• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan BWP Kraton Kota Pasu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Pendahuluan BWP Kraton Kota Pasu"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kota merupakan suatu kawasan yang memiliki peranan penting bagi wilayah dalam berbagai aspek. Sebagaiman telah disebutkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 20 PRT M 2011 bahwa kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Penataan ruang di perkotaan lebih diprioritaskan karena pembangunan perkotaan memang dirancang untuk menjadi pusat wilayah yang tentunya membutuhkan berbagai macam infrastruktur pendukung demi memenuhi kebutuhan kota yang selalu berkembang lebih pesat dibandingkan kawasan lain di sekitarnya. Perkembangan wilayah perkotaan yang sangat pesat dapat berdampak terhadap berbagai macam hal, baik hal positif maupun negatif. Dampak negatif atau permasalahan yang sering dihadapi oleh sebagian besar kota di Indonesia ialah ketersediaan lahan perkotaan yang semakin berkurang. Masalah lahan di perkotaan timbul karena semakin padatnya penduduk yang tinggal di kota tersebut sebagai dampak dari pesatnya pembangunan di kota. Harga lahan di perkotaan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, menjadikan lahan di perkotaan menjadi investasi yang berharga bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan. Akibat dari semakin mahalnya harga lahan di perkotaan, seringkali terjadi konflik yang memperebutkan lahan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan suatu rencana pengelolaan kawasan perkotaan secara optimal dan efisien untuk menghindari konflik-konflik mengenai lahan yang seringkali terjadi di wilayah perkotaan. Selain itu, rencana pengelolaan kawasan perkotaan juga bertujuan untuk menciptakan pembangunan kota yang menyelaraskan kehidupan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan tentunya membutuhkan suatu perencanaan yang mampu menyelaraskan tiga aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011, perencanaan di setiap kawasan perkotaan dan/atau kawasan strategis kabupaten /kota diatur dalam suatu RDTR (Rencana Detail Tata Ruang). RDTR ialah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.

(3)

I-2

di suatu Kabupaten/Kota harus memiliki dokumen perencanaan yang termuat dalam

RDTRK. Dokumen perencanaan ini dibutuhkan untuk memaksimalkan dan merencanakan pemanfaatan serta pengendalian ruang yang terdapat di kawasan perkotaan Kecamatan Kraton. Hal tersebut dikarenakan ruang yang terdapat di kawasan perkotaan akan memiliki laju pertumbuhan yang besar jika dibandingkan daerah-daerah lainnya. Oleh sebab itu, keberadaan RDTRK Perkotaan Kecamatan Kraton akan mampu mengendalikan dan mengarahkan laju pertumbuhan tersebut sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan.

1.2 DASAR HUKUM

Adapun dasar hukum yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota ini adalah :

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

6. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

7. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang.

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung.

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Penyusunan Rencana Kota.

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah.

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 650 – 658 tentang Keterbukaan Rencana Kota Untuk Umum.

(4)

I-3

16. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan.

17. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 648-384 tahun 1992, Menteri Pekerjaan Umum Nomor 738/KPTS/M/1992 dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Permukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang.

18. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah

19. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 11 Tahun 1991 tentang Penetapan Kawasan Lindung Propinsi Jawa Timur.

20. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya

1.3 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Maksud dari penyusunan RDTRK ini adalah mewujudkan rencana detail tata ruang yang mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional secara terpadu, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan serta berdaya guna sesuai dengan fungsi dan manfaatnya.

Tujuan penyusunan ini adalah menyusun Rencana Detail Tata Ruang Bagian-Bagian Wilayah Perkotaan di Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah :

a. Teridentifikasinya dan terpilihnya Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) yang akan direncanakan

b. Terdeliniasinya wilayah perencanaan

c. Tersusunnya gambaran awal wilayah perencanaan

d. Tersusunnya metode dan organisasi pelaksanaan kegiatan

e. Teridentifikasinya potensi, issue, dan masalah terkait penataan ruang yang berkembang pada wilayah studi

f. Tersusunnya analisis kebutuhan pengembangan kawasan yang berbasis pada issue pokok dan permasalahan di wilayah studi

(5)

I-4

1.4 RUANG LINGKUP

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah perencanaan ini adalah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan, dengan luas wilayah perencanaan sebesar 50,79 Km2. Adapun batas-batas administrasi wilayah Kecamatan Kraton adalah :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan Sebelah Selatan : Kecamatan Pohjentrek

Sebelah Barat : Kecamatan Rembang dan Bangil 1.4.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : A. PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN

Pokok-pokok materi yang disampaikan adalah:  Identifikasi kawasan

 Deliniasi kawasan

 Gambaran awal kawasan

 Penyusunan rencana kerja dan metodologi penyusunan rencana tata ruang  Penyusunan organisasi pelaksanaan pekerjaan

B. PENYUSUNAN SURVEY

Pokok-pokok pekerjaan yang dilakukan adalah:  Penyiapan metode pelaksanaan survey

 Persiapan teknis dan administrasi yang berupa penyiapan surat-menyurat, peta

dasar, daftar pertanyaaan, peralatan survey dan lain-lain yang digunakan C. SURVEY/ INVENTARISASI DATA

Pokok pekerjaan yang dilakukan meliputi kegiatan:

Survey data instansional, berupa pengumpulan data atau perekaman dari instansi-instansi. Hasilnya adalah uraian fakta dan informasi baik dalam bentuk data angka atau peta mengenai keadaan wilayah studi, serta rencana dan kebijakan

pembangunan makro.

Identifikasi pemanfaatan ruang, merupakan upaya pemindahan situasi lapangan terbaru kedalam format dua dimensi dengan dilengkapi data-data teknis yang diperlukan. Output kegiatan ini meliputi :

 Pemetaan jenis pemanfaatan ruang

(6)

I-5

Identifikasi intensitas pemanfaatan lahan

 Koefisien dasar bangunan

 Koefisien lantai bangunan

 Garis sempadan bangunan ldentifikasi jaringan jalan

 Fungsi jalan

 Karakter geometrik jalan yang meliputi lebar Damaja, Damija, dan Dawasja.

 Karakter lalu lintas baik kendaraan bermotor rnaupun tidak bermotor (volume lalu lintas), arus manusia pejalan kaki dan lain-lain, tempat parkir dan lainnya

 Permasalahan lalu lintas Identifikasi prasarana

 Jaringan listrik

 Jaringan telepon

 Jaringan air bersih

 Jaringan air limbah (jika ada)

 Jaringan drainase

 Sistim pembuangan sampah

ldentifikasi kependudukan dan karakter sosial

 Jumlah dan laju pertambahan penduduk

 Kepadatan penduduk

 Komposisi penduduk

 Angka kemiskinan dan ketenagakerjaan Identifikasi struktur ruang

 Orientasi keruangan

 Peran dan fungsi wilayah studi dalam konstelasi kawasan yang lebih luas (Kabupaten Pasuruan)

Identifikasi fasilitas pelayanan kota yang meliputi jenis, jumlah, distribusi / sebaran, cakupan pelayanan, antara lain :

 Fasilitas pendidikan

 Fasilitas kesehatan

 Fasilitas peribadatan

 Fasilitas perniagaan

 Fasilitas olahraga dan rekreasi

 Fasilitas pemerintahan dan layanan umum

 Fasilitas ruang terbuka hijau

(7)

I-6

Keseluruhan identifikasi tersebut harus tampak secara jelas dalam peta dengan skala

1 : 5.000 ataupun dalam deskripsi lain yang mudah terbaca, sehingga dapat dijadikan landasan bagi pekerjaan selanjutnya. Penggambaran peta skala 1 : 5.000 dengan menggunakan GIS.

D. KOMPILASI DATA

Kompilasi data merupakan rekapitulasi hasil survei data primer dan data sekunder. Dalam kegiatan ini dilakukan seleksi dan sistematisasi data melalui tabulasi atau penyusunan data secara sistematis sesuai dengan kebutuhan. Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya informasi yang lengkap tentang wilayah studi dan dapat digunakan pada tahap analisa. Output dari tahap ini berupa susunan data/informasi yang sudah terpilah sesuai dengan aspek-aspek / komponen perencanaan.

E. ANALISA

Pada dasarnya pekerjaan analisa meliputi :

- Penilaian terhadap kondisi potensi dan permasalahan ruang yang ada - Perkiraan trend pengembangan kawasan saat ini

- Analisis kesesuaian antara kondisi eksisting wilayah studi dengan rencana tata ruang pada tingkat makro

- Penentuan tema sentral pengembangan wilayah studi

- Analisis kebutuhan penataan dan pengembangan wilayah studi - Penilaian kapasitas / daya tampung ruang

- Analisis perumusan konsep penataan ruang wilayah studi

Hasil dari kegiatan inventarisasi data, kompilasi data, dan analisa diakomodasikan dalam buku Laporan Fakta dan Analisa

F. PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Rencana tata ruang memuat rumusan rencana yang bersifat operasional yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap kegiatan pembangunan, pelaksanaan program-program penataan fisik, dan pengendalian pemanfaatan ruang, baik yang dilaksanakan oleh warga, pelaku ekonomi, maupun pihak Pemerintah

Substansi rencana tata ruang meliputi : - Rencana pola ruang

- Rencana intensitas pemanfaatan ruang - Rencana sistem transportasi

(8)

I-7

- Pengendalian pemanfaatan ruang

1.4.3 Jangka Waktu Kegiatan

Jangka waktu kegiatan pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan untuk kebutuhan Praktek Perencanaan Kota adalah selama 22 (dua puluh dua) minggu atau seratus lima puluh empat hari sejak terbitnya Kerangka Acuan Kerja.

1.5 TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (TOR)

Kerangka acuan kerja (KAK) merupakan suatu acuan dalam melakukan proses penyusunan proposal/laporan pendahuluan ini. Laporan pendahuluan ini akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton. Dengan demikian, semakin detail KAK yang diberikan akan semakin jelas arahan kerja yang dimaksud sehingga dalam melakukan proses penyusunan laporan pendahuluan tidak terjadi multitafsir pemahaman KAK yang juga berpengaruh pada proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton selanjutnya.

Dalam KAK telah dijelaskan suatu kerangka kerja yang mampu memproyeksikan apa saja yang akan dilakukan dan dibutuhkan mulai dari perumusan permasalahan, tujuan dan sasaran hingga SDM yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kegiatan yang diharapkan.

Secara substansi KAK yang diberikan telah mampu menjelaskan secara runtut proses kerja yang akan dilakukan mulai wilayah yang direncanakan yang terdiri dari sedikit gambaran potensi dan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah, ruang lingkup kegiatan dan organisasi kerja. Meskipun demikian terdapat beberapa kekurangan terhadap KAK yang diberikan. Terdapat beberapa subtansi yang seharusnya perlu dijelaskan lebih tetapi tidak dijelaskan di KAK dan beberapa hal yang perlu diidentifikasi tetapi tidak dijelaskan di KAK seperti pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)

NO. ASPEK PEMAHAMAN TANGGAPAN USULAN

1. Gambaran Umum Kawasan Sudah Jelas -

2. Tujuan Dan Sasaran Sudah Jelas -

3.

Ruang Lingkup wilayah

Ruang lingkup yang diarahkan adalah kawasan perkotaan di Kabupaten Pasuruan

Seharusnya dijelaskan bagian kawasan perkotaan mana saja yang bisa diambil. Kawasan utama ataukah pendukung. 4.

Ruang Lingkup Kegiatan

4.1 Proposal/ Laporan Pendahuluan

Sudah jelas

4.2 Persiapan Survey Sudah jelas

4.3 Survey dan Inventarisasi data:

a. Tidak mencantumkan

(9)

I-8

identifikasi ketinggian

bangunan

b. Tidak mencantumkan rute sarana angkutan umum masal (SAUM) yang melewati kawasan studi

c. Tinjauan yang tertulis di KAK adalah Kabupaten Bangkalan, padahal wilayah studi yang diarahkan adalah kawasan perkotaan Kabupaten Pasuruan.

mempermudah inventarisasi data Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dengan wilayah lain dan kemudahan analisa aksesibilitas

Tinjauan Peran dan fungsi wilayah studi ditinjau dari RTRW Kabupaten Pasuruan

4.4 Kompilasi Data Sudah Jelas

4.5 Analisa: karena orientasi wilayah studi di kawasan perkotaan

Kabupaten Pasuruan. b) Analisis kesesuaian lahan

seharusnya mengacu pada RTRW Kabupaten Pasuruan.

4.6 Penyusunan Rencana

Tidak adanya rencana pengembangan SDM.

Rencana pengembangan SDM dimasukkan kedalam salah satu rencana kawasan studi

5.

Nama dan Organisasi Pengguna jasa

Nama program studi Perencanaan Wilayah dan Kota sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini

Diganti menjadi Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

6.

Metodologi

Sudah jelas Sudah jelas

7.

Jangka Waktu Pelaksanaan Sudah jelas Sudah jelas

8.

Keahlian

Tercantum ahli ekonomi dan kelembagaan. Namun mahasiswa belum

mendapatkan mata kuliah ekonomi wilayah.

Dihapuskan keahlian ekonomi dan kelembagaan pada laporan selanjutnya atas saran dosen pembimbing.

9.

Output

Sudah jelas Sudah jelas

10.

Waktu Perencanaan

Sudah jelas Sudah jelas

11.

Referensi

Sudah jelas Sudah jelas

12.

Pelaporan Sudah jelas Sudah jelas

(10)

I-9

1.6 SISTEMATIKA PELAPORAN

BAB I PENDAHULUAN

Pada penjelasan pendahuluan ini mencakup beberapa pembahasan, yakni latar belakang, dasar hukum, maksud, tujuan serta sasaran Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), ruang lingkup, tanggapan terhadap TOR, dan sistematika pelaporan.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN

Bab ini berisi tentang tinjauan kebijakan serta teori yang berkaitan dengan wilayah perencanaan yaitu Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum wilayah perencanaan antara lain ditinjau dari kondisi fisik dasar, penggunaan lahan, sumberdaya manusia (kependudukan), sistem transportasi, sistem utilitas, fasilitas pelayanan umum, serta kondisi, jenis dan tipe bangunan di wilayah perencanaan.

BAB IV METODE PERENCANAAN

Pada bab ini menjelaskan metode pendekatan perencanaan, kerangka pemikiran, serta teknik dan analisa data.

BAB V MANAJEMEN KEGIATAN

(11)

II-1

BAB II

TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 RTRW KECAMATAN KRATON KABUPATEN PASURUAN 2009-2029

2.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan

2.1.1.1 Rencana Sistem Pusat Pelayanan

A. Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan

Kecamatan Kraton saat ini memiliki rencana sistem perkotaan, seperti adanya Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau ibukota kecamatan atau beberapa desa/kelurahan, yakni seluruh ibukota kecamatan yang tidak termasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang memiliki fungsi dari masing-masing ibukota kecamatan tersebut antara lain pusat pelayanan umum dan pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya dan pusat perdagangan dan jasa bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya.

B. Arahan Pengembangan Sistem Perdesaan

Arahan pengembangan sistem perdesaan dapat dilihat dari sistem pemusatan perdesaan yang berkaitan dengan kawasan perkotaan, sistem pusat permukiman pedesaan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki diantaranya sebagai berikut:

1. Pusat pelayanan antar desa (PPL) 2. Pusat pelayanan setiap desa (PPd)

3. Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman (PPds)

Distribusi permukiman perdesaan di Kecamatan Kraton menunjukkan keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat ataupun terpencar. Pola ruang seperti ini menjadikan pusat kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-macam dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Setiap dusun memiliki pusat dusun

b. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi

untuk melayani kegiatan skala antar desa

d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa

(12)

II-2

Gambar 2.1 Sistem Perdesaan

Sumber: RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029

C. Rencana Sistem Perwilayahan

Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan kegiatan perkotaan masing-masing. Penentuan kegiatan pelayanan perkotaan ini dibuat sesuai dengan pusat kegiatan perkotaan masing-masing dan fungsi yang harus diemban bagi setiap wilayah pendukung masing-masing.

D. Hierarki (Besaran) Kawasan Perkotaan

Adapun hierarki perkotaan di Kecamatan Kraton adalah perkotaan sangat kecil. Perkotaan ini diutamakan untuk kegiatan perdagangan dan jasa dengan fungsi utama sebagai pengembangan kegiatan industri, pertanian, peternakan, dan perikanan dan fungsi pendukung perdagangan dan jasa dan perkebunan.

2.1.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kecamatan Kraton

2.1.2.1 Rencana Kawasan Lindung

Rencana Kawasan Lindung yang ada di wilayah Kecamatan Kraton meliputi: a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, terdiri

dari kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.

b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri dari kawasan suaka alam, kawasan cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

(13)

II-3

e. Kawasan lindung geologi, terdiri dari kawasan rawan bencana alam geologi dan

kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Kawasan rawan bencana alam geologi sendiri, terdiri dari kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, serta kawasan yang terletak di zona patahan aktif, sedangkan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah, terdiri dari kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air. f. Kawasan lindung lainnya.

Kawasan lindung mempunyai fungsi utama untuk perlindungan sumber daya untuk kawasan setempat dan atau kawasan pengaruhnya. Pemantapan kelestarian kawasan lindung dapat dilakukan melalui pemanfaatan fungsi tanah baik pada kawasan lindung mutlak maupun kawasan lindung bawahannya.

Strategi pemantapan kawasan lindung pada dasarnya harus dikaitkan dengan konteks keseimbangan ekosistem dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini berarti bahwa pemantapan kawasan lindung harus memperhatikan faktor-faktor lainnya, yaitu:

a. Keseimbangan hidrologis b. Keseimbangan flora dan fauna c. Keseimbangan cagar budaya

d. Perlindungan terhadap dampak lingkungan lainnya

Sedangkan strategi yang ditempuh dalam penataan kelestarian kawasan lindung di Kecamatan Kraton adalah:

a. Penegasan batas nyata kawasan lindung dengan kawasan budidaya b. Mengembalikan fungsi lindung bagi kawasan yang telah rusak c. Pengelolaan kawasan lindung secara terpadu

d. Pengendalian konservasi tanah dan air pada kawasan lindung

2.1.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Rencana kawasan budidaya, meliputi kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan peternakan, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan dan objek pariwisata, kawasan permukiman, dan kawasan pesisir.

A. Kawasan Pertanian

Upaya penanganan atau pengelolaan kawasan pertanian di Kecamatan Kraton dilakukan dengan cara:

(14)

II-4

b. Penetapan kriteria teknis dan pola penataan lahan serta pengelolaan kawasan pada

masing-masing Kawasan Pertanian akan ditetapkan dan dikoordinasikan oleh masing-masing Kepala Dinas terkait yang tugas dan tanggungjawabnya berkaitan dengan Bidang Pertanian.

c. Rencana Kawasan Pertanian lahan basah (sawah). d. Rencana Kawasan Pertanian Lahan Kering. B. Kawasan Perkebunan

Rencana kawasan perkebunan yang ada di Kecamatan Kraton meliputi kawasan perkebunan milik masyarakat yang tersebar di seluruh Kecamatan Kraton.

C. Kawasan Perikanan

Kawasan perikanan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan. Rencana pengembangan kawasan perikanan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan.

b. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup. D. Kawasan Peternakan

Kawasan peternakan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi peternakan dan/atau padang penggembalaan ternak untuk berbagai jenis hewan ternak. Rencana pengembangan kawasan peternakan yang ada di Kecamatan Kraton dikembangkan menyebar di hampir semua Kecamatan Kraton, mengingat potensi yang adapun menyebar di hampir disetiap kecamatan ini. Kawasan peternakan diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu ternak besar dan ternak kecil. Yang dimaksud dengan ternak besar adalah ternak sapi potong dan ternak sapi perah. Sedangkan ternak kecil disini memiliki jenis ternak ayam buras pedaging, ayam buras petelur, itik, kambing/domba, babi, kuda dan kerbau.

E. Kawasan Pertambangan

(15)

II-5

kapur, pasir kuarsa, pasir batu, kalsit, trass, kaolin, bentodit, marmer, zeolit, toseki,

feldspar, piropilit, dan fospat. F. Kawasan Peruntukkan Industri

Kawasan peruntukkan industri meliputi kawasan industri, lokasi peruntukkan industri serta kawasan industri tertentu untuk UMKM dan industri rumah tangga. Sektor industri merupakan salah satu pendukung utama pembangunan ekonomi Kecamatan Kraton. Hal ini terlihat dari kontribusi terhadap PDRB cukup besar terutama dari sektor pengolahan. Didukung dengan posisi yang strategis maka Kecamatan Kraton mempunyai prospek yang besar untuk berkembang sebagai wilayah industri, hal ini ditandai dengan berkembangnya industri kecil yang ada di kecamatan ini.

Berdasarkan kondisi tersebut maka arah pengembangan kegiatan industi di Kecamatan Kraton, adalah sebagai berikut:

a. Mendorong perkembangan kawasan industri Kecamatan Kraton.

b. Pengembangan industri, menyatu dengan Kawasan Industri atau cluster peruntukan industri yang telah ada, untuk arah pengembangannya adalah kegiatan industi agro (industri hasil pertanian) serta pengembangan industri kecil yang mempunyai kaitan dengan berbagai industri.

G. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman meliputi: a. Kawasan Permukiman Perkotaan

b. Permukiman di sekitar kawasan industri. Permukiman ini pengembangannya diarahkan di sekitar Kecamatan Kraton.

c. Permukiman di sekitar kawasan Pantai. Permukiman ini diarahkan disekitar Kecamatan Kraton.

d. Kawasan Permukiman Perdesaan. Kawasan perdesaan merupakan daerah tempat tinggal sebagian besar masyarakat Kecamatan Kraton yang kehidupan pokoknya bersumber pada pola pertanian.

Kebijakan pengembangan sistem permukiman:

a. Mengarahkan struktur permukiman pusat perkotaan secara berhierarki dan

mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung memusat ke arah kawasan metropolitan di Kecamatan Kraton.

b. Menata pusat permukiman perkotaan SSWP direncanakan berperan sebagai pusat- pusat mandiri.

(16)

II-6

d. Membentuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan minimal seluas 30%

dari luas wilayah kawasan permukiman perkotaan. H. Kawasan Pesisir

Arahan rencana pengembangan kawasan pesisir di Kecamatan Kraton, yaitu: a. Optimalisasi pemanfaatan lahan tambak dikembangkan di Kecamatan Kraton.

b. Pengembangan wisata bahari pada kawasan potensial, tetapi pemanfaatannya perlu menjaga kelestarian hutan bakau yang ada.

c. Pengembangan kegiatan penelitian dan ilmu pengetahuan.

d. Memelihara hutan bakau yang bermanfaat untuk kelangsungan ekosistem pesisir. Penataan kawasan budidaya dimaksudkan agar kegiatan yang dikembangkan dapat memberikan kesejahteraan masyarakat secara merata di Kecamatan Kraton. Pengembangan kawasan budidaya menyangkut aspek-aspek:

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya (produksi dan permukiman) secara optimal sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan.

b. Pengendalian dan pengaturan pemanfaatan ruang pada kewasan budidaya untuk menghindari konflik kepentingan antar sektor kegiatan.

Dengan demikian strategi penataan kawasan budidaya pada dasarnya memanfaatkan setiap kegiatan pembangunan yang berimplikasi terhadap ruang secara optimal sesuai dengan daya dukung lahannya, sebagai upaya untuk mendukung peningkatan laju pertumbuhan pembangunan daerah. Pemanfaatan kawasan budidaya yang lokasinya berdekatan dengan kawasan lindung perlu pengawasan yang ketat agar tidak saling mengganggu keseimbangan ekosistem masing-masing.

Disamping itu diperlukan juga pengembangan dan pembangunan jaringan infrastruktur yang diharapkan dapat menunjang pemanfaatan kawasan budidaya agar dapat memberikan hasil optimal, khususnya untuk kepentingan masyarakat. Strategi yang ditempuh dalam penataan kawasan budidaya di Kecamatan Kraton adalah:

a. Menciptakan kesempatan ekonomi di kawasan budidaya b. Menata ruang sesuai dengan daya dukung lingkungan

c. Penataan ruang untuk kegiatan industri yang terpisah dari kawasan perumahan d. Penataan ruang untuk perdagangan

e. Penataan ruang untuk perumahan f. Penataan ruang untuk pertanian g. Pengembangan obyek wisata

2.1.2.3 Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis

(17)

II-7

a. Pelestarian dan peningkatan fungsi sesuai dengan daya dukung lingkungan

sehingga terwujud pemanfaatan ruang yang berkelanjutan mendukung kehidupan di wilayah Kecamatan Kraton.

b. Peningkatan dan pemantapan kawasan agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dan mendorong peran wilayah Kecamatan Kraton dalam perkembangan wilayah Provinsi dan Nasional.

c. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan mengurangi kesenjangan antar wilayah di Kecamatan Kraton, meningkatkan taraf hidup masyarakat secara adil dan merata.

2.1.2.3.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Ketahanan

Ekonomi

a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ketahanan ekonomi di Kecamatan Kraton, meliputi kawasan strategis dan kawasan tertinggal.

b. Peningkatan dan pemantapan kawasan agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dan mendorong peran wilayah dalam perkembangan wilayah Provinsi dan Nasional.

2.1.2.3.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Dan

Budaya

a. Melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang disekitar bangunan bersejarah, situs purbakala, dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu, serta mengembangkan kawasan tertinggal.

b. Kawasan Strategis (KS) dari sudut kepentingan sosial dan budaya, meliputi kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.

2.1.2.4 Rencana Pola Ruang Kawasan Pengendalian Ketat

a. Pengendalian terhadap kawasan yang memerlukan pengawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan daya dukung, mencegah dampak negatif, dan menjamin proses pembangunan yang berkelanjutan.

b. Kawasan Pengendalian Ketat adalah kawasan meliputi: 1. Wilayah aliran sungai

2. Transportasi terkait area atau lingkup kepentingan pelabuhan & kawasan disekitar jalan arteri/tol

(18)

III-1

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Kecamatan Bangil memiliki luas 44.600 Ha. Letak geografis wilayah Bangil, Kabupaten Pasuruan berada pada posisi yang sangat strategis yaitu jalur regional dan jalur utama antara Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi. Kecamatan Bangil merupakan pusat perkotaan menengah Kabupaten Pasuruan dimana memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri dan pusat kegiatan pendidikan. Oleh karena itu Kecamatan Bangil memiliki wilayah pendukung atau wilayah pengembangan. Wilayah Pengembangan (WP)–Bangil, terdiri dari Kecamatan Bangil, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan Kecamatan Kraton dengan pusat pengembangan di Bangil.

Lokasi perencanaan yang diambil adalah kawasan perkotaan di Kecamatan Kraton dimana kegiatan utama yang dikembangkan di Kecamatan Kraton adalah kawasan kegiatan penunjang pertanian, perikanan dan peternakan. Berikut dijelaskan mengenai gambaran umum dari Kecamatan Kraton.

3.1 KONDISI FISIK DASAR

3.1.1 Letak Geografis

Kecamatan Kraton secara geografis termasuk ke dalam Kabupaten Pasuruan yang terletak antara 7,30o - 8,30o Lintang Selatan dan 112,30o - 113,30o Bujur Timur. Luas total Kecamatan Kraton adalah 50,750 Ha. Secara umum, wilayah Kecamatan Kraton memiliki 25 desa/kelurahan yang terbagi menjadi 106 dusun, 130 RW dan 408 RT. Batas fisik Kecamatan Kraton adalah sebagai berikut:

Utara : Laut Jawa

Timur : Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan Barat : Kecamatan Bangil

Selatan : Kecamatan Pohjentrek

Kawasan perkotaan Kecamatan Kraton meliputi wilayah administrasi:

(19)
(20)

3.1.2 Topografi

Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik yang dapat mengetahui potensi dan kendala fisik perkembangan suatu kawasan/wilayah. Kondisi topografi erat kaitannya dengan ketinggian dan kemiringan lereng lahan.

Kecamatan Kraton merupakan dataran rendah daerah pantai dengan ketinggian antara 2 – 8 m dpl dan memiliki endapan alluvium. Sebagian besar merupakan lahan pertanian, pertambakan, dan perkebunan. Sungai utamanya adalah Sungai Welang. Kemiringan Lahan di Kecamatan Kraton antara 0 – 25 m dpl.

3.1.3 Hidrologi

Hidrologi adalah suatu ilmu yang mempelajari air dibumi, kejadian, sirkulasi dan distribusi, sifat-sifat kimia dan fisika serta reaksinya dengan lingkungan, termasuk hubungannya dengan mahkluk hidup. Dengan demikian sangat pentingnya mengetahui kondisi hidrologi sebagai pertimbangan siklus air di kawasan perencanaan.

Kecamatan Kraton memiliki sungai utama yaitu Sungai Welang yang merupakan sungai catchment area terbesar yaitu 518 km2, juga terpanjang 36 km dengan lebar 35 m, tetapi debit alirannya masih relatif rendah dibanding sungai pada Kecamatan Rejoso. Sungai utama tersebut merupakan sungai perenial yaitu sungai yang selalu mempunyai aliran sepanjang tahun. Pada saat musim hujan debit aliran sungai-sungai tersebut sangat besar sehingga elevasi permukaan air di sungai sangat tinggi dan ada yang melampaui elevasi tanggulnya serta meluap ke daerah sekitarnya, selanjutnya menimbulkan masalah banjir terutama di daerah hilirnya. Kondisi ini juga dapat dilihat saat musim hujan dimana hampir seluruh daerah hilir dari sungai-sungai tersebut selalu tergenang air. Sungai Welang ini bermuara di Desa Pulokerto – Kecamatan Kraton.

3.1.4 Klimatologi

Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim suatu wilayah Kondisi iklim Kecamatan Kraton tidak jauh berbeda dengan kondisi iklim wilayah Kabupaten Pasuruan pada umumnya. Seperti wilayah lainnya, Kecamatan Kraton mengalami perubahan iklim sebanyak 2 kali setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Unsur-unsur klimatologi meliputi:

 Kecamatan Kraton memiliki curah hujan rata-rata 1.500 mm/tahun.  Kelembaban rata-rata 58-96 %

 Kecepatan angin rata-rata 25 km/jam  Temperatur udara rata-rata 17-30o

(21)

3.2 PENGGUNAAN LAHAN

Kecamatan Kraton memiliki total luas lahan 50.750 Ha. Penggunaan lahan di Kecamatan Kraton digunakan sebagai permukiman, pertanian kering/tegal, persawahan, dll. Lebih jelasnya mengenai luas penggunaan lahan Kecamatan Kraton dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Kraton Tahun 2013

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase

1 Pemukiman 488,73 9,7%

2 Persawahan 2.496, 51 49%

3 Pertanian kering/tegal 684,24 13,5%

4 Lain-lain 1.409,8 27,8%

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Kraton, 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan di Kecamatan Kraton didominasi oleh penggunaan berupa lahan sawah yaitu sebesar 2.496, 51 Ha atau sebesar 49% dari total luas lahan. Penggunaan lahan terbesar kedua di Kecamatan Kraton adalah sebagai kawasan pertanian kering/tegal yaitu sebesar 684,24 Ha atau sebesar 27,8% dari total luas lahan.

3.3 KEPENDUDUKAN

3.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berikut adalah gambaran mengenai jumlah penduduk, dan kepadatam di Kecamatan Kraton :

Tabel 3.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kec. Kraton

(22)

25 Gerongan 4,53 4162 918,76

Jumlah/Total 50,79 90326 1778,42

Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

Dari tabel di bawah, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa Kalirejo dengan jumlah penduduk sebesar 7.508 jiwa sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Desa Dhompo dengan jumlah penduduk sebesar 1995 jiwa.

Dengan luas wilayah sebesar 50,79 km2 dan jumlah penduduk sebesar 90.326 jiwa, maka kepadatan penduduk Kecamatan Diwek adalah 1.778,42 jiwa/km2 dengan kepadatan penduduk tertinggi berada pada Desa Kalirejo dan kepadatan penduduk terendah berada pada Desa Pulokerto.

3.3.2 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Kesejahteraaan

Tabel 3.3 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Kec. Kraton

No Desa Tahapan Kesejahteraan Keluarga Jumlah

Pra

Sejahtera KS I KS II KS III KS III+

1 Slambrit 89 179 357 83 22 730

2 Ngabar 178 106 293 268 16 861

3 Klampisrejo 178 159 174 149 50 710

4 Kebotohan 387 159 267 96 83 992

5 Pukul 221 300 236 103 15 875

6 Gambir Kuning 142 249 363 215 9 978

7 Mulyorejo 227 114 313 262 6 922

8 Tambaksari 40 97 362 236 12 747

9 Plinggisan 183 195 262 245 8 863

10 Dhompo 144 179 208 71 - 602

11 Ngempit 160 275 189 75 11 710

12 Jeruk 224 215 189 68 7 703

13 Sidogiri 141 247 397 134 35 954

14 Karanganyar 244 162 457 76 12 951

15 Selotambak 259 199 344 82 - 884

16 Curahdukuh 253 536 629 84 15 1517

17 Rejosari 129 363 319 187 - 998

18 Asemkandang 500 79 190 11 - 780

19 Tambakrejo 124 205 263 319 4 915

20 Kraton 132 107 260 323 45 867

21 Kalirejo 323 476 657 185 23 1664

22 Semare 110 173 315 139 - 737

23 Pulokerto 189 319 268 139 7 922

24 Bendungan 219 494 441 256 9 1419

25 Gerongan 184 360 243 153 6 946

Total 4980 5947 7966 3959 395 23247 Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

Tahapan keluarga sejahtera, meliputi Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), serta Keluarga Sejahtera III+ (KS III plus).

(23)

Sejahtera III+, yaitu 21,42%, 25,58%, 34,27%, 17,03%, dan 1,70%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga di Kecamatan Kraton sudah mempunyai taraf hidup yang cukup baik.

3.3.3 Jumlah Penduduk menurut Agama

Mayoritas penduduk di Kecamatan Kraton memeluk agama Islam dengan jumlah penganut agama Islam sebesar 79.603 jiwa. Sedangkan tidak ada penduduk Kecamatan Kraton yang memeluk agama Kristen, Hindu dan Budha. Rinciannya dapat dilihat pada berikut:

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kec. Kraton

No Desa Agama

Islam Kristen Katolik Hindu/Budha Lainnya

1 Slambrit 1875 - - - -

2 Ngabar 3495 - - - -

3 Klampisrejo 2000 - - - -

4 Kebotohan 3153 - - - -

5 Pukul 2746 - - - -

6 Gambir Kuning 2736 - 1 - -

7 Mulyorejo 2835 - - - -

8 Tambaksari 1904 - - - -

9 Plinggisan 2516 - - - -

10 Dhompo 1783 - - - -

11 Ngempit 2185 - - - -

12 Jeruk 1876 - - - -

13 Sidogiri 8298 - - - -

14 Karanganyar 2685 - - - -

15 Selotambak 3145 - - - -

16 Curahdukuh 4277 - - - -

17 Rejosari 2966 - - - -

18 Asemkandang 2089 - - - -

19 Tambakrejo 3060 - 31 - -

20 Kraton 2687 - 12 - -

21 Kalirejo 6658 - - - -

22 Semare 2491 - - - -

23 Pulokerto 2783 - - - -

24 Bendungan 5800 - 13 - -

25 Gerongan 3563 - - - -

Jumlah/Total 79603 - 57 - -

Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

3.3.4 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

(24)

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian Kec. Kraton

No Desa Mata Pencaharian

Tdk/Blm Bekerja

Pertanian Pertambangan Industri Konstruksi Perdagangan Angkutan Komunikasi

Keuangan Jasa Lain-lain

1 Slambrit 554 1337 0 159 174 18 12 28 73 178

2 Ngabar 1341 788 0 190 196 29 111 83 722 80

3 Klampisrejo 527 1414 0 177 110 20 62 24 235 432

4 Kebotohan 1064 1305 0 204 246 48 62 34 279 270

5 Pukul 952 825 0 227 201 29 74 51 398 360

6 Gambir Kuning 914 905 0 313 190 22 49 29 465 226

7 Mulyorejo 1049 1253 0 231 97 29 99 32 449 147

8 Tambaksari 626 519 0 296 111 20 37 22 331 152

9 Plinggisan 920 485 0 300 153 21 1111 65 315 242

10 Dhompo 587 845 1 211 129 23 25 17 171 116

11 Ngempit 738 510 1 266 191 58 86 69 250 291

12 Jeruk 636 1866 0 104 82 39 49 50 294 121

13 Sidogiri 4012 574 0 155 321 31 86 117 570 486

14 Karanganyar 856 1427 0 350 176 48 37 37 265 85

15 Selotambak 943 2128 1 373 145 29 74 29 265 237

16 Curahdukuh 1247 3701 0 449 198 26 0 17 225 273

17 Rejosari 859 1459 0 517 245 33 62 37 314 106

18 Asemkandang 769 853 1 228 116 39 0 13 196 15

19 Tambakrejo 1168 606 9 385 138 87 25 24 513 144

20 Kraton 1015 278 2 289 179 39 123 46 550 142

21 Kalirejo 2458 4315 0 110 496 17 37 15 353 100

22 Semare 865 1481 2 74 221 19 0 5 268 51

23 Pulokerto 844 2120 2 243 183 49 62 29 129 139

24 Bendungan 2200 962 1 838 270 68 86 56 864 242

25 Gerongan 1427 1636 1 225 200 29 49 9 93 62

(25)

Kecamatan Kraton memiliki keanekaragaman penduduk yang sebagian besar adalah suku Jawa, selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain seperti suku Madura serta masyarakat keturunan Tionghoa-Indonesia, Arab dan India. Suku Jawa di Pasuruan terutama adalah dari mereka yang berbahasa Jawa dialek Wetanan serta subsuku Tengger yang hidup di kawasan Pegunungan Tengger (Kecamatan Tosari). 3.4 FASILITAS UMUM

Fasilitas perkotaan menjadi salah satu faktor penunjang pengembangan maupun peningkatan perekonomian wilayah. Ketersediaan fasilitas menjadi salah satu nilai penting dalam suatu kota atau wilayah. Fasilitas itu diantaranya fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan pemerintahan

3.4.1 Fasilitas Kesehatan

Tabel 3.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan menurut Jenisnya Kecamatan Kraton

Desa Poliklinik Puskesmas Puskesmas Pembantu

Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

(26)

Kraton juga memiliki 119 posyandu untuk pemantauan gizi dan tumbuh kembang balita.

3.4.2 Fasilitas Peribadatan

Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Kraton terdiri dari masjid dan langgar yang tersebar di setiap desa.

Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Peribadatan menurut Jenisnya

Desa Masjid Langgar Gereja Pure Vihara Jumlah/

Total

Slambrit 4 51 - - - 54

Ngabar 5 59 - - - 64

Klampisrejo 4 33 - - - 37

Kebotohan 4 54 - - - 58

Pukul 3 31 - - - 34

Gambir Kuning 1 47 - - - 48

Mulyorejo 5 30 - - - 35

Tambaksari 6 24 - - - 31

Plinggisan 5 33 - - - 38

Dhompo 3 31 - - - 34

Ngempit 3 23 - - - 25

Jeruk 4 33 - - - 37

Sidogiri 3 42 - - - 44

Karanganyar 3 23 - - - 25

Selotambak 5 54 - - - 59

Curahdukuh 5 33 - - - 38

Rejosari 3 45 - - - 48

Asemkandang 4 37 - - - 40

Tambakrejo 3 21 - - - 23

Kraton 1 26 - - - 27

Kalirejo 4 45 - - - 49

Semare 1 26 - - - 27

Pulokerto 3 24 - - - 27

Bendungan 5 59 - - - 64

Gerongan 4 38 - - - 42

Jumlah/Total 87 926 - - - 1013

. Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013 3.4.3 Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Kecamatan Kraton terdiri dari TK, SD, SMP hingga SMA

dan tersebar di seluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Kraton. Kecamatan Kraton

(27)

Tabel 3.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan menurut Jenisnya

Desa TK

SD SMP SMA Sekolah

Luar Biasa (SLB)

Pondok Pesantren Madrasah Diniyah

Madrasa h Diniyah

Seminari dan Sejenisnya

Jumlah/ Total Negeri Swasta Negeri Swasta Kejuruan Umum

Slambrit 2 1 1 - - - 2 - 2

Ngabar 2 1 1 1 2 - 1 - 1 2 - 3

Klampisrejo 1 1 - - - 2 - 2

Kebotohan 2 1 2 - 2 - - - 1 3 - 4

Pukul 1 1 1 - 1 - - - 2 3 - 5

Gambir Kuning 2 1 - - - 2 - 2

Mulyorejo 2 1 1 - 1 - - - 1 1 - 2

Tambaksari 1 1 - - - 2 - 2

Plinggisan 2 1 1 - 1 - - - - 1 - 1

Dhompo 3 2 - - - 2 - 2

Ngempit 1 1 - - - 1 - 1

Jeruk 1 1 - - - 2 - 2

Sidogiri 3 1 1 - 1 - - - 2 3 - 5

Karanganyar 1 2 1 - 1 - - - 1 1 - 2

Selotambak 4 1 3 - 1 - - - 2 3 - 5

Curahdukuh 2 2 6 - - - 2 - 2

Rejosari 4 1 1 - 1 - - - - 5 - 5

Asemkandang 1 1 1 - - - - - - 3 - 3

Tambakrejo 4 1 2 1 - - - 3 - 3

Kraton 2 1 1 - 1 - - - 1 3 - 4

Kalirejo 3 1 2 - - - 1 - 1

Semare 1 1 1 - - - - - - 2 - 2

Pulokerto 1 1 1 - - - 1 4 - 5

Bendungan 3 1 1 - 2 - - - 4 2 - 6

Gerongan 2 1 1 - 1 - - - - 1 - 1

Jumlah/Total 51 28 29 2 15 - 1 - 16 56 - 72

(28)

III-11

3.4.4 Fasilitas Perkantoran

Fasilitas perkantoran yang ada di kecamatan Kraton meliputi perkantoran kecamatan dan perkantoran pemerintah.

3.4.5 Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di kecamatan Kraton meliputi Pasar, pertokoan, dan pasar hewan.

3.5 SISTEM UTILITAS

Kebutuhan jaringan utilitas dalam menunjang kegiatan di wilayah baik kabupaten maupun perkotaan sangatlah penting. Kecamatan Kraton memiliki beberapa jaringan utilitas berupa jaringan air bersih, listrik, telepon, persampahan, dan pembuangan air limbah (pematusan). Jaringan utilitas ini melayani kebutuhan domestik (rumah tangga), fasilitas umum, dan pedagangan jasa. Berikut merupakan jaringan utilitas yang terdapat di Kecamatan Kraton.

3.5.1 Jaringan Listrik

Listrik merupakan utilitas yang cukup penting, sebab dengan tersedianya listrik yang mencukupi maka dapat digunakan untuk menunjang dan mendorong kearah peningkatan ekonomi sosial, budaya, taraf hidup dan kehidupan masyarakat. Sehingga dengan memenuhi dan melayani kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik dengan mutu pelayanan yang baik akan mendukung perkembangan potensi kota. Wilayah Kecamatan Keraton menggunakan listrik yang bersumber dari PLN. Distribusi jaringan listrik sudah cukup merata dan menjangkau seluruh wilayah Kecamatan Kraton. Jaringan yang terdapat di Kecamatan Kraton terdapat SUTR (saluran Udara Tegangan Rendah) merata di permukiman. SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah), SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi), dan SUTET (Saluran Tegangan Extra Tinggi).

Tabel 3.9 Jumlah Pelanggan dan Konsumsi Energi Listrik Kec. Kraton

Tahun Jumlah Desa Desa Berlistrik Pelanggan Konsumsi Energi

2008 25 25 9527 23.993.634

2009 25 25 9983 35.154.145

2010 25 25 10552 38.808.749

2011 25 25 11726 40.318.791

2012 25 25 11863 41.253.089

(29)

III-12

Tabel 3.10 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Listrik PLN dan Non PLN

Desa/Kelurahan Rumah tangga PLN

Rumah tangga non PLN

Jumlah rumah tangga pengguna Listrik

Slambrit 297 409 706

Ngabar 731 731

Klampisrejo 509 127 636

Kebotohan 456 524 980

Pukul 800 50 850

Gambir Kuning 723 145 868

Mulyorejo 723 78 801

Tambaksari 360 98 458

Plinggisan 679 110 789

Dhompo 651 12 663

Ngempit 600 43 643

Jeruk 507 104 611

Sidogiri 750 138 888

Karanganyar 726 150 876

Selotambak 615 415 1030

Curahdukuh 725 741 1466

Rejosari 801 111 912

Asemkandang 425 170 595

Tambakrejo 940 940

Kraton 636 211 847

Kalirejo 1727 305 2032

Semare 568 130 698

Pulokerto 783 90 873

Bendungan 1284 427 1711

Gerongan 797 89 886

JUMLAH 17813 4677 22490

Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

3.5.2 Jaringan Air Bersih

Air bersih merupakan suatu kebutuhan yang amat penting bagi suatu kota, dikarenakan digunakan untuk keperluan sehari-hari terutama kebutuhan untuk memasak, mandi, cuci, membersihkan tempat tinggal dan kebutuhan sekunder lainnya. Kebutuhan air bersih di wilayah Kecamatan Kraton dapat terpenuhi oleh PDAM. Jangkauan pelayanan PDAM menggunakan pipa-pipa distribusi yang tersebar di beberapa wilayah Kecamatan Kraton.

3.5.3 Jaringan Telepon

(30)

III-13

cukup mencukupi kebutuhan jaringan telekomunikasi di wilayah tersebut.

Kebutuhan masyrakat akan telekomunikasi hanya sebatas kebutuhan selular dan tingkat pelayanan cukup tersebar merata meskipun tidak semua rumah atau bangunan memiliki sambungan telepon kabel.

3.5.4 Persampahan

Tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Pasuruan masih rendah, hal ini terlihat dengan kurangnya jumlah dan penyebaran fasilitas Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang hanya berjumlah 9 unit dan hanya terdapat pada 3 kecamatan (Bangil, Pandaan, Gempol) dari 24 kecamatan yang ada. Persoalan pengelolaan persampahan untuk wilayah pedesaan masih belum begitu mengganggu pencemaran lingkungan, karena masih banyak alternatif lain yang mampu dilakukan penduduk setempat untuk mengatasinya, seperti membakar dan sebagainya.

3.5.5 Jaringan Drainase

Limbah rumah tangga adalah seluruh limbah, baik berbentuk cair, gas akibat pembakaran maupun padat, akibat aktivitas sehari-hari dalam kehidupan rumah tangga. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 173/Menkes/Per/VIII/77 Bab I pasal 1 butir j, menyebutkan bahwa buangan rumah tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri, melainkan berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restaurant, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar dan pertokoan serta rumah sakit. Berdasarkan kondisi eksisting yang ada, terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga yang ada di Kecamatan Kraton belum mempunyai saluran pembuangan air limbah. Kondisi tersebut mempunyai potensi untuk mencemari lingkungan di wilayah permukiman yang bersangkutan.

3.6 SISTEM TRANSPORTASI

Transportasi adalah salah satu infrastruktur yang penting untuk pertumbuhan suatu wilayah. Selain dibutuhkan untuk mendukung kegiatan sehari hari, transportasi juga bisa dijadikan sebagai parameter perkembangan suatu wilayah. Wilayah dikatakan berkembang apabila infrastruktur yang dimiliki memadai khususnya trasnportasi.

(31)

III-14

3.7 POTENSI

Kecamatan Kraton memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian wilayah Kraton. Beberapa potensinya berasal dari sektor kelautan dan perikanan, sektor kerajinan kerang, industri, pariwisata, dan konservasi. 1. Sektor Kelautan Dan Perikanan

Kecamatan Kraton merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara pasuruan dan didominasi oleh daerah pantai. Hal ini menyebabkan Kecamatan Kraton memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup menjanjikan. Salah satu contoh potensi kelautan di kecamatan karton adalah budidaya udang vannamei, udang windu dan rumput. Selain itu juga terdapat budidaya air payau yang berupa budidaya tambak. Potensi ini dapat dikembangkan secara optimal sehingga dapat meningkatkan perekonomian lokal.

2. Sektor Kerajinan

Potensi Kecamatan Kraton sebagai gudang kupang dan kerang, mendapat perhatian tersendiri dari Pemerintah Pusat. Sebanyak 20 warga Desa Kalirejo mengikuti Pelatihan Kerajinan Kerang yang diselenggarakan oleh Sesditjen P2HP (Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan) Kementrian Kelautan dan Perikanan RI, dan bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan, serta DAI Mutu MUI Kabupaten Pasuruan. Pelatihan kerajinan kerang ini nantinya diharapkan dapat menopang perekonomian bagi keluarga dan masyarakat disekitar Desa Kalirejo.

3. Industri

Kawasan Industri Terpadu Kraton ini bersebelahan dengan kawasan industri PIER Pasuruan, lalu-lintas keluar masuk barang sangat mudah dari-ke akses dermaga peti kemas Tanjung Perak Surabaya, dengan adanya jalur Tol Gempol. Dari Gempol-Surabaya, Surabaya-Gresik, Surabaya-Pulau Madura serta rencana jalan Tol Pasuruan-Gempol kawasan industri terpadu berlokasi di Desa Selotambak, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Produk dari industri ini adalah (Compressed natural gas, CNG) yaitu alternatif bahan bakar selain bensin atau solar atau biasa disebut BBG (Bahan Bakar Gas).

4. Konservasi

(32)

III-15

3.8 MASALAH

1. HIDROLOGI

Salah satu permasalahan yang ada di Kecamatan Kraton adalah rawan banjir. Banjir ini berasal dari sungai Welang yang bermuara di Desa Pulokerto. Sungai ini merupakan sungai perennial yang memiliki aliran sepanjang tahun sehingga pasa saat musim hujan debit aliran sungai sangat besar dan meluap ke daerah sekitarnya. Selain Desa Pulokerto, Desa Tambakrejo juga sering terjadi banjir.

2. LAHAN

Kecamatan Kraton yang mempuyai sumber daya di sektor kelautan dan perikanan yang melimpah, menyebabkan terjadinya konflik sosial antar desa. Dalam kasus yang telah terjadi adalah konflik antara warga Desa Kalirejo dengan Desa Semare. Namun konflik tersebut saat ini telah tuntas dengan kesepakatan perjanjian damai.

(33)

IV-1

BAB IV

METODE PERENCANAAN

4.1 METODE PENDEKATAN PERENCANAAN

Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton antara lain:

A. Top Down dan Bottom Up Planning

Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan aspirasi dari masyarakat. Pendekatan ini menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu top down planning berupa perencanaan program-program serta merupakan penjabaran dari kebijakan tata ruang oleh Pemerintah Provinsi maupun daerah, serta yang kedua adalah bottom up planning. Perencanaan ini memberikan penekanan bahwa RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton mengakomodasi aspirasi masyarakat sebagai pelaku pembangunan, dan dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaannya. Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam perencanaan kerakyatan dan untuk mengembangkan segala potensi, mengurangi dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala ancaman atau tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan.

B. Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan

Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi pada kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat ini, namun juga berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak lingkungan.

Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan antara lain:

 Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan

berorientasi ke depan (jangka panjang).

 Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.

 Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.  Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung ruang.  Keselarasan yang sinergis antara kegiatan eksplorasi dan eksploitasi SDA

dengan keseimbangan dan daya dukung lingkungannya.

 Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang terjadi

(34)

IV-2

C. Pendekatan Intersektoral-Holistik

Pendekatan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa perencanaan tata ruang menyangkut banyak aspek, sektor lain, serta kawasan yang lebih luas dari wilayah perencanaan. Perencanaan ini di mulai dengan tahapan diagnosis secara umum terhadap kawasan perencanaan (mikro) maupun dalam konteks yang luas. Dari tahapan diagnosis akan dirumuskan konteks dan kerangka makro pengembangan wilayah perencanaan. Tahapan selanjutnya adalah analisis dan arahan pada setiap rencana sektoral yang ada. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan dengan tahapan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pemanfaatan ruang.

D. Pendekatan Komunitas/Masyarakat (Community Approach)

Pendekatan ini digunakan dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat adalah masyarakat yang paling tahu kondisi di wilayahnya dan setiap kegiatan pembangunan harus memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya pembangunan. Oleh karena itu langkah perencanaan tata ruang kawasan harus mencerminkan masyarakat lokal yang ikut terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

E. Pendekatan Supply/Demand

Metode pendekatan supply/demand menitikberatkan pada perencanaan yang berdasarkan pada tingkat kebutuhan masyarakat dan kecenderungan yang sedang berkembang di dalamnya, terutama di lokasi perencanaan yang dimaksudkan untuk menghasilkan perencanaan pembangunan sarana prasarana yang menunjang optimalisasi pembangunan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan daya dukung pertumbuhan serta prospek perkembangan kawasan secara umum dalam menciptakan kawasan yang sinergi antar daerah baik dari segi spasial, sosial, maupun ekonominya.

4.2 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran yang telah disusun merupakan pedoman langkah dalam menganalisa dan menyusun konsep rencana. Secara garis besar proses prencanaan yang telah disebut meliputi:

1. Input

Tahap memasukkan data yang dibutuhkan untuk kegiatan proses analisa. 2. Proses

(35)

IV-3

3. Output

Tahap akhir pekerjaan yang menghasilkan sebuah rencana yang sesuai dengan tujuan kawasan.

Gambar 4.1 Diagram Kerangka Pemikiran Sumber: Analisa, 2015

4.3 TEKNIK DAN ANALISIS DATA

Proses pengumpulan data dalam mendukung kegiatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan meliputi kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan teknik survei primer maupun sekunder yang mencakup data-data dan peta dengan skala 1: 5.000.

(36)

IV-4

analisis data disajikan dalam bentuk uraian, gambar, bagan, grafik, tabel ataupun peta.

Alat analisis dan data yang diperlukan meliputi: 4.3.1 ANALISIS PENETAPAN BWP

Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan direncanakan di BWP.

Penetapan kawasan perkotaan di Kabupaten Pasuruan, wilayah perencanaan yang diambil adalah Kecamatan Kraton yang merupakan wilayah pendukung atau wilayah pengembangan Bangil. Wilayah Pengembangan (WP)–Bangil, terdiri dari Kecamatan Bangil, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan Kecamatan Kraton dengan pusat pengembangan di Bangil.

Dalam melakukan penetapan BWP di Kecamatan Kraton, dilakukan analisis dengan menggunakan kesesuaian berdasarkan 5 (lima) lingkup wilayah perencanaan RDTR Kawasan perkotaan. Yaitu:

1. Wilayah Administrasi 2. Kawasan Fungsional

3. Bagian Wilayah Kabupaten/Kota dengan Ciri Perkotaan 4. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan Ciri Perkotaan

5. Bagian Wilayah Kabupaten/Kota berupa Kawasan Pedesaan dan Direncanakan Menjadi Perkotaan.

Berikut adalah wilayah perencanaan yang dianalisis untuk melakukan penetapan BWP

.

(37)

IV-5

Sehingga penetapan BWP, berdasarkan analisis yang sesuai dengan lingkup bagian

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan ciri perkotaan di Kecamatan Kraton, yang mencakup 4 desa. Keempat desa tersebut antara lain:

1. Desa Kalirejo 2. Desa Semare 3. Desa Kraton 4. Desa Tambakrejo

Dikarenakan ke empat desa tersebut:

a. Membentuk satu cluster yang saling mempunyai keterkaitan dan mempunyai karakteristik wilayah yang dominan sama dan mempunyai potensi sumberdaya alam yang melimpah untuk dikembangkan.

b. Keempat desa dilewati oleh jalan nasional, sehingga menjadi wilayah yang strategis. Yaitu Jalan Pantura yang menghubungkan Anyer hingga Panarukan. Untuk penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub BWP yang diprioritaskan. Penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya. Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi pelaksanaan salah satu program prioritas dari RDTR. Penetapan Sub BWP dari keempat desa diantaranya adalah Desa Kalirejo, Desa Semare, Desa Kraton, dan Desa Tambakrejo, akan dianalisa lebih lanjut sebagai penetapan Sub BWP Prioritas yang dilihat dari potensi yang dimiliki.

(38)

IV-6

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya berfungsi sebagai:

a. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sektoral, dan b. Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan berdasarkan: a. Tujuan penataan BWP

b. Nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan

c. Kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan ditetapkan d. Daya dukung dan day a tampung lingkungan hidup BWP, dan

e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan kriteria: 1. Merupakan faktor kunci yang mendukung perwujudan rencana pola ruang dan

rencana jaringan prasarana, serta pelaksanaan peraturan zonasi di BWP 2. Mendukung tercapainya agenda pembangunan dan pengembangan kawasan 3. Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut kepentingan ekonomi,

sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan BWP,atau

4. Merupakan Sub BWP yang dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dilestarikan, dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkan pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus memuat sekurang-kurangnya:

a. Lokasi

Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya digambarkan dalam peta. Lokasi tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan, atau dapat juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut. Batas delineasi lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan mempertimbangkan:

1) Batas fisik, seperti blok dan subblok

2) Fungsi kawasan, seperti zona dan subzona

3) Wilayah administratif, seperti rt, rw, desa/kelurahan, dan kecamatan

(39)

IV-7

5) Kesatuan karakteristik tematik, seperti kawasan kota lama, lingkungan

sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, kawasan perkampungan tertentu, dan kawasan permukiman tradisional, dan

6) Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.

b. Tema Penanganan

Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema penanganan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya terdiri atas: 1) Perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui

penataan lingkungan permukiman kumuh (perbaikan kampung), dan penataan lingkungan permukiman nelayan

2) Pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, serta rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan pascabencana

3) Pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui pembangunan kawasan permukiman (kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun-berdiri sendiri), pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan perbatasan, dan/atau

4) Pelestarian/pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui pelestarian kawasan, konservasi kawasan, dan revitalisasi kawasan.

Sehingga dalam penetapan Sub-BWP Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan dari keempat desa tersebut, yang digunakan adalah metode skoring untuk analisa potensi yang ada dan bisa dikembangkan. Informasi yang diperoleh berasal dari survei primer maupun survei sekunder.

4.3.2 ANALISIS FISIK DASAR DAN TATA GUNA LAHAN

Metode Pengumpulan Data

A. FISIK DASAR

(40)

IV-8

Tabel 4.1 Desain Survei Aspek Fisik Dasar

DATA YANG DIBUTUHKAN

METODE PENGUMPULAN DATA

OUTPUT DATA

Data Geologi Survei Sekunder: RTRW Kabupaten

Pasuruan

Untuk mengetahui data geologi umum, data geologi wilayah, dan data geologi permukaan. Hasilnya berupa:

a. Peta Geologi berupa Peta Kontur, Kemiringan, dan Sedimentasi. b. Kompilasi Data Tabular

Data Hidrologi Untuk mengetahui data air permukaan

dan data air tanah. Hasilnya berupa: a. Peta Hidrologi

b. Kompilasi Data Tabular

Data Klimatologi Untuk mengetahui data hari dan curah

hujan, data intensitas hujan, data temperature rata-rata, data kelembapan relative, dan data kecepatan dan arah angin. Hasilnya berupa:

a. Peta Klimatologi b. Kompilasi Data Tabular

Data Topografi Untuk mengetahui data ketinggian

permukaan dan data kemiringan permukaan. Hasilnya berupa:

a. Peta Topografi

b. Kompilasi Data Tabular

Penggunaan atau Peruntukan Lahan

Untuk mengetahui fungsi penggunaan atau peruntukan lahan. Hasilnya berupa:

a. Peta Penggunaan atau Peruntukan Lahan

b. Kompilasi Data Tabular

c. Diagram Penggunaan atau mineral atau bahan galian. Hasilnya berupa:

a. Peta Sumber Daya Mineral atau Bahan Galian

b. Kompilasi Data Tabular

Data Daerah Rawan Bencana Alam

Untuk mengetahui data daerah rawan bencana. Hasilnya berupa:

a. Peta Daerah Rawan Bencana Alam

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Perdesaan
Tabel 3.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Kraton Tahun 2013
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kec. Kraton
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian Kec. Kraton
+7

Referensi

Dokumen terkait