• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV IMPLIKASI DARI PERUBAHAN POSISI PENDIDIKAN

C. Pendidikan Agama Bukan Pengajaran

M asyarakat yang religius dengan ciri-ciri antara lain bahwa segala sikap dan prilakunya dimotori oleh nilai teologis, akan tergeser oleh pengaruh sekulerisme, materialism dan pragmatisme. Pemdidikan tidak sekedar berpotensi meningkatkan kualitas kehidupan fisik seseorang sebagaimana ditekankan pengelolaanya oleh sebagian lembaga pendidikan saat ini, akan tetapi lebih dari itu ia adalah penanggungjawab perilaku termasuk di dalamnya keyakinan beragama yang memegang kunci makna kehidupan seseorang.

33 M. Saerozi, P endidikan A gam a D alam E ra P luralism e, Yogya, Tiara Wacana, 2004,

Agama adalah ketentuan-ketentuan Illahi yang mendorong setiap orang yang berakal sehat untuk melakukan segala yang baik di dunia dan akherat. Ini berarti, bahwa pendidikan agama tidak mengekalkan dualisme antara ilmu sekuler dan ilmu agamis. Desintegrasi antara ilmu sekuler dan ihnu agamis dalam sistem penyekolahan selama ini, berakibat kurang berfungsinya pendidikan agama dalam pembentukan watak, moral dan etika masyarakat, tetapi kecenderunganya lebih pada aspek kognisi dengan penyikapan sistemik dalam bentuk ’’pengajaran” yang bermuara pada Islamologi (dari sisi pendidikan agama Islam) bukan “pendidikan” yang berwatak membentuk sikap dan perilaku peserta didik.34

Dengan demikian, para ulama atau guiu agama kecuali memperdalam ilmu masing-masing, perlu sekali mempelajari perkembangan masyarakat secara menyeluruh, sehingga dapat menolong umat yang harus hidup dalam masyarakat yang cepat berubah. Pengaruh materialisme dan individualisme luar biasa kuat, jawaban tentang hal-hal tersebut harus dikembangkan secara baru dan kreatif dalam model pendidikan agama oleh para ulama, guru dan orang tua sebagai pendidik dalam keluarga.35 Diharapkan peserta didik dapat menghadapi tantangan kemajuan jaman.

34 M. A. Sahal Mahfud, P endidikan A gam a B ukan Pengajaran, (dalam Editing

Washington P. Napitupulu), Visi dan Tatanan B erpikir di A lam P endidikan, Jakarta, Balai Pustaka,

1998, him. 110.

35 Sularso Sopater, B eberapa P em ikiran M engenai Visi P endidikan M em asuki A b a d

Ke-I Ke-I (dalam Editing Washington P. Napitupulu), V isi dan Tatanan B erpikir d i Alam Pendidikan,

BAB

V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Posisi pendidikan agama menurut undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 2 tahun 1989 dapat dilihat dari isi kurikulum yang merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran penyelenggaraan pada masa itu menempatkan Paneasiia dalam setiap jenis, jalur, jenjang pendidikan pada urutan nomor satu di atas pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan, hal tersebut menunjukan bahwa pendidikan agama masih dianggap second class.

Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan memuat: 1. Pendidikan Pancasila

2. Pendidikan agama: dan 3. Pendidikan kewarganegaraan.

Pendidikan agama dalam undang-undang nomor 2 tahun 1989 ditempatkan pada posisi kedua sebab paneasiia masih dianggap sebagai ideologi tunggal.

Pendidikan agama Islam menurut undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 berisi tentang rumusan pendidikan yang mengedepankan spiritualitas ini kemudian menentukan arah tujuan pendidikan nasional. Tentang hal ini dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Perbaikan posisi pendidikan agama Islam dapat dilihat dari kewajiban lembaga pendidikan untuk menyediakan guru agama yang sesuai dengan agama yang dianut siswa serta penyediaan kelas sendiri bagi minimal 10 orang siswa dalam tiap kelas.

Undang-undang pendidikan pada dasarnya disesuaikan dengan keadaan sosial pada waktu itu. Pada masa pemerintahan orde baru, keadaan sosial dan politik stabil, tetapi pada sisi lain terjadi gesekan antara pemerintah dan ulama, ditandai dengan pembatasan dakwah dan bidang tarbiyah, hal itu berimbas pada pembatasan ruang gerak pendidikan Islam itu sendiri. Pada sisi lain Pancasila sebagai asas tunggal negara mengharuskan lembaga pendidikan Islam menggunakan al Qur’an sebagai asas nomor dua setelah Pancasila. Pendidikan Islam pada masa itu berkembang pada sisi pendidikan non formal saja, seperti pesantren dan diniyyah. Hal ini dapat dimaklumi karena adanya pembatasan pendirian sekolah formal berbasis agama. Di samping itu image

yang berkembang bahwasanya pendidikan formal berlabel agama dianggap sebagai nomor dua.

Terdapat banyak isu reformasi pendidikan yang diusung saat itu. Sedikitnya isu-isu sentral reformasi pendidikan ini bermuara pada empat hal, yaitu:

1) pendidikan agama sebagai basis pendidikan nasional, 2) pemerataan kesempatan pendidikan,

3) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, dan 4) efisiensi menejemen pendidikan

Keberadaan pendidikan Islam yang diakui oleh undang-undang, menjadikan posisi pendidikan Islam lebih baik daripada sebelumnya, karena berimplikasi pada hak dan kewajiban dunia pendidikan Islam sama dengan sekolah umum. Mulai dari hak yang sama memperoleh dana Bantuan Operasional Sekolah sampai kewajiban untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. c«

Tabel posisi pendidikan dalam UU RI Nomor 2 tahun 1989 dan UU RI Nomor 20 tahun 2003.

UU RI No.20 Thn.1989 Tentang

Sistem Pendidikan National

UU RI No.20 Thn.2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional

Perbedaan Perbedaan

Undang-undang sistem pendidikan Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 1989 nasional nomor 2 tahun 2003

hanya memuat tentang memuat tentang memperoleh

memperoleh pendidikan adalah pendidikan adalah hak dan

hak bagi warga negara. kewajiban bagi warga Negara,

orang tua, masyarakat dan pemerintah.

Sekolah hanya menyediakan guru Setiap siswa wajib mengikuti agama sesuai dengan agama pendidikan agama sesuai dengan mayoritas siswa dan siswa yang agama yang dipeluknya dan siswa berbeda agama diberi kebebasan penganut aliran kepercayaan wajib

untuk ikut atau tidak mengikuti mengikuti pendidikan agama sesuai pelajaran agama tersebut. Dalam dengan agama pilihanya. hal penilaian dilimpahkan pada Pendidikan agama disampaikan di pembin\mbing agama masing- sekolah paling kurang dua jam masing (Kyai, Pendeta, Pastur Dan

v'* pelajaran seminggu setiap kelas. Biksu).

Pendidikan agama diberikan oleh Pendidikan agama diberikan oleh guru agama sesuai dengan agama guru agama atau guru agama tidak

mayoritas siswa. tetap atau Pembina agama.

Isi kurikulum setiap jenis jalur Jika terdapat sekurang-kurangnya dan jenjang pendidikan wajib 10 orang siswa pada suatu kelas

meuat: yang menganut agama tertentu,

a. Pendidikan Pancasila maka pendidikan agama yang

b. Pendidikan Agama bersangkutan wajib diberikan

c. Pendidikan dikelas itu.

kewarganegaraan Bila tidak ada guru pendidikan

agama pada sekolah yang

memenuhi persyaratan untuk melaksanakan pendidikan agama tertentu, maka dapat diangkat guru pendidikan agama tidak tetap. Pelaksanaan pendidikan agama

Isi kurikuluni pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajara tentang;

a. Pendidikan Pancasila b. Pendidikan agama c. Pendidian

Kewarganwgaraan

bagi siswa yang tidak diajarkan di kelas, maka pendidikan agamanya dilakukan oleh Pembina agama. Siswa yang menganut aliran

V'

kepercayaan diberi kebebasan untuk mengikuti pendidikan agama tertentu ataupun tidak.

Siswa wajib mengikuti pendidikan agama sesuai dengan agama yang dipeluknya.

Adanya pengakuan dari pemerintah

tentang penyelenggaraan

pendidikan berbasis masyarakat yang berdasarkan kekhasan agama.

Kurikuium disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik

Indonesia dengan memperhatikan : a. Peningkatan iman dan

takwa;

b. Peningkatan akhlak mulia; c. Peningkatan potensi,

d. Bahasa Indonesia e. Membaca dan menulis f. Matematika

g. Pengantar sains dan teknologi

h. Ilmu bumi

i. Sejarah nasional dan sejarah umum

j. Kerajinan tangan dan kesenian

k. Pendidikan jasmani dan kesehatan

l. Mengambar m. Bahasa Inggris

kecerdasan, dan minat peserta didik;

d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;

v '*

e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

f. Tuntutan dunia kerja;

g. Perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni;

h. Agama;

i. Dinamika perkembangan global; dan

j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Pasai 37

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:

k. Pendidikan agama; l. Pendidikan

kewarganegaraan; m. Bahasa;

0. Ilmu pengetahuan alam; P- Ilmu pengetahuan sosial; q- Seni dan budaya;

r. Pendidikan jasmani dan M

olahraga;

s. Keterampilan/kejuruan; dan t. Muatan lokal.

Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:

a. Pendidikan agama; b. Pendidikan

kewarganegaraan; dan c. Bahasa.

Dengan posisi pendidikan agama Islam saat ini, orang-orang Islam harus dapat memanfaatkannya menjadi momentum kebangkitan dunia pendidikan agama Islam. Akan tetapi kearifan dalam tafsiran tentang undang-undang itu sendiri mutlak diperlukan agar penafsiran atas undang-undang itu tidak sampai mengancam kedaulatan negara republik ini.

Dan adanya anggapan tentang campurtangan pemerintah dalam agama hendaknya disikapi oleh pemerintah dengan adanya sosialisasi dan komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan undang-undang pendidikan tersebut.

Agama Islam 1997/1998, DEPAG RI, Jakarta, 1998

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Pendidikan

Agama Islam 1999/2000, DEPAG RI, Jakarta, 1998

Fajri, Em Zul dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia, Duta Publizer, Jakarta, 2002

Fatwa A. M., Dari Mimbar Ke Penjara, Mizan, Bandung, 1999

Hajar, Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian K ua lita tif dan

Pendidikan, Raja Grafmdo, Jakarta, 1996

Http://kajiislam.wordpress.com/2008/04/26/pendidikan-islam-antara pemenangan-politik-dan-kekalahan-praktik

Http:// www.dikti.co.id

Http:// sinar harapan.co.icFberita/03/10/nas og html

Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, M andar Maju,

Bandung, 1990

Mahfud, M. Sahal Pendidikan Agama Bukan Pengajaran, dalam

Editing Washington P. Napitupulu, Visi Dan Tatanan

Wacana, Yogya, 2004

Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, Grasindo,

Jakarta, 1993

Sopater, Sularso, Beberapa Pemikiran Mengenaivisi Pendidikan

Memasuki A bad ke 21, dalam Editing Washington P.

Napitupulu, Visi Dan Tatanan Berpikir Dialam

Pendidikan, Balai Pustaka, Jakarta 1998

Sumartana, T. H, dkk, Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama,

Institut Dian, Yogya, 2005

Syaifuddin, Fahmi D., Garapan Bidang Kesehatan dan Pendidikan

Memasuki A bad 21, dalam Editing Washington P.

Napitupulu, Visi dan Tatanan Berpikir di Alam

Pendidikan, Balai Pustaka, Jakarta, 1998

Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989, Tugu Muda,

Nama : Marsono NIM : 12104006

No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai

1. ORMASS 19-22 Agustus 2002 Peserta 3

2. KMD 11-16 Juli 2003 Peserta 3

' s - KMD 9-15 Juli 2004 Panitia 4

4. TKPP VII 7-10 Oktober 2004 Panitia 3

5. PW-PTAIN VII 23-31 Agustus 2004 Peserta 6

6. GPP X 24-26 Januari 2005 Panitia 4

7. OPSPEK 24-27 Agustus 2005 Kesehatan 4

8. PW-PTAIN VIII 13-22 September 2006 Peserta 6

9. KML 23-28 Januari 2006 Peserta 4

10. Manajemen TPQ 12-14 April 2006 Panitia 4

11. OPSPEK 26-29 Agustus 2006 Panitia 4

12. Outbound Ceria 6 Mei 2007 Panitia 4

13. Galang Tangkas XXIV 24-26 Maret 2007 Juri 5

r i4. Seminar Nasional 24 Juli 2007 Peserta 6

15. Nalas Sugud 24-28 Juli 2007 Peserta 6

16. Racana 2007/2008 Ketua 8

Jumlah 73

Salatiga, 14 Agustus 2008 Mengetahui

Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan

^ D r s . Mrftahudd NIP. 150268215

1. Nama : Marsono

2. Tempat/Tgl.Lahir : Semarang, 3 April 1984

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia

6. Alamat iKrisrik, Kedungringin, Suruh, Semarang

7. Riwayat Pendidikan

o SDN Kedung Ringin IV lulus tahun 1996 o MTsN Andong, Boyolali lulus tahun 1999 o MA Al Azhar Andong, Boyolali lulus tahun 2002 o STAIN Salatiga lulus tahun 2008

Demikian daftar riwayat hidup ini kami buat dengan sebenar-benarnya

Tertanda

N o m o r: ST.27/K- 1/PP.00.9/M . 1.211/2008 Lamp. : Proposal Skripsi

Hal : Pembimbing dan Asisten Pembimbing Skripsi

21 Januari 2008

Yth. Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag

Assalam ualaikum w. w.

Dalam rangka penulisan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S .l). Saudara ditunjuk sebagai Dosen Pembimbing / Asisten Pembimbing Skripsi mahasiswa :

N a m a NIM Jurusan JuduLSkripsi MARSONO 12104006 TARBIYAH

:PENDIDIKAN AGAMA DALAM UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (STUDI KEBIJAKAN NASIONAL TENTANG PENDIDIKAN AGAMA DI INDONESIA DALAM

UNGANC-UNDANG NO.2 TAHUN 1989 DAN UNDANG-

UNDANG NO.20 TAHUN 2003)

Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi tema Skripsi di atas. Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan.

W assalamualaikum w. w.

a.n. Ketua,

’embantu Ketua Bidang Akademik

(. Moh. Saerozi; M.Ag. i *. 150247014

Dokumen terkait