• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PETANI PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI DESA HUTAIMBARU KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PETANI PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI DESA HUTAIMBARU KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PETANI PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI DESA HUTAIMBARU KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara Oleh

Yengliana Sinurat 150902027

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)
(3)

ABSTRAK

Persoalan yang cukup mengemuka dalam perkembangan era modern adalah semakin meningkatnya tingkat kebutuhan hidup sehari-hari baik secara individual maupun keluarga. Meningkatnya tingkat kebutuhan itu semakin dipersulit oleh konsekwensi yang muncul karenanya, yaitu sulitnya kebutuhan- kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara merata. Kesulitan bisa jadi disebabkan karena kebutuhan tersebut sangat langka, atau harga kebutuhan tersebut yang terlampau tinggi sehingga sukar terjangkau. Hal ini menuntut setiap orang atau keluarga, baik laki-laki maupun perempuan untuk melakukan kerja ekstra agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Hutaimbaru Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun, adapun alasan melakukan penelitian di Desa Hutaimbaru Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun dikarenakan cukup banyaknya perempuan yang sudah menikah disana bermata pencaharian sebagai petani, untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Peran petani perempuan di Desa Hutaimbaru dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga yaitu dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan, pemenuhan kebutuhan pendidikan, dan pemenuhan kebutuhan kesehatan. Kondisi pendapatan keluarga petani perempuan meningkat setelah mereka ikut bekerja di ladang dengan indikator terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari dan juga mereka dapat menyekolahkan anak- anaknya. Faktor penghambat dalam pemenuhan kebutuhan dalam penelitian ini yaitu faktor biaya dan pembagian waktu. Subjek penelitian sebagai ibu rumahtangga yang juga bekerja sebagai petani membuat mereka sering terkendala dalam biaya pendidikan anak khususnya pada informan yang anaknya sekolah di swasta. Subjek penelitian ini juga kurang memperhatikan tumbuh kembangnya anak dan kurang memberikan kasih sayang kepada anak sepenuhnya akibat peran ganda yang dimiliki oleh subjek penelitian.

Kata kunci: Peran, Petani Perempuan, Keluarga Sejahtera

i

(4)

ABSTRACT

Problems that enough raised in the development of the modern era is getting increasing levels of necessities of life sehari-hari either individually or family.Increasing levels of the need for it is getting complicated by consequences that appear hence, which is the difficulty of the kebutuhan-kebutuhan evenly.

could be metTrouble could be caused by the need, were extremely rare or the price of the needs that was too high that it is difficult to reach.This means that each person or family, good laki-laki and women to do extra work to their needs could be met.This study using descriptive kind of research with a qualitative approach. The study is done in the village hutaimbaru kecamatan silimakuta kabupaten simalungun , the reason for research into village hutaimbaru kecamatan silimakuta kabupaten simalungun because the fairly large amount woman who had married there derive their main income as farmers , to meet the needs of their families .Based on the results of research and the outline indicated in chapter before , can be concluded bahwaperan farmers women in the village hutaimbaru in improve family welfare which are in meeting the needs of food , clothing and board , meeting the needs of education , and working the health needs of . The condition of family income changes in system so the farmers are women increased since they will have to carry to work in the fields with an indicator places would remain unfilled and the necessities of life sehari-hari and also they can send their anak-anaknya .Factors which hinder in the fulfillment of a need been disclosed in the research this then if they testify of the cost factor and the division of time .A subject of study as also many housewives who may also be employed as farmers find ways to make them is often inhibited in cost the education of their children story most striking in the informants of children who had schools in private .A subject of study is also little regard for growing cups made of the son and of to be unable to provide favor in the sight of compassion on their fully as a result of the dual role that is owned by the subject of study .

Password: the role of , women farmers , prosperous family

ii

(5)

telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Tanpa pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu secara konsisten untuk terus melakukan penelitian dengan judul yang telah ditentukan oleh penulis sejak awal, mengingat banyaknya kendala teknis yang dialami penulis selama proses pengumpulan data hingga skripsi ini selesai.

Adapun penulisan skripsi dengan judul “Peran Petani Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraak Keluarga di Desa Hutaimbaru Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun” ini bertujuan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Departemen Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.sos, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi, S. Sos, M. Si, selaku Ketua Departemen Kesejahteraan Sosial.

iii

(6)

yang telah membimbing penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

5. Bapak Drs.Matias Siagian,M.Si, Ph.D selaku Dosen Penguji Seminar Proposal, Seminar Hasil dan Sidang Meja Hijau juga telah memberikan banyak masukan kepada penulis perihal penelitian yang dilakukan penulis.

6. Untuk kedua orangtua yang selalu mendukung baik dari segi moril maupun materiil. Terima kasih untuk segala cinta kasih, doa dan harapan yang mamak dan bapak berikan untukku tanpa rasa pamrih.

Segala yang terbaik untuk mamak dan bapak, semoga selalu diberkahi Tuhan di dunia dan akhirat. Kalian adalah orantua super hebat untukku, terutama mamak yang tangguh, aku tau mama selama ini nutupi kesedihannya, aku tau tapi aku pura pura gk tau. Aku gak mau liat air mata mamak keluar untuk hal sedih, panjanglah umur kalian mak, pak sehat mamak selalu biar bisa kalian nikmati hasil jerih payahku nanti. Yang selalu mengatakan tidak apa-apa jika aku lebih lambat dari teman yang lain dan selalu mengingatkan untuk tidak merasa tertekan juga menjaga kesehatan baik fisik maupun mental.

Yang selalu merepet kalau aku malas-malasan ngerjain skripsi, terima kasih untuk segalanya mamak dan bapakku.

7. Untuk saudara-saudara kandungku bang Dodi Sinurat, Prido Sinurat dan Lienli Sinurat, ini semua untuk kalian, terima kasih sudah menjadi penguatku sampai saat ini sampai aku bisa menyelesaikan yang

iv

(7)

kuliah sampai skripsi, aku mencintai kalian.

9. Untuk kekasih hatiku Sandro Nopriyanto Sinaga yang selama aku menulis skripsi ini selalu kasih suport, walaupun kita berada di kota yang berbeda.. Semangat bekerja di perantauan sana ya Ibbo. Terima kasih sudah membuatku menjadi perempuan yang kuat, terimakasih sudah mau berperan menjadi pacar sekaligus sahabat terbaikku. Terima kasih untuk semua nasihat yang kamu kasih, semangat untuk kita berdua demi masa depan, terimakasih sudah mau berjuang denganku.

Terima kasih untuk waktu,cinta, dan jasa yang udah kamu kasih selama ini.

10. Untuk GAJEBO ( Asmi Nisa yang selalu aku susahin yang gak capek dengerin keluhanku, epa nainggolan sahabat seperjuangan mulai SMA sampai di perkuliahan. Rusti rina, dian harefa, Etimanta kawan seperjuangan seperdojian yg mengerjakan skripsi dan ngejar-ngejar dosen gak kenal waktu kitanya, ateng si pudannya gajebo tetap semangat ya, jonpit si kemayunya gajebo yg udah duluan selesai kayak yg lain, dan terakhir pak pns sipir kami)

11. Untuk sahabat semasa SMA ku Sondang Simangunsong terimakasih banyak selama skripsi selalu sabar nemani aku mengerjakan dan mengeluh dalam proses pengerjaan skripsi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca, gina perbakan penulisan

v

(8)

Penulis

Yengliana Sinurat

150902027

vi

(9)

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 RumusanMasalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

1.4 Sistematika Penulisan... 11

BAB II PEMBAHASAN ... 13

2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Pengertian Peran... 13

2.1.2 Perempuan ... 15

2.1.2.1 Pengertian Perempuan ... 17

2.1.2.2 Isu Gender Perempuan ... 18

2.1.2.3 Peran Perempuan dalam sektor Domestik... 22

2.1.2.4 Peran Perempuan dalam Sektor Publik ... 25

2.1.2.5 Peran Ganda Perempuan ... 27

2.1.3 Perempuan Sebagai Petani ... 33

2.1.4 Keluarga ... 39

2.1.4.1 Tipe Keluarga ... 40

2.1.4.2 Fungsi dan Peran Keluarga ... 41

2.1.5 Kesejahteraan Sosial ... 43

2.1.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 43

2.1.6 Keluarga Sejahtera ... 45

2.1.6.1 Pengertian Keluarga Sejahtera ... 45

2.1.6.2 Pengelompokan Tahapan Keluarga Sejahtera Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN,2002)... 45

2.1.7 Pemenuhan Kebutuhan... 49

2.1.7.1 Pendapatan ... 49

2.1.7.2 Papan ... 49

2.1.7.3 Pangan ... 51

2.1.7.4 Sandang ... 51

2.1.7.5 Pendidikan ... 51

2.1.7.6 Kesehatan ... 52

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 53

2.3 Kerangka Pemikiran ... 54

2.4 Defenisi Konsep ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

3.1 Jenis Penelitian ... 59

3.2 Lokasi Penelitian ... 60

3.3 Informan Penelitian ... 60

vii 3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.5 Teknik Analisis Data ... 63

(10)

4.3 Profil Lokasi Penelitian ... 66

4.4 Visi dan Misi Lokasi Penelitian ... 69

4.4.1 Visi ... 69

4.4.2 Misi ... 69

4.5 Struktur Organisasi Lokasi Penelitian ... 70

4.6 Kondisi Umum Klien ... 71

4.7 Kondisi Umum Tentang Petugas... 71

4.8 Sarana dan Prasarana Lokasi Penelitian ... 71

4.8.1 Sarana Rumah Ibadah ... 71

4.8.2 Sarana Pendidikan ... 72

4.8.3 Sarana Kesehatan ... 72

4.8.4 Sarana Jalan ... 72

BAB V HASIL PENELITIAN ... 73

5.1 Deskripsi Hasil Data Penelitian ... 73

5.1.1 Informan Kunci ... 73

5.1.2 Informan I(Utama) ... 76

5.1.3 Informan II(Utama) ... 82

5.1.4 Informan III(Utama)... 88

5.1.5 Informan IV(Utama) ... 94

5.1.6 Informan V(Tambahan I) ... 101

5.1.7 Informan VI(Tambahan II) ... 104

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 108

5.2.1 Peran Petani Perempuan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga di Desa Hutaimbaru Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun ... 108

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 123

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 125

6.1 Kesimpulan ... 125

6.2 Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

viii

(11)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Persoalan yang cukup mengemuka dalam perkembangan era modern adalah semakin meningkatnya tingkat kebutuhan hidup sehari-hari baik secara individual maupun keluarga. Meningkatnya tingkat kebutuhan itu semakin dipersulit oleh konsekwensi yang muncul karenanya, yaitu sulitnya kebutuhan- kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara merata. Kesulitan bisa jadi disebabkan karena kebutuhan tersebut sangat langka, atau harga kebutuhan tersebut yang terlampau tinggi sehingga sukar terjangkau. Hal ini menuntut setiap orang atau keluarga, baik laki-laki maupun perempuan untuk melakukan kerja ekstra agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi.

Masyarakat yang melangkah maju ke zaman baru seperti zaman kini, mengalami masa emansipasi (pembebasan) dari system kekerabatan tradisional untuk mendapatkan status baru, sesuai dengan zaman baru, dalam keluarga dan dalam masyarakat besar. Perubahan pada system perekonomian dalam masyarakat pun membawa perubahan pada alokasi ekonomi keluarga. Perempuan dalam hal ini berubah karena peranannya dalam bidang ekonomi berubah pula (Sajogyo, 1985:28).

Partisipasi wanita dalam dunia kerja, telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kesejahteraan keluarga, khususnya bidang ekonomi. Angka wanita pekerja di Indonesia dan juga di negara lain masih akan terus meningkat, karena beberapa faktor seperti meningkatnya kesempatan belajar bagi wanita, keberhasilan program keluarga berencana, banyaknya tempat penitipan anak dan

1

(12)

kemajuan teknologi, yang memungkinkan wanita dapat menghendel sekaligus masalah keluarga dan masalah kerja, serta peningkatan partisipasi kerja. Hal ini bukan hanya mempengaruhi kostelasi pasar kerja, lebih dari itu juga mempengaruhi kesejahteraan perempuan itu sendiri dan kesejahteraan keluarganya. Perempuan yang bekerja akan menambah penghasilan keluarga, yang secara otomatis mampu meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan seluruh anggota keluarga (Mudzakkar, 2001:189).

Keadaan yang demikian membuat para perempuan memiliki dua peran sekaligus, yaitu peran domestic yang mengurus rumah tangga dan peran public yang bertugas di luar rumah atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh keluarga. Durkheim mengartikan perempuan dalam dua konteks sempit.

Pertama dalam konteks positif yaitu perkawinan dan keluarga. Perempuan memenuhi peran-peran tradisional dan fungsional terhadap keluarga. Kedua, dalam konteks negative yaitu perceraian. Di dalam keluarga, perempuan kehilangan otoritas terhadap laki-laki, dalam arti laki-laki memegang otoritas karena keluarga membutuhkan seorang “pemimpin”. Otoritas ini meliputi control atas sumber-sumber ekonomi dan pembagian kerja secara seksual di dalam keluarga yang menurunkan derajat perempuan menjadi inferior, anak buah, serta peran-peran sosial yang melandaskan pada perbedaan dalam kemampuan dan moralitas sosial (Ollenburger&hellen, 1996:7).

Pada dasarnya bagi perempuan, khususnya yang bermukim di daerah tertinggal dan berekonomian miskin, peran ganda bukanlah sesuatu hal yang baru.

Bagi perempuan golongan ini peran ganda telah ditanamkan oleh para orang tua mereka sejak mereka masih berusia muda. Para remaja putri tidak dapat bermain

(13)

bebas seperti layaknya remaja lainnya karena terbebani kewajiban bekerja untuk membantu perekonomian keluarga mereka (Soetrisno, 1997:94).

Negara Indonesia dikenal dengan Negara agraris, hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk di Indonesia sudah menggeluti pekerjaan dibidang pertanian sejak dahulu. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisah dari sector pertanian dan perkebunan. Karena sector- sektor ini memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan pembentukan realitas ekonomi dan sosial masyarakat diberbagai wilayah di Indonesia. Hal ini didukung karena potensi sumber daya alam Indonesia, lahan yang luas dan juga tanah yang masih subur diberbagai daerah, dan iklim yang baik untuk pertanian juga menjadikan Negara Indonesia tetap bertahan dan bertumpu pada sector pertanian (Jurnal Ummah, 2018).

Pertanian merupakan sektor strategis bagi bangsa Indonesia untuk waktu lima hingga sepuluh tahun mendatang. Karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama sebagai petani ataupun buruh tani. Keberadaannya merupakan suatu kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari ketahanan pangan yang masih tetap harus dipertahankan (Anonym, 2014:2).

Pada era modern ini, kebutuhsn keluarga tidak dapat diukur sebatas memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan saja melainkan juga pendidikan, kesehatan, pekerjaan, informasi dan lain sebagainya. Perkembangan zaman memang telah melahirkan kebutuhan-kebutuhan baru yang menuntut untuk dipenuhi. Namun tidak dapat diabaikan bahwa factor yang banyak mempengaruhi kesejahteraan keluarga adalah tingkat ekonomi, yang mana lebih banyak berkaitan

(14)

dengan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Bagi masyarakat yang hidup dalam persoalan kemiskinan, memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan juga kesehatan merupakan perihal yang cukup sulit apalagi jika bergantung pada pendapatan kecil yang diperoleh kepala keluarga dari pekerjaan di sector informal. Dalam hal ini keluarga yang secara langsung merasakan pahitnya kemiskinan tentu memiliki agenda tersendiri dalam upaya meningkatkan perekonomian keluarga, salah satunya adalah dengan berbagai tanggung jawab dengan anggota keluarga untuk bekerja di sector informal ( Jurnal Asyiwati, 2016 : 6).

Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 1 Ayat 6, Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Di dalam kehidupan keluarga, suami-istri umumnya berbagi peran dalam pembinaan kesejahteraan bersama, baik secara fisik, materi, spiritual, juga dalam meningkatkan kedudukan keluarga dalam masyarakat.

Keluarga yang hidup dalam kemiskinan memiliki kesadaran penuh bahwa pemenuhan kebutuhan keluarga tidak dapat dibebankan sepenuhnya pada satu pihak yaitu kepala keluarga saja, maka dari itu seringkali ditemukan perempuan yang ikut campur tangan dalam membantu meningkatkan perekonomian keluarga dengan bekerja layaknya pencari nafkah (Suardiman, 2001 : 36).

Suami sebagai kepala keluarga umumnya berperan sebagai kepala rumah tangga, pengambilan keputusan dan pencari nafkah atau berkewajiban memenuhi

(15)

kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, juga kesehatan, sementara istri sebagai ibu rumah tangga berperan dibidang domestic yang mencakup hal-hal yang ada di dalam rumah seperti peranan pengasuhan, pendidikan, dan penjaga moral (Sihite, 2007:158).

Peran gender perempuan dalam anggapan masyarakat luas adalah mengelola rumah tangga sehingga kaum perempuan menanggung beban bekerja domestic yang lebihbanyak dibanding kaum laki-laki. Namun pada era modernisasi ini, peran perempuan yang tidak hanya melakukan pekerjaan domestic tidak dipermasalahkan lagi sehingga peran ganda yang dilakukan perempuan didukung berbagai oleh elemen dalam masyarakat (Nugroho, 2011 : 16).

Perempuan yang bekerja di sektor pertanian ini umumnya didorong oleh tekanan ekonomi yang melilit keluarga. Menambah penghasilan demi menyokong kebutuhan ekonomi keluarga merupakan tujuan utama kaum perempuan yang hidup di dalam kemelut kemiskinan. Dengan meningkatnya peran perempuan sebagai pencari penghasilan tambahan bagi keluarga maka timbullah permasalahan baru. Akar permasalahan ini ialah peran perempuan dalam melaksanakan tugas domestik maupun publik yang sama-sama membutuhkan waktu, tenaga dan perhatian sehingga jika peran yang satu dilakukan dengan baik maka peran yang lain akan terabaikan.

Perempuan terjun ke ranah public atau bekerja di luar rumah karena beberapa alasan salah satunya adalah alasan kemiskinan yang dialami oleh keluarga. Sector pertanian merupakan sector yang mendapat peran penting dalam penyediaan kesempatan kerja bagi kaum perempuan di Indonesia. Menurut BPS

(16)

jumlah tenaga kerja perempuan yang berada di sector pertanian di Indonesia pada tahun 2013 yaitu berjumlah 7,34 juta orang dan jumlah yang paling banyak adalah berada di sub sector tanaman pangan yaitu sebanyak 4,30 juta. Data tersebut menunjukkan bahwa perempuan di Indonesia masih banyak yang menggantungkan hidupnya pada sector pertanian khususnya perempuan yang tinggal di pedesaan.

Peran perempuan pada sector pertanian sangat substansial. Kegiatam pertanian yang dilakukan meliputi penanaman, penyiangan, pemeliharaan, panen, paska panen, pemasaran. Baik yang bersifat manajerial tenaga buruh pada komoditi tanaman pangan ataupun industry yang di expor, bahkan dalam pengairan, yang selama ini dikerjakan oleh kaum laki-laki, perempuan ternyata ikut menentukan kapan pengairan dilakukan, banyaknya kuantitas air, kedalaman air, frekuensi pengairan. Tanpa keterlibatan perempuan, proses produksi tidak akan berlangsung, termasuk komoditi ekspor yang diperdagangkan secara internasional (yana, 2010:5)

Keterlibatan perempuan dalam sector pertanian menurut PudjiwaiSayogyo (1983:12) bukan karena ingin menonjolkan peranannya tetapi memang keharusan, karena alasan ekonomi yaitu untuk menambah pendapatan keluarga yang relatif rendah. Keterlibatan perempuan disektor pertanian juga mempunyai makna khusus karena memungkinkan memiliki otonomi keuangan, agar tidak selalu tergantung pendapatan suami, mereka terlibat dalam sector pertanian karena suami tidak bekerja, mengisi waktu luang, ingin mencari uang sendiri, dan ingin mencari pengalaman.

(17)

Dunia pertanian tidak lepas dari peran perempuan. Di berbagai Negara dunia, perempuan memiliki peranan penting dalam proses produksi pangan.

Kenyataan yang dihadapi oleh perempuan adalah peran mereka dalam sector pertanian masih sering dipinggirkan, secara umum petani perempuan di berbagai wilayah pedesaan tidak mempunyai akses untuk input dan sumber daya produksi bagi pertaniannya serta pelayanan public yang kurang memadai. Mereka juga tidak mendapatkan insentif yang memadai dalam usahanya serta sangat rentan upaya produktivitasnya di pertanian. Padahal pertanian yang dihasilkan para perempuan ini menjadi tumpuan hidup dan kehidupan banyak keluarga miskin.

Dorongan yang besar bagi kaum perempuan yang hidup dalam kemiskinan untuk bekerja mengharuskan mereka untuk dapat memainkan domestic dan public sebaik mungkin. Namun hal yang sering kali terjadi pada perempuan yang bekerja pada sector informal adalah pekerjaan yang menyita banyak waktu sebab pendapatan yang diterima biasanya tergantung pada banyak pekerjaan yang telah diselesaikan. Walau demikian, pekerjaan tersebut harus tetap dilakukan karena jika tidak dilaksanakan maka dampaknya akan berpengaruh langsung pada sulitnya memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dorongan untuk bekerja demi meningkatkan perekonomian keluarga inilah yang seringkali menjadi penyebab terabikannya pekerjaan di bidang domestic (Wolfman, 1994 : 160).

Keadaan yang demikian membuat para perempuan memiliki dua peran sekaligus, yakni peran domestic yang mengurus rumah tangga dan peran public yang bertugas di luar rumah atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh keluarga. Bagi keluarga kelas bawah keterlibatan seluruh anggota keluarga sangat membantu. Di desa Hutaimbaru, tidak sedikit para perempuan

(18)

yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Sebagian mereka bekerja sebagai petani,buruh tani, dan berjualan di pasar.

Bekerjanya kaum perempuan di luar dan di rana dosmetik sekaligus membuat para perempuan menjadi lebih maju dan tangguh dalam bergerak maupun berfikir, seperti para perempuan di Desa Hutaimbaru ini. Factor kemiskinan yang dialami menyebab para perempuan dengan rela melakoni pekerjaanya untuk membantu perekonomian.

Perempuan bekerja sebagai petani kebun/sawah, buruh tani, dan penjual di pasar, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga mereka. Suami mereka yang bekerja sebagai petani membuat kebutuhan sehari-hari tidak tercukupi. Aturan-aturan tradisional yang memandang perempuan harus tinggaldirumah dan mengurus segala keperluan keluarga di sekitar rumah, perlahan mulai ditinggalkan. Pergeseran pandangan ini berjalan dengan realistis sesuai dengan perubahan-perubahan social yang semakin menuntut kerja keras.

Walaupun di desa, tetapi budaya patriarki yang menjadikan laki-laki menjadi

“raja”, mulai ditinggalkan. Para perempuan bekerja untuk membantu perekonomian keluarga mereka, bekerjanya para perempuan masih dalam batas- batas wajar keperempuanan, dalam arti perempuan bekerja tetapi tidak keluar dari kodrat mereka yang ada dalam masyarakat.

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah di provinsi sumatera utara yang mayoritas penduduk adalah etnis Simalungun. Menurut data BPS tahun 2016 penduduk Simalungun berjumlah 854,489 jiwa. Wilayah Simalungun perempuan sebanyak 428,695 dan laki-laki sebanyak 425,794 jiwa, dimana seluruh penduduk ini tersebar di 31 kecamatan. Menurut data BPS tahun 2015

(19)

pada umumnya penduduk Simalungun bekerja di sector pertanian, yaitu dari 413,154 angkatan kerja di Simalungun, 61,93% bekerja di sector pertanian. Dan 40,47% petani tersebut adalah petani perempuan di seluruh Simalungun.

Simalungun juga menjadi produsen padi (baik padi sawah maupun padi ladang) dan jagung di Sumatera Utara.

Kecamatan Silimakuta yang menjadi lokasi penelitian penulis merupakan salah satu kecamatan yang penduduknya paling banyak bekerja pada usaha pertanian, daerah ini dikenal sebagai penghasil nanas, kol, kentang, cabai, tomat, jeruk dan kopi. Data BPS menunjukkan tahun 2015 penduduk kecamatan silimakuta berjumlah 15,452 jiwa dan pada tahun 2017 mencapai 16019.57 jiwa.

Desa Hutaimbaru Kecamatan Silimakuta menjadi lokasi penelitian penulis.

Jumlah penduduk 15,777 jiwa yaitu laki-laki berjumlah 7,925 jiwa dan perempuan 7,852 jiwa, sebagian besar masyarakatnya bekerja di sector pertanian (profil kecamatan silimakuta).

Menurut survey awal yang saya lakukan perempuan di desa ini tidak lagi hanya bekerja di rumah dan mengurus pekerjaan rumah, merawat anak namun di desa ini perempuan sudah ikut bekerja sebagai petani dan mengelolah lahan pertanian, baik lahan milik sendiri maupun lahan pertanian yang disewa, pada dasarnya suami mereka juga bekerja sebagai petani. Desa Hutaimbaru terdapat beberapa perempuan yang bekerja sebagai petani dan sudah menikah untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya. Setelah bekerja di lahan pertanian juga harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan lain-lain.

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka masalah peneliti ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana peran petani perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di Desa Hutaimbaru Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun ?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peran perempuan dalam peningkatan kesejahteraan keluarga petani di Desa Hutaimbaru Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Ada pun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesejahteraan sosial, serta sebagian bahan masukan atau referensi bagi penelitian-penelitian yang akan datang.

2. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan diharapkan sebagai literatur yang baru bagi daftar kepustakaan untuk memperkaya referensi karya ilmiah di departemen kesejahteraan social FISIP USU.

3. Memberikan informasi dan gambaran kepada warga Desa Hutaimbaru tentang pentingnya peran perempuan dalam peningkatan kesejahteraan keluarga khususnya keluarga petani.

(21)

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas ; BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Masalah

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teoristis 2. Penelitian yang Relevan 3. Kerangka Pemikiran 4. Definisi Konsep

BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian 2. Lokasi Penelitian 3. Informan Penelitian 4. Teknik Pengumpulan Data 5. Teknik Analisis Data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Temuan Umum

1. Letak Geografis Lokasi Penelitian 2. Sejarah Perkembangan Lokasi Penelitian 3. Profil Lokasi Penelitian

(22)

4. Visi,Misi dan Tujuan Lokasi Peneliti

5. Struktur Organisasi/Lembaga Lokasi Penelitian 6. Kondisi Umum Tentang Klien

7. Kondisi Umum Tentang Petugas

8. Keadaan Sarana Dan Prasarana Lokasi Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN

1. Desksripsikan Data Hasil Penelitian 2. Pembahasan Hasil Penelitian

3. Keterbatasan Hasil Penelitian BAB VI PENUTUP

1. Kesimpulan 2. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Peran

Kata “peran” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:854) diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang mengisi kedudukan tertentu dalam masyarakat. Peran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Peran ialah bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan serta cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Ayah, ibu dan anak perupakan contoh peran yang dimiliki setiap orang tetapi sering tidak terlalu memikirkan tentang cara bertingkah laku atas peran tersebut sebab telah ada pola tingkah laku di dalam masyarakat yang menuntun tindakan seseorang atas peran-peran yang dipangku tersebut (Wolfman, 1994 : 10).

Biddle dan Thomas menyatakan bahwa makna dari kata peran dapat dijelaskan lewat beberapa cara. Pertama, suatu penjelasan yang menunjuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan oleh seseorang ketika menduduki suatu karakterisasi (posisi) dalam struktur sosial. Kedua, suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional, menyebutkan bahwa peran seorang actor adalah suatu batasan yang dirancang oleh actor lain, yang sama-sama berada dalam satu penampilan/unjuk peran (role performance). Hubungan antara pelaku (actor) dan pasangannya (role partner)

13

(24)

bersifat saling terkait dan saling mengisi, karena dalam konteks sosial, tak satu peranpun dapat berdiri sendiri tanpa yang lain. Dengan ungkapan lain, suatu peran akan memenuhi keberadaannya jika berada dalam kaitan posisional yang menyertakan dua pelaku peran yang komplementer (Suhardono, 2000: 3-4).

Menurut Soerjono Soekanto, peran (role) merupakan dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia berhasil menjalankan suatu peranan (Wisyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, 2009 :91).

Defenisi ini sejalan dengan apa yang diutarakan R. Sarbin bahwa peran adalah pola perilaku yang ditentukan bagi seseorang yang mengisi kedudukan tertentu. Umpamanya kedudukan sebagai dosen, rector, dan ketua program yang menuntut sejumlah perilaku yang disesuaikan dengan kedudukannya (Ihromi, 1995: 71).

Peran atau peranan didefinisikan oleh Gross, Mason dan McEachern sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan tersebut ditentukan oleh norma-norma didalam masyarakat (Ihromi, 1995: 492). Di dalam peran terdapat dua macam harapan yaitu :

1. Harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan atau kewajiban- kewajiban dari pemegang peranan.

(25)

2. Harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

Menurut teori peran, dalam pergaulan sosial itu sebenarnya sudah ada scenario yang disusun oleh masyarakat yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario tersebut sudah tertulis peran apa yang harus dipegang oleh suami, istri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua, dan seterusnya. Menurut teori peran, jika seseorang mematuhi skenario maka hidupnya akan harmonis tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur oleh sutradara (Rusmin & Ridho, 2010 : 58).

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang memegang atau mengisi status (kedudukan) tertentu. Tingkah laku tersebut memuat dua macam harapan yaitu harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran dan harapan pemegang peran terhadap masyarakat yang memiliki hubungan dalam menjalankan peranannya. Di dalam suatu peran terdapat hubungan yang bersifat komplementer (saling mengisi dan melengkapi) sebab pada dasarnya suatu peran dikatakan berhasil apabila seseorang telah menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya. Namun jika tidak menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dipegang, maka individu tersebut dikatakan gagal dalam menjalankan peran.

(26)

2.1.2 Perempuan

2.1.2.1 Pengertian Perempuan

Secara etimologis kata “perempuan” berasal dari kata „empu‟ merupakan sebuah kata dari Bahasa Sansekerta yang berarti mulia, pembuat suatu karya yang agung, orang yang sangat ahli atau berilmu tinggi. Kata „perempuan‟ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang atau manusia yang mempunyai puki (alat kelamin perempuan), dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui (Jurnal Nurulmi, 2017 : 12).

Perempuan disebut sebagai ibu rumah tangga, penjaga dan pembagi makanan yang mengambil alih setiap persoalan. Seni mengasuh merupakan hak istimewa perempuan. Kesimpulannya ialah perempuan merupakan anggota masyarakat yang sangat identik dengan segala kegiatan yang berurusan dengan rumah (Suardiman, 2001: 34).

Menurut Ulfah Subadino, di dalam masyarakat terdapat 4 golongan perempuan (Notopuro, 1984: 54) diantaranya :

1. Perempuan yang punya bakat dan cita-cita luhur sehingga memberikan seluruh pengabdiannya terhadap karier dan tidak berumah tangga.

2. Perempuan yang sudah merasa bahagia dengan memberikan pengabdiannya kepada keluarga sehingga 100% menjadi ibu rumah tangga.

3. Perempuan yang cakap, yang mungkin karena ambisinya rela memberikan prioritas kepada pekerjaan diatas keluarganya.

(27)

4. Perempuan yan memilih jalan tengah karena ia bekerja maka menerima peranan rangkapnya dengan coba mengadakan kombinasi yang sebaik-baiknya. Perempuan golongan ini mengerti apa yang menghambat kesuksesannya dalam pekerjaan akan tetapi mengabaikannya karena sadar bahwa keluarga adalah salah satu bagian terpenting dalam hidup.

Sejalan dengan penjelasan mengenai golongan perempuan tersebut, Soejono Soekanto mengemukakan status mendasar perempuan yang mencakup dua aspek yaitu status sosial reproduksi yaitu perempuan sebagai pelestari keturunan dan status produksi yakni sebagai pencari nafkah dengan bekerja di luar (sihite, 2007:7).

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perempuan merupakan manusia yang berperilaku feminin, patuh, sopan dan tidak agresif dimana statusnya mencakup aspek reproduksi seperti melahirkan, mengasuh serta segala kegiatan yang berkaitan dengan urusan rumah. Ternyata perempuan tidak hanya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan di rumah dan tunduk kepada laki-laki yang diidentikkan sebagai penguasa.

Terdapat empat golongan perempuan yang ada dalam masyarakat yaitu perempuan yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk berkarier sehingga tidak menikah, perempuan yang mengabdikan seluruh hidupya untuk keluarga sehingga tidak bekerja, perempuan yang memprioritaskan pekerjaan diatas keluarga, dan perempuan yang menjalankan peran ganda yaitu berusaha menjaga keseimbangan antara mengurus keluarga dengan bekerja diluar rumah. Perempuan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah perempuan yang menjalankan peran ganda

(28)

yaitu mengurus keluarga sekaligus bekerja di luar rumah seperti yang dilakukan oleh ibu rumah tangga di Desa Hutaimbaru Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun yang mengurus berbagai pekerjaan di rumah sekaligus bekerja di ladang/sawah.

2.1.2.2 Isu Gender Perempuan

Di dalam istilah gender, perempuan diartikan sebagai manusia yang lemah lembut, anggun, keibuan, emosional dan lain sebagainya. Baik di dunia Timur maupun Barat, perempuan digariskan untuk menjadi istri dan ibu. Sejalan dengan kehidupan ini, sifat yang dikenakan pada perempuan adalah makhluk yang emosional, pasif, lemah, dekoratif, dan tidak kompeten kecuali untuk tugas rumah tangga (Faqih, 1996:8). Cara yang paling mudah untuk mengetahui perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah dengan melihat organ fisiknya. Perempuan memiliki kulit yang lebih tipis bila dibandingkan dengan laki-laki, pita suaranya yang lebih pendek, butir darah merah lebih sedikit, ukuran tulang yang lebih kecil, tubuh lelaki lebih dominan berotot daripada lemak, sedangkan perempuan memiliki lemak yang secara langsung dibawah kulitnya. Perbedaan lain adalah susunan tulang lelaki berbeda dengan perempuan, langkah kaki perempuan lebih pendek daripada langkah laki-laki. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan susunan tulang perempuan dan laki-laki. Jika dilihat dari segi fisik, kekuatan laki- laki lebih besar daripada perempuan (Kamal, 2005:18-19). Jika melihat dari ciri- ciri fisiknya, laki-laki lebih cocok untuk menanggung pekerjaan yang berat seperti sector pertanian bila dibandingkan dengan perempuan.

(29)

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki- laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat dan dikonstruksikan oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat konstruksi sosial.

Terdapat 3 teori gender yang dikemukakan oleh United Nation Population Fund (UNPFA) pada tahun 2001 (Widyastuti, Rahmawati, & Purnamaningrum, 2009:134) yaitu :

1. Teori nurtureyaitu rumusan yang dibentuk oleh masyarakat sehingga mengakibatkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Rumusan ini berisi kaum laki-laki yang dianggap sama dengan kaum yang berkuasa sedangkan perempuan yang dianggap sebagai kaum tertindas dan terperdaya.

2. Teori natureyaitu paham yang memandang adanya perbedaan laki- laki dan perempuan sebagai takdir Tuhan yang mesti diterima manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Adanya perbedaan secara biologis merupakan pertanda perbedaan tugas dan peran antara laki-laki dan perempuan dimana beberapa diantaranya dapat diganti dan tidak dapat diganti karena takdir alamiah.

3. Teori equilibrium (keseimbangan) yaitu hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai satu kesatuan yang saling menyempurnakan, karena setiap laki-laki dan perempuan memiliki kelemahan dan keutamaan masing-masing, maka dari itu harus saling bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan negara. Oleh karena itu semua

(30)

kebijakan dan strategi pembangunan harus dipertimbangkan keseimbangan antara perempuan dan laki-laki.

Dalam konsep gendernya dikatakan, bahwa perbedaan suatu sifat yang melekat baik dalam kaum laki-laki maupun perempuan merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, kasih sayang, anggun, cantik, sopan, emosional, atau keibuan, dan perlu perlindungan. Sementara laki-laki dianggap kuat, keras, rasional, jantan, perkasa, galak, dan melindungi. Padahal sifat-sifat tersebut merupakan sifat yang dapat dipertukarkan. Berangkat dari asumsi inilah kemudian muncul berbagai ketimpangan diantara laki-laki dan perempuan.

Ideology gender merupakan suatu pandangan hidup yang berisi suatu set ide yang saling berhubungan. Ide ini oleh masyarakat digunakan untuk membangun sebuah konstruksi sosial yang disepakati bersama sebagai pandangan hidup untuk mengatur kehidupan. Pandangan dan aturan hidup ini, tidak sama disetiap waktu, dan tempat. Oleh karena itu, setiap masyarakat mempunyai pandangan dan aturan kehidupan yang berbeda yang kemudian dinamakan budaya. Budaya inilah yang berlangsung secara turun temurun dalam kehidupan masyarakat (Murniati, 2004:78).

Secara ideal masih terdapat anggapan bahwa peran utama perempuan berada di sekitaran rumah dan tugas-tugas domestic. Aktivitas lain seperti sector produksi dianggap sebagai tugas sekunder. Kewanitaan atau feminitas perempaun ditentukan oleh peran dalam sector-sektor domestic. Konsep perempuan sebagai ibu dan istri merupakan konsep yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan

(31)

perempuan. Ideology gender mendasarkan pekerjaan perempuan dan laki-laki dianggap sebagai penguasa yang memiliki hak-hak istimewa dan otoritas terbesar dalam keluarga yang mana tugas pokoknya adalah mencari nafkah sementara perempuan berperan sebagai ibu rumah tangga yang harus memberikan tenaga dan perhatiannya demi kepentingan keluarga tanpa memperoleh imbalan, serta kekuasaan (Abdullah, 1997:89).

Analisis gender juga tidak hanya melihat perbedaan peran dan kegiatan antara laki-laki dan perempuan tetapi juga melihat relasi mereka. Dari relasi ini maka tampak status perempuan dan laki-laki. Kaum laki-laki meletakkan statusnya lebih tinggi dari kaum perempuan. Situasi ini dinamakan perempuan dalam status subordinasi atau warga kelas kedua (the secong sex)yang menyebabkan perempuan menjadi lebih direndahkan (Abdullah, 1997:91).

Ideology gender menjadi rancu dan merusak relasi antara perempuan dan laki-laki, ketika dicampur-adukkan dengan pengertian seks (jenis kelamin). Seks adalah biologis manusiawi yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Pada waktu tertentu, perbedaan seks dan gender tidak dilihat secara kritis maka muncullah masalah gender yang berwujud ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender menyebabkan ketimpangan hubungan antara laki-laki dan perempuan yaitu pemosisian yang tidak seimbang dimana perempuan dianggap orang yang berkiprah dalam sector domestic sementara laki-laki ditempatkan sebagai kelompok yang berhak mengisi sector public. Masalah ketidakadilan gender ini berbentuk pandangan posisi subordinat terhadap perempuan, beban ganda perempuan, serta kekerasan terhadap perempuan (Murniati, 2004:79).

(32)

Kesimpulan dari pengertian gender perempuan yakni kaum laki-laki yang dianggap memiliki status lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan.

Pandangan ini kemudian menimbulkan pemahaman bahwa perempuan harus tunduk kepada kaum laki-laki. Masyarakat yang memberikan pandangan bahwa laki-laki (suami) adalah penguasa di dalam keluarga menyebabkan setiap anggota keluarga termasuk istri harus tunduk kepadanya. Perempuan dianggap sebagai orang yang berkiprah dakam sector domestic sehingga aktivitas lain seperti sector produksi dianggap sebagai tugas sekunder. Oleh sebab itu, permasalahan yang timbul berupa ketidakadilan gender yang berbentuk pandangan posisi subordinat terhadap perempuan, beban ganda perempuan, pemberian upah yang rendah serta kekerasan terhadap perempuan.

2.1.2.3 Peran Perempuan Dalam Sektor Domestik

Rumah merupakan pusat pemerintahan keluarga dimana perempuan ikut berperan mengatur pemerintahan keluarganya. Di dalam kehidupan keluarga, istrilah yang mengaturr keadaan di area domestic (Murniati, 2004:105).Menurut Prof. Holleman, kedudukan perempuan (ibu) dalam rumah tangga dianggap sebagai belahan (halfheit) yang memerlukan belahan lainnya sebagai komplemen untuk bersama-sama mewujudkan suatu keseluruhan yang organis dan harmonis dalam keluarga (Notopuro, 1984:44)

Sebagai belahan yang berperan dalam mewujudkan keluarga yang harmonis maka perempuan wajib melaksanakan perannya disektor domestic dengan sebaik mungkin. Kartini Kartono menguraikan peran tersebut ke dalam beberpa bagian sebagai berikut (Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, 2009:91) :

(33)

a. Ibu rumah tangga penerus generasi dimana perempuan berperan aktif dalam peningkatan kualitas generasi penerus sejak di dalam kandungan.

b. Pendamping suami sebagai istri dan teman hidup (partner sex). Istri bertugas mendampingi suami dalam membina relasi sosial, menjadi kekasih bagi suami, pengabdi dalam meringankan beban suami serta manajer dalam mengatur keuangan keluarga.

c. Pendidik anak. Ibu bertugas memberikan pendidikan akhlak, budi pekerti, juga pendidikan mengenai masalah reproduksi kepada anak sebab pasa dasarnya anak mulai belajar berperilaku dari keluarga. Ibu juga bertugas memberi nasehat, pertimbangan serta pengarahan terhadap anak.

d. Pengatur rumah tangga dimana perempuan menjaga, memelihara, mengatur dan menciptakan ketenangan di dalam keluarga. Istri mengatur ekonomi keluarga, pemelihara kesehatan keluarga, penyedia makanan bergizi, serta pencipta pola hidup sehat baik jasmani, rohani dan sosial.

Berkaitan dengan penjabaran peran domestic tersebut, teori fungsional memperjelas peran perempuan melalui pembagian kerja. Dalam teori fungsional dikatakan bahwa bentuk keluarga yang sekarang menggejala yaitu kaum perempuan yang bekerja disektor domestic yang dianggap sebagai sesuatu yang alamiah sesuai dengan pembagian kerja di dalam masyarakat yakni perempuan yang mengurus rumah tangga dan laki-laki bekerja mencari penghasilan.

(34)

Pembagian kerja yang seperti inilah yang menjadi salah satu sokoguru kehidupan masyarakat (Suardiman, 2001:39).

Pembagian kerja tersebut telah menjadi dasar yang menentukan tugas pokok perempuan sebagai ibu yaitu sebagai pemelihara rumah tangga, juga pengatur yang berusaha dengan sepenuh hati agar keluarga menjadi sendi masyarakat yang berdiri dengan tegak, megah, aman, tenteram, dan dapat hidup berdampingan di dalam masyarakat. Sebagai ibu, perempuan berperan dalam menciptakan suasana persahabatan serta suasana kekeluargaan dengan keluarga lainnya di lingkungan dimana ia hidup. Dalam hubungan intern, perempuan memiliki tugas untuk berusaha agar keluarganya sendiri dapat menjadi kesatuan/unit yang kompak terhormat. Dengan berbagai jalan, kaum perempuan berusaha bekerja dengan memberikan apa saja yang dimiliki dengan sepenuh hati dan ikhlas untuk menjaga kehormatan keluarga bersama-sama dengan suami dan anak-anaknya, sedangkan dalam hubungan extern(lingkungan luar), perempuan bertugas untuk menjaga agar hubungan keluarganya dengan keluarga lain dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis (Suardiman, 2001:40).

Pentingnya peran perempuan sebagai seorang ibu ditegaskan melalui adanya ideology gender yang membentuk persepsi tentang pembagian tugas menurut sex dimana perempuan dikodratkan untuk mengandung, melahirkan dan menyusui, yang semua ini dinyatakan sebagai tanggung jawab dalam fungsi reproduksi. Melalui fungsi reproduksi, perempuan diharapkan dan ditugaskan untuk melahirkan keturunan yang berkualitas, keberhasilan dalam mendidik seorang anak menjadi manusia yang berguna merupakan salah satu cerminan atau

(35)

wujud keberhasilan dari seorang perempuan dalam menjalankan perannya di sector domestic (Murniati, 2004:213).

Kesimpulannya ialah peran perempuan di sector domestic didasarkan pada pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki berperan sebagai pencari nafkah di sector public sedangkan perempuan berperan dalam mengurus keluarga di sector domestic. Pandangan ini mengakibatkan orientasi pekerjaan perempuan sangat kental kaitannya dengan pekerjaan diarea rumah. Perempuan yang bekerja di ranah domestic berperan sebagai istri dan ibu (pemangku turunan). Harapan dari peran yang diisi oleh perempuan di sector domestic yaitu menjadi perempuan yang mampu melahirkan generasi penerus yang berkualitas, menjadi pendidik dan penasehat anak, menjadi pendamping suami dalam menghadapi berbagai kesulitan, pengatur keuangan keluarga, serta pengatur segala urusan yang berkaitan dengan rumah seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah.

2.1.2.4 Peran Perempuan Dalam Sektor Publik

Bekerja merupakan landasan fundamental bagi perempuan untuk mengukuhkan pengakuan akan kemandirian atau ketidak-tergantungan menuju kesetaraan dan penegasan status perempuan sebagai subjek dan bukan sebagai objek. Meskipun kenyataan menunjukkan bahwa sebagian lapangan pekerjaan yang ditekuni oleh perempuan masih belum terbebas dari diskriminasi, feminisasi pekerjaan dan kendala kulturan, perempuan secara konsisten bekerja keras untuk menunjukkan bahwa keberadaannya di ranah public akan tetap eksis dan dibutuhkan (Sihite, 2007: 105).

(36)

Peran serta perempuan dalam aktivitas peningkatan pendapatan sudah berlangsung begitu lama. Peran tersebut berawal dari keterlibatan peran di sector pertanian maupun perkebunan kemudian terus berkembang dan meluas cakupannya hingga masuk ke area industry saat ini. Perempuan yang berkeinginan untuk mencapai kepuasan terhadap diri sendiri berupaya menunjukkan kemampuannya dengan bekerja. Perempuan yang berambisi tinggi, sesudah menikah dapat juga berkeinginan untuk tetap bekerja. Dalam kenyataannya, terdapat perempuan yang perlu bekerja di luar atau di dalam rumah untuk mengamalkan kemampuannya setelah mempelajari sesuatu yang memberi kepuasan tersendiri sekaligus menambah penghasilan keluarga. Perempuan dapat berperan dalam menerapkan pengetahuan dan menyalurkan energy dalam perjuangan hidup dengan membuktikan identitasnya sebagai kaum hawa yang tidak selalu lemah (Murniati, 2004: 135).

Jenis pekerjaan perempuan sangat ditentukan oleh pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Pekerjaan tersebut juga selalu dihubungkan dengan sector domestic yang pada umumnya berada pada bidang yang merupakan perpanjangan tangan dari pekerjaan domestic misalnya perawat, pramuniaga, serta sekretaris yang memerlukan keahlian manual. Terdapat beberapa motivasi yang mendorong perempuan untuk bekerja, diantaranya (Abdullah, 1997: 220) :

1. Tekanan ekonomi. Tekanan ekonomi menimbulkan ketegangan tersendiri apalagi bila dikaitkan dengan kebutuhan hidup yang sangat bervariasi. Tekanan ekonomi mengakibatkan lingkungan dan ruang hidup seseorang dirasakan sempit dan menekan hingga diperlukan

(37)

penghasilan yang cukup dalam upaya keluar dari tekanan ekonomi tersebut.

2. Perempuan bekerja karena ingin memiliki uang sendiri agar bisa mengambil keputusan sendiri dalam menggunakan uang tanpa harus meminta atau berembung kepada suami. Kesimpulannya ialah perempuan tidak ingin hidup dalam ketergantungan terhadap satu pihak.

3. Perempuan yang ingin mencapai tujuan hidup dengan menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki.

Bagi sebagian perempuan kelas menengah ke atas, bekerja dianggap sebagai sarana untuk menjalin komunikasi dengan dunia luar. Semakin membaiknya tingkat pendidikan yang dicapai perempuan mengakibatkan membesarnya jumlah perempuan pekerja. Selain pendidikan, satu hal yang mendukung keinginan perempuan untuk bekerja adalah pandangan bahwa bekerja merupakan wujud partisipasi nyata dari perempuan dalam kehidupan bermasyarakat (Abdullah, 1997: 219).

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perempuan pada dasarnya sudah bekerja sejak lama bermula dari sector pertanian, perkebunan hingga kini memasuki sector industry. Terdapat beberapa motivasi dari perempuan untuk ikut bekerja diantaranya adalah untuk menunjukkan kemampuan dengan bekerja, menunjukkan partisipasi nyata kaum perempuan dalam hidup bermasyarakat, mencapai tujuan hidup dengan menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki serta memperoleh pendapatan demi memenuhi kebutuhan hidup.

(38)

2.1.2.5 Peran Ganda Perempuan

Peran ganda adalah dua peran atau lebih yang dijalankan dalam waktu yang bersamaan. Di dalam hal ini peran yang dimaksud adalah peran seorang perempuan sebagai istri bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya, dan peran sebagai perempuan yang memiliki karir di luar rumah. Peran ganda ini dijalani bersamaan dengan peran tradisional kaum perempuan sebagai istri dan ibu dalam keluarga, seperti menjadi mitra suami dalam membina rumah tangga, menyediakan kebutuhan rumah tangga, serta mengasuh dan mendidik anak-anak (Suryadi, 2004: 12)

Sejak abad ke-21 perempuan dituntut untuk memiliki sikap mandiri, disamping suatu kebebasan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang sesuai dengan bakat yang telah dimilikinya. Profil perempuan Indonesia saat ini dapar digambarkan sebagai manusia yang harus hidup dalam situasi dilematis.

Disisi lain perempuan Indonesia dituntut untuk berperan dalam semua sector, tetapi disisi lain muncullah tuntutan lain agar perempuan tidak melupakan kodrat mereka (Suryadi, 2004: 61).

Awalnya keluarga konvensional, suami bertugas mencari nafkah sedangkan istri bertugas mengurus rumah tangga, tetapi dengan tumbuhnya kesempatan bagi perempuan bersuami untuk bekerja, maka pola kekeluargaan segera berubah dan muncul apa yang disebut sebagai dualisme karir. Nilai-nilai tradisional yang ada dalam masyarakat memang dapat menjadi tekanan social.

Seorang perempuan Jawa dari kalangan bangsawan akan tetap mengingat tentang 3M, yaitu, masak, macak,manak (memasak,bersolek,melahirkan anak) (Faqih, 1996: 72).

(39)

Fenomena perempuan yang bekerja di luar rumaholeh banyak pihak masih dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat biasanya mengikuti sepak terjang perempuan dengan menggunakan “kaca pembesar” dan langsung menilai pantas atau tidaknyaberdasarkan nilai-nilai yang berlaku (Mayling dkk, 1996: 218).

Meningkatnya peran perempuan sebagai pencari nafkah dan kenyataan bahwa mereka juga berperan untuk meningkatkan kedudukan keluarga (family ststus production), bertambah pula masalah-masalah yang timbul. Kedua peran tersebut sama-sama membutuhkan waktu, tenaga, dan perhatian, sehingga jika peran yang satu dilakukan dengan baik, maka yang lain terabaikan sehingga timbullah konflik peran. Seorang istri yang menjadi ibu rumah tangga dan pencari nafkah (berperan ganda) harus memenuhi kebutuhan dan tugas kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan diharapkan dapat menjalankan perananya sebagai seorang istri dan pencari nafkah (Ihromi, 1990: 3)

Apa yang dikaitkan dengan karakteristik perempuan dalam bentuknya yang ideal biasanya disebut dengan “feminitas”. Misalnya yang ditemukan di Negara-negara Asia Tenggara ialah gambaran soal kerendahan hati dan ketaatan seorang perempuan. Dikatakan bahwa sifat ini diinternalisasikan oleh kaum perempuan melalui sosialisasi dalam keluarga. Ciri lain yang banyak dikaitkan dengan perempuan adalah soal keterampilan tangannya dan diajarkan pula di dalam rumah. Banyak literature tentang kerja perempuan di pabrik. Pandangan ideal mengenai feminitas perempuan ini yang memengaruhi jenis pekerjaan yang diberikan kepadanya (Holzer & Saptari, 1997: 198).

(40)

Seorang perempuan mempunyai peran dalam kehidupan berumah tangga untuk mengatur segala urusan rumah tangga, terutama memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Pengertian secara umum, studi perempuan berarti segala studi yang focus perhatiannya tentang perempuan misalnya, studi tentang sejarah perempuan, tentang factor-faktor yang memengaruhi posisi perempuan di masyarakat yang berbeda-beda, tentang perempuan dicerminkan dalam sastra atau kesenian, dan bagaimana feminitas diciptakan, bisa digolongkan dalam studi perempuan. Apabila perempuan dilihat secara historis, yaitu sebagai perwujudan dari kesadaran yang semakin besar akan hubungan-hubungan khusus atas dasar jenis kelamin (Holzer&Saptari, 1997: 45-46).

Sehubungan dengan penelitian ini, ada beberapa pandangan tentang pokok-pokok yang sangat mewarnai tentang perempuan yang sekarang ini sulit untuk dikaitkan dengan satu aliran tertentu, diantaranya adalah :

a. Adanya pengakuan keanekaragaman perempuan atas dasar kelas, rasa tau nasionalitas yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi.

b. Adanya focus pada deskriminasi seksual ditempat kerja atau dirumah tangga yang berkaitan dengan konteks ekonomi masyarakat tersebut.

c. Adanya pengaitan ideology patriarki dengan system produksi dari masyarakat yang bersangkutan (Holzer&Saptari, 1997: 55).

Peranan perempuan dalam lingkungan keluarga sangat penting, karena itu sesuai dengan kedudukan tugas dan fungsinya, maka perempuan dalam keluarga mempunyai peranan sebagai berikut;

a. Perempuan sebagai anggota keluarga.

(41)

Kedudukan perempuan dalam keluarga sangat mulia dan terhormat, oleh karena itu seorang perempuan harus dihormati dan dihargai, ibu dalam kelompok keluarga merupakan tumpuan harapan pemenuhan rasa aman dan rasa kasih sayang setiap anggota keluarganya, hal yang dimaksud dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan kesehatan fisik dan mental setiap anggota masyarakat.

b. Perempuan sebagai ibu rumah tangga

Peranan perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga yang bahagia, yang mana perempuan berperan sebagai ibu yang melahirkan anak dan merawat, memelihara dan juga mengayomi anggota keluarganya.

c. Perempuan sebagai istri

Peranan perempuan sebagai istri yang mendampingi suami, tidak kalah pentingnya dengan peranan istri sebagai ibu rumah tangga.

Melaksanakan tugas sebagai istri tentu akan banyak menemui bermacam- macam cobaan dan ujian, juga mendapatkan kesempurnaan dalam keluarga.

d. Perempuan sebagai pencari nafkah

Perempuan masuk dalam dunia kerja secara umum, biasanya terdorong untuk mencari nafkah karena tuntutan ekonomi keluarga yang terus meningkat, dan tidak seimbang dengan pendapatan yang tidak ikut meningkat. Hal ini banyak terjadi pada lapisan masyarakat bawah, bisa kita lihat bahwa kontribusi perempuan terhadap penghasilan keluarga dalam lapisan menengah kebawah sangat tinggi (Suratiah,dkk, 1999: 44)

(42)

Ada dua alasan pokok yang melatar belakangi keterlibatan perempuan dalam bekerja yaitu;

1. Keharusan, dalam artian sebagai refleksi dari kondisi ekonomi rumah tangga yang rendah, sehingga bekerja dalam meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga adalah sesuatu yang sangat penting.

2. Memilih untuk bekerja sebagai refleksi dari kondisi social ekonomi pada tingkat menengah ke atas. Bekerja bukan semata-mata diorientasikan untuk mencari tambahan dana untuk ekonomi keluarga tapi merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri mencari wadah untuk sosialisasi (Suratiah, dkk, 1999: 57).

Jika demikian, maka gambaran diatas paling tidak telah menunjukkan bahwa sesungguhnya masuknya perempuan dalamekonomi keluarga merupakan kenyataan bahwa perempuan adalah sumber daya yang produktif. Oleh sebab itu, diperlukan juga perbaikan kondisi dan penciptaan kesempatan kerja yang sesuai dengan realitas dan perubahan yang ada saat ini.

Pemerintah juga telah menentukan pula peran yang seharusnya dilakukan oleh perempuan dalam pembangunan melalui apa yang kita kenal dengan panca tugas perempuan, yaitu;

a. Perempuan sebagai istri, supaya bisa mendampingi suami sebagai kekasih dan sahabat yang bersama-sama membina keluarga yang bahagia.

b. Perempuan sebagai pendidik dan Pembina generasi muda supaya anak- anak dibekali kekuatan jasmani dan rohani dalam menghadapi segala tantangan zaman dan menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.

(43)

c. Perempuan sebagai ibu rumah tangga supaya rumah tangga menjadi tempat yang aman dan teratur bagi seluruh anggota keluarga.

d. Perempuan sebagai tenaga kerja dalam progresi untuk menambah penghasilan keluarga.

e. Perempuan sebagai anggota organisasi masyarakat terutama organisasi perempuan (Soetrisno, 1997: 68).

Memahami dasar-dasar tentang peran perempuan, terdapat banyak pandangan berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai latar belakang kehidupan suatu bangsa yang mewarnai kehidupan social dan kebudayaannya, serta sebagai factor penyebab lainnya (I Ecep&Suryadi Ace, 2004: 44).

Secara umum penelitian ini akan membahas tentang nilai atau falsafah yang mendasari pemahaman masyarakat terhadap peran perempuan dan paling dianggap dapat memberikan landasan terjadinya kesenjangan, yang mengakibatkan berbagai perbedaan pandangan tentang peran perempuan, khususnya perempuan dalam lingkup keluarga petani.

2.1.3 Perempuan Sebagai Petani

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, buah jagung, bawang, cabai, dan lain-lain). Dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri maupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industry, seperti serealia untuk

(44)

minuman berarkohol, buah untuk jus, dan wol untuk penenunan dan pembuatan pakaian (Wikipedia, 2010:4).

Defenisi mengenai petani mencakup sedikitnya dua hal pokok. Pertama, petani seorang pencocok tanam di pedesaan yang produksinya terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumsi keluarga. Kedua, petani merupakan bagian dari suatu masyarakat yang luas (scott, 1994: 238).

Pengertian petani diterjemahkan kedalam Bahasa inggris menjadi farmeryang sebenarnya sangat berbeda sekali dengan petani yang dalam arti peasent. Farmer adalah petani pengusaha, yang menjalankan usaha pertanian sebagai suatu perusahaan, sehingga untung rugi senantiasa menjadi pertimbangan didalam menjalankan usahanya dan memproduksi hasil pertania. Peasent yaitu petani kecil sebagai produsen pertanian, menguasai lahan sempit dengan orientasi produk untuk mencukupi kebutuhan keluarga, bersifat subsistem.

Sektor pertanian merupakan sector utama jika dilihat dari sumbangannya dalam pendapatan nasional dan jumlah penduduk dan hidupnya yang tergantung kepadanya. Seperti yang terjadi di banyak negara berkembang lain, pemberian prioritas pada sector pertanian dalam kebijaksanaan ekonomi tidak selalu menghasilkan pertumbuhan produksi yang tinggi belum lagi dalam hal peningkatan pendapatan petani. Sector pertanian selalu ditandai dengan kemiskinan yang structural yang berat, sehingga dorongan pertumbuhan dari luar tidak selalu mendapatkan tanggapan positif dari penduduk petani berupa kegiatan investasi (subri,2007:197)

(45)

Terdapat tiga golongan petani yaitu petani berlahan sempit, yaitu golongan pemilik-penyewa penggarap, pemilik penggarap dan penyewa penggarap serta dua golongan petani berlahan luas yaitu golongan pemilik-penyewa penggarap dan pemilik penggarap. Kendala utama bagi usaha tani lahan luas golongan pemilik penyewa adalah modal. Sedangkan untuk golongan pemilik penggarap adalah biaya pupuk kandang. Harga bayangan dari setiap kendala atau sumber daya langka tersebut menunjukkan bila menambah ketersediaan sumber daya tersebut satu rupiah akan mendatangkan pendapatan sebesar harga bayangannya (shadowprice). Analisis sensitivasi menunjukkan batasan perubahan dari harga dan biaya agar tidak merubah keadaan optimal (Yuningsih, 1999:21).

Kemiskinan structural seringkali dikaitkan dengan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah, pada umumnya kebijakan dibidang pembangunan.

Sebagai contoh, kebijakan industrialisasi di pulau jawa secara signifikan mempersempit lahan pertanian. Akibatnya, terjadi penurunan yang sangat tajam dan rasio penduduk dan lahan pertanian, yang mana secara signifikan akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan sebagai konsekwensi logis dari penurunan pendapatan masyarakat. Bentuk lainnya adalah kelembagaan, seperti kelembagaan sewa-menyewa lahan yang senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan. Juga kelembagaan system upah di sector pertanian yang tidak menguntungkan buruh tani, karena proses penyempitan lahan pertanian mengakibatkan posisi buruh tani semakin power less(Siagian, 2012: 62-63).

Pertanian yang ada sekarang didominasi oleh pertanian rakyat yang bercorak subsistem yang memiliki kelemahan sebagai berikut : (a) skala usaha kecil (sebesar 60% usaha tani dengan kisaran kurang lebih sama dengan 0,30

(46)

hektar, jadi sebagai usaha tani “gurem”); (b) lokasi usaha tani yang terpencar- pencar; (c) tingkat teknologi dan kemampuan manajemen rendah; (d) permodalan lemah; (e) kurang akses terhadap pasar dan struktur pasar (Subri,2002: 197).

Di masa kini dan mendatang, profil sumber daya manusia (SDM) pertanian yang diharapkan adalah yang mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut:

1) Petani yang benar-benar memahami potensi, persoalan-persoalan yang dihadapi, serta perannya dalam kegiatan pembangunan (dalam arti luas).

2) Memiliki keterampilan teknisi dan manajerial yang sesuai dengan kondisi yang selalu berkembang, dan memiliki kesiapan menerima imperative perubahan yang terjadi.

3) Memiliki kedewasaan dalam perilaku dan pola pikir, sehingga memahami hak-hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan pelaku pembangunan.

4) Sosok manusia pertanian yang dikemukakan tersebut berdimensi sangat holistic, sehigga masukan system, dan strategi yang diperlukan untuk menyiapkan memerlukan pula kemajemukan yang integrative (Subri, 2002: 198).

Perempuan juga memiliki kesempatan yang terbuka untuk pendukung antara lain:

1. Berkembangnya kesadaran laki-laki tentang faham feminisme, yang berarti mereka yang mau menghargai dan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berkembang sebagai pribadi.

(47)

2. Makin banyak perempuan yang sadar akan potensinya, sehingga muncul pemimpin perempuan diberbagai bidang.

3. Terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai pendidikan.

4. Ada jalinan kerjasama yang semakin luas bagi perkembangan perempuan, sehingga perempuan semakin percaya diri dan menyadari bahwa mereka tidak sendiri (Murniati, 2004: 116-117).

Pada dasarnya perempuan Indonesia, khususnya mereka yang tinggal di desa, peranan ganda bukanlah merupakan sesuatu hal yang baru. Pada masyarakat pedesaan para perempuan sudah dituntut untuk hidup mandiri dan bekerja karena tuntutan perekonomian, hal ini yang mendasari peran perempuan desa tidak hanya lagi bekerja sebagai pembantu laki-laki khususnya dalam pertanian, perempuan sudah memiliki kesempatan untuk bekerja sebagai petani dan mengelola lahan pertanian dengan sendiri. Dalam pertanian perempuan juga sudah dapat memiliki tanah pertanian dan mengawasi penggarapannya. Dengan demikian perempuan tidak mengalami kesulitan utuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya.

Dalam rumah tangga biasanya perempuan yang menjadi pengelola dalam menyelesaikan proses pekerjaan domestic. Karena perempuan dinilai lebih mampu bekerja dalam hal membersihkan dan memelihara lingkungan rumah tangganya seperti menyapu lantai, mencuci piring, memasak, dan merawat anak, hal-hal tersebut menjadi tanggungjawab perempuan. Pada keluarga yang kaya dan mampu seringkali jenis pekerjaan domestic dibebankan kepada pembantu rumah tangga. Sedangkan pada keluarga miskin, seluruh pekerjaan domestic harus dikerjakan oleh perempuan itu sendiri dan seringkali perempuan juga yang harus

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pemaparan di atas bahwa peranan perempuan buruh tani rumput laut di Desa Balo-Balo dengan adanya perempuan bekerja dapat membantu suami dalam memnuhi

Peran Petani Perempuan Terhadap Sosial Ekonomi.. Keluarga di Desa Kutarakyat Kecamatan Namanteran

Peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues merujuk pada teori fungsionalisme (teori ini memandang

Peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues merujuk pada teori fungsionalisme (teori ini memandang

Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di desa yang bekerja di luar rumah.. Tanggapan jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji Pengaruh Peran Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani (Studi Kasus di Desa Pakis Kecamatan Pakis

KESIMPULAN Pemerintah desa Bualemo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara memiliki peranan yang sangat baik dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi petani jagung di desa yaitu

Saat ini hanya sekitar 5% masyarakat yang memelihra sapi baik jantan maupun betina, padahal pakan cukup tersedia. Kurangnya pendapingan menjadi salah.. satu faktor penyebab