• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pembangunan Kota Berkelanjutan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Pembangunan Kota Berkelanjutan (1)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

1

MAKALAH INDIVIDU

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

ANALISIS KEBIJAKAN SPASIAL

RE 142242

PENERAPAN PEMBANGUNAN

KOTA KEBERLANJUTAN

DITINJAU DARI

PENGEMBANGAN SUB SEKTOR AIR MINUM

(Studi Kasus : Kota Surabaya)

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. rer, reg.

Disusun Oleh :

ANDAYANI NRP : 3315202003

UPAYA SURABAYA DALAM

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SANITASI LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN (FTSP)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA (ITS)

(2)

2

PENERAPAN PEMBANGUNAN

KOTA KEBERLANJUTAN

DITINJAU DARI

PENGEMBANGAN SUB SEKTOR AIR MINUM

(Studi Kasus : Kota Surabaya)

Disusun oleh :Andayani

1.

PENDAHULUAN

Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia dan merupakan kota paling strategis di Jawa Timur yang termasuk dalam SWP Gerbangkertasusila plus, makin mempunyai daya tarik yang tinggi bagi berbagai lapisan masyarakat internal dan sekitarnya. Peliknya masalah perkotaan di Surabaya mampu diselesaikan dengan berbagai upaya perbaikan, penataan dan pengembangan sarana prasarana Kota Surabaya dibawah kepemimpinan Tri Rismaharini, walikota Surabaya. Perencanaan disusun dengan cermat dan implementasi dilaksanakan secara bertahap, telah nampak nyata dampak positifnya. Fasilitas Kota Surabaya yang telah lama dapat dinikmati masyarakat luas, diantaranya adalah fasilitas perumahan, rusun, apartemen, kesehatan, pendidikan, pertokoan, hotel, perbankan, transportasi, berbagai sarana wisata, fasilitas umum lainnya; makin dilengkapi

dengan fasilitas jalan yang lebar dan rindang, pendestrian yang tertib dan rapi, Ruang Terbuka Hijau (RTH) makin luas, kebersihan fasilitas umum, didukung kemudahan pelayanan publik (dalam pengurusan e-KTP, pajak, perpanjangan STNK kendaraan bermotor, dan sebagainya) serta peningkatan fasilitas prasarana di lingkungan permukiman kota berupa perluasan jaringan distribusi layanan air PDAM-PLN-PGN, saluran drainase dan boezem (yang berfungsi sebagai penampung air hujan, air limbah domestik serta sebagai pengendali banjir), pengelolaan kotoran manusia (IPLT), pengelolaan sampah, dan lainnya.

Pada era informasi saat ini, semua perkembangan kota tersebut dapat diamati dengan mudah oleh masyarakat dari seluruh penjuru kota bahkan nasional dan dunia. Hal tersebut dapat memicu peningkatan arus urbanisasi/migrasi permanen dan non-permanen ke Surabaya, maka akan menambah beban Kota Surabaya yang telah padat penduduknya jika tidak dilaksanakan pengelolaan dengan bijak serta efektif. Kondisi sehari-hari yang dapat dilihat adalah terjadinya kemacetan jalan hampir merata di setiap wilayah Kota Surabaya, walaupun upaya penyebaran pusat kota, pelebaran jalan dan pembangunan jalan baru/alternatif telah dilakukan.

(3)

3

green community, dengan pengembangan green water, green waste, green transportation,

green building dan green energy. (Zulkifli, Arif, 2015). Secara spasial item-item program

tersebut saling terkait dan mempengaruhi. Surabaya telah berupaya melaksanakan item-item program tersebut secara bertahap, dan telah nampak hasil positif yang dapat dicapai melalui kerja keras Pemerintah Kota Surabaya dengan dukungan aktif berbagai stakeholder, share holder dan tentunya partisipasi masyarakat setempat.

Hal tersebut selaras dengan komitmen yang telah disampaikan Presiden RI, Joko Widodo, pada 17 Desember 2015 di Istana Negara yaitu membentuk Panitia Bersama (joint

working group) atau Sekretariat Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia,

dalam mendukung pelaksanaan dan pencapaian SDGs (2016-2030). Panitia bersama ini akan dikoordinasikan antara Kantor Staf Presiden, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan masyarakat sipil. Indonesia memerlukan komitmen dan kerja keras semua pihak, termasuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah terutama dalam mengurangi ketimbangan, mengurangi tingginya angka kematian ibu dan balita, memberikan akses

terhadap sanitasi dan air minum baik di perkotaan maupun perdesaan, serta upaya

pelestarian lingkungan. (Sumber berita dikutip dari : Sekretariat Kabinet RI PresidenRI.go.id

© 2015).

Kerjasama terpadu dalam pembangunan green water (manajemen air yang hijau) khususnya pengelolaan air minum, telah dilaksanakan Pemerintah Kota Surabaya dengan PDAM Surya Sembada, Dinas Pekerjaan Umum, Perum Jasa Tirta I serta pihak terkait, termasuk masyarakat dalam pengelolaan SPAM. Penyediaan air minum dan air bersih di Kota Surabaya merupakan tantangan yang berat, karena PDAM harus mampu melayani warga Surabaya yang berjumlah lebih dari 2 juta jiwa, dengan keterbatasan sumber air dan keterbatasan lahan akibat padatnya permukiman di Surabaya. Salah satu sumber air PDAM Surya Sembada diambil dari Kali Surabaya pun telah tercemar oleh berbagai limbah domestik dan industri. Pengelolaan air yang cermat sehingga mampu didistribusikan pada warga Surabaya dengan memenuhi pertimbangan kontinyuitas, kapasitas, kualitas serta keterjangkauan merupakan tugas berat yang menjadi amanat PDAM Surya Sembada.

Kerja keras dan hasil positif yang telah dicapai Kota Surabaya tersebut dalam upaya mewujudkan Kota Hijau (Green City atau Eco-city) membuahkan apresiasi Nasional dan Internasional. Hal tersebut dapat dijadikan pembelajaran bagi para pemangku kepentingan yang bersangkutan dan lainnya untuk bahan pengembangan selanjutnya serta penerapan hal serupa dengan berbagai inovasinya, disesuaikan kearifan lokal. Berikut ini merupakan ulasan sebagian implementasi pembangunan berkelanjutan di Kota Surabaya dalam aspek

green water (manajemen air yang hijau) khususnya sektor air minum yang merupakan salah

(4)

4

2.

TINJAUAN TEORI

2.1 Asal Istilah Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Istilah pembangunan berkelanjutan telah dikembangkan oleh sektor kehutanan di Eropa pada awal abad ke-13 Tahun 1294, dengan menerbitkan ketentuan mengenai penggunaan kayu berkesinambungan (Hukum Kehutanan Nuremberg).

Selanjutnya dalam Konferensi PBB di Stockholm (Swedia) pada tanggal 5 Juni 1972, para pemimpin dunia yang hadir melakukan penandatanganan kesepakatan memperhatikan aspek lingkungan dalam pembangunan. Pada Konferensi PBB tersebut lahir istilah Only One

Earth (ada satu bumi) untuk semua manusia, penetapan tanggal 5 Juni sebagai hari

lingkungan hidup sedunia (World Environment Day), dan dilahirkan resolusi pembentukan UNEP (United Nations Environmental Program) yang merupakan lembaga internasional pelaksana komitmen mengenai lingkungan hidup serta melahirkan gagasan besar pembangunan berkelanjutan.

Pada tahun 1982 PBB mengadakan konferensi lingkungan hidup di Nairobi (Kenya), kemudian PBB melakukan Sidang Umum pada tahun 1983 dan membentuk WCED (World

Comission on Environment and Development). Pada tahun 1987 komisi ini menghasilkan

doku e Our Co o Future ya g e perke alka ko sep baru yaitu ko sep pembangunan berkelanjutan meliputi dua pengertian yaitu konsep pertama tentang kebutuhan yang sangat penting untuk penduduk miskin dan perlu prioritas, konsep kedua

tentang keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan mendatang sehingga diperlukan pengaturan agar lingkungan tetap mampu mendukung kegiatan pembangunan.

Penandatanganan Piagam Bumi (Earth Charter) pada akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan oleh UNEP (Program Lingkungan Hidup PBB) di Rio de Janeiro (Brazil) pada tanggal 3-14 Juni 1992, dengan semboyan Care and

Share (Peduli dan Berbagi). Berikutnya PBB melaksanakan KTT Rio + 20 tentang

Pembangunan Berkelanjutan tanggal 13-22 Juni 2012 di Rio de Janeiro (Brazil), berhasil menyepakati Dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional dan nasional.

(Zulkifli, Arif, op. cit.)

2.2 Definisi Pembangunan Kota Berkelanjutan dan Kota Hijau

(5)

5

Kota keberlanjutan disebut juga kota ekologis atau kota sehat, artinya terdapat keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan.

Menurut Richard (1987) kota hijau adalah kota yang didesain dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan, dihuni oleh orang-orang yang memiliki kesadaran untuk meminimalisir (penghematan) penggunaan energi, air, makanan, buangan limbah, pencemaran udara dan pencemaran air.

Prinsip kota hijau sesuai dengan Pasal 28H ayat 1 UUD RI 1945 (perubahan kedua) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat.

Kota Hijau merupakan respon untuk menjawab isu perubahan iklim melalui tindakan

adaptasi dan mitigasi. Program Pengembangan Kota hijau (P2KH) di Indonesia dicanangkan

pada Hari Tata Ruang tanggal 7-8 November 2011 oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (PU). P2KH merupakan program sinergis dan kolaboratif dengan inisiatif utama dari pemerintah kota/kabupaten dan masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah pusat, bertujuan meningkatkan kualitas ruang kota khususnya perwujudan RTH 30% (20% publik dan 10% privat) sekaligus implementasi RTRW Kota/Kabupaten, serta meningkatkan partisipasi pemangku kepentingan dalam implementasi agenda hijau perkotaan.

(Zulkifli, Arif, op. cit)

Pembangunan kota berkelanjutan menurut Salim (1986) adalah suatu proses dinamis yang berlangsung secara terus menerus dan merupakan respon terhadap tekanan perubahan ekonomi, lingkungan dan sosial. Tantangan konsep ini adalah menciptakan keberlanjutan. Pengembangan kota mempertimbangkan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup.

Menurut Zulkifli (2015) kota berkelanjutan atau Sustainable City adalah kota yang dibangun berdasarkan prinsip pemenuhan kawasan Ruang Terbuka Hijau, penyediaan air bersih yang layak untuk penduduk kota, pengelolaan sampah dan sanitasi terpadu, pembangunan gedung atau permukiman hijau, green transportasi dan penyediaan energi terbarukan dengan dukungan dari pemimpin dan masyarakat yang sadar lingkungan serta kebijakan yang pro lingkungan. Artinya pembangunan kota keberlanjutan harus melakukan upaya terus – menerus untuk meningkatkan kualitas kehidupan warga kota, melalui

peningkatan produktivitas di sektor sekunder dan tersier serta penyediaan prasarana sarana

perkotaan yang layak, sehingga mencapai kualitas kehidupan dalam arti terjadi pengurangan dampak negatif kawasan terbangun dari kerusakan lingkungan serta terdapat partisipasi aktif warga kota dalam upaya penghematan konsumsi sumberdaya alam.

(6)

6 (Zulkifli, op.cit.)

Selanjutnya pembahasan difokuskan pada item green water (manajemen air yang hijau), merupakan salah satu syarat pembangunan Kota Keberlanjutan yang sangat menunjang perwujudan Kota Hijau, diimplementasikan melalui pembangunan prasarana permukiman di Kota Surabaya dalam sektor air minum.

2.3 Green Water (Manajemen Air yang Hijau)

Air bersih dan sanitasi masih menjadi salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Tahun 2016-2030. Masalah air bersih dan sanitasi saling berkaitan dan harus diselenggarakan secara terpadu serta berkelanjutan, karena dampaknya meluas pada berbagai aspek kehidupan masyakarat perkotaan serta pedesaan.

Menurut hasil studi Water and Sanitation Program East Asia and the Pasific (Staf dan Konsultan Bank Dunia, 2008), sanitasi dan higiene yang kurang baik menimbulkan banyak dampak negatif yang nyata dan potensial terhadap kesehatan, kegiatan berkaitan air, lingkungan eksternal, pilihan kehidupan, minat penduduk dan pariwisata. Kualitas air dan sanitasi yang buruk pada suatu daerah berdampak terhadap penurunan kualitas kesehatan para warganya. Hal tersebut menurunkan tingkat produktivitas warga, yang mempengaruhi perekonomian daerah dan kesejahteraan warga tersebut. Tahun 2006 Indonesia mengalami kerugian diperkirakan sebesar Rp 56 triliun (USD 6,3 miliar) karena sanitasi dan higiene yang buruk, hal tersebut setara dengan 2,3% produk domestik bruto (PDB). Pada biaya per kapita akibat sanitasi dan higiene buruk sebesar Rp 275.000,- (USD 31,10) per tahun di perkotaan, diperkirakan lebih besar daripada di perdesaan (Rp 224.000,- sekitar USD 25,40), walaupun penduduk di pedesaan belum memiliki akses sanitasi yang lebih baik daripada penduduk di perkotaan.

Sekitar 120 juta kejadian penyakit dan 50.000 kematian anak setiap tahun terjadi disebabkan oleh sanitasi dan higiene yang buruk, yang juga berkontribusi terhadap pencemaran air sehingga menambah biaya air yang aman untuk rumah tangga dan terjadi pengurangan produksi ikan di sungai serta danau. Biaya ekonomi yang ditanggung terkait air tercemar akibat sanitasi buruk melebihi Rp 13 triliun (USD 1,5 miliar) per tahun.

(Staf dan Konsultan Bank Dunia, 2008).

Pembelajaran terhadap dampak negatif akibat sanitasi dan higiene yang buruk tersebut, memicu Kota Surabaya berkomitmen melaksanakan tujuan SDGs dalam pembangunan kota berkelanjutan, salah satunya adalah penerapan green water.

(7)

7

penggunaan ulang dan pengolahan grey water (air limbah/air yang telah digunakan), serta penjagaan kualitas green water (air yang tersimpan dalam tanah).

Dalam pengembangan green water terdapat beberapa pengelolaan yang terkait yaitu pengelolaan pencemaran air/limbah cair, pengelolaan sanitasi terpadu, perluasan daerah tangkapan/resapan air dan pengendalian banjir. Semua aspek pengelolaan tersebut saling berhubungan dalam pemenuhan penyediaan air yang berkualitas.

Terkait aspek-aspek yang menjadi fokus green water, dijelaskan berikut ini :

a. Pengelolaan air minum

Terkait pengelolaan air minum terdapat beberapa definisi istilah menurut PP RI No. 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, sebagai berikut :

Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air

yang berasal dari sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai Air Baku untuk Air Minum.

Air baku berasal dari sumber air, yaitu wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah termasuk dalam pengertian akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk dan muara.

Air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk penggunaan air baku berasal dari sungai, harus memenuhi PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Penggunaan air baku dari air tanah dan mata air wajib memperhatikan keperluan konservasi dan pencegahan kerusakan lingkungan.

Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau

tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Air minum yang dihasilkan SPAM, yang digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 (yang berlaku saat ini). Air minum yang tidak memenuhi syarat kualitas dilarang didistribusikan kepada masyarakat.

Kebutuhan pokok air minum sehari-hari adalah air untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari yang digunakan untuk keperluan minum, masak, mandi, cuci, peturasan dan ibadah.

Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi

(8)

8

Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu

kesatuan prasarana penyediaan air minum. Jenis SPAM meliputi :

 SPAM jaringan perpipaan,

o Meliputi : unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan.

Unit air baku merupakan sarana pengambilan dan/atau penyedia air

baku.

Unit air baku terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan pengambilan / penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.

Unit produksi terdiri atas bangunan pengolahan dan perlengkapannya,

perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan dan bangunan penampungan air minum.

Unit produksi harus dilengkapi dengan sarana pengolahan lumpur sisa hasil pengolahan air baku menjadi air minum.

Unit distribusi merupakan sarana pengaliran air minum dari bangunan

penampungan sampai unit pelayanan.

Unit distribusi terdiri atas jaringan distribusi dan perlengkapannya, bangunan penampungan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan.

Pengaliran air pada unit distribusi dapat dilakukan menggunakan sistem pemompaan dan/atau secara gravitasi.

Unit pelayanan merupakan titik pengambilan air.

Unit pelayanan terdiri atas sambungan langsung, hidran umum dan/atau hidran kebakaran.

Unit pelayanan harus dipasang alat pengukuran berupa meter air. o SPAM jaringan perpipaan menjamin kepastian kuantitas dan kualitas air

minum yang dihasilkan serta kontinuitas pengaliran air minum selama 24 jam per hari.

 SPAM bukan jaringan perpipaan, meliputi : sumur dangkal, sumur pompa, bak penampungan air hujan, terminal air, bangunan penangkap mata air. SPAM harus dikelola secara baik dan berkelanjutan.

Sumur dangkal merupakan sarana untuk menyadap dan menampung air

tanah yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum.

(9)

9

Sumur pompa merupakan sarana berupa sumur yang bertujuan untuk

mendapatkan air baku untuk air minum yang dibuat dengan mengebor tanah pada kedalaman tertentu.

Pengambilan air dengan menggunakan sumur pompa dilakukan dengan menghisap atau menekan air ke permukaan dengan menggunakan pompa. Pembangunan sumur pompa wajib memperhatikan ketentuan teknis tentang kedalaman muka air dan jarak aman dari sumber pencemaran.

Bak penampung air hujan bertujuan untuk menampung air hujan sebagai

air baku. Bak ini harus dilengkapi dengan saringan dan penutup sebagai pengaman dari kotoran. Bak tersebut dapat digunakan secara individual atau komunal.

Terminal air merupakan sarana pelayanan air minum yang digunakan

secara komunal berupa bak penampung air yang ditempatkan di atas permukaan tanah atau pondasi dan pengisian air dilakukan dengan sistem curah dari mobil tangki air atau kapal tangki air.

Terminal air ditempatkan di daerah rawan air minum, daerah kumuh, masyarakat berpenghasilan rendah, dan/atau daerah terpencil. Penempatan tersebut harus berada di tempat yang mudah diakses oleh masyarakat.

Bangunan penangkap mata air merupakan sarana yang dibangun untuk

mengumpulkan air pada sumber mata air dan melindungi sumber mata air terhadap pencemaran. Bangunan ini dapat dilengkapi dengan bak penampung dan harus dilengkapi fasilitas keran umum bagi masyarakat di sekitar mata air.

Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan ketersediaan

sarana dan prasarana SPAM dalam rangka memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitas air minum yang meliputi pembangunan baru, peningkatan dan perluasan.

Pengelolaan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan kemanfaatan

fungsi sarana dan prasarana SPAM terbangun yang meliputi operasi dan pemeliharaan, perbaikan, peningkatan sumber daya manusia, serta kelembagaan.

Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan

pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen untuk penyediaan air minum kepada masyarakat.

(10)

10

pengembangan SPAM dan pengelolaan SPAM. Penyelenggaraan SPAM wajib memnuhi SPM yang ditetapkan oleh Menteri.

Kelompok masyarakat adalah kumpulan, himpunan, atau paguyuban yang dibentuk

masyarakat sebagai partisipasi masyarakat dalam Penyelenggaraan SPAm untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Pelanggan adalah masyarakat atau instansi yang terdaftar sebagai penerima layanan

air minum dari BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat dan Badan Usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu

pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang berhak diperoleh warga negara secara minimal.

(PP RI No. 122, 2015)

b. Pengelolaan pencemaran air/limbah cair

Definisi limbah cair menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Menurut KepmenLH No. 112 Tahun 2003, air limbah

domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real

estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

Terkait pengendalian pencemaran air maka setiap orang/usaha wajib melakukan :

 Pengurangan pencemaran dari sumbernya, berupa program reuse (penggunaan kembali), recycle (daur ulang) dan penerapan teknologi produk bersih untuk mengurangi volume produksi limbah cair bagi industri, serta penghematan air bagi individu hingga sekelompok orang/lembaga/industri.

 Pengolahan limbah cair, untuk mengurangi kandungan pencemar melalui proses alamiah dan atau sistem pengolahan air limbah supaya aman jika terpaksa dibuang ke lingkungan.

Sistem pengolahan limbah cair meliputi pengolah setempat (on site) dan terpusat

(off site). Untuk skala rumah tangga dengan penyediaan dan penggunaan jamban –

tangki septik – resapan on site pada setiap rumah penduduk. Untuk industri diwajibkan melakukan pengolahan limbah cairnya sebelum dibuang ke badan air sekitar.

Pada Pemilihan pengolahan air limbah harus mempertimbangkan kepadatan

penduduk, sumber air existing, permeabilitas tanah, kemiringan tanah dan kemampuan membiayai.

(11)

11

dilengkapi KepmenLH No. 122 tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi

Kegiatan Industri.Standar effluent di Jawa Timur diatur dalam Peraturan Gubernur

Jawa Timur No. 72 tahun 2013 untuk baku mutu air limbah/limbah cair industri dan atau kegiatan/usaha lain seperti limbah cair domestik, rumah sakit, dan lain-lain. Parameter limbah cair diuji pada laboratorium terakreditasi, meliputi pengujian karakteristik fisik, kimia, bakteriologi, radioaktif.

Pembuangan air limbah memiliki sistem penyaluran terpisah dan sistem gabungan (penyaluran air limbah dan air hujan dalam satu saluran).

(Zulkifli, Arif, op.cit.)

c. Pengelolaan sanitasi terpadu

Definisi sanitasi menurut UU RI No. 7 tahun 2004 (tentang Sumber Daya Air) adalah air limbah dan persampahan.

Pengelolaan sanitasi dipengaruhi faktor pertumbuhan penduduk, perkembangan permukiman penduduk, keterbatasan lahan perumahan dan lahan fasilitas sanitasi, keterbatasan dana pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana sanitasi.

Peningkatan pengelolaan sanitasi menuntut masyarakat berperan aktif. Namun kenyataan masih banyak yang terjadi sebaliknya, walaupun beberapa daerah telah mampu melakukan pemberdayaan masyarakat secara nyata melalui program Sanimas dan PNPM yang telah diselenggarakan oleh Kementerian PU.

Pengelolaan sanitasi terpadu, meliputi :

 Perumusan regulasi pengelolaan limbah cair (perda)

 Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi lingkungan

 Pembangunan sewerage system (perpipaan) skala komunal, kawasan dan perkotaan di permukiman/perumahan

 Pembangunan IPAL bagi industri

 Peningkatan kapasitas pengelola dan operator prasarana dan sarana pengolahan limbah cair (IPAL), tinja (IPLT) dan sampah (TPS, TPS 3R, TPST, TPA)

 Optimalisasi kinerja dan kelayakan prasarana dan sarana pengolahan limbah cair dan atau tinja

 Pengawasan kualitas buangan limbah cair untuk memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan penegakan sanksi hukum bagi pengelola buangan limbah cair yang melanggar ketentuan tersebut

Berikut ini penyebab rendahnya layanan sanitasi :

(12)

12

 Kurangnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, konstruksi, pengoperasian serta pemeliharaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi

 Kurang optimal/layaknya prasarana dan sarana air minum dan sanitasi

 Keterbatasan teknologi sanitasi yang sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat (Zulkifli, Arif, op.cit.)

d. Perluasan daerah tangkapan/resapan air dan Pengendalian banjir

Perluasan daerah tangkapan/resapan air terkait dengan ketersediaan ruang terbuka hijau, upaya pengendalian banjir pada musim hujan dan penyediaan air pada musim kemarau. Hal tersebut terkait pula dengan tataguna lahan dan fungsi lahan dalam penyaluran serta penyerapan limpasan air hujan.

Upaya perluasan daerah tangkapan/resapan air :

 Pembangunan waduk retensi

 Memperbanyak pembuatan lubang biopori

 Eco-hidraulik, meliputi renaturalisasi sungai, membuka tanggul pelurusan sungai, reboisasi hutan, daerah hulu dan sepanjang aliran sungai, penerapan drainase ramah lingkungan (pembuatan kolam konservasi, sumur resapan, polder, penetapan kawasan lindung air tanah)

 Pengendalian bangunan yang menutup tanah untuk memperluas area resapan air. (Zulkifli, Arif, op.cit.)

3.

PENDEKATAN

Pendekatan yang digunakan untuk pembahasan penerapan konsep pembangunan Kota Keberlanjutan dalam pengembangan green water khususnya pengelolaan sektor air minum dengan studi kasus PDAM Surya Sembada Surabaya adalah :

a. Pendekatan spasial / tata ruang b. Pendekatan ekologis

c. Penguatan jejaring kemitraan antar lembaga pemerintah (stake holder), swasta (share holder) terkait dan partisipasi aktif masyarakat.

4.

DATA DAN FAKTA

4.1 Gambaran Umum Kota Surabaya

(13)

13

ketinggian 3-6 meter di atas permukaan laut, pada wilayah sebelah Selatan merupakan perbukitan dengan ketinggian 25-30 meter di atas permukaan laut.

Berdasarkan sejarahnya pada tahun 1612, posisi geografi Surabaya yang berada di pinggir pantai merupakan kota pelabuhan penting dan menjadi bandar perdagangan paling ramai. Kalimas saat itu digunakan sebagai transportasi air bagi para perahu menuju pelosok Surabaya. Dengan posisi tersebut, Surabaya berpotensi menjadi tempat persinggahan bagi para pendatang dari berbagai etnik dan budaya. Para pendatang singgah dan menetap hidup bersama dengan penduduk asli membentuk plurarisme budaya yang kemudian menjadi ciri khas Kota Surabaya.

Gambar 1. Peta Kota Surabaya Sumber : Surabaya dalam Angka, 2015

Batas wilayah Kota Surabaya sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Selat Madura

 Sebelah Timur : Selat Madura

 Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo

 Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

Penduduk kota Surabaya tahun 2014 adalah 2.853.661 jiwa, yang tersebar di 31 kecamatan dan 163 kelurahan/desa, kepadatan penduduk Kota Surabaya sebesar 8.753 jiwa/km2. Temperatur di Surabaya cukup panas yaitu 22,9oC – 35,3oC, dengan kelembaban sebesar 46% - 95%, serta curah hujan rata-rata 17,1 – 161 mm.

(14)

14

Tahun 2010 konsentrasi kawasan perumahan yang berupa kampung berada di pusat kota, sedangkan perumahan real estate tersebar di kawasan Barat, Timur dan Selatan kota. Saat ini tahun 2016 hampir pada semua kawasan di beberapa lokasi sudah dibangun perumahan vertikal, berupa rumah susun (sederhana) maupun apartemen atau kondominium (mewah). Terjadi penurunan luas areal sawah dan tegalan di kawasan Barat dan Selatan kota, demikian pula dengan luasan areal tambak yang berada di kawasan pesisir Timur dan Utara. Areal untuk kegiatan jasa dan perdagangan yang semula terkonsentrasi di kawasan pusat kota serta sebagian berada di areal perumahan yang berkembang di kawasan Barat dan Timur kota, telah menyebar pada tiap kawasan kota. Areal untuk kegiatan industri dan pergudangan terkonsentrasi di kawasan pesisir Utara dan kawasan Selatan kota yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gresik dan Sidoarjo. Gambar 2 berikut ini menjelaskan penggunaan lahan dan tata ruang Surabaya Tahun 2010.

Gambar 2. Penggunaan Lahan Kota Surabaya Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

Pada bidang kesehatan, berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 (Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012), dinyatakan :

a. Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 144,64 per 100.000 Kelahiran Hidup di Kota Surabaya, berarti di atas AKI Provinsi Jawa Timur (97,43).

b. Untuk Angka Kematian Bayi (AKB) di Surabaya sebesar 23,18 per 1000 kelahiran hidup, artinya lebih rendah dari AKB Provinsi Jawa Timur (28,31).

c. Angka/Umur Harapan Hidup (AHH/UHH) Kota Surabaya adalah 71,38 artinya lebih tinggi dari AHH/UHH Provinsi Jawa Timur (70,09).

(15)

15

kesehatan akibat lingkungan yang kurang sehat; diuraikan dalam beberapa indikator sebagai berikut :

 Cakupan air bersih di Surabaya sebesar 98,92%, sedangkan cakupan air minum di Surabaya sebesar 95,14%.

 Cakupan rumah sehat di Kota Surabaya sebesar 80,99%, lebih tinggi dari cakupan rumah sehat Provinsi Jawa Timur (70,20%). Kriteria rumah sehat meliputi : bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah.

Cakupan akses kepemilikan sebesar 96,9% dan cakupan jamban sehat sebesar 87,97% berdasarkan KK yang diperiksa di Surabaya. Jamban merupakan salah satu sanitasi dasar minimum untuk menyediakan lingkungan sehat, dan dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang serta memutus mata rantai penyakit berbasis lingkungan diantaranya Thypus, Disentri, Kolera, cacing (Gelang, Kremi, Tambang, Pita), Schistosomiasis dan sebagainya yang terdapat dalam faeces atau kotoran manusia.

 Cakupan Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) di Surabaya sebesar 71 dari 160 Desa/Kelurahan yang ada, artinya masih kurang dari 50%. Suatu Desa/Kelurahan dinyatakan ODF jika semua keluarga yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mengakses jamban yang sehat.

Tingkat kejadian penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi kota yang kurang baik di Kota Surabaya pada tahun 2008 - 2010 dan 2012 masih cukup tinggi, sebagai berikut :

 Terjadi fluktuasi kasus Diare, sebagai berikut pada tahun 2008 tercatat 70.940 kasus, tahun 2009 tercatat 69.020 kasus, tahun 2010 tercatat 120.008 kasus dan tahun 2012 tercatat 115.138 kasus. Tahun 2012 tertangani 92.072 kasus (79,97%).

 Terjadi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tiap tahun yaitu tahun 2008 tercatat 2.169 kasus, tahun 2009 tercatat 2.268 kasus, tahun 2010 tercatat 3.379 kasus dan tahun 2012 tercatat 1.091 kasus.

Untuk tahun 2015, sepuluh penyakit terbanyak di Kota Surabaya berturut-turut adalah penyakit saluran pernafasan bagian atas, infeksi pada usus, infeksi pada sistem otot dan jaringan pengikat, kelainan kulit dan jaringan sub kutan, rongga mulut, penyakit lain pada sistem pencernaan, tekanan darag tinggi, mata dan adneksia, telinga dan mastoid, serta penyakit virus (Sumber : Website dinkes.surabaya.go.id, diunduh 7 April 2016).

(16)

16

tersebut menyebabkan timbulnya penyakit diare, muntaber dan penyakit kulit pada masyarakat.

Ketersediaan sarana dan prasarana dasar lingkungan perumahan/permukiman di Kota Surabaya berupa listrik, air bersih dan sanitasi yang layak. Diketahui pada tahun 2009 jumlah pelanggan listrik rumah tangga di Kota Surabaya sebanyak 736.103 Rumah Tangga (RT) dan terus bertambah menjadi 904.566 Rumah Tangga pada tahun 2014 (Sumber:

Surabaya Dalam Angka 2015). PDAM memberikan layanan sambungan air bersih bagi

masyarakat Kota Surabaya yang sebagian besar tinggal di perumahan (perumahan formal maupun perumahan kampung). Setiap tahun terdapat peningkatan jumlah pelanggan PDAM kategori rumah tangga yaitu sebanyak 342.509 Sambungan Rumah (SR) pada tahun 2009, menjadi 367.456 SR pada tahun 2010 (Sumber : PDAM Surya Sembada Online, 2011),

sebanyak 483.875 SR tahun 2014 (Sumber : Surabaya dalam Angka, 2015), hingga 537.121 SR pada tahun 2015 (mencakup 92,78% dari total penduduk Surabaya) berdasarkan pernyataan Sunarno Pejabat Sementara (Pjs) Dirut PDAM Surya Sembada Kota Surabaya (Pradipta, Dodi, 2015). Tahun 2018 PDAM Surya Sembada menargetkan dapat melayani 100% warga Surabaya.

Saat ini Kota Surabaya belum terdapat jaringan perpipaan pembuangan air limbah

(off site) untuk memenuhi kebutuhan prasarana sanitasi perumahan. Sebagian besar

perumahan di Kota Surabaya menggunakan sistem sanitasi setempat (on-site) untuk pembuangan limbah manusia. Sistem sanitasi tersebut meliputi tangki septik, sumur resapan, serta jamban. Berdasarkan hasil pengambilan sampel jamban keluarga di wilayah Kota Surabaya Tahun 2010, dapat diketahui bahwa dari 818.677 KK yang diperiksa sebanyak 300.261 KK yang memiliki jamban keluarga sebesar 96.1 %.

Sebagian besar perumahan telah memiliki fasilitas tersebut pada tiap rumah tangga, tetapi pada perumahan kampung padat fasilitas tersebut bersifat komunal atau digunakan untuk sekelompok keluarga. Penyediaan sistem sanitasi pengolahan limbah domestik terpusat (off

site system) diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Secara

bertahap sistem sanitasi pengolahan limbah domestik tersebut ditingkatkan menjadi sistem komunal yang terintegrasi dengan sistem sanitasi pengolahan limbah domestik perkotaan.

Pembangunan sanitasi Kota Surabaya diharapkan berkontribusi dalam pencapaian visi-misi Kota Surabaya dan visi-misi sanitasi Kota Surabaya sebagai berikut:

Tabel 1. Visi dan Misi

Visi & Misi Kota Surabaya Visi & Misi Sanitasi Visi:

Menuju surabaya lebih baik sebagai kota jasa dan perdagangan yang cerdas, manusiawi, bermartabat, dan berwawasan lingkungan.

Visi:

Terwujudnya pelayanan sanitasi bagi masyarakat Kota Surabaya yang handal, tepat guna dan ramah lingkungan.

Misi:

1. Membangun kehidupan kota yang lebih

Misi:

(17)

17

cerdas melalui peningkatan sumber daya manusia yang didukung oleh peningkatan kualitas intelektual, mental-spiritual, ketrampilan, serta kesehatan warga secara terpadu dan berkelanjutan.

2. Menghadirkan suasana kota yang manusiawi melalui peningkatan aksesibilitas, kapasitas, dan kualitas pelayanan publik, reformasi birokrasi, serta pemanfaatan sumber daya kota untuk sebesar-besar kesejahteraan warga.

3. Mewujudkan peri kehidupan warga yang bermartabat melalui pembangunan ekonomi berbasis komunitas yang mengutamakan perluasan akses ekonomi demi mendukung peningkatan daya cipta serta kreatifitas segenap warga kota surabaya dalam upaya penguatan struktur ekonomi lokal yang mampu bersaing di kawasan regional dan internasionalsumber daya kota untuk sebesar-besar kesejahteraan warga.

4. Menjadikan kota surabaya semakin layak-huni melalui pembangunan infrastruktur fisik dan sosial secara merata yang berwawasan lingkungan.

dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Kota Surabaya secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

2. Mewujudkan pengelolaan air limbah secara berkelanjutan dan terjangkau oleh masyarakat.

3. Mewujudkan pengelolaan sampah yang mandiri dan berkelanjutan.

4. Mewujudkan pengelolaan drainase secara terintegrasi dan berkelanjutan serta melibatkan partisipasi masyarakat.

5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sanitasi yang dapat menciptakan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat.

6. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 7. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan

swasta dalam pengelolaan sanitasi.

Sumber : Dokumen Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kota Surabaya 2012-2016

Untuk mengoptimumkan sumberdaya yang dimiliki dan menyelesaikan permasalahan sanitasi yang paling strategis, paling besar, dan mendesak; Pemerintah Kota Surabaya menentukan skala prioritas pembangunan sektor sanitasi dengan pertimbangan beberapa kriteria berikut ini :

a. Jumlah penerima manfaat (jumlah penduduk terlayani)

Makin banyak jumlah penerima manfaat, maka makin besar pula peluang program dan kegiatan tersebut menjadi prioritas

b. Jumlah penduduk berpenghasilan rendah yang terlayani dan pelibatan gender.

Makin banyak penduduk berpenghasilan rendah yang mendapatkan layanan sanitasi dan adanya keterlibatan gender, maka makin besar peluangnya untuk menjadi program dan kegiatan prioritas.

(18)

18

Gambar 3. Peta Area Beresiko Sanitasi Kota Surabaya

Keterangan:

Sumber: Buku Putih Sanitasi Surabaya, 2010

4.2 Pembangunan Sub Sektor Air Minum

4.2.1 Kondisi Eksisting Pengelolaan Air Minum di Kota Surabaya

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya sebagai Perusahaan Daerah Milik Pemerintah Kota Surabaya, mendapatkan mandat dari Pemerintah Kota Surabaya untuk melaksanakan pelayanan kebutuhan air minum di wilayah kota Surabaya. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 2 tahun 2009 tentang PDAM. Manfaat pelayanan air minum dari PDAM Surya Sembada Kota Surabaya yaitu :

 Bagi masyarakat :

 sebagai sarana kebersihan keluarga/rumah tangga untuk peningkatan kualitas kesehatan,

(19)

19

 mendukung ekonomi keluarga bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),

 meningkatkan produktivitas keluarga karena dapat menghemat waktu dengan adanya ketersediaan air bersih di rumah tangga.

 Bagi pemerintah :

 sebagai bentuk pelayanan dasar kepada masyarakat

 upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

 meningkatkan kesejahteraan terutama bagi MBR

 mendukung penghijauan dan pengembangan wilayah kota

 Bagi lingkungan hidup :

 sebagai media pembersih dan mendukung penghijauan

 membantu konservasi air dengan manfaat ikutan yaitu pengurangan pemanfaatan ABT (Air Bawah Tanah) yang berlebihan, mencegah penurunan muka air tanah dan entrusi air laut (berdampak pada ketahanan fondasi konstruksi bangunan bertingkat dan kemudahan pertumbuhan vegetasi/pohon)

 Bagi PDAM Surya Sembada Surabaya :

 aset yang dipisahkan tumbuh/berkembang

 memudahkan peran pemerintah sebagai regulator karena bertindak sebagai operator mandiri, sehat dan berperan baik

 menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) dari deviden (Mardiono, Ashari. (n.d.))

Sistem produksi air PDAM Surya Sembada terdiri dari Instalasi Penjernihan Air

Minum (IPAM) yang air bakunya diambil dari Kali Surabaya dan Mata Air di Umbulan serta Pandaan. Dengan keterbatasan sumber daya air yang dimiliki oleh Kota Surabaya, maka PDAM Surya Sembada menggunakan sumber air baku berasal dari air permukaan (Kali Surabaya) sebesar 97% dan 3% dari 17 sumber air lainnya (dari mata air Umbulan sebesar 110 liter/detik dan dari Pandaan 220 liter/detik), dengan total kuantitas sumber air tersedia sebesar 11.227 liter/detik.

Kapasitas desain/terpasang sistem produksi PDAM Surya Sembada pada tahun 2010 mencapai 10.830 liter/detik namun baru dimanfaatkan 9.071 liter/detik, sehingga ada kapasitas yang belum dimanfaatkan sebesar 1.759 liter/detik, disebabkan IPAM Karangpilang III baru selesai dibangun dan dioperasikan pada bulan Juli tahun 2010.

(20)

20

Tabel 2. Kapasitas Produksi PDAM Tahun 2010 dan Tahun 2014

No Instalasi

Kapasitas (lt/dt) Kapasitas Terpasang

(lt/dt)

Kapasitas Produksi (lt/dt) Tahun 2010* Tahun 2014#

1. Sumber Air 330 323 299

2. IPAM Ngagel I 1.800 1.342 1.285

3. IPAM Ngagel II 1.000 1.007 740

4. IPAM Ngagel III 1.750 1.750 1.645

5. IPAM Karangpilang I 1.450 1.404 1.286

6. IPAM Karangpilang II 2.500 2.346 2.382

7. IPAM Karangpilang III 2.000 899 1.701

T o t a l 10.830 9.071 9.338 Sumber data: *PDAM Surya Sembada Kota Surabaya, 2010

#

Surabaya dalam Angka, 2015

Sistem transmisi PDAM Surya Sembada sudah direncanakan dan dipasang untuk

mengalirkan air hasil produksi ke reservoir dan wilayah pelayanan distribusi yang terdiri dari 5 zona pelayanan. Pipa transmisi yang telah terpasang terdiri dari pipa diameter 600 mm – 1500 mm.

Sistem distribusi terbagi dalam 5 zona pelayanan (Supply Zona) , yaitu zona I, zona II,

zona III, zona IV dan Zona V. Kelima zona tersebut dipakai sebagai pedoman untuk mempermudah pengelolaan wilayah pelayanan. Sedangkan sistim distribusi didukung oleh jaringan perpipaan dengan berbagai ukuran, yaitu :

 Pipa Primer Utama : diameter 600 mm dan yang lebih besar  Pipa Sekunder : diameter 200 mm – 500 mm

 Pipa Tersier : diamater 80 mm – 150 mm

(21)

21

Wilayah pelayanan PDAM Surya Sembada mencakup wilayah Kota Surabaya dan

pelayanan luar kota (Pasuruan, Sidoarjo dan Gresik). Tahun 2010 cakupan pelayanan PDAM Surya Sembada di Kota Surabaya mencapai 79.41 % dari total penduduk Kota Surabaya yang terlayani sambungan air minum oleh PDAM melalui sambungan langsung dan kran umum. Tahun 2014 terjadi peningkatan cakupan pelayanan PDAM Surabaya menjadi 92,65% (528.216 SR), dengan kapasitas produksi + 10.830 liter/detik, dan volume air terjual + 215,6 juta m3. Panjang pipa terpasang + 5.580 Km. Besar tarif rata-rata PDAM Rp 2.860/m3, dengan tarif terendah Rp 350/m3 dan tarif tertinggi Rp 10.000/m3. Kebutuhan pelanggan bervariasi menurut tingkat pendapatannya. Semakin tinggi pendapatan pelanggan, maka semakin tinggi pula kebutuhan air bersih, hal tersebut sesuai dengan pola dan gaya hidup. Jumlah pelanggan PDAM Surya Sembada di wilayah pelayanan Kota Surabaya pada tahun 2010 mencapai 434.018 sambungan pelanggan yang terdiri berbagai pelanggan beserta pemakaiannya seperti pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Pelanggan dan Pemakaian Air Bersih PDAM di Kota Surabaya Tahun 2010 dan Tahun 2014

No. Jenis Pelanggan

Pelanggan Pemakaian (m3) Tahun 2010* Tahun 2014# Tahun 2010* Tahun 2014# 1 Perumahan 397.040 483.875 132.144.655 161.522.000

2 Pemerintah 1.201 1.247 6.270.040 6.006.000

3 Perdagangan 29.769 35.423 17.304.909 29.798.000

4 Industri 872 411 6.057.303 1.924.000

5 Sosial Umum 3.560

5.727 5.028.705 15.113.000

6 Sosial Khusus 1.572 10.645.147

7 Pelabuhan 4 5 397.007 452.000

Sumber data : *PDAM Surya Sembada Kota Surabaya, 2010

#

Surabaya dalam Angka, 2015

Berikut ini peta pelayanan instalasi produksi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya :

Gambar 4. Peta pelayanan instalasi produksi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

(22)

22 4.2.2 Permasalahan Sub Sektor Air Minum

Pengelolaan sanitasi sub sektor air minum memiliki masalah yaitu :

a. Kepastian pasokan sumber air baku dari mata air atau air permukaan dengan kapasitas sekitar 4.000 liter/detik yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Karena Kota Surabaya tidak mempunyai Sumber Daya Air, dimana air baku untuk air minum sebagian besar (97%) masih diambil dari Kali Surabaya yang telah banyak tercemar, apalagi Kali Surabaya termasuk dalam DAS Brantas, yang melewati 15 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sebesar 23,7 juta jiwa yang perlu disuplai air minum.

b. Meminimalkan kehilangan air akibat kebocoran dan pengambilan illegal.

c. PDAM Surya Sembada Surabaya harus mampu melayani air minum (bukan sekedar air bersih) secara aman dan berkualitas secara kontinyu bagi 100% penduduk Surabaya yang berjumlah sekitar 3 juta jiwa dan ditambah sekitar 600.000 warga sekitar yang bekerja di Kota Surabaya.

4.3 Sinergitas dan Koordinasi dalam Pelayanan Sanitasi Berkelanjutan di Surabaya

Sinergitas dan koordinasi antar SKPD untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas

pelaksanaan pembangunan sektor sanitasi dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan menjamin tersedianya layanan sanitasi yang berkelanjutan di Kota Surabaya. Beberapa SKPD yang terkait dengan pengelolaan sanitasi perkotaan/lingkungan dijelaskan pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Tugas/Peran Masing-Masing Dinas/Instansi terkait Pengelolaan Sanitasi

NO DINAS / INSTANSI TUGAS / PERAN

1. Badan Perencanaan

Pembangunan Kota Surabaya

Melakukan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi program / kegiatan sanitasi lintas sektor dengan kebijakan kota, menyusun rencana tindak / jadwal pelaksanaan dan penganggaran pembangunan sanitasi Kota Surabaya.

2. Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya

Merumuskan dan merekomendasikan konsep serta teknologi sistem pengolahan air limbah yang akan diterapkan, melaksanakan sosialisasi pengelolaan sanitasi lingkungan / perkotaan serta monitoring dan evaluasi kegiatan sanitasi lingkungan / perkotaan.

3. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya

(23)

23

NO DINAS / INSTANSI TUGAS / PERAN

limbah dari Badan Lingkungan Hidup, turut melaksanakan sosialisasi pengelolaan sanitasi lingkungan / perkotaan dan melaksanakan pembangunan instalasi sanitasi lingkungan / perkotaan.

4. Badan Pemberdayaan Masyarakat & KB Kota Surabaya

Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan dan penguatan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi lingkungan / perkotaan. 5. Dinas Kesehatan Kota

Surabaya

Melaksanakan koordinasi, pengelolaan pelayanan kesehatan dasar skala kota, pengawasan dan pengendalian program / kegiatan sanitasi sub sektor higiene dan mendukung keseluruhan kegiatan sanitasi di Kota Surabaya.

6. Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya

Menyiapkan dan merencanakan peta drainase kawasan dan rencana teknis pengembangan sistem jaringan drainase / perpipaan sanitasi lingkungan / perkotaan sub sektor drainase dan mendukung keseluruhan kegiatan sanitasi di Kota Surabaya.

7. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya

Menyiapkan data-data sanitasi sub sektor persampahan, menyiapkan data-data, identifikasi kebutuhan (SDM, peralatan,dll) dan rencana pengembangan kelembagaan sanitasi sub sektor air limbah, turut melaksanakan sosialisasi pengelolaan sanitasi lingkungan / perkotaan dan mendukung keseluruhan kegiatan sanitasi di Kota Surabaya.

8. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya

Menyiapkan bahan penyusunan, koordinasi dan pelaksanaan penyebarluasan informasi terkait pengelolaan sanitasi lingkungan / perkotaan.

9. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya

Menyiapkan data-data kebijakan teknis di bidang pendapatan dan pengelolaan keuangan terkait pengelolaan sanitasi lingkungan/perkotaan.

10. Bagian Bina Program Kota Surabaya

Memberikan rekomendasi pelaksanaan pengadaan barang / jasa serta melakukan monitoring dan pengendalian implementasi pengelolaan sanitasi lingkungan / perkotaan.

11. Bagian Hukum Kota Surabaya Menyiapkan peraturan-peraturan / naskah hukum mengenai tata cara penyelenggaraan air limbah termasuk kelembagaan / institusi pengelola air limbah (konsep struktur organisasi, pembagian tugas, dan lain-lain)

(24)

24

Dalam pembangunan sanitasi berkelanjutan diperlukan penguatan jejaring kemitraan antar lembaga pemerintah (stake holder), swasta (share holder) terkait dan partisipasi aktif masyarakat. Sesuai metode dan cara pelaksanaan SDGs yaitu menuntut adanya partisipasi warga dan partisiasi publik. Berikut ini metode, proses dan hasil konsolidasi antar SKPD di Surabaya dalam kegiatan pembangunan sanitasi (termasuk di sektor air minum).

Metode Konsolidasi

Metode dalam konsolidasi program dan kegiatan adalah :

a. Pengkajian kembali program dan kegiatan yang terdapat dalam Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dokumen Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang terkait sektor sanitasi, Rencana Strategis (Renstra) SKPD terkait, dan dokumen perencanaan yang lain di Kota Surabaya tahun 2011.

b. Kompilasi dan tabulasi program dan kegiatan pembangunan sanitasi untuk 5 (lima) tahun mendatang, dalam format tabel Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) mengklasifikasi program dan kegiatan fisik dan non fisik, supaya menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan.

Proses dan Hasil Konsolidasi

Proses konsolidasi program dan kegiatan merupakan salah satu tahapan penyusunan MPSS yang diawali konsolidasi Kelembagaan, Konsolidasi Program Kegiatan dan Konsolidasi Penganggaran.

Konsolidasi program dan kegiatan sektor sanitasi merupakan hasil pengkajian ulang dan analisis dari usulan program dan kegiatan dalam Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan integrasi program dan kegiatan yang tidak/belum tercantum dalam SSK. Adapun hasil konsolidasi program dan kegiatan sektor sanitasi adalah daftar panjang yang merupakan program dan kegiatan yang sudah sinkron dan merupakan masukan dari semua dokumen perencanaan Sanitasi. Proses konsolidasi program dan kegiatan dapat dijelaskan berikut ini.

Tabel 5. Proses Konsolidasi Program dan Kegiatan No Proses Kegiatan Pelaksanaan Jadwal

(25)

25

Hasil konsolidasi program dan kegiatan adalah berupa daftar panjang untuk setiap sub sektor sanitasi di Kota Surabaya, berikut ini untuk kegiatan sub sektor air minum.

Tabel 6. Kegiatan Sub Sektor Air Minum

No Kegiatan SKPD Rp. Juta Waktu

Kegiatan Fisik

1 Up rating IPAM Eksisting PDAM 50,000 2013 – 2014

2 Pembangunan Produksi Air (Umbulan / IPAM KP 4/

Sumber lain) PDAM 101,000 2013 – 2015

1 Studi Peningkatan kapasitas Produksi dan DED &

Supervisi PDAM 4,530 2012 – 2015

2 Identifikasi Pelanggan Potensial PDAM 200 2012 – 2015

Sumber: Analisa MPSS, 2011

Rencana Program Jangka Menengah Sanitasi merupakan rencana investasi sektor

sanitasi yang memuat program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun mendatang, yaitu dari tahun n+1 sampai dengan n+5 (dimana tahun n adalah tahun penyusunan MPSS). Rencana Program Jangka Menengah Sanitasi memuat informasi mengenai lokasi kegiatan, volume kegiatan, jumalh dana yang dibutuhkan dan sumber pendanaannya, jangka waktu pelaksanaan, dan tahun dimulainya kegiatan tersebut.

Rencana Program Jangka Menengah ini perlu dikomunikasikan pada dunia usaha, kalangan akademis, media massa, dan/atau kelompok donor dan dikonsultasikan dengan pemerintah provinsi dan pusat mengingat pembangunan infrastruktur sanitasi membutuhkan dana cukup besar.

Realisasi belanja sanitasi Kota Surabaya selalu mengalami peningkatan sebagaimana

(26)

26

Tabel 7. Realisasi Belanja Sanitasi Kota Surabaya Periode 2008 – 2010

No Subsektor Tahun Anggaran Total

2008 2009 2010

Jumlah pertahun 205,830 330,382 336,260 872,471 APBD Kota Surabaya 2,019,238 3,127,363 3,637,069

% sanitasi dari APBD 10.19% 10.56% 9.25% Sumber: DKKP dan analisa, 2011

Dalam penyusunan rencana belanja sanitasi periode 2012 – 2016, disesuaikan dengan usulan program di setiap subsektor seperti penjelasan berikut ini.

Tabel 8. Rencana Belanja Sanitasi Kota Surabaya tahun 2012 – 2016 (Rp. Juta)

Subsektor Sanitasi Tahun Anggaran Jumlah 2012 2013 2014 2015 2016

Air limbah 11,905 31,244 28,861 1,504,259 13,107 1,589,376 Persampahan 6,806 12,670 106,329 3,020 203,284 332,109 Drainase 234,913 216,467 324,323 12,378 - 788,081

Air Minum 24,005 78,010 125,760 74,755 2,500 305,030

Higiene 1,257 1,362 1,454 - - 4,074 Total 278,886 339,753 586,727 1,594,412 218,891 3,018,669

Rata-rata/tahun 603,733.80

Sumber: Analisa MPSS, 2011

Tabel 9. Ringkasan Rencana Pendanaan Sanitasi Kota Surabaya 2012 – 2016

Sumber Pendanaan Jumlah (Rp. Juta) %

APBD Kota 809,768 26.83% APBD Provinsi 644,783 21.36% APBN 1,271,369 42.12% BUMD/Hibah 292,750 9.70%

Total 3,018,670 100.00%

Sumber: Analisa MPSS, 2011

Tabel 9 memberikan informasi bahwa sumber pendanaan terbesar adalah APBN (42,12%), diikuti oleh sumber pendanaan dari APBD Kota Surabaya (26,83%), APBD Provinsi (21,36%), dan BUMD/Hibah (9,70%).

Pembangunan sanitasi Kota Surabaya sub sektor air minum diwujudkan dengan

(27)

27

dana PDAM sendiri yaitu sebesar 292 Milyar untuk tahun 2012 – 2016. Tabel 10 menginformasikan hal tersebut.

Tabel 10. Rencana Pembangunan Sanitasi Subsektor Air Minum Kota Surabaya Tahun 2012 – 2016 (Rp. Juta)

Tahun Belanja Sanitasi Sumber Dana Jumlah

2012 24,005 APBD Kota 5,000 2013 78,010 APBD Provinsi - 2014 125,760 APBN 7,500 2015 74,755 BUMD/Hibah 292,530 2016 2,500

Total 305,030

Sumber: Analisa MPSS, 2011

5.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bagian data dan fakta di atas telah diuraikan pengembangan pembangunan berkelanjutan sektor air minum mulai dari perencanaan hingga realisasi dalam hal teknis, kelembagaan pengelola hingga pendanaan secara terpadu dalam pembangunan sanitasi. Berikut ini merupakan analisa dan pembahasan penerapan konsep pembangunan Kota Keberlanjutan dalam pengembangan green water khususnya pengelolaan sektor air minum yang dilaksanakan Kota Surabaya, dalam 3 pendekatan : spasial/tata ruang, ekologis dan penguatan jejaring kemitraan.

5.1 Pendekatan Spasial / Tata Ruang

Untuk mewujudkan pembangunan Kota Surabaya yang berkelanjutan, perlu ditetapkan arahan penataan ruang wilayah secara berdayaguna, berhasilguna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan. Arahan penataan ruang wilayah yang berkelanjutan daat terwujud jika didukung keterpaduan pembangunan antarsektor dan antarpelaku baik antara berbagai satuan kerja di lingkungan emerintah daerah dengan masyarakat dan/atau dunia usaha. Kutipan pernyataan Walikota tersebut dalam pertimbangan di Perda Kota Surabaya No. 12 Tahun 2014 tentang RTRW Kota Surabaya 2014-2034 telah sesuai dengan komitmen Presiden RI dalam mendukung pelaksanaan target SDGs 2016-2030, khususnya dalam air bersih dan sanitasi.

Tujuan penataan ruang Kota Surabaya dalam Perda Kota Surabaya No. 12 Tahun

2014 adalah mengembangkan ruang kota metropolitan berbasis perdagangan dan jasa sebagai pusat pelayanan Nasional dan International yang berkelanjutan sebagai bagian dari KSN Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan (Gerbangkertasusila).

(28)

28

Surabaya seperti telah diuraikan dalam Bab Data dan Fakta, telah sesuai dengan RPJMD Kota Surabaya 2010-2015.

Pembangunan sektor air minum dalam mewujudkan green water juga tercantum dalam Perda Kota Surabaya No. 3 tahun 2007 tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2010-2030 serta Perda Kota Surabaya No. 12 tahun 2014 tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2014-2034 yaitu tertulis di :

Paragraf 2, Pasal 7 :

Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Wilayah Kota Surabaya dilakukan melalui pengembangan sistem pusat pelayanan yang terpadu meliputi kebijakan dan strategi sistem prasarana wilayah kota (b).

Pasal 9 :

Strategi pengembangan pusat kegiatan nasional dilakukan dengan mengembangkan jaringan infrastruktur terpadu dan berkelanjutan dalam skala kota dan wilayah sekitarnya (1b).

Pasal 10 :

Kebijakan sistem prasarana wilayah kota melalui pengembangan sistem jaringan secara terpadu meliputi (khususnya) :

(d) pengembangan sistem jaringan sumber daya air (e) pengembangan sistem jaringan infrastruktur kota Dijelaskan dalam Pasal 11 :

(4) Strategi pengembangan sistem jaringan sumber daya air dilakukan dengan :

a. mengembangkan prasarana sumber daya air untuk air minum melalui pengoptimalan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air lainnya, dan b. meningkatkan tampungan/resapan air melalui pengoptimalan fungsi tampungan

untuk wisata air, penataan lingkungan, konservasi serta pengendalian banjir.

Pembahasan :

(29)

29

Kondisi existing pemilihan sumber air tersebut masih didasarkan pada keberadaan potensi sumber daya air terbatas yang dimiliki Kota Surabaya, dimana potensi air tanah di Surabaya dominan rendah dan agak payau / agak asin sehingga memerlukan teknologi membran yang menghasilkan tarif harga air produksi menjadi mahal dijangkau daya beli warga Surabaya. Potensi air tanah di Surabaya tahun 2008 seperti nampak pada tabel berikut ini.

Tabel 11. Potensi Air Tanah di Surabaya

1. Kecamatan Suko Manunggal

2. Kecamatan Sawahan berada di sebelah Timur jalan Tol menuju Perak 3. Kecamatan Keputih

4. Kecamatan Gubeng

1. Sebagian di Kec. Dukuh Pakis sampai ke Perbatasan dgn Kec. Sawahan 2. Sebagian di Kec. Suka Manunggal (sekitar Bundaran Tol Darmo) 3. Kecamatan Wiyung

4. Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan, kecuali Wonokromo & Wonocolo 5. Kecamatan Gayungan, Wonocolo & Tenggilis

Di Surabaya Timur tersebar di daerah Rungkut bagian Barat 6. Sukolilo bagian barat, Gubeng bag. Barat & Tambaksari bag. Barat 1. Kec. Suko Manunggal bagian Utara

4. Sebagian kecil dari Surabaya bagian Selatan

1. Perbatasan antara Kec. Suko Manunggal dgn Tandes bag. Utara 2. Di perbatasan antara Tandes dan Kec. Benowo

3. Benowo bag. Barat sampai ke Perbatasan dgn Kec. Gresik 4. Rungkut bagian Timur

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2008

Agak Payau/agak asin Surabaya sejak dahulu. Kali/sungai ini kemudian pecah menjadi dua sungai besar di Surabaya yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo, menuju muara laut. Karena aliran 3 sungai ini mampu menjangkau sebagian besar wilayah Surabaya dengan debit berlimpah, maka Kali Surabaya difungsikan sebagai bahan baku air minum bagi warga Surabaya, dan juga fungsi lainnya yaitu sebagai pengendali banjir Kota Surabaya, sebagai pemasok air untuk pengenceran limbah industri dan limbah domestik, serta mempertahankan ekosistem sungai di Kali Surabaya maupun saluran drainase kota, sebagai sarana wisata dan olahraga air, dan sarana transportasi air (BLH Kota Surabaya, 2009).

(30)

30

Pengaliran air baku menuju IPAM PDAM dan pengaliran distribusi air produksi PDAM menuju pelanggan, membutuhkan lahan yang juga harus direncanakan serta diatur secara efektif dan efisien supaya tidak mengganggu fungsi tata guna lahan sepanjang aliran perpipaan air baku, perpipaan transmisi maupun perpipaan distribusi. Jika jalur yang dilalui untuk 3 hal tersebut relatif pendek dan air produksi PDAM dapat diterima dengan lancar oleh pelanggan, akan menghemat dana terkait yang dibutuhkan.

Sesuai Pasal 11 ayat 4b, pelaksanaan peningkatan tampungan/resapan air dikelola

oleh Dinas Pematusan Kota Surabaya bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dengan membangun, normalisasi dan revitalisasi saluran drainase serta boezem dan perlengkapannya, sekaligus sebagai pengendali banjir dan untuk konservasi sumber daya air, serta dapat difungsi suatu saat sebagai sumber air baku PDAM.

Menurut UU RI No. 7 Tahun 2004, konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Tujuan konservasi tersebut untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber daya air. Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan dan kawasan pantai.

Sistem drainase Kota Surabaya beroperasi dengan 2 (dua) fungsi yaitu sebagai pengendalian banjir (flood control) yang berasal dari luar Kota Surabaya dan drainase perkotaan (urban drainage) di dalam Kota Surabaya. Kedua sistem drainase tersebut beroperasi menurut pola berikut :

o Pengendalian banjir yang berasal dari luar Kota Surabaya (flood control)

 Kali Surabaya dan Kali Wonokromo serta Kali Mas berfungsi sebagai saluran drainase primer untuk menyalurkan banjir dari luar Kota Surabaya. o Pengendalian air hujan di dalam area perkotaan Surabaya (urban drainage)

 Sistem drainase perkotaan Surabaya mengumpulkan air hujan di dalam kota Surabaya melalui saluran tersier dan sekunder, dan menyalurkannya ke saluran drainase primer yang terhubung dengan Kali Mas di wilayah pusat.

(31)

31

o Pemasangan tanggul-tanggul laut dan pintu-pintu laut pada saluran drainase primer.

o Memfungsikan saluran irigasi primer dan sekunder dari bangunan pengatur Gunung Sari dan Gubeng pada saat musim hujan.

o Area penampung air hujan (boezem) yang dilengkapi dengan stasiun pompa. Sistem drainase Kota Surabaya dibagi dalam 5 wilayah rayon, yaitu rayon Genteng, Gubeng, Jambangan, Wiyung dan Tandes dengan total luas wilayah pematusan sebesar 36.396,46 Ha.

Pembangunan boezem di hilir untuk menampung aliran dari catchment area

sebelum dipompa ke laut. Saat ini Kota Surabaya didukung 5 boezem utama yaitu boezem Morokrembangan, Kedurus, Kalidami, Bratang dan Wonorejo. Pembangunan boezem harus memperhatikan karakteristik existing lahan dan fungsinya sehingga bermanfaat menyelesaikan masalah dan bukan menjadi pemicu masalah baru. Boezem sesuai dibangun pada daerah yang dulunya (exixting) memang berfungsi sebagai lahan resapan, tetapi berubah kemudian fungsi karena perkembangan pembangunan menjadi lokasi pemukiman. Sesuai prinsip aliran air selalu mencari tempat yang lebih rendah, maka potensi banjir akan berkembang pada pemukiman baru tersebut. Untuk mengatasinya diperlukan bozem yang dapat menampung aliran limbah cair domestik sekaligus limpasan air hujan untuk mengendalikan banjir. Jika masalah genangan dan banjir tertangani, sumber air tanah tidak tercemari.

Berdasarkan hal tersebut, untuk pengembangan green water dalam pembangunan sektor air minum, secara spasial harus direncanakan dan diatur tata guna lahan sesuai peruntukan terkait sebagai upaya preventif dan kuratif dari dampak negatif yang terjadi akibat perubahan tadi seperti timbulnya genangan air bahkan banjir, serta dilakukan berbagai upaya perbaikan supaya sesuai fungsi barunya. Salah satunya adalah peralihan fungsi saluran-saluran irigasi Kota Surabaya menjadi saluran drainase seiring dengan pesatnya pertumbuhan kawasan terbangun, maka dilakukan perbaikan dan penggalian pada elevasi yang lebih rendah karena adanya prinsip konstruksi saluran irigasi yang berbeda dengan prinsip konstruksi saluran drainase dimana saluran irigasi umumnya menyempit di bagian hilir.

(5) Pengembangan sistem sistem infrastruktur kota dilakukan dengan strategi, meliputi : a. meningkatkan jangkauan pelayanan air minum melalui perluasan cakupan

pelayanan air minum

(32)

32

c. mengoptimalkan dan membangun jaringan pelayanan hidran umum melalui pengintegrasian antara hidran dengan saluran sekunder perpipaan air bersih

Pembahasan :

Sesuai Pasal 11 ayat 5a, 5b dan 5c, nampak komitmen Pemerintah Kota Surabaya beserta PDAM Surya Sembada Surabaya dengan dukungan SKPD terkait berupaya mengembangkan sistem infrastruktur kota untuk sub sektor air minum dalam RTRW Kota Surabaya.

Hal tersebut merupakan :

 Upaya memenuhi sasaran capaian pelayanan bidang air minum pada tahun 2015 berdasarkan NAP (National Action Plan) sebesar 80% (104 juta jiwa) penduduk perkotaan dan sebesar 40% (46 juta jiwa) penduduk pedesaan. Realisasi PDAM Surya Sembada Surabaya telah mencapai cakupan pelayanan air bersih sebesar 92,65% (528.216 SR) pada tahun 2014, serta sebesar 92,78% (537.121 SR). Capaian tersebut melebihi target Nasional yang hanya 80%, namun PDAM Surya Sembada harus bekerja keras mencapai target pelayanan kualitas air minum (bukan air bersih) bagi warga Kota Surabaya.

 Wujud Misi Sanitasi ke-4 dan Visi Sanitasi ke-1 dari Pemerintah Kota Surabaya, tercantum dalam Tabel 1.

 Direalisasikan dalam bentuk kegiatan fisik dan non fisik sub sektor air minum sebagaimana diuaraikan dalam Tabel 6.

 Keseriusan Pemerintah Kota Surabaya bekerja secara koordinasi dan sinergi dengan SKPD terkait dan direalisasikan dalam pendanaan berbagai sumber (Tabel 9) yang dituangkan dalam Belanja Sanitasi sub sektor air minum Tahun 2008 – 2010 (Tabel 7), kemudian direncanakan secara berkelanjutan pada tahun berikutnya dalam Rencana Belanja Sanitasi Kota Surabaya Tahun 2012 – 2016 (Tabel 8 dan 10).

Pasal 11 ayat 5a dan 5b telah direalisasikan sepanjang tahun dengan peningkatan sebagaimana tercantum dalam Tabel 2 yang menguraikan kaasitas produksi PDAM Surya Sembada Tahun 2010 dan 2014 dari sumber air baku dan pada tiap IPAMnya di Ngagel serta di Karang Pilang.

(33)

33

administrasi Kota Surabaya (Barat, Pusat, Selatan, Timur dan Utara yang meliuti 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan) mendapatkan distribusi dan pelayanan air PDAM secara adil dan merata, sebagaimana nampak pada Gambar 5 dan Gambar 6 di atas.

Pengembangan sistem infrastruktur terkait lainnya diperlukan untuk mengatasi permasalahan sanitasi secara terpadu (termasuk kriteria green water dan green

waste / zero waste dalam konsep green city) serta dapat mendukung pengembangan

sektor air minum yaitu :

d. mengelola limbah kota untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan, melalui penyediaan IPAL dan IPAL Komunal

e. mengembangkan sistem pengelolaan sampah dengan pengurangan volume, penggunaan kembali dan pendaur-ulangan sampah

f. mengoptimalisasikan fungsi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan sarana prasarana kebersihan

g. mengembangkan teknologi persampahan yang hemat energi dan ramah lingkungan

h. mengembangkan sistem drainase secara terpadu dengan memaksimalkan fungsi drainase sebagai saluran pematusan air hujan dan mengurangi genangan

Pembahasan :

Sesuai Pasal 11 ayat 5d – 5h, telah direncanakan Tahun 2012 – 2016 oleh Pemerintah Kota Surabaya beserta SKPD terkait dalam penyusunan program dan pendanaan belanja sanitasi sub sektor air limbah, persampahan dan drainase seperti tercantum dalam Tabel 8; sedangkan contoh realisasi pembelanjaan sanitasi untuk 3 sub sektor tersebut Tahun 2008 – 2010 diuraikan pada Tabel 7.

Penataan spasial terhadap lokasi IPAL, pengelolaan sampah, TPA dan drainase harus memperhitungkan efek samping reversible terhadap kualitas air baku untuk air bersih/minum, supaya tidak tercemar. Demikian pula untuk lokasi pengambilan intake air baku harus mempertimbangkan jarak aman dispersi pencemaran sungai/air tanah akibat pembuangan limbah domestik/industri/pertanian juga dampak pengelolaan sampah serta TPA terkait fungsi tataguna lahan sekitar sumber air baku.

Keterpaduan perencanaan program dan pendanaan untuk semua sub sektor sanitasi tersebut diperlukan, karena secara spasial dampaknya saling berkaitan. Untuk dapat mewujudkan target keberhasilan salah satu sub sektor sanitasi (misal dalam bidang air minum) harus didukung oleh kemajuan sub sektor sanitasi lainnya seperti konsep green

(34)

34

Gambar 5. Peta Rencana Struktur Ruang (RTRW) Kota Surabaya Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007

(Sumber : RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2014-2018 )

Perkembangan Kota Surabaya memberikan implikasi yang sangat besar terhadap kebutuhan produksi tambahan yang diperlukan dalam sub sektor air bersih. Disisi lain, peningkatan pelayanan utilitas kota merupakan salah satu program utama Kota Surabaya. Maka konsep dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih dilakukan melalui :

a. Penambahan tingkat pelayanan PDAM menjadi 90%;

b. Menurunkan tingkat kebocoran menjadi 31,45% produksi air;

c. Penambahan sumber mata air menjadi salah satu konsep dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih.

Gambar

Gambar 1. Peta Kota Surabaya
Gambar 2. Penggunaan Lahan Kota Surabaya
Tabel 1. Visi dan Misi
Gambar berikut ini menunjukkan area di Kota Surabaya yang beresiko sanitasi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Guna mempercepat pembangunan pertanian maka diperlukan adanya upaya untuk memenuhi syarat pokok atau mutlak dalam pembangunan pertanian yaitu: adanya pasar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Penerapan SSK (Strategi Sanitasi Kota) Blitar dalam perspektif pembangunan berwawasan lingkungan pada

Kondisi saat ini penyelenggaraan Musrenbang yang efektif, efisien, tepat guna dan tepat sasaran menjadi kebutuhan yang tidak terelakan dalam rangka percepatan perwujudan

Maka untuk mengatasinya diperlukan upaya dan strategi mengintegrasikan gender ke dalam arus pembangunan dengan cara menempatkan perempuan sebagai subjek pembangunan dan

ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR SEKTOR WILAYAH KOTA MEDAN B.. Pendapatan dari pekerjaan utama suami/istri Rp.………….../bulan

Sistem pemeringkatan jalan berkelanjutan didasarkan pada upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yaitu memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengganggu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Penerapan SSK (Strategi Sanitasi Kota) Blitar dalam perspektif pembangunan berwawasan lingkungan pada

Melalui kebijakan yang tepat, pemerintah dapat mengatur dan mengarahkan upaya pembangunan serta mengoptimalkan pengembangan di berbagai sektor, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas