• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

F. Unsur-unsur Pendidikan

1. Pendidik

Salah satu unsur penting yang tidak boleh dilupakan dalam proses pendidikan adalah seorang pendidik. Dipundaknya terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya menghantarkan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Secara khusus, pendidik dalam perspektif Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.31

31

Hasan Langgulung, Azas-azas Pendidikan Islam. (Jakarta : Pustaka al-Husna, 1992), hal. 304

Pendidik dapat juga diartikan sebagai seorang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan dan mensucikan hati sehingga menjadi dekat dengan Khaliqnya. Berkenaan dengan konsep ini, an-Nahlawi menyimpulkan bahwa selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, tugas utama yang perlu dilakukan pendidik adalah Tazkiyat an-Nafs, yaitu mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik kepada Khaliq-Nya, menjauhkannya dari kejahatan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrah-Nya.32

Selanjutnya, an-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, yaitu :

a. Mempunyai watak dan sifat ke-Tuhan-an yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku, dan pola pikirnya.

b. Bersifat ikhlas, melaksanakan tugasnya semata-mata karena mencari rhido Tuhan dan menegakan kebenaran.

c. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik.

d. Jujur dalam menyampaikan segala pengetahuannya.

e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut.

f. Mampu menggunakan metode secara bervariasi sesuai dengan keadaan atau perkembangan zaman.

g. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak. h. Mengetahui psikis peserta didik.

i. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa, keyakinan, atau pola pikir peserta didik.

j. Berlaku adil terhadap semua peserta didik.33

Dalam pendidikan Islam seorang pendidik tidak hanya menyiapkan seorang peserta didik memainkan peranannya sebagai individu dan anggota masyarakat

32

An-Nahlawi, op. cit., h. 239. 33

saja, tetapi juga membina sikapnya terhadap agama, tekun beribadat, mematuhi peraturan agama, serta menghayati dan mengamalkan nilai luhur agama dalam kehidupan sehari-hari. Dan agar fungsi-fungsi tersebut dapat terlaksana dengan baik maka seorang pendidik harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Beriman.

Seorang pendidik Islam harus seseorang yang beriman, yaitu meyakini akan keesaan Allah. Iman kepada Allah merupakan asas setiap aqidah. Dan dengan bagaimana Allah SWT selanjutnya akan diikuti pula dengan keimanan kepada yang lainnya.

Keyakinan terhadap keesaan Allahseperti diatas disebut juga ―tauhid‖.

Kalimat tauhid dalam Islam adalah kalimat: ―la ilaha illa Allah‖ yang berarti: Tidak ada Tuhan melainkan Allah.

Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga Islam dikenal sebagai agama Tauhid. Yaitu agama yang mengesakan Allah.

Menurut Al-Faruqi ―iman‖ atau ―tauhid‖ inti dan esensi dari ajaran Islam, merupakan pandangan umum dari realitas kebenaran dan waktu, sejarah dan nasib manusia sebagai pandangan umum ia tegakkan atas dasar prinsip ―idealitionality‖, teologi, kapasity of man, melleability of nature dan

responsibility and judment, dan sebagai falsafah dan pandangan hidup

memiliki implikasi dalam segala aspek kehidupan dan pemikiran manusia, seperti dalam sejarah, pengetahuan, filsafat, etika, sosial, ummah, keluarga, ekonomi, ketertiban dunia dan estetika.34

Oleh karena itu iman atau tuhid bukan saja merupakan kepercayaan yang bersifat pribadi akan tetapi mempunyai eksistensi terhadap seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu seorang pendidik aIslam harus mempunyai keimanan yang benar. Iman yang benar harus memiliki tiga syarat, yaitu:

a. Pengakuan dengan hati.

b. Pengucapan dengan lidah, dan

34

Ismail Raji al-Faruqi, Tauhid its Implication for Thought and life, (Brentwood AS:

c. Pengamalan dengan anggota badan. 2. Bertakwa.

Syarat yang terpenting yang harus pula dimiliki oleh pendidik Islam

adalah ―taqwa‖. Yang berarti menjaga diri agar selalu mengerjakan perintah

Allah dan meninggalkan larangan-Nya, serta merasa takut kepada-Nya baik secara senmbunyi maupun terang-terangan. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan dan menganjurkan untuk bertaqwa, seperti dalam Firman Allah SWT:                   

Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.‖ (Q.S. 3:102).

3. Ikhlas.

Pendidik yang ikhlas hendaklah berniat semata-mata karena Allah dalam seluruh pekerjaan edukatifnya, baik berupa perintah, larangan, nasehat, pengawasan atau hukuman yang dilakukannya. Ikhlas bukan berarti ia tidak boleh menerima imbalan jasa, akan tetapi jangan terniat dalam hati bahwa pekerjaan mendidik yang dilakukannya karena mengharapkan mateeri, akan tetapi semata-mata sebagai pengabdian kepada Allah SWT. Karena ia menerima gajji, itu karena rezeki dari Allah SWT yang tentu harus pula diterimanya, dan kalau tidak ada gaji ia akan tetap melaksanakan tugas.

Ikhlas dalam perkaataan dan perbuatan adalah sebagian dari asa iman dan keharusan Islam. Allah tidak akan menerima perbuatan tanpa dikerjakan secara ikhlas. Perintah untuk ikhlas tercantum dalam Al-Qur’an dengan tegas:

                           

Artinya: ―Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.‖ (Q.S. 98:5).

4. Berakhlak.

Seorang pedidik haruslah mempunyai akhlak yang baik. Seorang yang berakhlak adalah seorang yang mengisi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela. Seorang yang berakhlak mulia menurut Rajhmat Djantika ditandai dengan:

a. Melaksanakan kewajiban-kewajibannya,

b.Memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak,

c. Melakukan kewajiban terhadap dirinya, Tuhannya, sesama manusia, makhluk lain, terhadap alam dan lingkungan, dan terhadap segala yang ada secara harmonis,

d.Menempati martabat mulia dalam pandangan umum.

Karena pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia, maka tugas kerasulan Nabi Muhammad keseluruhannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Seperti sabda Rasulullah SAW: ―Sesungguhnya saya ini diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia‖. (H.R. Ahmad Ibn Hanbal).

5. Berkepribadian yang Integral (Terpadu).

Menurut Zakiah Dradjat, kepribadian yang terpadu dapat menghadapi segala persoalan ;dengan wajar dan sehat, karena segala unsur dalam pribadinya bekerja seimbang dan serasi. Pikirannya mampu bekerja dengan

tenang, setiap masalah dapat dipahaminya dengan objektif, sebagaimana adanya. Maka sebagai guru ia dapat memahami kelakuan anak didik sesauai dengan perkembangan jiwa yang sedang dilaluinya. Peernyataan anak didik dapat dipahami secara objektif, artinya tidak ada ikatan dengan prasangka atau emosi yang tidak menyenangkan.35

Sebagai manusia biasa tentu saja pribadi guru tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan seprti; kesulitan ekonomi, kesulitan dalam rumah tangga, kesulitan dalam pergaulan ditengah-tengah masarakat, kesulitan dalam meningkatkan karir dan sebagainya.

6. Cakap.

Menurut Burlian Somad, untuk dapat menjadi pendidik yang memiliki kecakapan, maka harus:

a. Menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan bagi pembuatan standar kualitas minimal (tasmin),

b. Menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan bagi pembuatan unit-unit bahan pembentukan kualitas minimal itu (ubak);

c. Menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan bagi pembentukan dan pengembangan tasmin pada diri anak didik dengan memperggunakan ubak itu,

d. Menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan pembuatan standar pengukur kualitas diri anak didik (stapek)

e. Menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan bagi pelaksanaan pengukuran tasmin dengan mempergunakan stapek itu,

f. Menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan bagi melaksanakan management pendidikan yang dapat membawa kemajuan,

g. Terlatih dan terbiasa mengerjakan/mempraktekan yang tersebut dari poin 1 s/d poin 6 itu tadi.36

35

Zakiah Darajat, Keperibadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), hal. 15 36

Burlian Somad, Beberapa Persoalaan dalam Pendidikan Islam, (Bandung : PT Al- Maarif, 1981), cet, ke-1, hal. 107

7. Bertanggung jawab.

Islam menempatkan manusia di dunia ini dalam kedudukan istimewa yaitu sebagai khalifah Allah di atas bumi ini.

Firman Allah SWT                                                    

Artinya: ―Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. 2:30).

Sebagai khalifah ia harus mempertanggung jawabkan segala perbuatannya kepada Allah SWT. Setiap pribadi harus menyadari bahwa kelak segala amal dan perbuatannya akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT di akhirat; maka didalam hidupnya ia harus berusaha agar apa yang dilakukannya di atas dunia ini hanya semata-mata karena Allah dan menurut keridhaan Allah, sehingga semua amal dan perbuatannya bernilai ibadat.

Al-Ghazali berkata; mahluk yang paling mulia di muka bumi ini adalah manusia. sedangkan yang paling mulia dalam penampilannya adalah kalbunya. Guru selalu menyempurnakan, mengagungkan dan mensucikan kalbu itu, serta menuntunnya untuk dekat kepada Allah, oleh karena itu mengajarkan ilmu bukan hanya sekedar beribadah kepada Allah semata,

tetapi karena khilafah Allah. Maksud khilafah disini adalah karena kalbu orang yang alim merupakan sifat Allah yang paling khusus. Orang alim ibarat bendaharawan yang menguasai khazanah Allah yang paling berharga. Adakah kedudukan lain yang lebih agung bila dibandingkan dengan kedudukan seorang hamba sebagai perantara antara Tuhannya dengan mahluk untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, serta menuntun mereka menuju surga tempat mereka kembali.37

8. Keteladanan

Suatu hal yang sangat penting pula yang harus diperhatikan oleh guru

agama adalah filsafat ―keteladanan‖ karena guru adalah pembimbing murid- muridnya dan menjadi tokoh yang akan ditiru, maka kepribadiannyapun menjadi teladan bagi murid-muridnya.

Menurut Zakiah Dradjat, betapapun baiknya kurikulum dan cukupnya buku serta alat pelajaran namun tujuan kurikulum itu tidak akan tercapai jika guru melaksanakan kurikulum tersebut tidak memahami, tidak menghayati dan tidak berusaha mencapainya dengan keseluruhan pribadi dan tenaga yang ada padanya.38

9. Memiliki Kompetensi Keguruan.

Kompetensi keguruan adalah kemampuan yang diharapkan yang dapat dimiliki oleh seorang guru. Pada mulanya kompetensi ini diperoleh dari ―pre seervicce training‖ yang kemudian dikembangkan dalam pekerjaan profesional guru dan dibina melalui ―in service training‖. Pada dasarnya guru harus memiliki tiga kompetensi, yaitu; kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam cara mengajar.

a. Kompetensi kepribadian

Setiap guru memiliki kepribadiannya sendiri-sendiri yang unik. Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi

37

Al-Ghazali, Ihya Ulummuddin, (Beirut : Daar al-Fikr, 1939), jilid, 1, hal. 13 38

Pedoman Bahan Penataran Guru-guru Agama Pada Sekolah Umum. (Jakarta: Departemen Agama RI, 1975), hal. 36

keguruan. Jadi pribadi keguruan itupun ―unik‖ pula, dan perlu

diperkembangkan secara terus menerus agar guru itu tampil dalam: 1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu

atau murid yang diajakan,

2) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniah) terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru, 3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling

bertanggung jawab dan saling percaya-mempercayai antara guru dan murid.

b. Kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran

Penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi (takhasus) atas ilmu atau kecakapan/pengetahuan yang diajarkan. Penguasaan yang meliputi bahan bidang sudi sesuai dengan kurikulum dan bahan pendalaman aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini amat perlu dibina karena selalu dibutuhkannya dalam:

1) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus diajarkannya kedalam bentuk komponen-komponen dan informasi-informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu dan kecakapan yang bersangkutan.

2) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk mempelajari pelajaran yng diterianya.

c. Kompetensi dalam cara-cara mengajar

Kompetensi dalam cara-car mengajar atau keterampilan mengajar suatu bahan pengajaran sangat diperlukan guru. Khususnya keterampilan dalam:

1) Merencankan atau menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan untuk satu kesatuan waktu (catur wulan/semester atau tahun ajaran),

2) Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang diperlukannya.

3) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode mengajar sehinggaterjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif.

Dokumen terkait