan dengan mengembangkan jaringan infrastruktur terpadu dan berkelanjutan dalam skala kota dan wilayah sekitarnya (1b).

Pasal 10 :

Kebijakan sistem prasarana wilayah kota melalui pengembangan sistem jaringan secara terpadu meliputi (khususnya) :

(d) pengembangan sistem jaringan sumber daya air (e) pengembangan sistem jaringan infrastruktur kota Dijelaskan dalam Pasal 11 :

(4) Strategi pengembangan sistem jaringan sumber daya air dilakukan dengan :

a. mengembangkan prasarana sumber daya air untuk air minum melalui pengoptimalan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air lainnya, dan b. meningkatkan tampungan/resapan air melalui pengoptimalan fungsi tampungan

untuk wisata air, penataan lingkungan, konservasi serta pengendalian banjir.

Pembahasan :

Sesuai Pasal 11 ayat 4a, pengoptimalan pemanfaatan sumber air baku untuk penyediaan air bersih/minum di Kota Surabaya dari air permukaan (97%) diambil dari Kali Surabaya bagian hilir, sedangkan sumber air baku (3%) dari air tanah yaitu berasal dari mata air Umbulan dan Pandaan. Namun fokus saat ini Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen mencapai target layanan kualitas air minum bagi warga Surabaya. Selanjutnya diupayakan penentuan sumber air baku lainnya untuk memenuhi kapasitas produksi dan memperluas cakupan pelayanan air minum.

29

Kondisi existing pemilihan sumber air tersebut masih didasarkan pada keberadaan potensi sumber daya air terbatas yang dimiliki Kota Surabaya, dimana potensi air tanah di Surabaya dominan rendah dan agak payau / agak asin sehingga memerlukan teknologi membran yang menghasilkan tarif harga air produksi menjadi mahal dijangkau daya beli warga Surabaya. Potensi air tanah di Surabaya tahun 2008 seperti nampak pada tabel berikut ini.

Tabel 11. Potensi Air Tanah di Surabaya

1. Kecamatan Suko Manunggal

2. Kecamatan Sawahan berada di sebelah Timur jalan Tol menuju Perak 3. Kecamatan Keputih

4. Kecamatan Gubeng

1. Sebagian di Kec. Dukuh Pakis sampai ke Perbatasan dgn Kec. Sawahan 2. Sebagian di Kec. Suka Manunggal (sekitar Bundaran Tol Darmo) 3. Kecamatan Wiyung

4. Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan, kecuali Wonokromo & Wonocolo 5. Kecamatan Gayungan, Wonocolo & Tenggilis

Di Surabaya Timur tersebar di daerah Rungkut bagian Barat 6. Sukolilo bagian barat, Gubeng bag. Barat & Tambaksari bag. Barat 1. Kec. Suko Manunggal bagian Utara

2. Tandes

3. Sebagian Kec. Benowo

4 1. Terbesar Surabaya Barat

2. Sebagian besar Surabaya Bagian Timur 3. Surabaya Utara

4. Sebagian kecil dari Surabaya bagian Selatan

1. Perbatasan antara Kec. Suko Manunggal dgn Tandes bag. Utara 2. Di perbatasan antara Tandes dan Kec. Benowo

3. Benowo bag. Barat sampai ke Perbatasan dgn Kec. Gresik 4. Rungkut bagian Timur

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2008

Agak Payau/agak asin Potensi Rendah 2 Tawar Potensi Rendah

5 Payau/Asin

Potensi Sedang

No Potensi Air Tanah Wilayah

1 Tawar Potensi Sedang

Agak Payau/agak asin 3

Sumber daya air lainnya di Surabaya adalah Kali Surabaya, yang telah mengaliri Surabaya sejak dahulu. Kali/sungai ini kemudian pecah menjadi dua sungai besar di Surabaya yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo, menuju muara laut. Karena aliran 3 sungai ini mampu menjangkau sebagian besar wilayah Surabaya dengan debit berlimpah, maka Kali Surabaya difungsikan sebagai bahan baku air minum bagi warga Surabaya, dan juga fungsi lainnya yaitu sebagai pengendali banjir Kota Surabaya, sebagai pemasok air untuk pengenceran limbah industri dan limbah domestik, serta mempertahankan ekosistem sungai di Kali Surabaya maupun saluran drainase kota, sebagai sarana wisata dan olahraga air, dan sarana transportasi air (BLH Kota Surabaya, 2009).

Pemilihan air Kali Surabaya sebagai sumber air baku terbesar untuk PDAM Surya Sembada Surabaya, untuk mempermudah proses pengambilan air baku, pengaliran transmisinya menuju IPAM, hingga pendistribusian pada pelanggan PDAM di Surabaya. Pendanaan terkait pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan menjadi lebih ringan daripada pendanaan untuk pembangunan infrastruktur pengaliran air baku dari sumber lain yang berasal dari Kabupaten lain, seperti pengaliran air baku dari mata air Umbulan dan Pandaan.

30

Pengaliran air baku menuju IPAM PDAM dan pengaliran distribusi air produksi PDAM menuju pelanggan, membutuhkan lahan yang juga harus direncanakan serta diatur secara efektif dan efisien supaya tidak mengganggu fungsi tata guna lahan sepanjang aliran perpipaan air baku, perpipaan transmisi maupun perpipaan distribusi. Jika jalur yang dilalui untuk 3 hal tersebut relatif pendek dan air produksi PDAM dapat diterima dengan lancar oleh pelanggan, akan menghemat dana terkait yang dibutuhkan.

Sesuai Pasal 11 ayat 4b, pelaksanaan peningkatan tampungan/resapan air dikelola

oleh Dinas Pematusan Kota Surabaya bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dengan membangun, normalisasi dan revitalisasi saluran drainase serta boezem dan perlengkapannya, sekaligus sebagai pengendali banjir dan untuk konservasi sumber daya air, serta dapat difungsi suatu saat sebagai sumber air baku PDAM.

Menurut UU RI No. 7 Tahun 2004, konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Tujuan konservasi tersebut untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber daya air. Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan dan kawasan pantai.

Sistem drainase Kota Surabaya beroperasi dengan 2 (dua) fungsi yaitu sebagai pengendalian banjir (flood control) yang berasal dari luar Kota Surabaya dan drainase perkotaan (urban drainage) di dalam Kota Surabaya. Kedua sistem drainase tersebut beroperasi menurut pola berikut :

o Pengendalian banjir yang berasal dari luar Kota Surabaya (flood control)

 Kali Surabaya dan Kali Wonokromo serta Kali Mas berfungsi sebagai saluran drainase primer untuk menyalurkan banjir dari luar Kota Surabaya. o Pengendalian air hujan di dalam area perkotaan Surabaya (urban drainage)

 Sistem drainase perkotaan Surabaya mengumpulkan air hujan di dalam kota Surabaya melalui saluran tersier dan sekunder, dan menyalurkannya ke saluran drainase primer yang terhubung dengan Kali Mas di wilayah pusat.

Sistem operasi di atas didukung oleh sistem pengamanan untuk mengantisipasi pasang tertinggi air laut dan tingginya beban saluran primer, sekunder dan tersier pada musim hujan. Sistem pengamanan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

31

o Pemasangan tanggul-tanggul laut dan pintu-pintu laut pada saluran drainase primer.

o Memfungsikan saluran irigasi primer dan sekunder dari bangunan pengatur Gunung Sari dan Gubeng pada saat musim hujan.

o Area penampung air hujan (boezem) yang dilengkapi dengan stasiun pompa. Sistem drainase Kota Surabaya dibagi dalam 5 wilayah rayon, yaitu rayon Genteng, Gubeng, Jambangan, Wiyung dan Tandes dengan total luas wilayah pematusan sebesar 36.396,46 Ha.

Pembangunan boezem di hilir untuk menampung aliran dari catchment area

sebelum dipompa ke laut. Saat ini Kota Surabaya didukung 5 boezem utama yaitu boezem Morokrembangan, Kedurus, Kalidami, Bratang dan Wonorejo. Pembangunan boezem harus memperhatikan karakteristik existing lahan dan fungsinya sehingga bermanfaat menyelesaikan masalah dan bukan menjadi pemicu masalah baru. Boezem sesuai dibangun pada daerah yang dulunya (exixting) memang berfungsi sebagai lahan resapan, tetapi berubah kemudian fungsi karena perkembangan pembangunan menjadi lokasi pemukiman. Sesuai prinsip aliran air selalu mencari tempat yang lebih rendah, maka potensi banjir akan berkembang pada pemukiman baru tersebut. Untuk mengatasinya diperlukan bozem yang dapat menampung aliran limbah cair domestik sekaligus limpasan air hujan untuk mengendalikan banjir. Jika masalah genangan dan banjir tertangani, sumber air tanah tidak tercemari.

Berdasarkan hal tersebut, untuk pengembangan green water dalam pembangunan sektor air minum, secara spasial harus direncanakan dan diatur tata guna lahan sesuai peruntukan terkait sebagai upaya preventif dan kuratif dari dampak negatif yang terjadi akibat perubahan tadi seperti timbulnya genangan air bahkan banjir, serta dilakukan berbagai upaya perbaikan supaya sesuai fungsi barunya. Salah satunya adalah peralihan fungsi saluran-saluran irigasi Kota Surabaya menjadi saluran drainase seiring dengan pesatnya pertumbuhan kawasan terbangun, maka dilakukan perbaikan dan penggalian pada elevasi yang lebih rendah karena adanya prinsip konstruksi saluran irigasi yang berbeda dengan prinsip konstruksi saluran drainase dimana saluran irigasi umumnya menyempit di bagian hilir.

(5) Pengembangan sistem sistem infrastruktur kota dilakukan dengan strategi, meliputi : a. meningkatkan jangkauan pelayanan air minum melalui perluasan cakupan

pelayanan air minum

b. meningkatkan kuantitas dan kualitas air menjadi layak dan siap minum pada kawasan fasilitas umum dan komersial

32

c. mengoptimalkan dan membangun jaringan pelayanan hidran umum melalui pengintegrasian antara hidran dengan saluran sekunder perpipaan air bersih

Pembahasan :

Sesuai Pasal 11 ayat 5a, 5b dan 5c, nampak komitmen Pemerintah Kota Surabaya beserta PDAM Surya Sembada Surabaya dengan dukungan SKPD terkait berupaya mengembangkan sistem infrastruktur kota untuk sub sektor air minum dalam RTRW Kota Surabaya.

Hal tersebut merupakan :

 Upaya memenuhi sasaran capaian pelayanan bidang air minum pada tahun 2015 berdasarkan NAP (National Action Plan) sebesar 80% (104 juta jiwa) penduduk perkotaan dan sebesar 40% (46 juta jiwa) penduduk pedesaan. Realisasi PDAM Surya Sembada Surabaya telah mencapai cakupan pelayanan air bersih sebesar 92,65% (528.216 SR) pada tahun 2014, serta sebesar 92,78% (537.121 SR). Capaian tersebut melebihi target Nasional yang hanya 80%, namun PDAM Surya Sembada harus bekerja keras mencapai target pelayanan kualitas air minum (bukan air bersih) bagi warga Kota Surabaya.

 Wujud Misi Sanitasi ke-4 dan Visi Sanitasi ke-1 dari Pemerintah Kota Surabaya, tercantum dalam Tabel 1.

 Direalisasikan dalam bentuk kegiatan fisik dan non fisik sub sektor air minum sebagaimana diuaraikan dalam Tabel 6.

 Keseriusan Pemerintah Kota Surabaya bekerja secara koordinasi dan sinergi dengan SKPD terkait dan direalisasikan dalam pendanaan berbagai sumber (Tabel 9) yang dituangkan dalam Belanja Sanitasi sub sektor air minum Tahun 2008 – 2010 (Tabel 7), kemudian direncanakan secara berkelanjutan pada tahun berikutnya dalam Rencana Belanja Sanitasi Kota Surabaya Tahun 2012 – 2016 (Tabel 8 dan 10).

Pasal 11 ayat 5a dan 5b telah direalisasikan sepanjang tahun dengan peningkatan sebagaimana tercantum dalam Tabel 2 yang menguraikan kaasitas produksi PDAM Surya Sembada Tahun 2010 dan 2014 dari sumber air baku dan pada tiap IPAMnya di Ngagel serta di Karang Pilang.

Pada halaman 20 di atas telah dijelaskan pula mengenai peningkatan sistem transmisi dan sistem distribusi PDAM Surya Sembada, terdapat uraian wilayah pelayanan PDAM Surabaya serta tentang pelanggan dan pemakai air bersih PDAM Surabaya Tahun 2010 dan 2014 pada Tabel 3 di halaman 21. Semua pengembangan tersebut harus direncana secara matang dalam tata ruang Kota Surabaya, supaya masyarakat dalam lima zona wilayah

33

administrasi Kota Surabaya (Barat, Pusat, Selatan, Timur dan Utara yang meliuti 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan) mendapatkan distribusi dan pelayanan air PDAM secara adil dan merata, sebagaimana nampak pada Gambar 5 dan Gambar 6 di atas.

Pengembangan sistem infrastruktur terkait lainnya diperlukan untuk mengatasi permasalahan sanitasi secara terpadu (termasuk kriteria green water dan green

waste / zero waste dalam konsep green city) serta dapat mendukung pengembangan

sektor air minum yaitu :

d. mengelola limbah kota untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan, melalui penyediaan IPAL dan IPAL Komunal

e. mengembangkan sistem pengelolaan sampah dengan pengurangan volume, penggunaan kembali dan pendaur-ulangan sampah

f. mengoptimalisasikan fungsi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan sarana prasarana kebersihan

g. mengembangkan teknologi persampahan yang hemat energi dan ramah lingkungan

h. mengembangkan sistem drainase secara terpadu dengan memaksimalkan fungsi drainase sebagai saluran pematusan air hujan dan mengurangi genangan

Pembahasan :

Sesuai Pasal 11 ayat 5d – 5h, telah direncanakan Tahun 2012 – 2016 oleh Pemerintah Kota Surabaya beserta SKPD terkait dalam penyusunan program dan pendanaan belanja sanitasi sub sektor air limbah, persampahan dan drainase seperti tercantum dalam Tabel 8; sedangkan contoh realisasi pembelanjaan sanitasi untuk 3 sub sektor tersebut Tahun 2008 – 2010 diuraikan pada Tabel 7.

Penataan spasial terhadap lokasi IPAL, pengelolaan sampah, TPA dan drainase harus memperhitungkan efek samping reversible terhadap kualitas air baku untuk air bersih/minum, supaya tidak tercemar. Demikian pula untuk lokasi pengambilan intake air baku harus mempertimbangkan jarak aman dispersi pencemaran sungai/air tanah akibat pembuangan limbah domestik/industri/pertanian juga dampak pengelolaan sampah serta TPA terkait fungsi tataguna lahan sekitar sumber air baku.

Keterpaduan perencanaan program dan pendanaan untuk semua sub sektor sanitasi tersebut diperlukan, karena secara spasial dampaknya saling berkaitan. Untuk dapat mewujudkan target keberhasilan salah satu sub sektor sanitasi (misal dalam bidang air minum) harus didukung oleh kemajuan sub sektor sanitasi lainnya seperti konsep green

34

Gambar 5. Peta Rencana Struktur Ruang (RTRW) Kota Surabaya Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007

(Sumber : RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2014-2018 )

Perkembangan Kota Surabaya memberikan implikasi yang sangat besar terhadap kebutuhan produksi tambahan yang diperlukan dalam sub sektor air bersih. Disisi lain, peningkatan pelayanan utilitas kota merupakan salah satu program utama Kota Surabaya. Maka konsep dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih dilakukan melalui :

a. Penambahan tingkat pelayanan PDAM menjadi 90%;

b. Menurunkan tingkat kebocoran menjadi 31,45% produksi air;

c. Penambahan sumber mata air menjadi salah satu konsep dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih.

35

Gambar 6. Peta Rencana Pola Ruang (RTRW) Kota Surabaya Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007

(Sumber : RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2014-2018 )

Selain faktor spasial, keterkaitan dampak ini juga dipengaruhi faktor ekologi, dan jejaring kemitraan sebagaimana diuraikan berikut ini.

Dokumen terkait