• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Petani Perempuan dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam, Pancur Batu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Petani Perempuan dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam, Pancur Batu"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PETANI PEREMPUAN DALAM PELAKSANAAN

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DI DESA NAMORIAM KEC. PANCUR BATU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Untuk meraih gelar sarjana

Diajukan oleh :

YANCE TRISNAWATY SEMBIRING 0 4 0 9 0 2 0 1 5

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Hari : Selasa

Tanggal : 01 April 2008 Waktu : 08.30 – 09.30 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : Dra. Tuti Atika, M.SP ( )

Penguji I : Drs. Sudirman, M.SP ( )

(4)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

Penelitian ini tujuan utamanya untuk memenuhi salah satu tugas akhir untuk meraih gelar sarjana (S1). Penelitian ini terdiri dari 6 bab, 65 halaman, 16 tabel, 1 bagan, 6 foto serta 16 kepustakaan.

Sumber daya manusia merupakan kunci utama bagi suksesnya pembangunan bangsa. Untuk itu pengembangan sumber daya manusia hendaknya diperhatikan secara serius melalui pengembangan dari berbagai aspek terutama pendidikan. Pendidikan hendaknya diberikan sejak usia dini, karena perkembangan otak cepat terbentuk dan banyak keterampilan yang dikuasai bila dipelajari sejak usia dini. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini menjadi motivasi bagi petani perempuan di Desa Namoriam, Pancur Batu untuk mengadakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini, serta kendala dan faktor-faktor yang khas dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini tersebut.

Bentuk penelitian ini adalah Deskriptif dengan metode Kualitatif serta wawancara kepada informan kunci (key informan) untuk mengumpulkan data dari proses pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Desa Namoriam. Penelitian ini akan berguna untuk menambah pengetahuan dan menganalisa persoalan yang dihadapi petani perempuan, serta dapat memberikan masukan kepada petani perempuan dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa berikan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran Petani Perempuan

dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam, Pancur Batu.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, baik berupa dorongan moril, yang membantu penulis menambah

wawasan berfikir dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. M. Arif Nasution, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial yang telah memberikan persetujuan atas rencana penelitian yang penulis

ajukan.

3. Bapak Drs. Sudirman, M.SP, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

arahan dan ide kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.SP, selaku Dosen yang selalu memberikan

dorongan, masukan serta arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh pengajar FISIP USU yang telah memberikan bekal ilmu selama mengikuti

perkuliahan.

6. Kepada Bapak Subur Tarigan, S.Sos selaku Kepala Desa Namoriam, Pancur Batu

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk melakukan

(6)

7. Kepada kedua orang tua saya, yang sangat saya cintai dan kasihi, Ayahanda

Alexander M. Sembiring dan Ibunda saya Herlina Pasaribu atas apa yang

diberikan selama ini tak ternilai harganya dan yang selalu mendoakan saya dalam

menjalani perkuliahan dan pergumulan hidup saya.

8. Kepada Kakak saya Juni E. Sembiring beserta abang saya Hery Ginting dan

keponakan saya Grathia A. Theofani Ginting, Kakak Citra Sembiring dan Adik

saya tercinta Cindy Afrilta Sembiring yang selalu memberikan saya semangat dan

dukungan serta bantuan yang tak ternilai harganya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Eka N. Prasetya Pinem yang saya cintai. Terimakasih yang

sebesar-besarnya atas cinta, kesetiaan, kesabaran saat mendampingiku selama kuliah

hingga tugas akhir dan atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dari awal

hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

10.Kepada Sahabat setiaku Isabella J. Simarmata dan Beti J. Lumbangaol yang selalu

setia menemani penulis dalam perkuliahan, dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi penulis sehari-hari, dan selalu bersama dalam suka dan duka. Thank’s

atas kebersamaan dan persahabatan yang kita bina. Forever fren.

11.Kepada teman-teman KESOS tercinta Nurhasanah, Rani Simarmata, Syena

Siregar, Dahnia, Maria dan seluruh teman-teman KESOS’04 yang tak dapat

disebutkan satu persatu, Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

12.Kepada seluruh anggota IMIKS yang menjadi wadah penulis dalam pergaulan

kampus.

13.Kepada Senior dan Alumni Rizki Saragih, S.Sos, Sutrisno Simanungkalit, S.Sos,

(7)

persatu, Terima kasih atas diskusi dan dukungan yang abang dan kakak berikan

pada saya.

14.Kepada Petani Perempuan yang mendidik di PAUD desa Namoriam serta seluruh

penduduk desa yang selalu siap membantu penulis selama ini.

15.Kepada Ika Indriani dan Abang Darwin Pardede, SE dan adikku yang lucu yogi

situmorang calon diploma yang selalu setia memberi dukungan dan dorongan

serta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

diskusi, doa, dukungan dan motivasinya kepada penulis.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan

dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna

menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, April 2008

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….… ii

DAFTAR ISI ……….……….. v

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR BAGAN ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….... 8

1. Tujuan Penelitian ……….. 8

2. Manfaat Penelitian……….. … 8

D. Sistematika Penulisan ……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran ………. 11

B. Petani Perempuan ……….. 13

C. Anak Usia Dini ………. 15

D. Pendidikan Anak Usia dini ……… 17

E. Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini ……….. 19

F. Konsep Pemikiran ……… 22

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ……… 26

B. Lokasi Penelitian ………. 26

C. Populasi dan Sampel ………... 27

D. Tehnik Pengumpulan Data ……….. 28

E. Tehnik Analisis Data ……… 28

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Namoriam ………. 29

B. Monografi Desa Namoriam ……….. 30

C. Sejarah Berdirinya PAUD di Desa Namoriam ……….. 34

D. Kegiatan – Kegiatan PAUD di Desa Namoriam ……….... 37

E. Susunan Penyelenggara PAUD di Desa Namoriam ……… 38

F. Pembagian Jadwal PAUD di Desa Namoriam ………. 39

BAB V ANALISIS DATA A. Identitas responden ……….….. 43

B. Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam ……….….. 45

C. Masalah yang dihadapi oleh Responden ……….….……. 55

D. Data Peserta Didik PAUD di Desa Namoriam …..………... 57

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ………..….. 72

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Penduduk Desa Namoriam tahun 2007 ……… 6

Tabel 2 Nama Dusun, Kepala Dusun serta Luas Wilayah ………. 29

Tabel 3 Roster Kegiatan PAUD di Desa Namoriam………….……….. 39

Tabel 4 Status Responden………... 43

Tabel 5 Usia Responden ……… 43

Tabel 6 Pendidikan Responden ………. 44

Tabel 7 Responden yang Mengajar Membaca ……….. 45

Tabel 8 Responden yang Mengajar Menulis ……….. 46

Tabel 9 Responden yang Mengajar Berhitung ……….. 46

Tabel 10 Responden yang Mengajar Menggambar ……… 47

Tabel 11 Responden yang Mengajar Bahasa Inggris ………. 47

Tabel 12 Responden yang Melatih Bermain ……….. 48

Tabel 13 Responden yang Memberikan Pelajaran Tata Krama ………. 49

Tabel 14 Jenis Peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini ... 51

Tabel 15 Usia Anak yang Belajar di PAUD ……….…. 57

(11)

DAFTAR BAGAN

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anak-anak PAUD Desa Namoriam ………...59

Gambar 2. Anak belajar membaca ………..59

Gambar 3. Kelompok A PAUD sedang menggambar ...60

Gambar 4. Kelompok B PAUD sedang menggambar ...60

Gambar 5. Buku bahan ajar PAUD Desa Namoriam ...61

(13)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

Penelitian ini tujuan utamanya untuk memenuhi salah satu tugas akhir untuk meraih gelar sarjana (S1). Penelitian ini terdiri dari 6 bab, 65 halaman, 16 tabel, 1 bagan, 6 foto serta 16 kepustakaan.

Sumber daya manusia merupakan kunci utama bagi suksesnya pembangunan bangsa. Untuk itu pengembangan sumber daya manusia hendaknya diperhatikan secara serius melalui pengembangan dari berbagai aspek terutama pendidikan. Pendidikan hendaknya diberikan sejak usia dini, karena perkembangan otak cepat terbentuk dan banyak keterampilan yang dikuasai bila dipelajari sejak usia dini. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini menjadi motivasi bagi petani perempuan di Desa Namoriam, Pancur Batu untuk mengadakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini, serta kendala dan faktor-faktor yang khas dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini tersebut.

Bentuk penelitian ini adalah Deskriptif dengan metode Kualitatif serta wawancara kepada informan kunci (key informan) untuk mengumpulkan data dari proses pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Desa Namoriam. Penelitian ini akan berguna untuk menambah pengetahuan dan menganalisa persoalan yang dihadapi petani perempuan, serta dapat memberikan masukan kepada petani perempuan dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci utama bagi suksesnya pembangunan bangsa. Untuk itu pengembangan Sumber Daya Manusia hendaknya merupakan suatu proses yang berkesinambungan serta diperhatikan secara serius dan menyeluruh yang meliputi pengembangan berbagai aspek dan dimensi pengembangan manusia, dan terutama dilakukan melalui pendidikan.

Dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia atau generasi unggul, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memegang posisi yang sangat mempengaruhi. Mempengaruhi dalam arti bahwa pengalaman pendidikan dini dapat memberikan pengaruh yang mendalam, sehingga melandasi proses pendidikan dan perkembangan anak selanjutnya.

(15)

Anak dalam setiap masyarakat adalah anggota baru, karena usianya masih muda, ia merupakan generasi penerus. Dalam kedudukan demikian, amat penting setiap anak bertumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga kelak bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawab sosialnya sebagai warga dewasa, atau sekurang-kurangnya mampu mengurusi dirinya sendiri tanpa menjadi beban orang lain. (Singgih, 2000)

Kerentanan hidup anak di satu sisi dan kedudukan penting anak pada sisi lain telah disadari oleh banyak pihak, sehingga telah dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah anak menjadi korban. Pada tingkat global, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) antara lain telah memprakarsai ditetapkannya: Konvensi tentang Hak-hak Anak. Bulan Mei 2002, PBB bahkan telah memprakarsai suatu bidang khusus yang dihadiri oleh kepala-kepala pemerintahan/negara seluruh dunia untuk membicarakan perbaikan kesejahteraan anak-anak. Sidang sepakat menetapkan sejumlah upaya untuk satu dasawarsa ke depan, yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah dunia yang layak untuk anak-anak, A World Fit for Children.

Indonesia, dalam batas tertentu, juga telah menaruh perhatian atas kesejahteraan anak. Sejumlah upaya telah dilakukan oleh pemerintah, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, hukum dan lain sebagainya. Khusus dalam bidang pendidikan Indonesia telah memiliki Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjamin hak anak akan pendidikan.(WFP, 2006)

(16)

Karena itu, sangatlah diperlukan upaya yang serius dari berbagai pihak untuk memperbaiki kualitas hidup anak.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup anak adalah dengan meningkatkan kualitas perempuan. Peningkatan kualitas perempuan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas hidup anak dan juga merupakan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Pada umumnya, perempuan memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap anak. Dimulai dari kelahiran anak, menyusui hingga anak tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya, merupakan ruang yang besar terhadap keterlibatan perempuan kepada anak. Oleh karena itu, dengan meningkatnya kualitas perempuan tersebut diharapkan juga akan membantu peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Perkembangan perempuan di berbagai belahan bumi memang menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan Negara ternyata tidak kalah penting dari laki-laki. Bukan hanya melakukan aktivitas reproduksi, melakukan aktivitas domestik, perempuan juga mampu melakukan kegiatan sektor publik yang menghasilkan uang untuk menambah pendapatan keluarga.(Baso, 2000)

Sejak dulu keterlibatan perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga tergambarkan dengan pembagian kerja yang terlaksana pada saat zaman berburu dan meramu, dimana laki-laki akan pergi berburu sedangkan perempuan tetap tinggal di rumah menjaga anak dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang dilakukan disekitar rumah.

(17)

makanan sehari-hari. Sistem bercocok tanam yang dilakukan tersebut saat itu adalah cikal bakal pertanian yang kita kenal saat ini. Peran perempuan menjadi pokok ketika bercocok tanam perlahan telah menunjukkan kelebihannya daripada berburu.

Dewasa ini peran perempuan dalam sektor publik di Indonesia juga meningkat seiring dengan perkembangan teknologi. Meningkatnya keterlibatan perempuan dalam sektor publik di Indonesia dapat dilihat dari hasil survey BPS selama tahun 2001-2006, dimana jumlah Petani Perempuan di Indonesia sebanyak 55,2% sedangkan Petani laki-laki sebanyak 46%. Data ini menunjukkan bahwa Petani Perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kegiatan sektor publik.(BPS, 2006)

Petani perempuan dalam hal ini selain juga melakukan aktifitas reproduksi, mereka juga bekerja di sektor produksi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka. Kegiatan produksi yang dilakukan antara lain adalah bercocok tanam serta kegiatan lain dengan mengolah lahan pertanian.

Kegiatan produksi dengan mengolah lahan ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada umumnya petani menghabiskan waktu dari pagi hingga sore hari di areal pertaniannya. Begitu juga dengan petani perempuan, yang harus berada di areal pertanian dari pagi hingga sore hari.

Dengan keadaan ini, maka petani perempuan tidak memiliki banyak waktu luang untuk melakukan aktifitas lainnya. Sebagai perbandingan, petani perempuan pada pagi hari akan mempersiapkan bekal untuk dibawa ke areal pertanian sebagai santapan pada siang hari, lalu setelah sore hari akan mempersiapkan santapan malam keluarganya dan selanjutnya mereka beristirahat.(Munandar,1985:25)

(18)

cukup memadai. Dalam artian bahwa pendidikan juga merupakan hal yang penting dari pengembangan sumber daya manusia serta merupakan hak anak-anak tersebut.

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan (Sukadji, 2000 : 83)

Pentingnya pendidikan ini mendorong masyarakat melakukan upaya-upaya pemecahan masalah/intervensi agar proses pendidikan yang diinginkan tersebut berjalan sesuai dengan harapan. Pendidikan yang baik tersebut hendaknya dilakukan sejak lahir, hal ini disebabkan oleh perkembangan otak cepat terbentuk pada usia dini dan banyak keterampilan yang hanya dikuasai bila dipelajari di usia sangat dini.

Pendidikan yang dimulai sejak dini ini akan mendukung dan memperlancar pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan pendidikan anak usia dini ini diharapkan anak dapat bertumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai dan norma serta harapan-harapan masyarakat.(Depdiknas UPI, 2004)

(19)

Salah satu contohnya seperti yang terjadi di Desa Namoriam kec. Pancur Batu. Seperti pada umumnya desa di Sumatera Utara, mayoritas penduduk desa Namoriam bermatapencaharian sebagai petani. Petani Desa Namoriam menghabiskan waktunya dari pagi hari hingga sore hari untuk bekerja di ladangnya. Petani perempuan juga tidak mempunyai kekhususan, meskipun mereka juga harus melakukan aktivitas reproduksi dan melakukan aktivitas domestik, petani perempuan di desa Namoriam juga melakukan kegiatan pertanian untuk menambah pendapatan keluarga.

Meskipun petani perempuan di desa Namoriam melakukan kegiatan produksi, tetapi mereka tetap memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka sejak usia dini. Mereka juga menggangap pendidikan adalah salah satu hal yang terpenting untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Perbandingan banyaknya jumlah anak usia dini dengan petani perempuan dapat dilihat dari data Kantor Kepala Desa Namoriam seperti Dibawah ini :

Tabel 1. Data Penduduk Desa Namoriam Kecamatan Pancur Batu Tahun 2007

No. Nama Dusun Umur Jumlah

Sumber : Kantor Kepala Desa Namoriam

(20)

dan belajar di bangku sekolah yang formal. (hasil wawancara dengan kepala Desa Namoriam) Melihat kondisi ini, maka harus memilik alternatif lain untuk memnuhi kebutuhan akan pendidikan ini.

Dengan meningkatnya peran perempuan sebagai pencari nafkah keluarga dan juga berperan dalam proses pendidikan anak usia dini, maka diperlukan waktu, tenaga dan perhatian yang cukup baik, sehingga jika peran yang satu dijalankan dengan baik maka peran yang lain juga tidak terabaikan, karena peran yang satu dan peran yang lainnya sangat bekaitan erat. Maka anak yang mendapatkan pendidikan saat usia dini akan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena didukung oleh perekonomian yang memadai.

Berangkat dari latar belakang tersebut, timbul keinginan penulis mengangkat kehidupan petani perempuan yang berperabn dalam pendidikan anak usia dini. Sebab anak usia dini adalah generasi muda yang diharapkan menjadi penerus bangsa dan cita-cita pembangunan nasional. Untuk itulah penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peran Petani Perempuan dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini”.

B. Perumusan Masalah

Menurut Soehartono (2005:23) perumusan masalah merupakan langkah yang penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Maka berdasarkan latar belakang yang diuraikan penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1.Memperoleh data tentang Petani Perempuan di Desa Namoriam, Pancur Batu.

2.Mengetahui dan menganalisa peluang dan tempat yang dijadikan sebagai tempat interaksi antara Petani Perempuan dan Anak Usia Dini.

3.Mengetahui bagaimana Peran Petani Perempuan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini.

2. Manfaat Penelitian

1. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dalam hal ini Petani Perempuan dan Anak Usia Dini. 2. Secara Akademis

Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan kemampuan berfikir serta kemampuan menganalisa setiap persoalan yang berhubungan dengan Petani Perempuan yang berperan dalam Pendidikan Anak Usia Dini.

3. Secara Teoritis

(22)

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah yang memuat latar belakang masalah, perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan daripada isi penelitian ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian teori yang akan berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional pada penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian yang dipakai, lokasi penelitian dan alasan pemilihan lokasi penelitian, populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data penelitian, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(23)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian yaitu melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden dalam penelitian ini beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran

Menurut Wahyudi Ruwiyanto peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. (Ruwiyanto, 1994:10 )

Menurut Stuart and Sundeen, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan,adalah : (Sukadji, 2000:35) 1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.

2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan . 3. Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang di emban.

4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran.

Menurut William J. Goode tentang penyesuaian individu terhadap perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : (Goode, 1985: 98)

(25)

2.Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya. 3.Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.

4.Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan

Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran.

Menurut Haditono (Haditono, 2002: 18) Transisi peran tersebut dapat di kategorikan menjadi beberapa bagian, seperti :

1. Transisi Perkembangan.

Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda – beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.

2. Transisi Situasi.

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.

3. Transisi sehat sakit.

(26)

B. Petani Perempuan

Kedudukan seseorang dalam masyarakat selain ditentukan oleh jabatan resminya berdasarkan hukum, ditentukan pula oleh adat, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, serta juga oleh kemampuan dan perannya dalam masyarakat. misalnya : kedudukannya sebagai isteri tugas yang melekat dalam dirinya atau perannya adalah mengatur rumah tangga; kedudukannya sebagai guru, perannya mengatur bahan ajar supaya anak didiknya sukses. Jadi kedudukan seseorang menentukan perannya, sebaliknya peran yang dilakukan oleh seseorang dapat mempengaruhi dan merubah kedudukannya dalam masyarakat.

Petani Perempuan adalah sosok perempuan pedesaan baik yang dewasa maupun muda. Mereka adalah isteri petani atau anggota keluarga tani yang terlibat secara langsung atau tidak dengan tetap atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usaha tani dan kesibukan lainnya berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan keluarga tani dipedesaan. (Sajogyo, 1985)

Petani Perempuan dari setiap daerah mempunyai masalah yang sama. Secara umum mereka menghadapi masalah yang sama pula. Yaitu tingkat hidup yang rendah dan jumlah keluarga yang relatif besar, tingkat pendidikan dan kesempatan belajar kurang, pengetahuan dan keterampilan yang sangat terbatas dan tertinggal dalam usaha tani, kurangnya sikap positif terhadap kemajuan baik karena adat, agama, maupun kebiasaan hidup.

(27)

pendidikan berarti pula memanfaatkan sumber daya manusia dengan potensi yang tinggi.

Petani Perempuan sehubungan dengan peran dan kedudukannya dalam rumah tangga perlu diberikan perhatian khusus yang secara bersama dikaitkan dengan kepentingan keluarga tani. Padahal banyak orang percaya kalau perempuan selayaknya berada dilingkungan rumah tangga dengan tugas-tugas seperti melahirkan dan membesarkan anak, serta mengurus suami, agar keluarga tentram dan sejahtera. Pandangan seperti itu dapat dibenarkan oleh penganut Teori Nature. Tetapi jika disimak, maka pandangan tersebut lebih memihak dan menguntungkan suami. Suami dengan segala aktifitasnya diluar rumah memungkinkan dihormati dan dihargai. Sementara isteri dengan ke-perempuan-nya ditempatkan pada posisi yang terpojok, karena perannya terbatas didalam rumah ( sektor domestik), dan jerih payahnya tidak menghasilkan uang. (Sajogyo, 1985)

Perempuan memegang peran penting sebagai ibu rumah tangga dengan berbagai jenis pekerjaan dari yang berat sampai yang ringan, seperti mengatur rumah tangga, memasak, mencuci, mengasuh dan mendidik anak. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi disektor pertanian, maka Petani Perempuan perlu meningkatkan pengetahuan, keterampilan sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari segala jenis sumber daya yang ada disekitarnya berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

(28)

menjual hasil panen, mendidik anak-anaknya, sebagai ibu rumah tangga dan mengabdi kepada suaminya.

Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan mencari nafkah tidak lain karena pendapatan lelaki tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Keikutsertaan anggota keluarga mencari nafkah merupakan upaya peningkatan pendapatan guna mengatasi masalah memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Namun demikian perempuan juga diwajibkan melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik dan aktif dalam berbagai organisasi kewanitaan, serta menjunjung karirnya.(Tan, 1996)

Peran Petani Perempuan di bidang pendidikan juga semakin berkembang terutama terhadap pendidikan anak di usia dini. Petani Perempuan mulai berpikir maju dan semakin memahami betapa pentingnya pendidikan bagi anak untuk masa depan. Karena itu, Petani Perempuan mempunyai peran melatih, membimbing dan mengajari anak-anak mereka sebelum memasuki Pendidikan Formal (Sekolah Dasar). Meskipun Petani Perempuan mempunyai kesibukan dalam membantu mencari nafkah, tetapi mereka selalu memberikan perhatian terhadap perkembangan dan pendidikan anaknya.

C. Anak Usia Dini

(29)

Sebagai individu, Anak Usia Dini adalah suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik.

Sebagai mahluk sosiokultural, ia perlu tumbuh dan berkembang dalam suatu seting sosial tempat ia hidup dan perlu diasuh dan dididik sesuai dengan nilai-nilai sosiokultural yang sesuai dengan harapan masyarakatnya. Anak Usia Dini mengalami suatu proses perkembangan yang mendasar dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan pengaruh yang membekas dan berjangka lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya. Anak Usia Dini adalah individu yang sedang mengalami proses perkembangan sangat pesat serta merupakan pembelajar yang aktif dan energik.

Menurut Freud Secara Psikoedukatif atau teori pembelajaran menurut psikologi perkembangan anak masa usia dini juga dipandang sebagai masa kritis bagi perkembangan intelektual, kepribadian dan perilaku sosial manusia, sehingga rangsangan-rangsangan pada saat itu mempunyai dampak yang lama terhadap diri seseorang. Pengalaman pendidikan pada masa usia dini akan melandasi proses dan hasil pendidikan selanjutnya karena anak yang terdidik dan berkembang baik secara eknomis akan menguntungkan pada masa yang akan datang yakni tumbuh menjadi anak yang berkembang sesuai dengan potesi yang dimilikinya dan menjadi generasi penerus untuk masa depan. (Haditono, 2002)

(30)

sekali aktivitas ibu sangat menentukan kelancaran proses pertumbuhan dan perkembangan anak. (Singgih, 2000)

D. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini adalah usaha sadar dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan dengan penyediaan pengalaman dan stimulasi yang kaya dan bersifat mengembangkan secara terpadu dan menyeluruh agar anak dapat bertumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma dan harapan masyarakat. Dalam batasan ini ada beberapa ungkapan pokok yang perlu dijelaskan. Pertama : Pendidikan Anak Usia Dini sebagai usaha sadar dalam memfasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Ungkapan ini mengandung arti bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sengaja dalam rangka mendukung dan memperlancar pertumbuhan dan perkembangan.

Kedua : Anak yang dimaksud secara kronologis dibatasi pada anak sejak lahir hingga usia enam tahun.

Ketiga : Pendidikan itu dilakukan melalui upaya penyediaan pengalaman dan perangsangan yang kaya dan bersifat mengembangkan sehingga tercipta suatu usaha lingkungan belajar dan perkembangan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

(31)

dan menyeluruh ini mengandung arti bahwa layanan pendidikan yang diberikan kepada anak harus mendukung segenap aspek perkembangan anak dan dilakukan dalam suatu kesatuan program yang utuh dan proporsional. Dan secara makro dilihat dari sisi penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini, ungkapan tersebut mengandung arti bahwa program-program Pendidikan Anak Usia Dini perlu dilakukan secara terkoordinasi dan melibatkan berbagai pihak terkait.(Depdikanas-UPI, 2004)

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah tercapainya perkembangan anak yang sehat dan optimal serta dimilikinya kesiapan dan berbagai perangkat keterampilan hidup yang diperlukan untuk proses perkembangan dan pendidikan anak selanjutnya. Karena anak merupakan bagian dan sekaligus generasi penerus masyarakat, maka pertumbuhan dan perkembangan yang diraih oleh anak tentunya harus sejalan dengan nilai-nilai, norma-norma dan harapan masyarakat.

Fungsi-fungsi Pendidikan Anak Usia Dini : 1. Pengembangan sebagai potensi anak.

2. Penanaman nilai-nilai dan norma-norma kehidupan.

3. Pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan. 4. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar.

5. Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.

(32)

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Indonesia telah memiliki pijakan yang lebih kuat untuk melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini ( Depdiknas-UPI, 2004)

E. Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini

Layanan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia hingga saat ini baru menjangkau jumlah sasaran yang masih kecil, terlebih lagi bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Dengan kata lain, secara kuantitas Layanan Pendidikan Anak Usia Dini di Negara kita masih sangat terbatas. Dalam segi kualitas, kondisinya lebih parah lagi. Dengan demikian, hak anak untuk tumbuh dan berkembang, untuk dilindungi dan untuk difasilitasi tampaknya belum memadai dan belum merefleksikan pemenuhan tuntutan undang-undang serta berbagai peraturan dan kebijakan yang menanganinya.

Kondisi Pendidikan Anak Usia Dini yang masih sarat dengan berbagai permasalahan dan tantangan diatas disebabkan oleh keterbatasan kapasitas yang kita miliki dan belum maksimalnya pendayagunaan berbagai potensi yang ada. Misalnya, pada pihak pemerintah telah banyak kebijakan dan program yang ditetapkan dan program yang berkaitan dengan pelayanan perkembangan anak usia dini. Namun masih kurang mantap dan terkoordinasi dalam implementasinya. Akibatnya, berbagai program pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini tidak berdampak maksimal terhadap peningkatan kualitas perkembangan anak. (Temuan Tim Peneliti PAUD, 1998)

(33)

1. Holistik dan terpadu

Pendidikan Anak Usia Dini dilakukan dengan terarah ke pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak serta dilaksanakan secara terintegrasi dalam suatu kesatuan program utuh dan proporsional. Secara makro, prinsip holistik dan terpadu ini juga mengandung makna bahwa penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini dilakukan secara terintegrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal ini perlu ada keselarasan antara pendidikan yang dilakukan dalam berbagai unit pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2. Berbasis Keilmuan

Prinsip ini mengandung arti bahwa praktek Pendidikan Anak Usia Dini yang tepat perlu dikembangkan berdasarkan temuan-temuan mutakhir dalam bidang keilmuan yang relevan. Dalam hal ini, Pendidikan Anak Usia Dini perlu senantiasa menyebarluaskan temuan-temuan ilmiahnya di bidang Pendidikan Anak Usia Dina sehingga dapat diaplikasikan oleh para praktisi Pendidikan Anak Usia Dini baik oleh tenaga professional di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini maupun oleh tenaga-tenaga non-profesional di masyarakat dan keluarga.

3. Berorientasi pada perkembangan anak

(34)

4. Berorientasi masyarakat

Anak adalah bagian dari masyarakat dan sekaligus sebagai generasi penerus dari masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, Pendidikan Anak Usia Dini hendaknya berlandaskan dan sekaligus turut mengembangkan nilai-nilai sosio-kultural yang berkembang pada masyarakat yang bersangkutan. Lebih lanjut, prinsip ini juga mempersyaratkan perlunya Pendidikan Anak Usia Dini untuk memanfaatkan potensi lokal baik itu berupa keragaman sosial-budaya maupun berupa sumber-sumber daya potensial yang ada di masyarakat setempat.(Depdiknas-UPI, 2004)

(35)

F. Konsep Pemikiran

Anak Usia Dini (Sejak lahir-6 tahun) merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari keseluruhan populasi, sensus 2006), sementara di pihak lain kapasitas Pemerintah dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini sangat minim. Akibatnya, masih terlalu banyak anak usia dini yang belum mendapatkan layanan Pendidikan Anak Usia Dini. Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2006, jumlah anak usia dini (sejak lahir- 6 tahun) yang belum terlayani diperkirakan 19 juta anak (73% dari keseluruhan populasi anak). Jumlah anak usia dini yang belum mendapat layanan Pendidikan Anak Usia Dini tersebut lebih banyak terdapat di daerah pedalaman, pedesaan atau daerah yang lainnya yang jauh dari perkotaan (BPS, 2006)

Dengan kondisi permasalahan seperti di atas, pemberdayaan peran serta petani perempuan merupakan salah satu pilihan strategi penanganan masalah Pendidikan Anak Usia Dini di pedesaan. Pilihan untuk pemberdayaan petani perempuan ini tidak saja karena mendesaknya tuntutan kondisional permasalahan, tetapi juga sejalan prinsip tripusat pendidikan yang kita anut, yakni antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat.

Meskipun petani perempuan tersebut bekerja, tugasnya sebagai sosok yang bertanggung jawab terhadap perkembangan dalam diri anak tidak pernah diabaikan. Petani perempuan tetap mempersiapkan anak ke masa depan yang lebih baik karena mereka menyadari bahwa dengan berkembangnya teknologi, anak mereka harus dibekali dengan pendidikan yang memadai. Oleh sebab itu perkembangan dalam diri anak wajib diperhatikan.

(36)

perempuan di Desa Namoriam mendidik anak-anak desa dengan mengadakan pendidikan bagi anak usia dini. Dimana petani perempuan berperan melalui jalur nonformal yakni sebagai pengganti pengasuh orang tua anak, pembimbing, serta melatih dan membelajarkan anak. Sedangkan sebagai pendidik, memberikan materi pelajaran seperti berhitung, membaca, bahasa inggris, menulis, menggambar, tata krama dan bermain.

(37)

Bagan berikut menunjukkan kerangka pemikiran secara sistematis yaitu :

1.Membaca 2.Berhitung 3.Bahasa inggris 4.Menulis

Memberikan kenyamanan kepada anak usia dini dalam mengikuti PAUD, Menanamkan nilai budaya melalui tata krama, memahami sifat anak dan pertumbuhan anak

1. Bermain 2. Menggambar Peran Petani

Perempuan

Mengajar Pengasuh pengganti orang tua

(38)

G. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian. (Singarimbun, 1989:33)

Yang dimaksud Peran Petani Perempuan dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini adalah segala kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh petani perempuan pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petani perempuan pada kegiatan-kegiatan pendidikan anak usia dini di Desa Namoriam.

2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatau variabel (Singarimbun, 1989:33).

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode dskriptif yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain). Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya (Nawawi, 1991 :63). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu membuat gambaran keadaan atau fenomena secara sistematis dan akurat mengenai fakta pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat aktual serta menggambarkan bagaimana peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini.

B. Lokasi Penelitian

(40)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan , tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber daya yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991 : 41).

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Petani Perempuan yang menjadi pengajar tetap di PAUD Desa Namoriam berjumlah 17 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jika populasi kurang dari 100 maka populasi dapat dijadikan sebagai sample ( n = N ), (Arikunto, 1988:27). Atas dasar pendapat Arikunto, maka pengambilan sampel adalah Total Sampling.

(41)

D.Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah : a. Studi Kepustakaan :

Cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan nelalui buku-buku, majalah-majalah, serta tulisan-tulisan lain yang ada hubungannya dengan penelitian.

b. Studi lapangan :

Yaitu dengan pengumpulan data-data langsung dari objek yang diteliti melalui:

1. Wawancara yaitu Menggunakan alat bantu kuesioner yang ditujukan kepada responden yang dalam hal ini ditujukan untuk petani perempuan sebagai tenaga pendidik.

2. Menggunakan guide interview yang ditujukan kepada informan kunci (key informan) seperti ketua Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam beserta pengajar.

E. Teknik Analisis Data

(42)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Desa Namoriam

Desa Namoriam Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara yang berpenduduk + 1.600 jiwa atau 453 KK mempunyai wilayah + 636 Ha. Keadaan alamnya datar, landai (dataran tinggi) dengan ketinggian rata-rata + 60 m diatas permkaan laut yang dipengaruhi 2 (dua) iklim ini dipengaruhi oleh angin laut dan angin pegunungan yang menjadi salah satu faktor pendukung dalam membentuk kesuburan tanah.

Adapun Desa Namoriam mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Durin Simbelang, Durin Tonggal dan Desa Salam Tani.

Sebelah Timur : Desa Durin Simbelang Sebelah Selatan : Desa Durin Tonggal

Sebelah Barat : Desa Namorindang kec. Kutalimbaru

Desa Namoriam terdiri dari 5 (lima) Dusun dengan luas wilayah dan Kepala Dusunnya sebagai berikut:

Tabel 2. Dusun, luas wilayah dan Kepala Dusunnya

No. Dusun Luas Wilayah Kepala Dusun 1. Dusun I + 50 Ha Arifin Ginting 2. Dusun II + 80 Ha Dinis Barus 3. Dusun III + 100 Ha Kuat Sembiring 4. Dusun IV + 256 Ha Helmon tarigan 5. Dusun V + 150 Ha Mimpin Tarigan

(43)

Desa Namoriam yang memiliki jarak tempuh + 4 Km atau memerlukan waktu + 15 menit ke Ibu Kota Kecamatan Pancur Batu juga merupakan jalur lintas propinsi atau jalan lintas pariwisata menuju kawasan wisata Sibolangit dan Berastagi. Disamping itu Desa Namoriam juga dikenal sebagai Desa penghasil buah belimbing dan buah jambu batu Taiwan yang banyak dijual sepanjang lintas propinsi tersebut.

B. Monografi Desa Namoriam 1. Kondisi Geografis

a. Ketinggian Tanah dari Permukaan Laut : + 60 mdl b. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran Tinggi

c. Sungai : 1 aliran

2 Orbitasi (jarak dari pusat Pemerintahan)

a. Jarak dari Pemerintahan Kecamatan : + 4 km b. Jarak dari Pemerintahan Kabupaten : + 60 km c. Jarak dari Ibu Kota Propinsi : + 20 km 3. Pertanahan

a. Daerah Permukiman : + 26 Ha b. Daerah Pertanian Sawah : + 11Ha c. Daerah Perladangan : + 35 Ha d. Daerah Perkebunan : + 150 Ha e. Daerah Fasilitas Umum Kantor Sekolah,

(44)

4. Kependudukan

1. Jumlah Penduduk menurut : a. Jenis Kelamin

1. Laki-laki : 882 orang 2. Perempuan : 907 orang b. Kepala Keluarga

1. WNI : 418 orang 2. WNA : - orang 2. Jumlah penduduk menurut Agama

a. Islam : 15 %

b. Kristen Protestan/Kristen Katholik : 85 % d. Hindu, Budha : - 3. Jumlah Penduduk Menurut Umur

1. Usia 0-1 Tahun : 40 orang 2. Usia 1-5 Tahun : 127 orang 3. Usia 6-15 Tahun : 440 orang 4. Usia 16-21 Tahun : 337 orang 5. Usia 22-59 Tahun : 700 orang 6. Usia > 60 Tahun : 145 orang 4. Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian

a. Wirausaha : 25 KK

b. Tani : 259 KK

c. Buruh : 93 KK

(45)

5. Etnis

a. Jawa : + 2 %

b. Karo : + 95 %

c. Batak Toba : + 1 % C.Sarana dan Prasarana

C.1. Sarana Peribadatan

a. Jumlah Mesjid : - unit b. Jumlah Mushola : - unit c. Jumlah Gereja : 4 unit d. Jumlah Vihara : - unit e. Jumlah Pura : - unit C. 2. Prasarana Kesehatan

1. PUSKESMAS : - unit 2. POLINDES : 2 unit C. 4. Sarana Kesehatan

1. Dokter Umum : - orang 2. Dokter Gigi : - orang 3. Para Medis : 2 orang 4. Dukun Terlatih : 3 orang 5. BIDAN Desa : 1 orang D. Prasarana Air Bersih

(46)

SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA NAMORIAM

Kepala Desa : Subur Tarigan Sekretaris Desa : Aman Gurusinga Bendahara Desa : Ika Pana

Kaur Pemerintahan : Masana Purba Kaur Pembangunan : Lindung Sembiring Kaur Umum : Litna Kacaribu Kepala Dusun I : Arifin Ginting Kepala Dusun II : Disnis Barus Kepala Dusun III : Kuat Sembiring Kepala Dusun IV : Helmon Tarigan Kepala Dusun V : Mimpin Ginting

SUSUNAN PENGURUS

TIM PENGGERAK PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (TP.PKK)

DESA NAMORIAM

Ketua : Norma Subur Tarigan Br. Sembring Wakil Ketua : Juni Br. Gurusinga

Sekretaris : Ros Br. Keliat

Bendahara : Njoreken Br. Sembiring Ketua Pokja I : Dahliana

(47)

C. Sejarah Berdirinya PAUD di Desa Namoriam

Pendidikan anak usia dini berdiri di Desa Namoriam sejak awal tahun 2007. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi Desa Namoriam, dimana sejak Desa Namoriam berdiri tahun 1942 sampai sekarang tidak memiliki sekolah formal. Anak – anak Desa Namoriam biasanya bersekolah di Pancur Batu yang jaraknya ± 4 km dari desa. Hal ini dikarenakan oleh di Pancur Batu sebagai ibu kota kecamatan memiliki sekolah formal untuk SD, SMP dan SMA.

Salah satu faktor yang menyebabkan Desa Namoriam tidak memiliki sarana pendidikan, disebabkan oleh letak geografis desa Namoriam yang berdampingan dengan Desa Durin Simbelang sehingga sarana pendidikannya yaitu dua unit SD negri berada di Desa Durin Simbelang yang jaraknya ±3 Km . Sehingga alternatif lainnya adalah bersekolah di Desa Durin Simbelang selain ke Pancur Batu.

Karena tidak tersedianya bangunan sekolah formal berdiri di Desa Namoriam, maka tahun 2007, dan seiring dengan program pemerintah kabupaten yaitu Konsep Cerdas (Percepatan Rehabilitasi dan Apresiasi Sekolah) dan program GMPP (Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan) kepada masyarakat, maka melalui program GMPP tersebut, pemerintah kabupaten melalui kecamatan memberikan arahan kepada kepala desa untuk membuka pendidikan bagi anak usia dini. Kepala desa menyampaikan arahan tersebut kepada Ibu PKK Desa Namoriam agar mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

(48)

1. Pengajar 2. Anak usia dini 3. Bahan ajar 4. Alat tulis

5. Tempat pertemuaan

Awal mula PAUD berdiri hanya seperti tempat penitipan anak dengan kegiatan bermain. Pada bulan Maret tahun 2007, pemerintah kabupaten melalui kecamatan melakukan pelatihan dari dinas P & K untuk memberikan pelatihan kepada para pengajar.

Dengan adanya pelatihan tersebut maka ibu-ibu PKK menetapkan oran-orang yang mengajar di PAUD dan Ibu-Ibu PKK yang membantu pengajar dalam melaksanakan PAUD.

Musyawarah Ibu-Ibu PKK dengan perempuan tani Desa Namoriam berjalan lama. Hal ini dikarenakan tidak seorang pun yang bersedia menjadi pengajar tetap di PAUD. Hal ini sangat dimaklumi karena mereka sangat sibuk di ladang dan mengurus rumah. Karena kesibukan mereka di ladang dan mengurus rumah serta anak dan suami. Karena kesibukan mereka, maka diambil keputusan bahwa yang mengajar di PAUD adalah petani perempuan yang belum menikah yang bisa meluangkan waktu untuk mengajar. Dari hasil musyawarah didapat sepuluh orang petani perempuan yang belum menikah dan tujuh orang petani perempuan yang sudah menikah.

(49)

harus memiliki pendidikan yang tinggi. Dan tujuh orang petani perempuan yang sudah menikah bersedia meluangkan waktunya untuk mengajar di PAUD.

Dari hasil musyawarah tersebut juga diperoleh 17 orang sebagai pengajar tetap dan delapan orang ibu PKK yang bersedia membantu pengajar dalam pelaksanaan PAUD di Desa Namoriam. Dengan kondisi umum petani perempuan desa namoriam yang harus juga bekerja produksi, maka disepakati bahwa PAUD dilaksanakan hanya selama tiga hari setiap minggunya dengan waktu belajar selama dua jam per harinya. Hal ini dilakukan agar PAUD dapat dilaksanakan tanpa menggangu kegiatan produksi yang dilakukan oleh petani perempuan tersebut.

Kemudian 17 petani perempuan dilatih oleh Dinas P & K untuk dibenahi agar petani perempuan tersebut mengetahui materi PAUD apa saja yang akan mereka sampaikan kepada anak usia dini, dan mereka juga mengetahui cara menyampaikan materi PAUD kepada anak usia dini.

PAUD yang pada awalnya hanya sebagai tempat penitipan anak dan tempat bermain anak lambat laun berubah menjadi kelas belajar. Setelah mendapat pelatihan 17 petani perempuan tersebut membagi tugas mereka dan membuka PAUD yang tempat pelaksanaanya di Balai Desa Namoriam. Adapun penyebab dilaksanakannya PAUD di Balai Desa dikarenakan rumah penduduk desa namoriam tidak dapat menampung jumlah anak yang belajar di PAUD.

(50)

D. Kegiatan – Kegiatan PAUD di Desa Namoriam

PAUD yang ada di desa Namoriam yang dilakukan di Balai Desa tersebut memiliki kegiatan-kegiatan antara lain :

1. Belajar Berhitung

Dengan belajar berhitung ini, petani perempuan memperkenalkan angka-angka dan mencoba mengajarkan penjumlahan melalui angka-angka terkecil. 2. Belajar Membaca

Petani perempuan mengenalkan kepada anak usia dini huruf-huruf dan mengarahkan anak usia dini melafalkannya.

3. Belajar menulis

Petani perempuan yang sebagai pengajar di PAUD ini mengenalkan anak usia dini menggunakan alat tulis dan selanjutnya mencoba menulis huruf dan gabungan huruf menjadi kata.

4. Belajar Bahasa Inggris

Anak usia dini diarahkan untuk dapat melafalkan angka dan beberapa huruf dengan Bahasa Inggris. Petani perempuan akan membimbing anak usia dini agar tertarik mengikuti, karena kegiatan ini selain masih menjadi keanehan namun sangat penting.

5. Belajar Menggambar

(51)

6. Belajar Tata Karma

Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan norma-norma yang ada di masyarakat, seperti cara berbicara kepada orang yang lebih tua ataupun menyapa orang lain serta nilai-nilai yang lainnya.

7. Bermain

Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok PAUD, hal ini disebabkan oleh karena PAUD dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak sehingga proses pendidikannya bersifat tidak terstruktur, informal, dan peka terhadap perbedaan individual anak, serta melalui aktivitas langsung dalam suasana bermain.

E. Susunan Penyelenggara PAUD di Desa Namoriam Penanggung Jawab : Bpk. Subur Tarigan

Ketua : Norma Br. Sembiring Sekretaris : Ros Br. Keliat

Bendahara : Njoreken Br. Sembiring Pengajar Tetap :

(52)

Pengajar Tidak Tetap :

F. Pembagian Jadwal PAUD di Desa Namoriam Tabel 3. Roster Kegiatan PAUD di Desa Namoriam

No Hari Waktu Materi PAUD Petugas

1. Jumat

16.00-16.30 Membaca - Dahliana Ginting

- Sabar Menanti Sinuhaji

16.30-17.30 Bermain

- Ngikut Sembiring - Lesna Tarigan - Sikap Ginting

17.30-18.00 Menulis - Setiawati Ginting

- Serli Barus

2. Sabtu

16.00-16.30 Berhitung - Marlina Tarigan

- Mastalia Gurki

16.30-17.30 Bermain

- Mita Bangun - Nety Sebayang - Dahliana Ginting

17.30-18.00 Tata Krama - Sikap Ginting

- Nofita Bangun - Sariana Karo Sekali - Serli Barus

17.30-18.00 Menggambar - Melia Sebayang

- Kristina Tarigan

(53)

BAB V

ANALISISDATA

Pada bab ini akan disajikan hasil dari penelitian yang diperoleh peneliti di lapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang telah disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu “Bagaimanakah peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini”.

Dalam mengumpulkan data penelitian, ada beberapa tahapan yang utama yang dilakukan peneliti. Pertama, penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan terhadap petani perempuan. Tujuannya untuk mengetahui peran yang telah dilakukan petani perempuan dalam pelaksaan paendidikan anak usia dini.

Kedua, melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner yang ditujukan kepada petani perempuan yang tujuannya untuk mengetahui identitas responden dan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Desa Namoriam serta masalah-masalah apa yang dihadapi responden saat melaksanakan PAUD di Desa Namoriam.

(54)

Adapun peran yang telah dilakukan petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini yakni :

a. Memberikan materi pelajaran Berhitung, Membaca, Bahasa Inggris, menulis, menggambar, tata krama, dan bermain

Pendidikan anak usia dini yang berada di Desa Namoriam kec. Pancur Batu memberikan pendidikan kepada anak usia dini melalui petani perempuan yang berjumlah 17 orang. Tenaga pengajar yang memberikan materi pelajaran kepada anak usia dini disesuaikan dengan materi pelatihan yang telah mereka dapatkan dari Dinas P&k serta disesuaikan dengan kemampuan petani perempuan.

Proses pelatihan yang di dapat oleh petani perempuan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan Dinas P&K serta disesuaikan dengan kemampuan personal dan dilaksanakan secara seksama. Dengan demikian, petani perempuan dapat berperan dengan baik dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini.

Seperti percakapan yang dilakukan peneliti dengan ketua pelaksana pendidikan anak usia dini mengenai materi pelajaran yang diajarkan di PAUD Desa Namoriam, Ibu. Norma Br. Sembiring :

“Petani perempuan yang telah dipilih sebagai pengajar tetap di kelas PAUD ini, dibina dan dilatih terlebih dahulu oleh Dinas P&K agar nantinya petani perempuan dapat menjalankan perannya dengan baik. Karena, petani perempuan yang mengajar di PAUD tidak memiliki jenjang pendidikan yang tinggi seperti layaknya seorang guru yang tamatan Perguruan Tinggi bagian Pendidikan”.

Adanya ungkapan dari ketua pelaksana PAUD Desa Namoriam tersebut, menyatakan bahwa petani perempuan mendapatkan pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu sebelum mereka memberikan materi pelajaran seperti Berhitung, Membaca, Bahasa Inggris, menulis, menggambar, tata krama, dan bermain kepada anak usia dini

(55)

Dalam melaksanakan kegiatan PAUD melalui jalur nonformal, petani perempuan juga berperan sebagai pengasuh anak atau pengganti orang tua anak, pembimbing anak serta melatih dan membelajarkan anak. Sebagai pengasuh artinya bahwa petani perempuan menjadi sosok seorang ibu bagi anak, sebagai pembimbing artinya bahwa petani perempuan selalu membimbing anak dalam belajar dan melatih anak memahami materi pelajaran yang disampaikan petani perempuan dan mengajari anak tentang pendidikan yang diberikan petani perempuan.

Seperti petikan percakapan yang dilakukan peneliti kepada salah seorang pengajar PAUD Desa Namoriam yakni Sikap Ginting :

“Kami sebagai seorang petani dan sebagai pengajar PAUD harus bisa menjadi orang tua bagi anak didik kami. Dengan kata lain, saya harus mengaggap anak itu seperti anak saya sendiri dengan memberikan kasih sayang dan kesabaran dalam memberikan pelajaran dasar kepadanya. Jika kita tidak seperti itu, maka anak akan takut dengan kita. Kita membimbing dan maelatih mereka agar menjadi anak yang pintar dan baik serta berguna bagi bangsa dan Negara”.

Melalui pendekatan inilah, maka anak akan merasa senang dan nyaman untuk mengikuti pelajaran yang ada di kelas PAUD. Jika petani perempuan yang mengajar di kelas PAUD tidak dapat memahami anak, maka anak tidak mau di didik atau dibina dan kemungkinan besar anak akan menangis dan takut untuk belajar.

Dalam melakukan penelitian, peneliti menyebarkan kuesioner guna mengetahui identitas responden, kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam kelas PAUD :

A. Identitas Responden

(56)

Keterangan Frekuensi Persen

Menikah 4 23,5

Belum Menikah 13 76,5

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil penelitian 2008

Dari tabel diatas, dapat dilihat gambaran mengenai identitas responden yaitu responden yang ada di Desa Namoriam. Dari 17 orang responden yang mengisi kuesioner penelitian ini, terdiri dari 4 orang (23,5%) adalah petani perempuan yang sudah menikah dan 13 orang (76,5%) adalah petani perempuan yang belum menikah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang belum menikah memiliki frekuensi yang lebih banyak dibandingkan responden yang sudah menikah. Hal ini dikarenakan responden yang belum menikah adalah petani perempuan yang bekerja di ladang orang tuanya dan tidak melanjutkan pendidikannya sehingga mereka dapat meluangkan waktunya untuk mengajar.

Tabel 5. Usia responden

Keterangan Frekuensi Persen

20-25 12 70,6

26-30 3 17,6

31-35 2 11,8

Jumlah 17 100%

Sumber : penelitian 2008

(57)

Pada tabel berikut ini peneliti akan memberikan gambaran mengenai pendidikan responden.

Tabel 6. Pendidikan responden.

Keterangan Frekuensi Persen

Tamatan SMP 1 5,8

Tidak Tamat SMP 1 5,8

Tamatan SMA 13 76,6

Tidak Tamat SMA 2 11,8

Jumlah 17 100%

Sumber : Penelitian 2008

Latar belakang pendidikan dari 17 orang responden yang ada di desa Namoriam merupakan responden yang berlatarbelakang tamatan SMP sebanyak 1 orang (5,8%) sedangkan tidak tamat SMP sebanyak 1 orang (5,8%). Responden yang tamatan SMA sebanyak 13 orang (76,6%) dan tidak tamat SMA sebanyak 2 orang (11,8%). Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pendidikan perempuan paling tinggi di Desa tersebut adalah tamatan SMA dan yang mampu memberikan waktu luang untuk mengajar di kelas PAUD.

B. Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam

Dalam mempersiapkan anak-anak usia dini ke jenjang Sekolah Dasar, maka petani perempuan Desa Namoriam bersatu dan mendirikan sekolah lapang tanpa biaya bagi anak-anak usia dini yaitu 0-6 tahun yang sering disebut PAUD.

(58)

petani perempuan memberikan pendidikan antara lain : Membaca, Menulis, Berhitung, Menggambar, Bahasa Inggris, Bermain, dan Tata krama.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar membaca di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 7. responden yang mengajar membaca

Mengajar Membaca Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Penelitian 2008

Tabel 7 diatas menunjukkan jumlah responden yang mengajar membaca sebanyak 2 orang (11,8%) dalam pelajaran, hal ini dikarenakan tugas mereka untuk menguasai materi membaca tersebut.

Cara mengajar yang dilakukan responden kepada anak-anak sangat bervariasi. Variasi yang dilakukan responden dalam mengajar anak-anak membaca berfungsi agar anak-anak tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran dan tidak mudah jenuh.

Dengan adanya gambar-gambar, anak-anak dapat lebih cepat mengingat dan lebih mudah menangkap pelajaran. Misalnya gambar seekor kerbau ditunjukkan kepada anak-anak. Dari gambar kerbau tersebut, anak-anak akan serentak menyebutkan bahwa gambar hewan yang ada di depan adalah seekor kerbau.

Responden akan mengeja tulisan “kerbau” dan anak-anak akan serentak membaca huruf yang membangun kata kerbau satu persatu. Pelajaran yang mendasar adalah pengenalan huruf dan membaca huruf.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menulis di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 8. Responden yang mengajar menulis

(59)

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil penelitian 2008

Dari data tabel diatas dapat penulis gambarkan bahwa responden yang mengajar menulis yaitu 2 orang (11,8). Responden yang mengajar membaca, menulis di papan tulis bacaan yang akan dieja dan responden yang lainnya berada diantara anak-anak untuk mengarahkan mereka agar fokus dan tidak membuat keributan.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar berhitung di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 9. Responden yang mengajar berhitung

Mengajar Berhitung Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber : Hasil penelitian 2008

Dalam memberikan pelajaran jenis ini dilakukan oleh 2 orang (11,8%). Adapun tujuan pelajaran berhitung ini ditujukan untuk melihat kemampuan dan kecepatan anak dalam berhitung dan melatih daya tangkap anak. Biasanya responden menyampaikan pelajaran berhitung dengan memperkenalkan angka-angka kepada anak dan penjumlahan yang ringan seperti : 1+1=2; 2+2=4, dan seterusnya

Responden selalu melatih anak-anak untuk menjumlahkan angka-angka dengan alat bantu jari tangan atau lidi yang telah disediakan responden. Dengan cara demikian, anak-anak akan cepat menangkap pelajaran dan mengingatnya.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menggambar di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 10. Responden yang mengajar menggambar

Mengajar Menggambar Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

(60)

Dari data diatas menunjukkan bahwa yang melakukan kegiatan mengajar menggambar 2 orang (11,8%), sedangkan yang tidak ikut serta dalam kegiatan ini sebanyak 15 orang (88,2%).

Responden yang melakukan kegiatan ini dipilih karena mereka lebih mengerti mengajari anak-anak dalam menggambar dan memilih warna ataupun memadukan warna pada gambar yang ada. Biasanya responden melatih anak-anak menggambar pola yang ringan tidak berat. Dalam pelajaran ini, biasanya gambar telah tersedia dan anak-anak tinggal mewarnainya saja. Terkadang, anak-anak juga diajarkan untuk menginspirasikan gambar yang ada di benak mereka sendiri ke dalam kertas dan mewarnainya sendiri dengan sesuka hati mereka.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar Bahasa Inggris di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 11. Responden yang mengajar Bahasa Inggris

Mengajar Bahasa Inggris Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Tabel 11 menerangkan jumlah responden yang mengajar Bahasa Inggris. Dari 17 orang yang mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris sebanyak 2 orang (11,8%) sementara itu yang tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut adalah 15 orang (88,2%). Responden yang mengajar Bahasa Inggris ini dipilih karena mereka mampu dalam pealajaran tersebut. Responden yang mengajar pelajaran ini adalah tamatan SMA.

(61)

Untuk mempermudah anak-anak mengingat pelajaran tersebut, biasanya responden mencari cara cepat dan melatih anak-anak cara cepat tersebut. Salah satucara cepat yang biasa digunakan responden adalah dengan menjadikan huruf-huruf tersebut menjadi syair lagu dan dinyanyikan dengan Bahasa Inggris. Dengan melagukan huruf-huruf tersebut dalam Bahasa Inggris, anak-anak akan semakin cepat mengingatnya. Responden sangat senang dengan belajar seperti metode cara cepat tersebut, karena dimanapun anak-anak itu berada mereka bisa memperagakan ataupun mempraktekkan lagu tersebut. Jadi anak-anak tersebut bernyanyi sambil menghapal.

Berikut ini adalah tabel responden yang melatih bermain di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 12. Responden yang melatih bermain

Mengajar Bahasa Inggris Frekuensi Persen

Ya 9 52,9

Tidak 8 47,1

Jumlah 17 100%

Sumber : Hasil penelitian 2008

Tabel diatas menunjukkan dalam melatih anak-anak bermain ada 9 orang (52,9%) dan yang tidak ikut dalam kegiatan ini sebanyak 8 orang (47,1%). Dalam seminggu, PAUD Desa Namoriam mengadakan tiga kali pertemuan dan bermain mendapat frekuensi tiga kali dalam seminggu. Bermain dilaksanakan dipertengahan pelajaran yang wajib. Misalnya: jumat pelajaran Membaca, Bermain dan Menulis. Setiap hari bermain berada di sela pelajaran yang wajib, agar anak tidak jenuh dalam belajar.

(62)

anak-anak. Misalnya tidak bermain tanah karena dapat menimbulkan perut cacingan, dalam bermain tidak boleh curang atau tidak adil, bermain tidak boleh dengan kekerasan.

Anak-anak juga biasanya bermain dengan bernyanyi sambil memperagakan gerakan-gerakan pendukung lagu. Misalnya lagu “dua mata saya, hidung saya satu, satu mulut saya tidak berhenti makan”. Dalam menyanyikan lagu tersebut anak-anak menunjuk organ tubuh yang ada tertulis dalam lirik lagu.

Berikut ini adalah tabel responden yang memberikan pelajaran tata krama di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 13. Responden yang memberikan pelajaran tata krama

Mengajar Bahasa Inggris Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil penelitian 2008

Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa 2 orang (11,8%) mengajarkan pelajaran tata krama. Tata krama termasuk dalam pelajaran anak-anak sejak usia dini di Desa Namoriam. Disamping Desa tersebut masih kental dengan budaya dan adat istiadat, orang tua anak-anak tersebut tidak memiliki waktu luang untuk mengajarkan anak mereka karena orang tua selalu sibuk di ladang selama satu harian lebih. Dengan kondisi yang sangat sibuk diladang tersebut, orang tua selalu membiarkan anak-anak mereka bersama teman-temannya atau kakak atau abangnya bermain-main di sekitar lingkungan mereka.

(63)

Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini dan dalam mencapai hasil yang memuaskan dalam menyampaikan bahan ajaran kepada anak-anak usia dini, responden memerlukan peralatan yang dapat mendukung PAUD dan agar proses PAUD dapat berjalan dengan lancar. Karena itu, Para pengajar PAUD bekerja sama dengan warga desa Namoriam untuk melengkapi peralatan tersebut.

Berikut ini adalah tabel Jenis Peralatan yang dibutuhkan responden untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini di PAUD di Desa Namoriam.

Tabel 14 . Jenis Peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini.

No. Jenis Peralatan Kegiatan yang terlibat 1. Buku Tulis Menulis 2. Buku Bacaan Membaca 3. Buku Gambar Menggambar 4. Pensil Menulis dan Menggambar 5. Pulpen Menilai

6. Pensil Warna Mewarnai

7. Penggaris Menggambar dan Menulis 8. Kapur Tulis Mengajar

9. Penghapus Mengajar 10. Batu kerikil Berhitung 11. Lidi 5 cm Berhitung 12. Bola Plastik Bermain 13. Kursi Bermain

(64)

Sumber : Data PAUD Desa Namoriam

Peralatan seperti buku tulis harus memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD. Karena apabila tidak memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD maka anak yang tidak mendapatkan buku tulis tidak dapat mengikuti pelajaran menulis dan mengakibatkan dampak yang begitu fatal pada anak itu sendiri. Kemungkinan yang akan terjadi anak akan malas ikut belajar bersama temannya di PAUD karena pernah kecewa tidak kebagian buku. Karena itu, tiap anak mendapatkan buku dan selesai pelajaran di PAUD buku dikembalikan kepada responden dan di dalam buku tersebut sudah tercantum nama anak sebagai pemilik buku. Jika ada anak yang baru bergabung, maka anak tersebut mendapatkan buku baru.

Buku bacaan yang disediakan responden sampai saat ini masih terbatas. Buku bacaan yang dimiliki responden biasanya buku yang berisi kumpulan cerita pendek untuk anak. Dalam mengajar membaca, biasanya responden memfotokopi cerita yang akan dibaca nantinya sesuai dengan jumlah anak.

Kebutuhan untuk buku gambar biasanya disesuaikan dengan jumlah anak yang belajar dan tiap anak mendapatkan satu buku gambar. Karena jika ada anak yang tidak mendapat buku gambar, maka anak tersebut akan menangis dan merasa tidak diperdulikan atau diperhatikan. Untuk mencegah terjadinya hal-hal demikian, maka responden membagikan buku gambar kepada seluruh anak secara merata.

Gambar

Tabel 3. Roster Kegiatan PAUD di Desa Namoriam
Tabel diatas menggambarkan usia responden. Usia dari 17 orang responden ini adalah
Tabel 6. Pendidikan responden.
Tabel 7. responden yang mengajar membaca
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan (a) Untuk Mengetahui Sejarah Peran Petani Perempuan dalam pengaruh ekonomi keluarga di Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun

Dengan demikian manajemen ekstrakurikuler PAUD adalah pengelolaan kegiatan di luar jam belajar yang dilaksanakan oleh pendidik/guru, instruktur yang ditujukan kepada

Petani perempuan tidak memiliki kedudukan yang mandiri akan tetapi ia merupakan bagian dari petani yang notabenenya adalah laki-laki, ini terlihat dari KTP petani

Petani perempuan tidak memiliki kedudukan yang mandiri akan tetapi ia merupakan bagian dari petani yang notabenenya adalah laki-laki, ini terlihat dari KTP petani

Rencana kegiatan pembelajaran adalah memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran, dengan mengkoordinasikan (mengatur dan menetapkan)

Berikan informasi lebih mendetail apa saja yang akan berubah dari tubuh si anak saat menjelang masa puber yang cenderung untuk berbeda-beda di setiap individu. Ajarkan

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah anak dimana saya melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner dan mengajukan

Pendidikan anak usia dini menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak