• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

B. Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam

Dalam mempersiapkan anak-anak usia dini ke jenjang Sekolah Dasar, maka petani perempuan Desa Namoriam bersatu dan mendirikan sekolah lapang tanpa biaya bagi anak-anak usia dini yaitu 0-6 tahun yang sering disebut PAUD.

Adapun anak usia anak dini yang belajar di PAUD Desa Namoriam berjumlah 30 orang. Untuk mencapai kriteria anak yang pantas duduk di bangku Sekolah Dasar maka

petani perempuan memberikan pendidikan antara lain : Membaca, Menulis, Berhitung, Menggambar, Bahasa Inggris, Bermain, dan Tata krama.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar membaca di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 7. responden yang mengajar membaca

Mengajar Membaca Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Penelitian 2008

Tabel 7 diatas menunjukkan jumlah responden yang mengajar membaca sebanyak 2 orang (11,8%) dalam pelajaran, hal ini dikarenakan tugas mereka untuk menguasai materi membaca tersebut.

Cara mengajar yang dilakukan responden kepada anak-anak sangat bervariasi. Variasi yang dilakukan responden dalam mengajar anak-anak membaca berfungsi agar anak-anak tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran dan tidak mudah jenuh.

Dengan adanya gambar-gambar, anak-anak dapat lebih cepat mengingat dan lebih mudah menangkap pelajaran. Misalnya gambar seekor kerbau ditunjukkan kepada anak-anak. Dari gambar kerbau tersebut, anak-anak akan serentak menyebutkan bahwa gambar hewan yang ada di depan adalah seekor kerbau.

Responden akan mengeja tulisan “kerbau” dan anak-anak akan serentak membaca huruf yang membangun kata kerbau satu persatu. Pelajaran yang mendasar adalah pengenalan huruf dan membaca huruf.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menulis di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 8. Responden yang mengajar menulis

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil penelitian 2008

Dari data tabel diatas dapat penulis gambarkan bahwa responden yang mengajar menulis yaitu 2 orang (11,8). Responden yang mengajar membaca, menulis di papan tulis bacaan yang akan dieja dan responden yang lainnya berada diantara anak-anak untuk mengarahkan mereka agar fokus dan tidak membuat keributan.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar berhitung di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 9. Responden yang mengajar berhitung

Mengajar Berhitung Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber : Hasil penelitian 2008

Dalam memberikan pelajaran jenis ini dilakukan oleh 2 orang (11,8%). Adapun tujuan pelajaran berhitung ini ditujukan untuk melihat kemampuan dan kecepatan anak dalam berhitung dan melatih daya tangkap anak. Biasanya responden menyampaikan pelajaran berhitung dengan memperkenalkan angka-angka kepada anak dan penjumlahan yang ringan seperti : 1+1=2; 2+2=4, dan seterusnya

Responden selalu melatih anak-anak untuk menjumlahkan angka-angka dengan alat bantu jari tangan atau lidi yang telah disediakan responden. Dengan cara demikian, anak-anak akan cepat menangkap pelajaran dan mengingatnya.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menggambar di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 10. Responden yang mengajar menggambar

Mengajar Menggambar Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Dari data diatas menunjukkan bahwa yang melakukan kegiatan mengajar menggambar 2 orang (11,8%), sedangkan yang tidak ikut serta dalam kegiatan ini sebanyak 15 orang (88,2%).

Responden yang melakukan kegiatan ini dipilih karena mereka lebih mengerti mengajari anak-anak dalam menggambar dan memilih warna ataupun memadukan warna pada gambar yang ada. Biasanya responden melatih anak-anak menggambar pola yang ringan tidak berat. Dalam pelajaran ini, biasanya gambar telah tersedia dan anak-anak tinggal mewarnainya saja. Terkadang, anak-anak juga diajarkan untuk menginspirasikan gambar yang ada di benak mereka sendiri ke dalam kertas dan mewarnainya sendiri dengan sesuka hati mereka.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar Bahasa Inggris di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 11. Responden yang mengajar Bahasa Inggris

Mengajar Bahasa Inggris Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Tabel 11 menerangkan jumlah responden yang mengajar Bahasa Inggris. Dari 17 orang yang mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris sebanyak 2 orang (11,8%) sementara itu yang tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut adalah 15 orang (88,2%). Responden yang mengajar Bahasa Inggris ini dipilih karena mereka mampu dalam pealajaran tersebut. Responden yang mengajar pelajaran ini adalah tamatan SMA.

Pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan responden kepada anak-anak adalah pelajaran Bahasa Inggris dasar. Adapun pelajaran yang mereka ajarkan seperti membaca huruf A sampai Z dan membaca angka 1 sampai 10 dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Untuk mempermudah anak-anak mengingat pelajaran tersebut, biasanya responden mencari cara cepat dan melatih anak-anak cara cepat tersebut. Salah satucara cepat yang biasa digunakan responden adalah dengan menjadikan huruf-huruf tersebut menjadi syair lagu dan dinyanyikan dengan Bahasa Inggris. Dengan melagukan huruf-huruf tersebut dalam Bahasa Inggris, anak-anak akan semakin cepat mengingatnya. Responden sangat senang dengan belajar seperti metode cara cepat tersebut, karena dimanapun anak-anak itu berada mereka bisa memperagakan ataupun mempraktekkan lagu tersebut. Jadi anak-anak tersebut bernyanyi sambil menghapal.

Berikut ini adalah tabel responden yang melatih bermain di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 12. Responden yang melatih bermain

Mengajar Bahasa Inggris Frekuensi Persen

Ya 9 52,9

Tidak 8 47,1

Jumlah 17 100%

Sumber : Hasil penelitian 2008

Tabel diatas menunjukkan dalam melatih anak-anak bermain ada 9 orang (52,9%) dan yang tidak ikut dalam kegiatan ini sebanyak 8 orang (47,1%). Dalam seminggu, PAUD Desa Namoriam mengadakan tiga kali pertemuan dan bermain mendapat frekuensi tiga kali dalam seminggu. Bermain dilaksanakan dipertengahan pelajaran yang wajib. Misalnya: jumat pelajaran Membaca, Bermain dan Menulis. Setiap hari bermain berada di sela pelajaran yang wajib, agar anak tidak jenuh dalam belajar.

Bagi responden, bermain termasuk salah satu bagian dari pelajaran. Disamping untuk mengurangi kejenuhan anak terhadap pelajaran yang terlalu formal dan membosankan, bermain membantu anak untuk mudah mengingat pelajarannya. Belajar sambil bermain, itulah yang diterapkan responden. Responden mengajarkan cara bermain yang baik kepada

anak-anak. Misalnya tidak bermain tanah karena dapat menimbulkan perut cacingan, dalam bermain tidak boleh curang atau tidak adil, bermain tidak boleh dengan kekerasan.

Anak-anak juga biasanya bermain dengan bernyanyi sambil memperagakan gerakan-gerakan pendukung lagu. Misalnya lagu “dua mata saya, hidung saya satu, satu mulut saya tidak berhenti makan”. Dalam menyanyikan lagu tersebut anak-anak menunjuk organ tubuh yang ada tertulis dalam lirik lagu.

Berikut ini adalah tabel responden yang memberikan pelajaran tata krama di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 13. Responden yang memberikan pelajaran tata krama

Mengajar Bahasa Inggris Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil penelitian 2008

Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa 2 orang (11,8%) mengajarkan pelajaran tata krama. Tata krama termasuk dalam pelajaran anak-anak sejak usia dini di Desa Namoriam. Disamping Desa tersebut masih kental dengan budaya dan adat istiadat, orang tua anak-anak tersebut tidak memiliki waktu luang untuk mengajarkan anak mereka karena orang tua selalu sibuk di ladang selama satu harian lebih. Dengan kondisi yang sangat sibuk diladang tersebut, orang tua selalu membiarkan anak-anak mereka bersama teman-temannya atau kakak atau abangnya bermain-main di sekitar lingkungan mereka.

Melihat kondisi tersebut, PAUD mengajarkan anak-anak sejak usia dini bagaimana cara berbicara yang sopan, cara makan yang sopan, cara memanggil sebutan untuk seseorang yang lebih muda atau yang lebih tua dari mereka, tidak berbicara kotor tapi sopan. Harapan responden dengan adanya pelajaran tata krama ini, anak-anak tumbuh dengan baik dan mudah-mudahan sampai sekolah nantinya mereka tetap tumbuh menjadi anak yang baik dan sopan.

Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini dan dalam mencapai hasil yang memuaskan dalam menyampaikan bahan ajaran kepada anak-anak usia dini, responden memerlukan peralatan yang dapat mendukung PAUD dan agar proses PAUD dapat berjalan dengan lancar. Karena itu, Para pengajar PAUD bekerja sama dengan warga desa Namoriam untuk melengkapi peralatan tersebut.

Berikut ini adalah tabel Jenis Peralatan yang dibutuhkan responden untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini di PAUD di Desa Namoriam.

Tabel 14 . Jenis Peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini.

No. Jenis Peralatan Kegiatan yang terlibat 1. Buku Tulis Menulis 2. Buku Bacaan Membaca 3. Buku Gambar Menggambar 4. Pensil Menulis dan Menggambar 5. Pulpen Menilai

6. Pensil Warna Mewarnai

7. Penggaris Menggambar dan Menulis 8. Kapur Tulis Mengajar

9. Penghapus Mengajar 10. Batu kerikil Berhitung 11. Lidi 5 cm Berhitung 12. Bola Plastik Bermain 13. Kursi Bermain

Sumber : Data PAUD Desa Namoriam

Peralatan seperti buku tulis harus memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD. Karena apabila tidak memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD maka anak yang tidak mendapatkan buku tulis tidak dapat mengikuti pelajaran menulis dan mengakibatkan dampak yang begitu fatal pada anak itu sendiri. Kemungkinan yang akan terjadi anak akan malas ikut belajar bersama temannya di PAUD karena pernah kecewa tidak kebagian buku. Karena itu, tiap anak mendapatkan buku dan selesai pelajaran di PAUD buku dikembalikan kepada responden dan di dalam buku tersebut sudah tercantum nama anak sebagai pemilik buku. Jika ada anak yang baru bergabung, maka anak tersebut mendapatkan buku baru.

Buku bacaan yang disediakan responden sampai saat ini masih terbatas. Buku bacaan yang dimiliki responden biasanya buku yang berisi kumpulan cerita pendek untuk anak. Dalam mengajar membaca, biasanya responden memfotokopi cerita yang akan dibaca nantinya sesuai dengan jumlah anak.

Kebutuhan untuk buku gambar biasanya disesuaikan dengan jumlah anak yang belajar dan tiap anak mendapatkan satu buku gambar. Karena jika ada anak yang tidak mendapat buku gambar, maka anak tersebut akan menangis dan merasa tidak diperdulikan atau diperhatikan. Untuk mencegah terjadinya hal-hal demikian, maka responden membagikan buku gambar kepada seluruh anak secara merata.

Pensil merupakan kebutuhan yang harus dimiliki setiap anak. Karena jika pensil ini tidak dimiliki, maka anak tidak akan bisa belajar menulis ataupun menggambar. Sama halnya dengan buku tulis dan buku gambar, pensil juga dibagikan responden kepada tiap anak secara merata dan apabila pelajaran telah selesai maka pensil tersebut dikembalikan kepada responden dan akan dibagikan kembali kepada anak jika jam pelajaran mereka menulis atau menggambar.

Alat tulis pulpen biasanya tidak digunakan oleh anak. Pulpen biasanya digunakan oleh responden saja untuk menilai hasil kerja anak-anak. Anak-anak sangat senang apabila hasil kerja mereka dinilai. Karena itu responden selalu menilai hasil kerja anak-anak.

Dalam memberikan nilai, responden melihat sifat dan jiwa anak-anak. Karena sifat anak-anak yang ada di PAUD berbeda-beda. Anak yang mendapat nilai lebih rendah dari temannya akan menangis dan kecewa tetapi ada juga anak yang apabila mendapat nilai rendah dan responden mendorongnya untuk lebih banyak giat belajar lagi, anak tersebut akan semakin giat belajar. Responden mengaku ada anak yang menganggap dorongan dan kritikan sebagai sebuah ejekan tetapi ada anak yang menganggap dorongan dan kritikan sebagai motivasi. Jadi, menentukan kepribadian anak sangat sulit dan membutuhkan perhatian yang serius dalam mempelajari sifat anak.

Dalam penggunaan pensil warna, biasanya responden membagi anak ke dalam beberapa kelompok. Dalam pelajaran mewarnai, anak di bagi ke dalam kelompok lalu setiap kelompok diberikan 2 lusin pensil warna kayu (2 kotak ukuran sedang).

Penggaris yang dibagikan kepada anak adalah penggaris yang panjangnya 15cm. Tiap anak mendpatkan satu penggaris yang masing-masing anak sudah mencantumkan namanya dengan spidol permanent. Sama halnya seperti peralatan tulis yang lainnya, penggaris dibagikan setiap belajar menulis dan menggambar selesai jam belajar, anak-anak mengembalikan penggaris tersebut kepada responden.

Kapur tulis dan papan tulis adalah alat responden untuk mengajar anak-anak secara menyeluruh. Dari papan tulis, anak-anak dapat melihat dan mencontoh apa yang ditulis responden saat mengajar menulis ataupun menggambar.

Penghapus yang digunakan anak-anak adalah penghapus pensil sedangkan yang digunakan responden adalah penghapus papan tulis. Setiap anak mempunyai penghapus

pensil saat jam pelajaran menulis agar suasana belajar tidak rebut karena pinjam-pinjam penghapus atau berantam karena penghapus.

Batu kerikil yang kecil-kecil dan lidi ukuran 5cm digunakan saat pelajaran berhitung. Apabila anak menjumlahkan angka-angka yang disebutkan responden saat mengajar, mereka menggunakan kerikil dan lidi tersebut sebagai alat bantu hitung. Misalnya responden mengucapkan 3+3=…. Maka anak-anak dengan cepat mengambil 3 lidi atau 3 kerikil dan menambahkan lidi dan kerikil tersebut dengan 3 lidi atau 3 kerikil lagi dan menghitung jumlah keseluruhan lidi dan kerikil tersebut. Responden beranggapan alat hitung yang tradisional jauh lebih membuat anak-anak pintar dan cepat dalam berhitung dari pada alat hitung elektronik yang biasa sering disebut kalkulator.

Bola plastik dan kursi digunakan saat bermain. Bola plastik yang digunakan responden ada 2 macam yakni yang kecil (seukuran bola kasti) dan bola sedang (seukuran dengan bola kaki). Permainan yang sering dilakukan seperti : membawa bola besar dalam perut (satu tim terdiri dari 2 orang), memasukkan bola kecil dalam keranjang (dilakukan oleh satu persatu), mencari bola kecil yang telah disembunyikan responden pada tempat-tempat tertentu. Bola yang terbanyak sebagai pemenang. Dan variasi lainnya.

Peralatan yang digunakan responden dalam mengajar tersebut sangat sulit untuk dipenuhi. Seperti hasil wawancara peneliti dengan salah seorang petani perempuan yang mengajar di PAUD Desa Namoriam yaitu Mastalia Gurki:

“Dalam memenuhi peralatan ini, kami memang masih sulit. Karena kami membangun PAUD tanpa bantuan biaya dari luar. Biasanya kami memiliki dana dari bantuan masyarakat Desa. Kalau mereka panen, mereka pasti memberikan uang salam-salam untuk kelas PAUD ini. Dan terkadang ada juga mahasiswa yang datang meneliti di Desa ini, memberi bantuan beupa buku tulis atau buku bacaan”.

Dari hasil petikan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini petani perempuan tidak mendapatkan sumber dana dari luar atau pemerintah. Mereka memenuhi peralatan mereka sendiri dari bantuan masyarakat.

Dokumen terkait