• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Analisis Data

2. Pendidikan Agama Islam dalam proses Rehabilitasi

Pasien atau santri narkoba mendapat pendidikan agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Setelah selesai masa stabilisasi, pasien menetap di rumah kesadaran (transit house). Santri narkoba terlebih dahulu dibangun kesadarannya, mengapa ia harus sembuh, diberikan edukasi tentang yang telah ia lakukan selama ini (menyalahgunakan narkoba) adalah salah. Salah satu cara menumbuhkan kesadaran itu dengan pendidikan agama.

Ust. Jami menuturkan, tujuan diterapkannya pendidikan agama di yayasan Madani Mental Health Care ini adalah untuk membantu mengembalikan para santri narkoba kembali pada fitrahnya, yaitu insan yang beragama. Keyakinan (iman) kepada Tuhan dibutuhkan agar santri narkoba sadar dan meyakini bahwa narkoba merupakan barang haram yang tentunya dilarang oleh agama. Agama diharapkan menjadi benteng dalam dirinya saat tawaran atau keinginan menyalahgunakan narkoba kembali datang.16

14

A. Fattah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang, 2008), h. 221 15

Hasil wawancara dengan Ust. Harid pada tanggal 22 Juli 2014 16

Sebelum mereka melakukan treatment panjang, mereka diajak untuk kembali merenung darimana ia berasal, untuk apa ia diciptakan. Santri narkoba juga diajak untuk mengenal siapa dirinya, bagaimana kehidupannya sebelum ia mengenal narkoba, siapa keluarganya, dan ketika berada di tempat rehabilitasi, bagaimana perasaannya. Menurut Ust. Indra, “jika ia tidak memahami dan mengenal dirinya sendiri, maka pembinaan apapun yang diberikan padanya itu tidak akan masuk dalam dirinya”.17

a. Materi pendidikan agama 1) Pendidikan Keimanan

Sebelum membiasakan kebiasaan-kebiasaan baik yang lain, santri narkoba diberikan pendidikan keimanan melalui siraman rohani yang diberikan oleh para ustadz, dan juga melalui bedah buku Prof. Dadang Hawari.

Siraman rohani menanamkan kembali kepada diri santri narkoba tentang ajaran Islam atau kepercayaan tentang agama yang hilang dari dirinya. Agama diturunkan kepada umat manusia untuk memberi kedamaian dan rasa aman dalam kehidupannya. Dengan pemahaman ini, santri narkoba diajak untuk lebih jernih dalam menyelesaikan masalah, dan juga santri narkoba diberi arahan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Menurut terapis MMHC tujuan dari pendidikan keimanan yang menjadi kajian pokok dalam membangun spiritualitas pasien Napza di Madani Mental Health Care adalah untuk menemukan tujuan kehidupan yang utama, yaitu Allah SWT. Dengan harapan santri narkoba dapat mengenal diri, mengenal Tuhannya, mengenal tujuan dan tugas kehidupannya. Sehingga menjadi dasar untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap fungsinya sebagai manusia, dapat memaknai dasar-dasar keimanan sebagai kontrol dan solusi dari permasalahan kehidupan, sehingga menjadi kuat dan tidak tergoda lagi untuk menggunakan Napza. 18

17

Hasil wawancara dengan Ust. Indra pada tanggal 12 Juli 2014 18

2) Pendidikan akhlakul karimah

Pendidikan akhlak yang baik salah satunya dengan mengadakan muhasabah setiap senin malam setelah shalat maghrib.19 Program ini dibimbing oleh Ust.Samsul, yang mana tempat dilaksanakannya Muhasabah ini di Mushola MMHC. Menurut ustad Samsul, “tujuan program muhasabah ini adalah pasien merasa diterima secara spiritual, dengan diampunkannya segala dosa yang pernah dilakukan dan memberikan harapan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.”20

Adapun pelaksanaan muhasabah, terlebih dahulu dibuka oleh pemandu acara, untuk menjelaskan dan menegaskan pentingnya muhasabah dalam kehidupan. Selanjutnya membacakan asma al husna, dan fungsinya sebagai harapan dan tujuan manusia kepada Tuhannya. Untuk menjaga keheningan situasi ruangan dimatikan lampunya dan mulai terapis menyampaikan instruksi-instruksinya.

Para santri diajak untuk merenungkan bagaimana perilakunya terhadap orang tua, terhadap orang di sekelilingnya, kesalahan apa yang telah ia lakukan. Dengan muhasabah ini, santri diajak untuk introspeksi diri. Selain muhasabah, pendidikan akhlak pun diterapkan dengan sikap teladan dari para ustadznya. Para ustadz memberikan teladan (contoh) pada santri narkoba, tidak hanya dengan teori saja. Karena mereka (para ustadz), masing-masing mendapat tugas 3 x 24 jam menemani santri narkoba selama satu minggu. Sehingga pembiasaan yang dilakukan oleh para ustadz lebih bisa diterima oleh para santri karena mereka bisa praktek bersama-sama.

3) Pendidikan Ibadah

Santri narkoba diajak untuk membiasakan diri menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Salah satunya membiasakan diri untuk menjalankan ibadah baik itu wajib maupun sunnah.

19

Data dokumen program pembinaan harian santri pada tahun 2013-2014 20

a) Berwudhu

Wudu merupakan kegiatan membersihkan diri dari segala kotoran yang melekat pada tubuh. Wudhu, biasanya dilakukan dengan mencuci menggunakan air bersih seluruh anggota tubuh, mulai dari tangan, mulut, hidung, wajah, lengan, telinga, kepala, dan kaki, lima kali sehari sebelum shalat.

Sebelum melaksanakan shalat, santri dibiasakan untuk berwudhu. Selain sebelum shalat, santri diajak berwudhu sebelum melaksanakan kegiatan lain, misalnya bedah buku, hafalan do’a harian dan lain-lain.

Bagi para santri yang belum bisa berwudhu, maka ustad-ustad membimbing wudhu, mempraktekkan bagaimana tata cara berwudhu.

b) Shalat, doa, dan dzikir

Program ini dipandu oleh Ust. Jami, dilaksanakan setiap waktu shalat. Program shalat, doa dan dzikir ini adalah kajian yang tidak hanya menjelaskan praktek ibadah harian, juga menjelaskan makna-makna ibadah dalam kehidupan dan hubungan antara ibadah dengan kesehatan jiwa dengan buku rujukan karya Dadang Hawari. 21

Santri diberikan kesempatan untuk adzan dan iqamat secara bergiliran. Setelah selesai, barulah dilaksanakan shalat berjamaah. Selesai shalat, doa dan dzikir bersama. Dalam pelaksanaan membacakan doa dan dzikir, pasien diberikan kesempatan untuk memimpin dzikir dan doa. Jika ada pasien yang belum bisa membaca huruf Arab, diperbolehkan membaca latinnya, bahkan untuk doa diperbolehkan untuk membaca artinya saja.22 Ini bertujuan agar mereka yang diberi kesempatan untuk memimpin, merasa dihargai dan merasa orang-orang di sekelilingnya menganggap ada.23

Adapun tema-tema yang menjadi program shalat, zikir dan doa diantaranya: makna thaharah untuk kesehatan, makna shalat untuk istirahat dan berkomunikasi dengan Allah, makna zikir untuk ketenangan pikiran, makna doa untuk menumbuhkan rasa optimisme.

21

Hasil wawancara dengan Ust. Jami pada tanggal 11 Juli 2014 22

Hasil observasi pada tanggal 16 Juni 2014 23

Terapis atau ustad menjelaskan fenomena kesalahan dalam melaksanakan shalat. Bahwa selama belajar sholat yang diajarkan hanya menghafal bacaannya dan gerakannya, tidak ada unsur kejiwaan apalagi keruhanian yang ikut sholat. Baru setelah itu, terapis menjelaskan bagaimana sholat yang khusyu. Dilain

kesempatan, terapis menjelaskan gerakan shalat yang tuma’ninah dapat

menambah ketenangan fisik yang nantinya akan mempengaruhi ketenangan jiwa. Dalam kajian lain, terapis menjelaskan fungsi zikir dan doa untuk ketenangan dan menumbuhkan rasa optimisme. Pertama, terapis menjelaskan bahwa tahap kesadaran akan menghantarkan pada kesadaran terhadap kehambaan dan kesadaran akan kelemahan sebagai manusia. Tanpa adanya kesadaran akan kelemahan diri, maka kesungguhan dalam berdoa sulit dicapai. 24

c) Kajian al Quran

Program kajian al Quran ini, tidak hanya mengajarkan bagaimana membaca al Quran dengan baik dan benar, melainkan menjelaskan makna-makna dan nilai kandungan al Quran yang berhubungan dalam kehidupan.

Menurut Ust.Jami, “program ini terdiri dari baca tulis al Qur’an, tajwid,

tafsir tematik al Quran tentang Napza dan Skizofrenia dan juga hafalan al Quran. Kajian tematik tafsir Napza dan skizofrenia dilaksanakan setiap pagi setelah shalat Duha, dipandu oleh Ust. Heria Widya. Program hafalan al Quran di jadwalkan setelah shalat Subuh oleh Ust. Yanto.”25

Terapis menyampaikan keutamaan orang yang menghafal al Qur’an dari tinjauan Islam. Bahwa al Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan mulia. Selain menghafal al Qur’an, para santri juga menghafal asma ul Husna.

b. Metode Pembinaan

Metode pembinaan dan pengajarannya lebih mengedepankan pendekatan individual daripada klasikal (general) karena didasarkan kepada latar belakang santri narkoba, masalah yang dihadapi, dan harapan serta cita-citanya.

24

Hasil Observasi pada tanggal 18 Juni 2014 25

Sebagaimana metode Ramayulis, metode pendidikan di Madani Mental Health Care adalah:

1) Ceramah

Metode pembinaan dengan nasehat dan penyampaian cerita lebih cocok dengan teknik ceramah. Karena nasihat yang secara langsung face to face bisa lebih mengena ke dalam hati seseorang. Misal ceramah ustadz pada para santri, penyampaian informasi tentang pengetahuan agama, dan lain-lain.

Terapis atau ustad dikelilingi oleh para santri membentuk lingkaran mendengarkan ceramah atau nasehat dari sang ustad. Sambil diselingi tanya jawab apabila ada yang tidak dimengerti oleh santri.

2) Metode Tanya Jawab

Selain ceramah, para ustad atau terapis mengadakan tanya jawab dengan para santri. Metode ini bertujuan untuk menggali pengetahuan santri, Seberapa jauh mereka menguasai materi.

Metode ini dilakukan secara bergantian, terkadang terapis yang bertanya kepada santri, dan juga sebaliknya santri yang bertanya. Biasanya digunakan saat pemahaman mengenai pelaksanaan ibadah, dan lain-lain. Dengan metode ini, pembelajaran tidak hanya satu arah, tetapi dua arah.

3) Metode Diskusi

Agar santri tidak merasa jenuh dengan kajian-kajian yang diadakan di MMHC, kajian diselingi dengan metode diskusi. Para santri diberi kesempatan untuk diskusi mengenai tema tertentu. Sedangkan terapis menjadi fasilitator dan meluruskan apabila ada yang tidak sesuai.

4) Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas salah satunya dengan memberikan kesempatan pada para santri untuk bertugas sebagai pemimpin. Menjadi muadzin, imam shalat berjamaah, dan memimpin doa dan dzikir.

5) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi digunakan saat terapis mengajarkan materi yang bersifat praktikum, misalnya tentang shalat. Terapis sebagai media langsung mendemonstrasikan bagaimana gerakan-gerakan shalat yang benar, dan tidak lupa

menjelaskan makna-maknanya. Materi lain yang memerlukan praktikum misalnya berwudhu, tayamum dan lain-lain

6) Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan. Jadi para ustad memberikan kesempatan kepada para santri untuk bereksperimen. Misal santri di beri kesempatan untuk berwudhu dan shalat yang ia bisa. Kemudian guru meluruskan apabila ada yang tidak sesuai.

7) Metode kerja kelompok

Santri diberi kesempatan untuk kerja kelompok membahas mengenai tema yang telah diberikan oleh terapis atau santri.

8) Metode Kisah

Salah satu pendidikan akhlak di MMHC yaitu dengan metode kisah. Kisah

dari Al Qur’an, kisah para nabi, kisah-kisah yang memberikan pelajaran. Para terapis menceritakan kepada santri tentang kisah-kisah, sedangkan santri menyimak. Dan juga sebaliknya, para santri diberikan kesempatan untuk bercerita, sedang terapis dan santri yang lain menyimak.

9) Metode Amsal

Terapis menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat atau melalui contoh atau perumpamaan.

10)Metode Targhib dan Tarhib

Metode targhib dan tarhib adalah cara mengajar dimana terapis memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar para santri melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.

Selain itu, metode ini memberikan pelajaran dengan memberi dorongan (motivasi) untuk memperoleh kegembiraan dalam kebaikan, misal diberi hadiah. Dan mendapat hukuman, jika melanggar aturan.26

c. Teknik Pembinaan

Teknik pembinaan yang digunakan dalam proses pembelajaran diantaranya:

26

1) Teladan

Dalam menerapkan pendidikan Islam, para ustadz menggunakan metode teladan. Para Ustadz 3 x 24 jam tinggal bersama para santri. Para Ustadz shalat berjamaah, dzikir dan doa, dan tidur bersama dengan para santri.

Sehingga para santri bisa melihat dan mengenal kepribadian para ustadz. Dengan demikian, akhlak yang baik lebih mudah tebentuk dengan metode teladan ini. Para ustadz berbaur dengan semua santri. Tujuannya agar santri merasakan kenyamanan tinggal di rumah kesadaran Madani.

2) Kebiasaan

Para santri dengan kesadarannya dibiasakan untuk menjalankan ibadah. Contohnya dengan pembiasaan shalat berjamaah, dzikir dan doa bersama, dan lain-lain. Selain itu, para santri dibiasakan untuk belajar menghargai orang lain, bersahabat dengan santri lain, selalu berkata yang baik, dll. Teknik pembiasaan ini lama kelamaan, tanpa mereka sadari akan membentuk akhlak para santri. Menurut

Muhammad Sayyid, “jika ditelaah dengan cermat kehidupan keseharian seseorang, kebanyakan aktivitas tubuh, mental, dan intelektual berdasarkan kebiasaan-kebiaasaan yang telah terbentuk pada diri melalui pendidikan dan interaksi dengan lingkungan masyarakat.”27

3) Nasehat dan cerita

Nasehat yang baik bermanfaat untuk jiwa yang tengah haus akan siraman rohani. Nasehat bermacam-macam, bisa dengan bedah buku, mengambil hikmah-hikmah atau nasehat bijak dari penulis buku. Saat-saat tertentu, di Madani mengadakan bedah buku Prof. Dadang Hawari. Selain itu, pendidikan Islam dengan metode nasehat ini dilaksanakan dari hati ke hati maupun menyeluruh untuk semua santri.

Selain bedah buku, metode penanaman nilai-nilai religius di Madani dengan menyampaikan cerita-cerita atau kisah para nabi. Para Ustadz menceritakan kisah-kisah dengan sedemikian rupa, sehingga para santri dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari kisah tersebut.

27

Muhammad Sayyid Muhammad, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), h. 348

4) Disiplin

Sesuatu yang membanggakan, tidak ada salahnya diberikan hadiah. Saat ada santri yang berprestasi, maka diberi reward atau apresiasi. Salah satu contohnya adalah Eki (bukan nama sebenarnya) mendapatkan penghargaan karena

dapat menghafal asma’ul husna. 28

Sebaliknya, jika ada santri yang melanggar aturan, tidak mau mengikuti pembinaan di Madani, santri tersebut diberikan hukuman agar jera. Namun hukuman disini tidak pada fisik, melainkan pada sesuatu yang mendidik pula. Misal santri tersebut dihukum untuk menuliskan lafaz istighfar sebanyak 100 kali.

d. Hasil Angket

Setelah memperoleh data dari hasil angket yang telah penulis sebar, lalu dianalisa dalam bentuk tabel dengan menggunakan teknik deskriptif prosentase untuk mengetahui bagaimana peranan pendidikan agama Islam dalam proses pemulihan pecandu narkoba di Madani Mental Health Care. Dan mengenai hasilnya, dapat dilihat lebih jelas pada tabel-tabel berikut:

Tabel 3.1

Pembinaan spiritual menjadi wadah mengenal Islam

No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 3 25%

2 Setuju 8 66,66%

3 Tidak Setuju 1 8,33%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

N 12 100%

Hal ini menunjukkan bahwa pasien Madani setuju pembinaan spiritual di Madani Mental Health Care membantu pasien mengenal Islam. Dengan pembinaan dan pendidikan di Madani, pasien mendapatkan pengetahuan yang lebih sehingga bisa memahami Islam lebih dalam. Hal ini senada dengan hasil

wawancara dengan para santri narkoba, bahwa “di Madani, mereka mendapat

28

banyak pengetahuan Islam. Belajar membaca al Qur’an, praktek ibadah, mendalami sejarah, dan masih banyak lagi”29

Tabel 3.2

Pembinaan spiritual menjadi sarana untuk mendekatkan diri pada Allah No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 2 16,66%

2 Setuju 9 75%

3 Tidak Setuju 1 8,33%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 12 100%

Dari tabel diatas, hal ini menunjukkan bahwa pasien Madani setuju pembinaan spiritual di Madani Mental Health Care membantu pasien untuk mendekatkan diri pada Allah dengan pembiasaan beribadah. Selain itu, mendekatkan diri pada Allah dengan senantiasa berdzikir dan berdoa.

Tabel 3.3

Pembinaan spiritual tidak membuat pasien pulih No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 0 0%

2 Setuju 1 8,33%

3 Tidak Setuju 10 83,33%

4 Sangat Tidak Setuju 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Dari data diatas, lebih dari setengahnya jumlah pasien Madani tidak sepakat dengan pernyataan pembinaan spiritual tidak membantu proses pemulihan. Artinya, para pasien lebih banyak yang setuju bahwa pembinaan spiritual berperan penting dalam proses pemulihan mereka.

29

Tabel 3.4

Pembinaan spiritual membuat pasien terbiasa beribadah No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 1 8,33%

2 Setuju 9 75%

3 Tidak Setuju 1 8,33%

4 Sangat Tidak Setuju 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa para pasien setuju bahwa kegiatan-kegiatan agama di Madani mental Health Care membantu pasien membiasakan diri untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan

penuturan para santri narkoba, “pada awalnya mereka merasa sulit untuk sholat, namun karena dibimbing dan lingkungan yang mendukung, akhirnya mereka terbiasa untuk sholat berjamaah, berdzikir, membaca al Qur’an, dan lain-lain”.30

Tabel 3.5

Pasien menjadi sadar akan dosa yang telah diperbuat No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 1 8,33%

2 Setuju 9 75%

3 Tidak Setuju 1 8,33%

4 Sangat Tidak Setuju 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pasien yang merasa timbul kesadarannya atas dosa yang telah diperbuat berjumlah lebih banyak dari pada yang tidak setuju dan sangat tidak setuju atas pernyataan tersebut. Pada umumnya, santri narkoba merasa bersalah atas dosa yang telah

30

diperbuat. “Melalui muhasabah, mereka bersama-sama merenungkan perbuatan yang telah mereka perbuat. Mereka mengekspresikan perasaan bersalah dengan bermacam-macam. Namun setelah muhasabah ini, ada perasaan tenang

menyelimuti hati”.31

Tabel 3.6

Kegiatan keagamaan hanya membuang waktu saja No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 1 8,33%

2 Setuju 1 8,33%

3 Tidak Setuju 9 83,33%

4 Sangat Tidak Setuju 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Dapat diambil kesimpulan, sebagian besar pasien tidak setuju dengan pernyataan bahwa kegiatan keagamaan di Madani hanya membuang waktu saja. Intinya, para pasien sepakat, kegiatan keagamaan justru membantu proses pembinaan.

Tabel 3.7

Iman menjadi benteng ada keinginan untuk mengkonsumsi narkoba No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 0 0%

2 Setuju 10 83,33%

3 Tidak Setuju 1 8,33%

4 Sangat Tidak Setuju 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Dapat diambil kesimpulan, bahwa sebagian besar para pasien menyetujui iman yang kokoh tertanam dalam hati menjadi benteng saat tawaran narkoba kembali datang.

31

Tabel 3.8

Dengan bekal iman dalam hati, pasien menjadi lebih jernih pikirannya No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 1 8,33%

2 Setuju 11 91,66%

3 Tidak Setuju 0 0%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 12 100%

Dapat diambil kesimpulan, bahwa lebih dari setengah jumlah pasien menyetujui bahwa mereka tampak lebih tenang setelah mendapat pencerahan dari para ustad dalam meningkatkan iman mereka.

Tabel 3.9

Keinginan untuk pulih berasal dari diri sendiri No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 1 8,33%

2 Setuju 9 75%

3 Tidak Setuju 1 8,33%

4 Sangat Tidak Setuju 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Dengan demikian, pasien madani rata-rata datang ke Madani melakukan pembinaan karena adanya keinginan dari diri sendiri untuk pulih. Walaupun ada beberapa yang merasa terpaksa mengikuti pembinaan di Madani. Menurut hasil

wawancara, para santri narkoba menyatakan “sebanyak apapun tempat rehabilitasi

yang didatangi, dan sebanyak apapun cara untuk melepaskan ketergantungan dari narkoba, jika tidak diiringi dengan tekad yang kuat ingin pulih, itu akan sia-sia.32

32

Tabel 3.10

Tidak adanya hubungan pemulihan dengan ibadah No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 1 8,33%

2 Setuju 1 8,33%

3 Tidak Setuju 9 75%

4 Sangat Tidak Setuju 1 8,33%

Jumlah 12 100%

Pasien lebih banyak yang tidak menyetujui bahwa pelaksanaan ibadah di Madani tidak berhubungan dengan proses pemulihan. Lebih dari setengah dari jumlah pasien menyetujui bahwa ibadah memang berpengaruh terhadap proses pemulihan.

Tabel 3.11

Lantunan ayat al Quran dan dzikir memberi kedamaian No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 4 33,33%

2 Setuju 7 58,33%

3 Tidak Setuju 1 33,33%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 12 100%

Dengan demikian, lebih dari setengah jumlah pasien menyetujui bahwa lantunan ayat al Quran dan dzikir usai sholat menentramkan jiwa, memberi kedamaian atas jiwa yang gersang. Para santri narkoba merasakan ketenangan saat

setelah membaca ayat suci al Qur’an. Selain itu, mendengarkan ayat suci al Qur’an pun membuat jiwa mereka damai, ditambah dengan berdoa meminta segera pulih dan sehat jasmani rohaninya.

Tabel 3.12

Keluarga tidak mendukung dalam proses pemulihan No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 0 0%

2 Setuju 1 8,33%

3 Tidak Setuju 8 66,66%

4 Sangat Tidak Setuju 3 25%

Jumlah 12 100%

Peran keluarga ikut serta dalam proses pemulihan, keluarga diharapkan untuk menciptakan iklim yang sama seperti di Madani, salah satunya ikut serta melakukan ibadah. Dengan melihat hasil angket tersebut, terlihat bahwa keluarga ikut mendukung dalam proses pemulihan. Madani Mental Health Care berupaya mengikutsertakan peran keluarga. Karena, keluargalah yang akan mendorong dan memotivasi santri narkoba untuk segera pulih.

Tabel 3.13

Peran Ustad (terapis) dalam memotivasi pasien untuk pulih No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 2 16,66%

2 Setuju 7 58,33%

3 Tidak Setuju 2 16,66%

4 Sangat Tidak Setuju 1 8,33 %

Jumlah 12 100%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran ustad (terapis) sangat penting dalam mengembalikan percaya diri pasien, memotivasi pasien untuk bangkit dan segera pulih. Para konselor yang disebut ustad memainkan peran yang sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan para santri narkoba. Mereka juga tidak hanya sebagai pembimbing, tapi juga sebagai motivator, pendorong untuk para santri narkoba agar segera pulih.

Tabel 3.14

Pasien merasa tertekan di Madani karena terlalu banyak kegiatan agama No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 0 0%

2 Setuju 2 16,66%

3 Tidak Setuju 7 58,33%

4 Sangat Tidak Setuju 3 25 %

Jumlah 12 100%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien merasa nyaman mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan di Madani, terutama kegiatan agama.

Tabel 3.15

Pasien selalu berdoa setelah sholat agar segera pulih No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Sangat setuju 2 16,66%

2 Setuju 9 75%

3 Tidak Setuju 1 8,33%

4 Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 12 100%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien mempunyai harapan untuk kesembuhannya. Ia menggantungkan harapannya dalam setiap doa terutama

Dokumen terkait