• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Guru Pendidikan Agama Katolik

1. Pendidikan Agama Katolik

a. Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah

Berkenaan dengan pendidikan agama Katolik, negara mengaturnya dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa negara dan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa serta berakhlak mulia, dan Gereja mewujudkannya dalam rangka pewartaan Injil. Semua itu demi membantu orangtua selaku pendidik pertama dan utama putera-puteri mereka. Muara dari semua pemikiran itu ialah peserta didik (Dapiyanta, 2008:1).

Pendidikan agama Katolik secara operasional ialah komunikasi iman atau tukar pengalaman beriman (penghayatan iman) sebagai bentuk dari kesaksian

iman antara guru dan para siswa dan antar sesama siswa melalui proses pembelajaran berdasar pendekatan tertentu dengan bantuan materi, metode, dan media, yang bertitik tolak dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu dalam pembelajaran pendidikan agama Katolik. Melalui kesaksian hidup yang terjadi diharapkan baik guru maupun siswa dapat saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Tekanan utamanya terletak pada penghayatan iman, namun pengetahuan tidak dilupakan. Untuk itulah pembelajaran di kelas diadakan.

Tujuan utama pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Pada akhirnya peserta didik diharapkan memiliki akhlak mulia yang mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama, serta peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

b. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Katolik

Ruang lingkup materi pembelajaran pendidikan agama Katolik mencakup empat aspek, yakni:

1) Pribadi peserta didik

Dalam aspek peserta didik, dibahas tentang bagaimana peserta didik memahami diri mereka sebagai makhluk ciptaan Allah, sebagai pria dan wanita yang diciptakan untuk saling mengasihi, menjaga, dan menghargai satu sama lain. Sebagai makhluk Allah yang paling mulia, manusia diciptakan berbeda dari makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Meskipun demikian, pria dan wanita memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam dirinya sehingga peserta didik diharapkan dapat saling menghargai dalam berelasi dengan sesama, dan ikut ambil bagian dalam merawat dan melestarikan alam sekitar.

2) Yesus Kristus

Dalam aspek Yesus Kristus dibahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah. Pokok pewartaan kabar gembira adalah Yesus Kristus sendiri. Yesus yang adalah Tuhan dan juga manusia adalah tokoh utama dalam cerita Kitab Suci. Ia tidak hanya menggambarkan kepada manusia betapa besarnya kasih Allah kepada manusia, namun Ia juga telah membuktikannya sendiri dengan memberikan diri-Nya bagi manusia. Oleh karena itu baik guru PAK maupun peserta didik diharapkan dapat mengenal, mencintai dan meneladani Yesus secara pribadi dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3) Gereja

Dalam aspek Gereja dibahas tentang makna Gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari. Gereja hadir di dunia melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah kepala Gerejanya. Iman tidak hanya dihayati ketika sedang mengikuti perayaan ekaristi atau perayaan misa kudus, namun lebih dari itu bahwa iman yang nyata adalah ketika diwujudkan dalam pikiran, perkataan, dan tindakan dalam hidup manusia sehari- hari. Oleh karena itu iman diharapkan tidak hanya menjadi buah bibir, tetapi benar-benar menjadi dasar hidup peserta didik dan guru PAK itu sendiri.

4) Kemasyarakatan

Dalam aspek kemasyarakatan dibahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam masyarakat sesuai dengan firman/sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja. Perintah utama Yesus adalah kasih. Kasih yang dihayati oleh orang Kristiani adalah kasih yang diwujudkan kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun, sehingga misi pewartaan Yesus yang adalah menghadirkan Kerajaan Allah di dunia sungguh-sungguh akan terwujud.

c. Proses PAK di Sekolah

Guru PAK harus menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Katolik di sekolah harus berorientasi pada proses bukan pada penyelesaian materi. Ini berarti proses tidak dapat dipaksakan. Proses mesti menyediakan kesempatan sedemikian rupa hingga apa yang dipelajari sungguh meresap dalam

hati. Dalam memproses PAK itu sendiri, guru diharapkan dapat membangun komunikasi, keakraban, dan keterlibatan aktif siswa sehingga apa yang menjadi kebutuhan dalam belajar dan minat siswa dalam PAK dapat terjawab dan terpenuhi.

Segi lain dalam proses PAK ialah bahwa pendidikan agama Katolik lebih- lebih mengembangkan perspektifnya (iman) dari pada objek kehidupannya. Ini berarti mengembangkan kemampuan refleksi dan relasi dengan Yesus yang adalah tujuan dan pusat pengalaman iman yang dialami dan dihayati oleh guru maupun peserta didik dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik di sekolah, keluarga, lingkungan bermain, maupun dalam hidup bermasyarakat.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru PAK harus terbuka pada aspek proses dalam PAK yang berkaitan dengan pendekatan yang bermanfaat dalam pembelajaran. Artinya guru tidak terpancang pada satu pendekatan saja, melainkan mencari dan menemukan sedemikian rupa pendekatan yang mendukung proses pembelajaran PAK. Beberapa contoh pendekatan seperti pendekatan belajar keterampilam bersikap iman, pendekatan mempertanggungjawaban iman dan sebagaimana, dapat menjadi acuan bagi guru dalam mengelola pelajaran agama Katolik (Komkat KWI, 1989, 106-119).

d. Tujuan PAK di Sekolah

Pendidikan agama Katolik yang dilaksanakan di sekolah memiliki dua arah yang dirumuskan secara luas dan sempit. Menurut Dapiyanta, secara luas arah pendidikan agama Katolik adalah memperluas pengetahuan, memperteguh

pergulatan iman (internalisasi), dan memperkaya penghayatan iman dalam pelbagai bentuk serta memperkembangkan relasi dalam dialog dengan orang yang beragama lain. Dengan pengetahuan, orang dapat menghayati imannya. Sedangkan secara sempit arah pendidikan agama Katolik di Indonesia dirumuskan membantu anak menggulati hidupnya dari sudut pandang Kristen. Dengan itu ia memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman dalam kehidupannya (Dapiyanta, 2008:23).

Dokumen terkait