• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN UNTUK MENGEMBANGKAN SISTEM DISTRIBUSI MANFAAT BAGI REDD+ DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA HUKUM

SISTEM DISTRIBUSI MANFAAT

PENDEKATAN UNTUK MENGEMBANGKAN SISTEM DISTRIBUSI MANFAAT BAGI REDD+ DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA HUKUM

.HEHUKDVLODQ5(''DNDQVDQJDWEHUJDQWXQJSDGDUDQFDQJDQ

dan pelaksanaan mekanisme distribusi manfaat (atau mekanisme pembagian manfaat), yang beroperasi pada berbagai tingkat pemerintahan. Penetapan insentif positif untuk mengurangi emisi karbon merupakan kunci dalam mendapatkan dukungan

XQWXNNHJLDWDQNHJLDWDQ5(''+DOLQLGDSDWPHPXQJNLQNDQ

masyarakat terdampak untuk menjadi mitra kegiatan-kegiatan

5(''SHPHULQWDKPHQFDSDLSHOLEDWDQVRVLDO\DQJOHELKEHVDU

dan investor mengurangi risiko-risiko yang terkait dengan suatu proyek. Jika manfaat dibagi merata dengan pemangku

kepentingan setempat, hal ini juga akan mengurangi

kemungkinan baliknya situasi sebelum pengurangan emisi, yang dapat disebabkan oleh penduduk setempat yang tidak memiliki alternatif ekonomi.

Satu kekhawatiran khusus dari masyarakat sipil adalah bahwa

PDQIDDW\DQJPXQFXOGDUL5(''GDSDWGLWDQJNDSGLWLQJNDW

yang lebih tinggi, tanpa menjangkau mereka yang paling

WHUGDPSDNROHKSHODNVDQDDQ5(''3HPDQJNXNHSHQWLQJDQ

yang sangat rentan seperti masyarakat adat dan masyarakat setempat, yang memiliki lebih sedikit kekuatan untuk memengaruhi proses tersebut, dapat berada dalam risiko , sehingga menekankan perlunya langkah-langkah anti-korupsi

VHEDJDLNRPSRQHQXWDPDNHUDQJNDKXNXP5(''

PENDEKATAN UNTUK MENGEMBANGKAN SISTEM DISTRIBUSI MANFAAT BAGI REDD+ DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA HUKUM

Ketika mengembangkan mekanisme distribusi manfaat untuk

5(''WLDSQHJDUDGDSDWPHPSHUWLPEDQJNDQXQWXN

menggunakan kerangka hukum mereka untuk mengambil langkah-langkah berikut ini:

‡ Mendasarkan pada mekanisme distribusi manfaat yang telah ada. Hal ini dapat dilakukan dengan menguji dan

PHPRGL¿NDVLOLQJNXSXQGDQJXQGDQJ\DQJDGDWHQWDQJ

pembagian manfaat (misalnya undang-undang Pembayaran

-DVD(NRVLVWHPXQWXNPHQFDNXS5(''0HQGDVDUNDQSDGD 156

kerangka hukum yang telah ada dapat mengurangi biaya, namun hal ini juga berarti bahwa pendekatan-pendekatan yang diambil mengandalkan sistem akuntabilitas dan pengelolaan keuangan yang telah ada, yang mungkin akan perlu diperkuat.

‡ Menetapkan dasar hukum dan bentuk pengaturan pembagian manfaat. Dasar hak atas manfaat dari pelestarian jasa lingkungan dapat disertakan dalam undang-undang dasar. Hal ini kemudian dapat diatur oleh satu undang-undang khusus (misalnya undang-undang tentang pembagian manfaat

XQWXN5(''DWDXOHELKOXDVODJLWHQWDQJ3HPED\DUDQ-DVD

Ekosistem). Pokok-pokok pengaturan pembagian manfaat (bentuk, pemberian, waktu, pihak-pihak) dapat ditentukan oleh ketentuan-ketentuan dalam undang-undang yang disebutkan di atas (dalam hal mekanisme publik) atau melalui kontrak (dalam hal pembiayaan swasta) .

‡ 0HQJLGHQWL¿NDVLGDQPHQHWDSNDQSHQHULPDPDQIDDW\DQJ OD\DN3HQHULPDPDQIDDW5(''GDSDWPHQFDNXSSHPHULQWDK

(di berbagai tingkat), pemilik atau pengguna hutan,

pengembang proyek, atau masyarakat (baik di dalam ataupun di luar kawasan hutan). Hak atas manfaat dapat dikaitkan dengan hak lahan, hak kolektif atau pelaksanaan perilaku

\DQJGLLQJLQNDQGDODPSUR\HNSUR\HN5(''WHUWHQWX 7HUJDQWXQJSDGDVXPEHUSHPELD\DDQ5(''SHQHULPD PDQIDDWGDSDWGLLGHQWL¿NDVLNDQPHODOXLNRQWUDNVZDVWD

pasar karbon) ataupun melalui perangkat hukum tertulis (sumber pembiayaan publik).

‡ Memutuskan mekanisme seperti apa yang akan digunakan untuk distribusi manfaat. Hal ini dapat mencakup membentuk dana publik untuk menyalurkan pembayaran, dana perwalian masyarakat untuk menyalurkan manfaat yang diberikan bukan dalam bentuk uang atau bahkan menggunakan skema Pembayaran Jasa Ekosistem yang ada . Hal ini dapat diperinci dalam suatu kebijakan atau melalui pembenahan undang- undang yang ada (misalnya undang-undang Pembayaran Jasa Ekosistem).

Pengembangan mekanisme distribusi manfaat akan berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, karena mekanisme- mekanisme ini tidak dapat dipisahkan dari isu-isu tata kelola lainnya yang lebih luas. Misalnya, memberikan kepada pemangku kepentingan terkait, kemampuan dan kewenangan untuk

EHUSDUWLVLSDVLVHFDUDEHUPDNQDGDODP5(''OLKDWKDODPDQ ±WHUPDVXNGDODPPHQHQWXNDQEDJDLPDQDPDQIDDW GLKDVLONDQGDQGLEDJLGDSDWPHQLQJNDWNDQSHODNVDQDDQ5(''

dan memperkuat legitimasinya di tingkat lokal. Hal ini mencakup menyepakati penetapan waktu, bentuk dan jumlah manfaat yang akan dibagi.

Selain itu, di banyak negara, kurangnya kejelasan dan keamanan seputar penguasaan lahan masih menjadi salah satu isu yang

SDOLQJSUREOHPDWLNGDODPGLVWULEXVLSHPELD\DDQ5(''+DOLQL

karena aliran pendanaan bersyarat mengharuskan pemegang hak

\DQJVDKGDQSHPLNXOWDQJJXQJMDZDEXQWXNGLLGHQWL¿NDVLNDQ

dan status hukum mereka harus stabil selama masa berlakunya inisiatif tersebut. Oleh karena itu, di mana perselisihan penguasaan tidak memungkinkan untuk diselesaikan dengan cepat, undang-undang harus berisi pengaturan-pengaturan alternatif untuk pembayaran yang tidak mengandalkan pada kepemilikan .

Terakhir, untuk menghindari risiko-risiko yang terkait dengan mekansime pembagian manfaat yang tidak memadai, banyak komentator merekomendasikan agar peraturan perundangan primer, di mana dimungkinkan, harus diadopsi untuk menjamin kepastian dan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas .

Kebijakan, undang-undang dan peraturan mewakili bangunan

\DQJPHPEDQWXPHQHQWXNDQEDJDLPDQD5(''DNDQGLNHOROD

dan dilaksanakan. Tergantung pada rancangannya, kebijakan, undang-undang dan peraturan tidak boleh hanya berfungsi untuk

PHPDVWLNDQVXDWXQHJDUDPHUHVSRQVSHUV\DUDWDQ5(''

internasional dengan cara yang sesuai dengan situasi

nasionalnya, melainkan juga dapat melindungi dari risiko-risiko

5(''GDQPHPDVWLNDQSHPEHULDQEHUEDJDLPDQIDDWVHSHUWL

tata kelola dan mata pencaharian yang lebih baik.

6HMDNPXQFXOQ\D5(''VHEDJDLVXDWXLQLVLDWLILQWHUQDVLRQDO

telah ada banyak wacana seputar isu-isu teknis yang terkait dengan pelaksanaannya, seperti bagaimana cara mengukur pengurangan emisi gas rumah kaca dan bagaimana cara menentukan tolok ukur yang digunakan dalam menghitung pengurangan ini. Sebaliknya, relatif sedikit informasi yang tersedia tentang langkah-langkah yang telah diambil atau yang dapat diambil, oleh tiap negara untuk memastikan bahwa

NHUDQJNDKXNXPPHUHNDFRFRNXQWXNSHODNVDQDDQ5(''

Penulis berharap bahwa contoh dan wawasan yang diberikan dalam buku ini membantu mengisi kesenjangan ini dan mendukung upaya lebih lanjut dalam bidang ini. Pengembangan strategi, kebijakan, undang-undang dan

SHUDWXUDQXQWXNSHODNVDQDDQ5(''VDQJDWUXPLWGDQWHUNDLW

dengan situasi nasional negara, termasuk budaya dan sejarah politiknya. Oleh karena itu, analisis kerangka hukum bersifat sangat kontekstual. Namun demikian, berdasarkan analisis dalam buku ini, pembelajaran umum dan kesimpulan berikut ini dapat ditarik:

Kerangka hukum dalam negeri untuk REDD+, di mana pun dimungkinkan, harus didasarkan pada kerangka hukum yang ada

0HQJHPEDQJNDQNHUDQJNDKXNXP\DQJPHPDGDLXQWXN5(''

di suatu negara bukan berarti menciptakan serangkaian kebijakan, undang-undang dan peraturan yang sama sekali baru

NKXVXVXQWXN5(''\DQJWHUSLVDKGDULNHUDQJNDKXNXP\DQJ

ada. Sebaliknya, prosesnya harus berupaya untuk

mendasarkannya pada kebijakan, undang-undang, mandat kelembagaan dan peraturan dalam negeri yang ada. Pendekatan tersebut juga dapat berkontribusi pada perwujudan sasaran

PEMBELAJARAN UMUM DAN REKOMENDASI

lainnya yang terkait (misalnya sasaran pembangunan berkelanjutan nasional, atau memenuhi kewajiban di bawah hukum internasional).

Menjalankan analisis kesenjangan terhadap kerangka hukum yang ada dapat membantu negara mengkaji kesesuaian kerangka

KXNXPWHUVHEXWGHQJDQSHODNVDQDDQ5(''+DOLQLMXJDGDSDW PHPEDQWXPHQJLGHQWL¿NDVLSHOXDQJXQWXNODQJNDKODQJNDK

yang hemat biaya guna mengembangkan kerangka hukum ini

XQWXNPHPXQJNLQNDQSHODNVDQDDQ5(''GDQPHPSHUMHODV

jangka waktu untuk melakukannya. Banyak negara telah menghasilkan analisis kesenjangan seperti ini dan

PHQJLGHQWL¿NDVLODQJNDKODQJNDK\DQJSHUOXGLDPELOGDODP VWUDWHJLVWUDWHJLQDVLRQDO5(''PHUHND

Isu-isu tata kelola yang lebih luas harus diatasi bersama dengan persyaratan khusus REDD+

3HODNVDQDDQ5(''WLGDNDNDQEHUKDVLOMLNDWDQWDQJDQ

pemerintahan yang dihadapi oleh banyak negara, seperti korupsi, tidak diatasi. Oleh karena itu, menggunakan kebijakan dan peraturan perundangan untuk menciptakan lingkungan

SHPXQJNLQEDJLSHODNVDQDDQ5(''WLGDNEROHKGLSDQGDQJ VHEDJDLSURVHVGXDODQJNDKGLPDQDSHUV\DUDWDQWHNQLV5(''

internasional dipenuhi terlebih dahulu, dan isu-isu pemerintahan yang lebih luas menjadi prioritas kedua. Walaupun mengatasi isu-isu pemerintahan yang lebih luas seperti memperjelas penguasaan lahan mungkin lebih menantang dan membutuhkan waktu yang lebih lama, isu-isu ini sebisa mungkin harus diberikan prioritas yang sama.

Tidak ada urutan yang ditetapkan untuk mengatasi isu-isu pemerintahan yang lebih luas ini, tetapi beberapa di antaranya dapat memiliki dampak tidak langsung yang tidak dapat dipisahkan pada yang lainnya, dan memahami hubungan ini dapat memfasilitasi perwujudannya. Misalnya, hak prosedural seperti hak askes informasi, partisipasi masyarakat dan akses keadilan merupakan kunci untuk memastikan perwujudan hak substantif lainnya, dan untuk mencapai tujuan-tujuan lainnya seperti mengurangi korupsi.

Pilihan apakah akan menggunakan kebijakan atau peraturan perundangan hanya dapat ditentukan kasus per kasus

Pendekatan yang dihadirkan dalam buku ini mengilustrasikan bahwa sering kali terdapat pilihan antara mengandalkan kebijakan atau mengambil langkah tradisional untuk mengembangkan peraturan perundangan. Pertimbangan utamanya adalah bahwa walaupun peraturan perundangan memungkinkan penegakan ketentuannya, pengembangan dan pelaksanaannya biasanya membutuhkan waktu lama dan secara teknis dan politis lebih rumit daripada kebijakan.

Walaupun kebijakan mungkin merupakan pilihan yang lebih baik untuk mengatasi isu-isu teknis seperti pengembangan tingkat rujukan, peraturan perundangan tidak dapat dihindari dalam hal ketika jaminan kemampuannya untuk dapat ditegakkan

dibutuhkan, misalnya dalam hal hak fundamental. Demikian pula, mandat dan kewenangan entitas-entitas yang baru

GLEHQWXNVHSHUWLEDGDQSHQJHOROD5(''QDVLRQDOSHUOXGDSDW

ditegakkan berdasarkan hukum agar menjadi efektif.

Di mana terdapat keputusan yang dibuat untuk membentuk suatu lembaga melalui peraturan perundangan, penggunaan peraturan perundangan primer (misalnya undang-undang yang dibuat oleh parlemen) atau peraturan perundangan sekunder (misalnya peraturan atau keputusan presiden) untuk melakukannya akan memiliki implikasi penting. Walaupun peraturan perundangan sekunder mungkin tidak memiliki banyak kerumitan teknis dan administratif, peraturan perundangan ini memiliki keterbatasan, yaitu peraturan perundangan ini dapat membentuk lembaga tetapi tidak dapat memberikan kewenangan penegakan kepada lembaga tersebut. Oleh karena itu, peraturan perundangan primer direkomendasikan dalam kasus di mana penegakan merupakan langkah yang sangat penting.

Kerangka hukum saja tidak cukup

Mengembangkan kerangka hukum yang kuat sangatlah penting bagi

SHODNVDQDDQ5(''NDUHQDWDQSDSHGRPDQGDQDWXUDQ\DQJMHODV

yang ditanamkan dalam kebijakan dan peraturan perundangan, negara akan menghadapi masalah seperti kurangnya tindakan terkoordinasi dikarenakan mandat yang tidak jelas. Namun,

kerangka hukum saja tidak cukup untuk memastikan pelaksanaan

5(''\DQJH¿VLHQHIHNWLIGDQEHUNHDGLODQ)RNXVVHUXSDKDUXV

diberikan untuk komponen-komponen lainnya dari sistem pemerintahan (kerangka kelembagaan dan kerangka kepatuhan). Selain itu, penting untuk mengakui bahwa mengembangkan kerangka hukum, kerangka kelembagaan dan kerangka kepatuhan

\DQJWHSDWXQWXN5(''KDQ\DDNDQEHUPDQIDDWMLNDNRQGLVL\DQJ

tepat ada di lapangan, seperti kemauan politik yang cukup, dan

NDSDVLWDVWHNQLVGDQ¿QDQVLDO\DQJPHPDGDL0DV\DUDNDWVLSLO\DQJ DNWLIMXJDGDSDWEHUNRQWULEXVLVHFDUDVLJQL¿NDQSDGDH¿VLHQVL HIHNWLYLWDVGDQNHDGLODQSHODNVDQDDQ5(''

Penjelasan yang lebih baik dibutuhkan dalam tumpang tindih antara lanskap dengan REDD+ untuk mendukung pengembangan strategi-strategi pelengkap yang tepat

0HQJHPEDQJNDQNHUDQJNDKXNXPXQWXN5(''GDSDW

memberikan pembelajaran guna mencapai pendekatan lintas sektor yang lebih terpadu terhadap penggunaan lahan (‘pendekatan lanskap’), dan sebaliknya, terutama mengingat kebutuhan bersama mereka untuk koordinasi, kohesi dan pemikiran jangka panjang yang lebih baik dalam pengambilan keputusan di berbagai sektor

SHUHNRQRPLDQ0HQ\LDSNDQNHUDQJNDKXNXPXQWXN5(''GDSDW

turut menghasilkan momentum dan kemauan politik untuk perubahan-perubahan ini. Lebih banyak pekerjaan dibutuhkan untuk memahami sinergi potensial ini dan memastikan bahwa

5(''EHUNHPEDQJGDODPSHQGHNDWDQODQVNDS

Penyiapan kerangka hukum oleh negara berkembang perlu dibarengi dengan komitmen keuangan dari negara maju

Dorongan bagi negara berkembang dalam mengembangkan

NHUDQJNDKXNXPPHUHNDXQWXN5(''GLGDVDUNDQSDGD DQWLVLSDVLPHNDQVLPH5(''LQWHUQDVLRQDO\DQJEHUIXQJVL

Negara maju memiliki peran inti untuk dimainkan dalam

PHQGRURQJSHQGDQDDQ5(''XQWXNVHPHQWDUDZDNWXVDPSDL WDKXQGDODPUDQJNDPHPDVWLNDQEDKZD5(''GDSDW

berfungsi sebagai bagian dari perjanjian perubahan iklim global di masa depan. Oleh karena itu, upaya pelengkap dan serentak dari keduanya akan sangat penting untuk mencapai keberhasilan

SHODNVDQDDQ5(''GDQPHPXQJNLQNDQNHVHOXUXKDQWUDQVLVL

&$7$7$1$.+,5 1. ,3&&6XPPDU\IRU3ROLF\PDNHUV,Q&OLPDWH &KDQJH0LWLJDWLRQRI&OLPDWH&KDQJH&RQWULEXWLRQ RI:RUNLQJ*URXS,,,WRWKH)LIWK$VVHVVPHQW5HSRUWRIWKH ,QWHUJRYHUQPHQWDO3DQHORQ&OLPDWH&KDQJH&DPEULGJH 8QLYHUVLW\3UHVV&DPEULGJH,QJJULVGDQ1HZ<RUN1< Amerika Serikat.

2. DUPUY, B. ET AL. (1999) Tropical forest management

WHFKQLTXHVDUHYLHZRIVXVWDLQDELOLW\RIIRUHVWPDQDJHPHQW

practices in tropical countries. FAO. Forestry Policy and

3ODQQLQJ'LYLVLRQ5RPD 3. ,3&&6XPPDU\IRU3ROLF\PDNHUV,Q&OLPDWH &KDQJH0LWLJDWLRQRI&OLPDWH&KDQJH&RQWULEXWLRQ RI:RUNLQJ*URXS,,,WRWKH)LIWK$VVHVVPHQW5HSRUWRIWKH ,QWHUJRYHUQPHQWDO3DQHORQ&OLPDWH&KDQJH&DPEULGJH 8QLYHUVLW\3UHVV&DPEULGJH,QJJULVGDQ1HZ<RUN1< Amerika Serikat. 4. ,1)2$0$=21,$ 7(55$,,QFUHPHQWRGHHQ ODGHIRUHVWDFLyQGHOD$PD]RQtD>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWS ZZZRHFRRUJEUPDSDVLQFUHPHQWRGHHQOD deforestacion-de-la-amazo. 5. 0(*(9$1'&(7$/'HIRUHVWDWLRQ7UHQGVLQWKH &RQJR%DVLQ5HFRQFLOLQJ(FRQRPLF*URZWKDQG)RUHVW 3URWHFWLRQ:DVKLQJWRQ'&%DQN'XQLD $6,$3$&,),&)25(675<&200,66,216RXWKHDVW $VLDQ)RUHVWVDQG)RUHVWU\WR6XEUHJLRQDO5HSRUWRIWKH 6HFRQG$VLD3DFL¿F)RUHVWU\6HFWRU2XWORRN6WXG\)$25RPD 7. (8-5&3HQHOLWLDQGDUL3XVDW3HQHOLWLDQ*DEXQJDQ

Komisi Eropa menemukan bahwa pada tingkat global, sekitar 5,9 juta hektar per tahun dari hutan lembabhilang karena bangunan, pertanian, penebangan, pertambangan, perkebunan dan industri. Ini setara dengan hilangnya luas hutan sebesar Stade de France (stadium rugby nasional Perancis) setiap tiga detik atau lebih).

8. 5$871(50/(**(770'$9,6)7KH/LWWOH %RRNRI%LJ'HIRUHVWDWLRQ'ULYHUV2[IRUG*OREDO&DQRS\ 3URJUDPPH.HSXWXVDQ81)&&&&3D\DWF 9. .,66,1*(5*0+(52/'9'(6<'ULYHUVRI 'HIRUHVWDWLRQDQG)RUHVW'HJUDGDWLRQ$6\QWKHVLV5HSRUWIRU 5(''3ROLF\PDNHUV/H[HPH&RQVXOWLQJ9DQFRXYHU.DQDGD 'DUL533\DQJGLDQDOLVLVPHQJLGHQWL¿NDVLWDWDNHOROD

dan lembaga sektor hutan yang lemah, kurangnya koordinasi lintas sektoral dan kegiatan ilegal sebagai penyebab penting dari

GHIRUHVWDWLRQ.HSXWXVDQ81)&&&&3D\DWG 10. 5$871(50/(**(770'$9,6)7KH/LWWOH %RRNRI%LJ'HIRUHVWDWLRQ'ULYHUV2[IRUG*OREDO&DQRS\ Programme. 11. )$2&RUSRUDWH'RFXPHQW5HSRVLWRU\>2QOLQH@7HUVHGLDGL KWWSZZZIDRRUJZDLUGRFVLOUL[H[HKWP 12. 0$57,1($2[IRUG'LFWLRQDU\RI/DZ9ROWKHG

Oxford: Oxford University Press.

13. DAM, S. (2014) Presidential Legislation in India: The Law and

3UDFWLFHRI2UGLQDQFHV&DPEULGJH8QLYHUVLW\3UHVV$PHULND 6HULNDW&DWDWDQ$WXUDQPHQJHQDLVLIDWSHUPDQHQGDQ

pengaturan waktu keputusan presiden bervariasi di seluruh negara. Misalnya, dalam hukum Brasil, keputusan presiden harus diubah menjadi undang-undang oleh Kongres dalam

ZDNWXKDULDWDXLWXGLEDWDONDQ1DPXQGDODPKXNXP

Kolombia, keputusan presiden berlaku segera dan hanya dapat dibatalkan melalui undang-undang yang bertentangan di Parlemen. Namun, perbedaan ini tidak menandakan bahwa keputusan presiden kurang efektif di beberapa tempat, seperti Brasil, sebagai pertimbangan lainnya harus memperhitungkan kemampuan presiden untuk menyebarluaskan kembali keputusan, atau kemungkinan biaya tinggi dalam membatalkan keputusan presiden.

14. 0$57,1($2[IRUG'LFWLRQDU\RI/DZ9ROWK

ed. Oxford: Oxford University Pres.

15. ::)::)*XLGHWR%XLOGLQJ5(''6WUDWHJLHV $WRRONLWIRU5(''SUDFWLWLRQHUVDURXQGWKHJOREH::) )RUHVWDQG&OLPDWH3URJUDPPH:DVKLQJWRQ'&$PHULND 6HULNDW,QVWLWXWLRQDODUUDQJHPHQWV>2QOLQH@7HUVHGLDGL KWWSDZVDVVHWVSDQGDRUJGRZQORDGVUBVJBLQVWLWXWLRQDOB arrangements.pdf. .HSXWXVDQ81)&&&&3D\DWD 17. .HSXWXVDQ81)&&&&3D\DWE 18. .HSXWXVDQ81)&&&&3D\DWF 19. .HSXWXVDQ81)&&&&3D\DW 20. .HSXWXVDQ81)&&&&3D\DWG 21. )&3)-RLQW81'3:RUOG%DQN)&3)*XLGDQFHQRWHIRU 5(''FRXQWULHV(VWDEOLVKLQJDQG6WUHQJWKHQLQJ*ULHYDQFH 5HVROXWLRQ0HFKDQLVPV>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZ IRUHVWFDUERQSDUWQHUVKLSRUJVLWHVIFS¿OHV-RLQW *XLGDQFH1RWHB*50B'UDIWBIRUSULQWLQJSGI 22. 5(<'6:$16 (15,*+7$$&RXQWU\/HG DSSURDFKWR5(''VDIHJXDUGVDQGPXOWLSOHEHQH¿WV619 7KH1HWKHUODQGV'HYHORSPHQW2UJDQLVDWLRQ+R&KL0LQK&LW\ 23. 81)&&&/LKDWWXMXDQXWDPD3HUMDQMLDQ&DQFXQ RQOLQHKWWSFDQFXQXQIFFFLQWFDQFXQDJUHHPHQWV PDLQREMHFWLYHVRIWKHDJUHHPHQWVF 24. *&3,3$0)),81(3),GDQ8125&,'6WLPXODWLQJ ,QWHULP'HPDQGIRU5(''(PLVVLRQ5HGXFWLRQV7KH1HHG IRUD6WUDWHJLF,QWHUYHQWLRQIURPWR*OREDO&DQRS\

Programme, Oxford, Inggris; the Amazon Environmental

5HVHDUFK,QVWLWXWH%UDVtOLD%UDVLO)DXQD )ORUD,QWHUQDWLRQDO &DPEULGJH,QJJULV81(3)LQDQFH,QLWLDWLYH-HQHZD6ZLVV GDQ8QLWHG1DWLRQV2I¿FHIRU5(''&RRUGLQDWLRQLQ ,QGRQHVLD,QGRQHVLD&DWDWDQ'HQJDQNHWLDGDDQWDUJHWJOREDO

yang disepakati oleh semua negara, pasokan adalah reduksi emisi yang diperlukan untuk mencapai reduksi global emisi

PHQXUXWWDUJHW.RPLVL(URSDUHGXNVLGHIRUHVWDVLSDGD

tingkat saat ini pada tahun 2020).

25. )25(67&$5%213$571(56+,3)$&,/,7< )HGHUDO'HPRFUDWLF5HSXEOLFRI(WKLRSLD5HDGLQHVV

Preparation Proposal.

81'37KH&RQVHUYDWLRQ6WUDWHJ\RI(WKLRSLD3URMHFW3DUW

II: Environmental Policies and Management. Tersedia

GLKWWSWFGFXQGSRUJJVVGDFDGHP\VLHGRFVYRO FRQVHUYDWLRQBHWKLRSLDSGI 27. 7+(5('''(6.(WKLRSLDFRXQWU\SUR¿OH2[IRUG *OREDO&DQRS\3URJUDPPH>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWS WKHUHGGGHVNRUJFRXQWULHVHWKLRSLDOHJDOIUDPHZRUNV 28. +8(771(505LVNVDQGRSSRUWXQLWLHVRI 5(''LPSOHPHQWDWLRQIRUHQYLURQPHQWDOLQWHJULW\DQG

socioeconomic compatibility, Environmental science and policy 15 (2012) hal. 4 12 29. Ibid. 30. /(*$/5(63216(,1,7,$7,9(%ULH¿QJSDSHU³7KH 6WDWXVRI81)&&&&23DQGRWKHU7UHDW\%RGLHVXQGHU86 /DZ´>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSOHJDOUHVSRQVHLQLWLDWLYHRUJ ZSFRQWHQWXSORDGV%3(%ULH¿QJ3DSHU6WDWXV RI&23'HFLVLRQVXQGHU86/DZ1RYHPEHUSGI 31. %581((-&23LQJZLWK&RQVHQW/DZ0DNLQJ

Under Multilateral Environmental Agreements 15 Leiden Journal of International Law 1, 32.

32. )&3)&KDUWHU(VWDEOLVKLQJWKH)&3)7KH ,QWHUQDWLRQDO%DQNIRU5HFRQVWUXFWLRQDQG'HYHORSPHQW ,%5'&KDSWHU,,$UWLFOH6HFWLRQ>2QOLQH@ 7HUVHGLDGLKWWSZZZIRUHVWFDUERQSDUWQHUVKLSRUJ VLWHVIRUHVWFDUERQSDUWQHUVKLSRUJ¿OHV'RFXPHQWV3') 6HS)&3)B&KDUWHU$XJXVWBBFOHDQSGI&DWDWDQ

Yang termasuk dalam pernyataan tujuannya adalah: (a) Untuk memberikan bantuan keuangan dan teknis kepada negara-negara yang memenuhi syarat dalam membangun

NDSDVLWDV5(''PHUHNDE8QWXNPHPXODLVLVWHP SHPED\DUDQEHUEDVLVNLQHUMDXQWXN5HGXNVL(PLVL(5V \DQJGLKDVLONDQGDULNHJLDWDQ5(''GDQF8QWXN

menyebarluaskan pengetahuan yang diperoleh dalam

SHQJHPEDQJDQ)DVLOLWDVLQLGDQSHODNVDQDDQ5HDGLQHVV 3UHSDUDWLRQ3URSRVDOV533VGDQ(PLVVLRQ5HGXFWLRQV 3URJUDPPHV(53URJUDPPHV

33. )&3))&3)%URFKXUH'HPRQVWUDWLQJDFWLYLWLHVWKDW

reduce emissions from deforestation and forest degradation.

>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZIRUHVWFDUERQSDUWQHUVKLS RUJEURFKXUH&DWDWDQ'DQD.HVLDSDQLQLGLPDNVXGNDQ

untuk membantu negara-negara berkembang bersiap

XQWXNSDUWLVLSDVLPDVDGHSDQGDODP5(''WHUPDVXN PHPSHUVLDSNDQVWUDWHJL5(''GDQDWDXPHOHQJNDSL

strategi dan kerangka kebijakan yang sudah ada untuk pengelolaan hutan dan lingkungan; membentuk skenario

UXMXNDQXQWXNHPLVLGDULGHIRUHVWDVLGDQDWDXGHJUDGDVL

hutan, berdasarkan emisi historis baru-baru ini dan, mungkin, penilaian emisi masa depan; dan membentuk

VLVWHPSHQJXNXUDQSHODSRUDQGDQYHUL¿NDVL059QDVLRQDO XQWXNHPLVLGDQ(5VXQWXNPHQJKLWXQJUHGXNVLHPLVL

terhadap skenario rujukan. Partisipasi dalam Dana Kesiapan

)&3)GDSDWVHFDUDNDVDUGLEDJLPHQMDGLHPSDWWDKDS

(digambarkan dalam Bagan 1 di bawah ini): (1) Persiapan

GDQSHQJDMXDQ5HDGLQHVV3UHSDUDWLRQ3URSRVDO,GHD 1RWH53,1LLSHUXPXVDQGDQSHODNVDQDDQ5HDGLQHVV 3UHSDUDWLRQ3URSRVDO533LLL3HUVLDSDQGDQSHQJDMXDQ 5HDGLQHVV3DFNDJH53DFNDJHGDQLYWUDQVLVLNH'DQD Karbon. 34. )&3)&DUERQ)XQG0HWKRGRORJLFDO)UDPHZRUN >2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSVZZZIRUHVWFDUERQSDUWQHUVKLS RUJVLWHVIFS¿OHV-DQXDU\)&3)&DUERQ )XQG0HWK)UDPHZRUN)LQDO'HF SRVWHG-DQXDU\SGI&DWDWDQ

Dana Karbon dirancang untuk memulai pelaksanaan

5(''SDGDWLQJNDWSXVDWPHODOXLSHUNHQDODQSHPED\DUDQ

berbasis hasil sebagai insentif. Negara-negara yang telah

PHPSHUVLDSNDQ5HDGLQHVV3UHSDUDWLRQ3URSRVDO533GDQ EHUJHUDNPDMXPHQXMXNHVLDSDQ5(''GDSDWPHQJDMXNDQ

diri ke Dana Karbon.

35. )&3)815(''5337HPSODWH9HUVLRQIRU &RXQWU\8VH&DWDWDQ.RPSRQHQLQWL.HVLDSDQ5('' VHEDJDLPDQD\DQJGLLGHQWL¿NDVLROHK)&3)DGDODKVHEDJDL EHULNXWD6WUDWHJL5(''E3HQLODLDQWDWDJXQDODKDQ

hukum, kebijakan dan tata kelola hutan; c) Tingkat

HPLVLUXMXNDQGDQDWDXWLQJNDWUXMXNDQKXWDQG6LVWHP

pemantauan; e) Dampak sosial dan lingkungan.

Ibid. 37. )&3)&$5%21)81'3URFHVV*XLGHOLQHVIRUWKH &DUERQ)XQGRIWKH)RUHVW&DUERQ3DUWQHUVKLS)DFLOLW\ )071RWH&)5HY>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZ IRUHVWFDUERQSDUWQHUVKLSRUJVLWHVIFS¿OHV'RFXPHQWV WDJJHG)071RWH&)&)3URFHVV JXLGHOLQHVUHYDIWHU&)¿QDOSGI 38. )&3)&DUERQ)XQG0HWKRGRORJLFDO)UDPHZRUN >2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSVZZZIRUHVWFDUERQSDUWQHUVKLS RUJVLWHVIFS¿OHV-DQXDU\)&3)&DUERQ )XQG0HWK)UDPHZRUN)LQDO'HF SRVWHG-DQXDU\SGI 39. :,//,$06/*³3XWWLQJWKH3LHFHV7RJHWKHUIRU *RRG*RYHUQDQFHRI5(''$Q$QDO\VLVRI5('' &RXQWU\5HDGLQHVV3URSRVDOV´:RUNLQJ3DSHU:DVKLQJWRQ '&:RUOG5HVRXUFHV,QVWLWXWH>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWS ZZZZULRUJVLWHVGHIDXOW¿OHVSGISXWWLQJBWKHBSLHFHVB WRJHWKHUBIRUBJRRGBJRYHUQDQFHBRIBUHGGSGI 40. ::)::)*XLGHWR%XLOGLQJ5(''6WUDWHJLHV $WRRONLWIRU5(''SUDFWLWLRQHUVDURXQGWKHJOREH ::))RUHVWDQG&OLPDWH3URJUDPPH:DVKLQJWRQ'& 86$>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSDZVDVVHWVSDQGDRUJ GRZQORDGVUBVJBLQVWLWXWLRQDOBDUUDQJHPHQWVSGI 41. 81(35('',PSOHPHQWDWLRQ$0DQXDOIRU

National Legal Practitioners.

42. ,QGRQHVLDQ5(''7DVNIRUFH1DWLRQDO5('' 6WUDWHJ\-DNDUWD,QGRQHVLD>2QOLQH@7HUVHGLDGL KWWSZZZXQRUFLGRUJXSORDGGRFBOLE,QGRQHVLD 5(''1DWLRQDO6WUDWHJ\SGI

43. MPOYI, A. (2013) The GLOBE Forest Legislation Study, WKHLPSRUWDQFHRIDOHJDOIUDPHZRUNIRU5(''LQWKH 'HPRFUDWLF5HSXEOLFRI&RQJRSURSRVDOVIRUOHJLVODWLYH UHIRUP>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZJOREHLQWHUQDWLRQDO RUJLPDJHV3')*)/,*)/,6WXG\VWHGLWLRQ'5&SGI 44. 7+(5('''(6.&RORPELDFRXQWU\SUR¿OH,QVWLWXWLRQDO

arrangements, terakhir diperbarui September 2013, tersedia

GLKWWSWKHUHGGGHVNRUJFRXQWULHVFRORPELDLQVWLWXWLRQ

alarrangements

45. .HJLDWDQNHJLDWDQ\DQJGLUXMXNGDODPNHSXWXVDQ81)&&& &3D\DW5HGXNVLHPLVLGDULGHIRUHVWDVL5HGXNVL

emisi dari degradasi hutan; Konservasi cadangan karbon hutan; Pengelolaan hutan lestari; Peningkatan cadangan karbon hutan 5(<'52%(576-.25:,165,9(5$/ DQG5,%(78$*XLGHWR8QGHUVWDQGLQJDQG ,PSOHPHQWLQJWKH81)&&&5(''6DIHJXDUGV/RQGRQ &OLHQW(DUWK>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZFOLHQWHDUWK RUJUHSRUWVDJXLGHWRXQGHUVWDQGLQJDQGLPSOHPHQWLQJ XQIFFFUHGGVDIHJXDUGVSGI 47. Ibid

48. Kerangka pengaman (a) misalnya, mengharuskan negara-negara untuk memastikan bahwa pelaksanaan

NHJLDWDQ5(''KDUXV³PHOHQJNDSLDWDXVHVXDLGHQJDQ>«@

konvensi dan kesepakatan internasional yang relevan” dan kerangka pengaman (c) dan (e) mengacu secara eksplisit pada

8QLWHG1DWLRQV'HFODUDWLRQRQWKH5LJKWVRI,QGLJHQRXV 3HRSOHV81'5,3

49. 8QWXNULQFLDQOHQJNDSGDUL.HUDQJND3HQJDPDQ&DQFXQ

menurut bahasa yang terdapat dalam instrumen dan

NHVHSDNDWDQLQWHUQDVLRQDOOLKDW5(<'52%(576 -.25:,165,9(5$/DQG5,%(78$ *XLGHWR8QGHUVWDQGLQJDQG,PSOHPHQWLQJWKH81)&&& 5(''6DIHJXDUGV/RQGRQ&OLHQW(DUWK>2QOLQH@ 7HUVHGLDGLKWWSZZZFOLHQWHDUWKRUJUHSRUWVDJXLGHWR XQGHUVWDQGLQJDQGLPSOHPHQWLQJXQIFFFUHGGVDIHJXDUGV pdf 50. 5(<'52%(576-.25:,165,9(5$/ GDQ5,%(78$*XLGHWR8QGHUVWDQGLQJDQG ,PSOHPHQWLQJWKH81)&&&5(''6DIHJXDUGV/RQGRQ &OLHQW(DUWK>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZFOLHQWHDUWK RUJUHSRUWVDJXLGHWRXQGHUVWDQGLQJDQGLPSOHPHQWLQJ XQIFFFUHGGVDIHJXDUGVSGI 51. 02661GDQ1866%$805$5HYLHZRI7KUHH 5(''6DIHJXDUGV,QLWLDWLYHV)&3)DQG815('' 3URJUDPPH&DWDWDQ3HQWLQJXQWXNPHQFDWDWEDKZD%DQN

Dunia menerapkan Pendekatan Umum terhadap kerangka pengaman untuk semua mitra pengirimannya (misalnya Inter-American Development Bank dan United Nations Development Programme). Sebagai bagian dari Pendekatan Umum tersebut, mitra pengiriman diminta untuk mencapai

µNHVHWDUDDQVXEVWDQVLDOVXEVWDQWLDOHTXLYDOHQFH¶GHQJDQ

Kebijakan dan Prosedur Operasional Bank Dunia.

52. )&3)7KH)&3)&DUERQ)XQG3LORWLQJ5('' 3URJUDPPHVDW6FDOH>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSVZZZ IRUHVWFDUERQSDUWQHUVKLSRUJVLWHVIFS¿OHVMXQH &)2ULJLQDWLRQZHEBSGI&DWDWDQ3URVHVXQWXN

memperoleh pembiayaan berbasis hasil dari Dana Karbon

)&3)WHUPDVXNSHQJDMXDQ5HDGLQHVV3UHSDUDWLRQ3URSRVDO 533\DQJGLJDEXQJNDQGHQJDQ³PHODNXNDQNHPDMXDQ PHQXMX.HVLDSDQ5(''SHQJDMXDQGDQVHOHNVL(PLVVLRQ 5HGXFWLRQ3URJUDPPH,GHD1RWH(53,16HWHODK (53,1GLVHWXMXLKLQJJDGDSDWGLDORNDVLNDQNH QHJDUDPHODOXL3HVHUWD'DQD.DUERQ)&3))&3)&DUERQ

Fund Participants) untuk mengembangkannya menjadi

(PLVVLRQ5HGXFWLRQ3URJUDPPH(53URJUDPPH-LND(5

Programme ini diterima oleh Peserta Dana Karbon, suatu

(PLVVLRQ5HGXFWLRQ3D\PHQW$JUHHPHQW(53$DNDQ GLWDQGDWDQJDQLROHK1HJDUD5(''5(''&RXQWU\

tersebut dan Bank Dunia (dalam kapasitasnya sebagai

:DOL'DQD.DUERQ6HWHODK(53URJUDPPHGLODNVDQDNDQ GLODSRUNDQGDQGLYHUL¿NDVLSHPED\DUDQDNDQGLEHULNDQ NHSDGD1HJDUD5(''WHUVHEXW

53. .HUDQJND\DQJGLJXQDNDQXQWXNGHVDLQ&6$\DQJGLXUDLNDQ

dalam bagian ini dari Buku ini diadaptasi dari pedoman yang

OHELKNRPSUHKHQVLIGDODP5(<'GDQ6:$16$ &RXQWU\OHG6DIHJXDUG$SSURDFK*XLGHOLQHVIRU1DWLRQDO 5(''3URJUDPPHV619±7KH'XWFK'HYHORSPHQW 2UJDQLVDWLRQ5(''3URJUDPPH+R&KL0LQK&LW\ 54. 815(''352*5$00(815(''3URJUDPPH 6RFLDODQG(QYLURQPHQWDO3ULQFLSOHVDQG&ULWHULD815('' SURJUDPPHHLJKWKSROLF\ERDUGPHHWLQJ>2QOLQH@'DSDW GLXQGXKGLKWWSZZZXQUHGGRUJ0XOWLSOHB%HQH¿WVB 6(3&WDELG'HIDXOWDVS[ 55. 815(''352*5$00(:(%6,7(%HQH¿WVDQG 5LVNV7RRO%H57>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZXQUHGG RUJPXOWLSOHBEHQH¿WVVHSFBEHUWWDELGGHIDXOWDVS[ 815(''352*5$00(:(%6,7(7KH &RXQWU\$SSURDFKWR6DIHJXDUGV7RRO>2QOLQH@7HUVHGLD GLKWWSZZZXQUHGGQHWLQGH[SKS"RSWLRQ FRPB GRFPDQ WDVN FDWBYLHZ JLG ,WHPLG

57. Article 134Bis of Mexico’s 2012 Law on Sustainable Forest Development telah diamandemen.

58. 9,(71$05(''9LHWQDP¶V6DIHJXDUGV5RDGPDS >2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZYLHWQDPUHGGRUJ:HE 'HIDXOWDVS["WDE GRZQORDG ]RQHLG VXE]RQH FKL OG ODQJ HQ86 59. .HSXWXVDQ81)&&&&3D\DWGGDQ.HSXWXVDQ &3D\DW .HSXWXVDQ81)&&&&3/DPSLUDQ,D\DWF .HSXWXVDQ81)&&&&3D\DWH .HSXWXVDQ81)&&&&3D\DWI 6,08/$$5'270$QDO\VLVRI5('')LQDQFLQJ *DSVDQG2YHUODSV5(''3DUWQHUVKLS>2QOLQH@7HUVHGLD GLKWWSUHGGSOXVSDUWQHUVKLSRUJHED 172

HFHDEHIESGI6HHDOVR675(&.&GDQ 3$5.(5&)LQDQFLQJ5(''LQ$1*(/6(1$HW DOHGV$QDO\VLQJ5(''&KDOOHQJHVDQG&KRLFHV&,)25 >2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZFLIRURUJSXEOLFDWLRQV SGIB¿OHV%RRNV%$QJHOVHQSGI $1*(/6(1$(7$/5HDOLVLQJ5(''1DWLRQDO 6WUDWHJ\DQG3ROLF\2SWLRQV&,)25%RJRU,QGRQHVLD $1*(/6(1$(7$/5HDOLVLQJ5(''1DWLRQDO 6WUDWHJ\DQG3ROLF\2SWLRQV&,)25%RJRU,QGRQHVLD &267(1%$'(5-5(''%HQH¿W6KDULQJ $&RPSDUDWLYH$VVHVVPHQWRI7KUHH1DWLRQDO3ROLF\ $SSURDFKHV)RUHVW&DUERQ3DUWQHUVKLS)DFLOLW\GDQ 815(''3URJUDPPH>2QOLQH@7HUVHGLDGLKWWSZZZ XQGSRUJFRQWHQWGDPXQGSOLEUDU\(QYLURQPHQW DQG(QHUJ\&OLPDWH&KDQJH5(''EHQH¿W VKDULQJD&RPSDUDWLYHDVVHVVPHQW RIWKUHHQDWLRQDOSROLF\DSSURDFKHVSGI 3(6.(77/%HQH¿WVKDULQJLQ5(''H[SORULQJ

the implications for poor and vulnerable people. Bank Dunia

GDQ5(''QHW

&RQVWLWXFLyQDUW3HUX/H\GHO&DQRQ>/DZRI&DQRQ@

Dokumen terkait