• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Supply/Demand

Dalam dokumen Laporan Pendahuluan BWP Kraton Kota Pasu (Halaman 34-39)

Metode pendekatan supply/demand menitikberatkan pada perencanaan yang berdasarkan pada tingkat kebutuhan masyarakat dan kecenderungan yang sedang berkembang di dalamnya, terutama di lokasi perencanaan yang dimaksudkan untuk menghasilkan perencanaan pembangunan sarana prasarana yang menunjang optimalisasi pembangunan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan daya dukung pertumbuhan serta prospek perkembangan kawasan secara umum dalam menciptakan kawasan yang sinergi antar daerah baik dari segi spasial, sosial, maupun ekonominya.

4.2 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran yang telah disusun merupakan pedoman langkah dalam menganalisa dan menyusun konsep rencana. Secara garis besar proses prencanaan yang telah disebut meliputi:

1. Input

Tahap memasukkan data yang dibutuhkan untuk kegiatan proses analisa. 2. Proses

Tahap pengkajian dan analisa terhadap data-data yang telah didapat. Dalam tahap ini, perlu diidentifikasi potensi dan masalah sebagai pertimbangan dalam perumusan rencana.

IV-3

3. Output

Tahap akhir pekerjaan yang menghasilkan sebuah rencana yang sesuai dengan tujuan kawasan.

Gambar 4.1 Diagram Kerangka Pemikiran Sumber: Analisa, 2015

4.3 TEKNIK DAN ANALISIS DATA

Proses pengumpulan data dalam mendukung kegiatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan meliputi kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan teknik survei primer maupun sekunder yang mencakup data-data dan peta dengan skala 1: 5.000.

Pengumpulan data tersebut akan disesuaikan dengan alat analisis yang digunakan sehingga hasil yang didapatkan lebih terfokus pada tujuan perencanaan. Hasil dari

IV-4

analisis data disajikan dalam bentuk uraian, gambar, bagan, grafik, tabel ataupun peta.

Alat analisis dan data yang diperlukan meliputi: 4.3.1 ANALISIS PENETAPAN BWP

Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan direncanakan di BWP.

Penetapan kawasan perkotaan di Kabupaten Pasuruan, wilayah perencanaan yang diambil adalah Kecamatan Kraton yang merupakan wilayah pendukung atau wilayah pengembangan Bangil. Wilayah Pengembangan (WP)–Bangil, terdiri dari Kecamatan Bangil, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan Kecamatan Kraton dengan pusat pengembangan di Bangil.

Dalam melakukan penetapan BWP di Kecamatan Kraton, dilakukan analisis dengan menggunakan kesesuaian berdasarkan 5 (lima) lingkup wilayah perencanaan RDTR Kawasan perkotaan. Yaitu:

1. Wilayah Administrasi 2. Kawasan Fungsional

3. Bagian Wilayah Kabupaten/Kota dengan Ciri Perkotaan 4. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan Ciri Perkotaan

5. Bagian Wilayah Kabupaten/Kota berupa Kawasan Pedesaan dan Direncanakan Menjadi Perkotaan.

Berikut adalah wilayah perencanaan yang dianalisis untuk melakukan penetapan BWP

.

Gambar 4.2 Analisis Penetapan BWP Sumber: Analisa, 2015

IV-5

Sehingga penetapan BWP, berdasarkan analisis yang sesuai dengan lingkup bagian

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan ciri perkotaan di Kecamatan Kraton, yang mencakup 4 desa. Keempat desa tersebut antara lain:

1. Desa Kalirejo 2. Desa Semare 3. Desa Kraton 4. Desa Tambakrejo

Dikarenakan ke empat desa tersebut:

a. Membentuk satu cluster yang saling mempunyai keterkaitan dan mempunyai karakteristik wilayah yang dominan sama dan mempunyai potensi sumberdaya alam yang melimpah untuk dikembangkan.

b. Keempat desa dilewati oleh jalan nasional, sehingga menjadi wilayah yang strategis. Yaitu Jalan Pantura yang menghubungkan Anyer hingga Panarukan. Untuk penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub BWP yang diprioritaskan. Penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya. Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi pelaksanaan salah satu program prioritas dari RDTR. Penetapan Sub BWP dari keempat desa diantaranya adalah Desa Kalirejo, Desa Semare, Desa Kraton, dan Desa Tambakrejo, akan dianalisa lebih lanjut sebagai penetapan Sub BWP Prioritas yang dilihat dari potensi yang dimiliki.

Gambar 4.3 Analisis Penetapan Sub-BWP Sumber: Analisa, 2015

IV-6

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya berfungsi sebagai:

a. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sektoral, dan b. Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan berdasarkan: a. Tujuan penataan BWP

b. Nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan

c. Kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan ditetapkan d. Daya dukung dan day a tampung lingkungan hidup BWP, dan

e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan kriteria: 1. Merupakan faktor kunci yang mendukung perwujudan rencana pola ruang dan

rencana jaringan prasarana, serta pelaksanaan peraturan zonasi di BWP 2. Mendukung tercapainya agenda pembangunan dan pengembangan kawasan 3. Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut kepentingan ekonomi,

sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan BWP,atau

4. Merupakan Sub BWP yang dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dilestarikan, dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkan pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus memuat sekurang-kurangnya:

a. Lokasi

Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya digambarkan dalam peta. Lokasi tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan, atau dapat juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut. Batas delineasi lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan mempertimbangkan:

1) Batas fisik, seperti blok dan subblok

2) Fungsi kawasan, seperti zona dan subzona

3) Wilayah administratif, seperti rt, rw, desa/kelurahan, dan kecamatan

4) Penentuan secara kultural tradisional, seperti kampung, desa adat, gampong, dan nagari

IV-7

5) Kesatuan karakteristik tematik, seperti kawasan kota lama, lingkungan

sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, kawasan perkampungan tertentu, dan kawasan permukiman tradisional, dan

6) Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.

b. Tema Penanganan

Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema penanganan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya terdiri atas: 1) Perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui

penataan lingkungan permukiman kumuh (perbaikan kampung), dan penataan lingkungan permukiman nelayan

2) Pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, serta rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan pascabencana

3) Pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui pembangunan kawasan permukiman (kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun-berdiri sendiri), pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan perbatasan, dan/atau

4) Pelestarian/pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui pelestarian kawasan, konservasi kawasan, dan revitalisasi kawasan.

Sehingga dalam penetapan Sub-BWP Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan dari keempat desa tersebut, yang digunakan adalah metode skoring untuk analisa potensi yang ada dan bisa dikembangkan. Informasi yang diperoleh berasal dari survei primer maupun survei sekunder.

4.3.2 ANALISIS FISIK DASAR DAN TATA GUNA LAHAN

Metode Pengumpulan Data

Dalam dokumen Laporan Pendahuluan BWP Kraton Kota Pasu (Halaman 34-39)

Dokumen terkait