• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDELEGASIAN SEBAGIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DALAM PROSES PERSETUJUAN PEMINDAHTANGANAN,

A. PENDAHULUAN 1. PRINSIP UMUM

2. PENDELEGASIAN SEBAGIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DALAM PROSES PERSETUJUAN PEMINDAHTANGANAN,

PEMUSNAHAN, DAN PENGHAPUSAN BMN PADA PENGGUNA BARANG

Pelimpahan sebagian wewenang Menteri Kesehatan selaku Pengguna Barang kepada Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan dan BMN, Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat Jenderal selaku Kuasa Pengguna Barang pada Unit Pusat dan Kepala Kantor/Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan untuk

-97-

dan atas nama Menteri Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/264/2015, maka usulan proses persetujuan penghapusan kepada Kementerian Keuangan selaku Pengelola Barang hanya dapat dilakukan oleh :

1. Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan dan BMN, Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat Jenderal untuk tingkat Kantor Pusat.

2. Kepala Kantor/Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada di daerah.

Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan dan BMN, Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat Jenderal untuk tingkat Kantor Pusat dan Kepala Kantor/Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada di daerah dapat mengajukan usulan persetujuan penghapusan kepada Pengelola Barang setelah diperoleh izin prinsip dari Pimpinan Unit Eselon I masing-masing.

Kewenangan Pengelola Barang dalam persetujuan penghapusan BMN diatur sebagai berikut :

1. Usulan Penghapusan tanah dan/atau bangunan yang tidak ditindaklanjuti dengan pemindahtanganan :

a. Sampai dengan nilai Rp. 1 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian Keuangan;

b. > Rp. 1 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

c. > Rp. 5 Miliar sampai dengan Rp. 10 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN kepada Direktur Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi Kementerian Keuangan;

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

2. Usulan Penghapusan selain tanah dan/atau bangunan yang tidak ditindaklanjuti dengan pemindahtanganan :

a. Sampai dengan nilai Rp. 500 juta :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian Keuangan;

b. > Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 1 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

c. > Rp. 1 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Direktur Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi Kementerian Keuangan;

d. > Rp. 5 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

3. Usulan Pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan Presiden atau DPR :

a. Sampai dengan nilai Rp. 1 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang;

b. > Rp. 1 Miliar sampai dengan Rp. 2,5 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris

-99-

Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

c. > Rp. 2,5 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN kepada Direktur Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi Kementerian Keuangan.

d. > Rp. 5 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

4. Usulan Pemindahtanganan selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan Presiden atau DPR : a. Sampai dengan nilai Rp. 500 juta :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang;

b. > Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 1 Milyar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

c. > Rp. 1 Miliar sampai dengan Rp. 5 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Kepala Biro Keuangan dan BMN/Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan/Sekretaris Itjen/Kepala Satuan Kerja (UPT) kepada Direktur Pengelolaan Negara dan Sistem Informasi Kementerian Keuangan;

d. > Rp. 5 Miliar :

Permohonan diajukan oleh Sekretaris Jenderal kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

Pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tertentu dari Pengelola Barang kepada Pengguna Barang sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 4/PMK.06/2015, memberikan dasar hukum bagi Pengguna Barang, dhi. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan,

dan/atau Pimpinan Satuan Kerja Badan Layanan Umum (BLU) pada Kementerian/Lembaga untuk menandatangani keputusan/surat persetujuan yang terkait dengan penggunaan, pemindahtanganan, pemusnahan, dan penghapusan BMN. Pengguna Barang tidak dapat meneruslimpahkan pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab kepada Kuasa Pengguna Barang.

Klasifikasi kewenangan dan tanggung jawab yang didelegasikan oleh Pengelola Barang kepada Pengguna Barang meliputi :

1. Penggunaan BMN, meliputi : Penetapan status penggunaan BMN dan Pemberian persetujuan penggunaan sementara BMN :

a. Alat utama sistem persenjataan;

b. BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan.

2. Pemindahtanganan BMN ; a. Penjualan :

1) BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan.

2) Bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi).

b. Hibah :

1) BMN yang dari awal perolehan dimaksudkan untuk dihibahkan dalam rangka kegiatan pemerintahan, meliputi tidak terbatas pada:

i. BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan, yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN;

ii. BMN yang berasal dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

iii. BMN yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

-101-

iv. BMN yang diperoleh sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2) BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan;

3) Bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi).

3. Pemusnahan BMN : a. Persediaan;

b. Aset Tetap Lainnya, berupa hewan, ikan dan tanaman. c. Selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak

mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan.

d. Bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi).

4. Penghapusan BMN (karena sebab-sebab lain): a. Persediaan;

b. Aset Tetap Lainnya, berupa hewan, ikan dan tanaman. c. Selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak

mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan.