• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Analisis Data

1. Proses Rehabilitasi Pecandu Narkoba

Program pembinaan dengan metode BPSS dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman pada bidangnya. Program pembinaan bagi korban penyalahguna NAZA maupun penderita SKIZOFRENIA dijalankan melalui beberapa tahap: “dimulai dengan tahap pertama stabilisasi/detoksifikasi, lalu tahap kedua rehabilitasi dalam jangka 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang sesuai perkembangan, kemudian program lanjutan Day Care selama 3 (tiga) bulan serta masuk tahap terakhir kemandirian selama 3 (tiga) bulan.”3

Dengan beberapa program terapi dalam pembinaan yang berbasis masyarakat (community base), Yayasan Madani Mental Health Care memakai sistem terpadu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS) metode Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, psikiater.

Penjelasan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual menurut Prof. Dadang Hawari yang dikutip oleh Samsuludin yaitu:

Perawatan biologik, artinya pendekatan medis. Pasien narkoba atau napza memerlukan penanganan secara medis dengan obat-obatan psikiatrik. Psikologis artinya pendekatan kejiwaan dilakukan dengan terapi-terapi psikologis atau pendekatan kejiwaan baik pasien ataupun keluarga pasien untuk menyelesaikan masalah kejiwaan mereka. Sosial artinya pendekatan pemulihan NAPZA dengan berbasis kemasyarakatan (community base), dengan keterlibatan keluarga dalam proses pembinaan, sehingga pasien dapat melanjutkan aktifitas lainnya dengan pendampingan satu pasien satu ustadz pendamping (konselor individu). Spiritual artinya pendekatan keagamaan untuk menjelaskan pentingnya agama dalam kehidupan (pendekatan fungsi dan makna ibadah) tanpa adanya unsur paksaan.4

3

Hasil dari dokumen Yayasan Madani Mental Health care

4Samsuluddin, “Islam dan Psikoterapi Spiritual (Analisis Terhadap Program Rehabilitasi

Napza di Madani Mental Health Care)”, Tesis pada Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2013, h. 62, tidak dipublikasikan

Adapun tujuan program pembinaan di Madani Mental Health Care adalah

“agar mereka para santri (pasien) dapat sehat jasmani, jiwa, meningkatnya perilaku sosial yang baik dan bertambahnya pemahaman agama”.5

Sehingga pasien dapat menjalani kehidupan sesuai dengan tahap kehidupannya dalam keluarga yang bahagia.

Prof. Dr. Dr. H. Dadang Hawari, Psikiater sebagai pembina yayasan ini menggunakan metode penggabungan antara ilmu kesehatan dan ilmu spiritual. Menurutnya, “Komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari

penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat

penyembuhan dengan catatan terapi medik diberikan sebagaimana mestinya”6

Adapun tahapan-tahapan pembinaan di Madani Mental Health Care, yaitu: a. Detoksifikasi/stabilisasi

Terapi medis yang diberikan berupa pemberian obat anti depressant yang sifatnya non adiktif dan juga obat analgentika (anti nyeri) yang sifatnya non adiktif dan tidak mengandung unsur opiat atau turunannya.

Menurut Ust.Samsul, Prof.Dadang Hawari pernah menyampaikan, bahwa proses pembinaan mental pasien Napza harus dilakukan terlebih dahulu proses detoxsifikasi/stabilisasi. Hal ini didasarkan pada diagnosis awal, bahwa perubahan perilaku, perubahan emosi, dan pikiran pengguna Napza dilatar belakangi dari rusaknya susunan syaraf pusat (neurotransmitter).7

Menurut Prof.Dadang Hawari, “metode detoksifikasi ini, tidak menggunakan obat-obatan yang merupakan substitusi (pengganti) yang masih merupakan turunan atau sintesis opiat (heroin/morfin), misalnya Methadon, Buprhrenorphine HCI (subutex), Tramadol HCI (tramal, tradosix) codein dan zat lain yang sejenis”.8

Karena bila menggunakan substitusi berarti tidak mengobati dan tidak menyembuhkan, sebab sinyal penghantar saraf (neurotransmitter)

5

Hasil wawancara dengan Ust.Samsul (Kepala Rumah Transit), pada tanggal 16 Juni 2014

6

Dadang Hawari, Integrasi Agama Dalam Pelayanan Medik. Doa dan Zikir SebagaiPelengkap Terapi Medik. (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2009), h.2.

7

Hasil Wawancara dengan Ust. Samsul, pada tanggal 16 Juni 2014 8

Dadang Hawari, Terapi (detoksifikasi) dan rehabilitasi (pesantren) Mutakhir (sistem terpadu) pasien naza (narkotika, alkohol, dan zat adiktif lain), (Jakarta: UI-Press, 2008), cet.IV, h. 5

sel otak masih tetap terganggu atau dengan kata lain gangguan mental dan prilaku tetap diderita oleh pasien. Pasien belum dapat diberikan pembinaan, karena pasien lebih banyak ditidurkan pada fase ini (bukan karena minum obat tidur). Kesadaran penuh dicapai pada hari kelima atau keenam.

b. Program Transit House

Program Transit House adalah program pembinaan mental yang dilaksanakan di lingkungan Madani Mental Health Care selama 24 jam x 3 bulan. Jadi, pasien atau santri narkoba harus berada di rumah transit (rumah kesadaran) selama 3 bulan penuh.

Di lingkungan pembinaan, para pasien menyebut para konselor, pengajar, instruktur atau pembina lainnya dengan sebutan atau panggilan ustad. Dan para pasien, disebut dengan para santri.

Menurut Ust.Samsul, “walaupun masa stabilisasi telah selesai, santri narkoba tetap melakukan konsultasi medis dengan Prof. Dadang Hawari secara berkala dan meminum obat yang diberikan secara teratur”.9

Langkah pertama yang dilakukan adalah menumbuhkan rasa nyaman, penerimaan keterbukaan dan asesmen awal terhadap adiksi pasien serta menemukan permasalahan dasar yang dialami oleh pasien.

Bulan kedua, pasien yang dinilai sudah memiliki kesadaran penuh dalam memahami penyakit dan mengerti program pemulihan, diberikan waktu untuk cuti dengan keluarga. Harapannya keluarga dapat mengevaluasi perkembangan pasien, sehingga keluarga dapat ikut serta dalam proses pembinaan selanjutnya. Bulan ketiga pasien yang telah menyelesaikan masalah kehidupannya, disiapkan untuk program kemandirian mental.

Adapun penerapan program metode BPSS dalam masa program transit adalah: 1) Perawatan medik

Dalam masa program transit, pasien konsultasi dengan dokter Psikiater dalam 10 hari sekali dengan didampingi oleh konselor. Selain itu, minum obat secara teratur dalam pengawasan konselor, mengkonsumsi makanan yang bergizi.

9

2) Program Psikologis

Program psikologis dilaksanakan dengan konseling individu, tes psikologis, tes minat dan bakat, dan tes kepribadian yang diarahkan langsung oleh psikolog.

3) Sosial

Program sosial meliputi peningkatan kemampuan minat dan bakat pasien dengan berbagai program keterampilan, keterampilan berkomunikasi yang baik dengan teman, keluarga dan masyarakat, family terapy dan keterampilan tambahan lainnya.

Pendidikan pilihan yang diberikan di Madani Mental Health Care mencakup bahasa Inggris, desain grafis, komputer, musik, kaligrafi, handycraft dan lainnya disesuaikan dengan minat dan bakat pasien.

4) Pendidikan agama

Tujuan pendidikan agama atau terapi religius diberikan untuk menyentuh satu sisi spiritualitas manusia, mengaktifkan titik ketuhanan dan mengembalikan santri narkoba pada fitrahnya, darimana ia berasal.

Menurut Ust.Jami, “program keagamaan dijalankan dalam bentuk kajian

keagamaan, praktek ibadah (shalat, baca al Qur’an, puasa, doa, zikir), akhlak dan

tasawuf, fiqh, pengetahuan wawasan Islam, kajian tematik tafsir Napza dan Skizofrenia, muhadharah, dan tugas aktualisasi diri santri untuk mempimpin kegiatan keagamaan”.10

c. Day Care (Rumah Kemandirian)

Setelah pasien dievaluasi dari berbagai aspek dan memiliki perkembangan yang baik dalam masa transit house, pasien dirujuk untuk mengikuti program rehabilitasi lanjutan, yaitu program Day Care.

Pada program ini, santri diperkenankan memilih waktu dalam satu minggu, dapat 2-3 hari/pertemuan dalam satu minggu datang untuk mengikuti program. Tujuan dari program ini adalah untuk menjaga kestabilan mental setelah

10

program transit, sebelum pasien benar-bnar memiliki kemandirian mental yang utuh dan sebelum pasien mendapatkan komunitas yang baik dan bersih.11

Sebagaimana diketahui mereka yang baru pulih dan tidak mempunyai pekerjaan sangat rentan atau beresiko tinggi untuk kambuh kembali mengkonsumsi NAZA. Lagipula pada umumnya mereka mengalami kebingungan menghadapi masa depannya, demikian pula dengan orangtuanya mengalami kebingungan harus berbuat apa bagi anaknya karena dihantui oleh trauma masa lalu yaitu ketakutan anaknya kambuh kembali. Atas dasar hal tersebut, maka perlu ditindak lanjuti dengan program terminal (pasca rehabilitasi), yaitu suatu program untuk mempersiapkan para santri narkoba untuk dapat kembali melanjutkan studi maupun sebagai tenaga siap pakai (bekerja).

Santri tidak diwajibkan untuk tinggal di wisma, namun pada waktunya pelatihan, santri narkoba harus sudah ada di tempat pelatihan.

Menurut Ust.Jami, “pembinaan di tahap ini tidak padat seperti pembinaan di rehabilitasi. Santri sudah dianggap sudah mandiri untuk mengurus kamarnya. Namun konsultasi dengan dokter dan meminum obat tetap dilakukan.”12

Adapun program terminal (pasca rehabilitasi) menurut Dadang Hawari, lamanya sekitar 1-2 bulan, dengan kurikulum mencakup :

1) Kursus intensif (misalnya bahasa arab, bahasa inggris, komputer dan lainnya). 2) Keterampilan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan permintaan tenaga

kerja.

3) Bimbingan belajar.

4) Pendidikan agama intensif, yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

5) Psikoterapi (suportif, dan psiko-edukatif). 6) Dan lain-lain yang terkait.13

d. Forum Silaturahmi (Home care)

Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca rehabilitasi) yaitu program atau kegiatan yang dapat diikuti oleh mantan penyalahgunaan/ketergantungan NAZA (yang telah selesai menjalani tahapan

11

Hasil wawancara dengan Ust. Samsul, pada tanggal 18 Juli 2014 12

Hasil wawancara dengan Ust. Jami pada tanggal 11 Juli 2014 13

Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem Terpadu) Pasien Naza, (Jakarta: FKUI, 2008), h. 36

rehabilitasi) dan keluarganya (ayah dan ibu). Forum silaturahmi ini dijalankan secara periodik (1-2 kali dalam sebulan ) dan berkesinambungan selama 2 tahun.

Sebagaimana menurut A. Fattah, keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak. Sehingga, keluarga harus mampu menampilkan pola prilaku yang positif.14 Maka dari itu, peranan keluarga dalam proses rehabilitasi ini sangat diperlukan untuk membantu proses pemulihan dengan mendukung dan juga ikut serta membentuk lingkungan seperti di tempat rehabilitasi. Agar ketika santri narkoba tersebut kembali ke rumah, suasana rumah dengan suasana di tempat rehabilitasi tidak berbeda, sehingga mantan penyalahguna tersebut merasa nyaman.

Tujuan yang hendak dicapai dalam forum silaturahmi ini menurut penuturan Ust.Harid adalah “untuk memantapkan terwujudnya rumah tangga/ keluarga sakinah yaitu keluarga yang harmonis dan religius, sehingga dapat memperkecil kekambuhan penyalahgunaan/ketergantungan NAZA”.15

Dokumen terkait