• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

2.1.2 Perempuan

2.1.2.2 Isu Gender Perempuan

Di dalam istilah gender, perempuan diartikan sebagai manusia yang lemah lembut, anggun, keibuan, emosional dan lain sebagainya. Baik di dunia Timur maupun Barat, perempuan digariskan untuk menjadi istri dan ibu. Sejalan dengan kehidupan ini, sifat yang dikenakan pada perempuan adalah makhluk yang emosional, pasif, lemah, dekoratif, dan tidak kompeten kecuali untuk tugas rumah tangga (Faqih, 1996:8). Cara yang paling mudah untuk mengetahui perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah dengan melihat organ fisiknya. Perempuan memiliki kulit yang lebih tipis bila dibandingkan dengan laki-laki, pita suaranya yang lebih pendek, butir darah merah lebih sedikit, ukuran tulang yang lebih kecil, tubuh lelaki lebih dominan berotot daripada lemak, sedangkan perempuan memiliki lemak yang secara langsung dibawah kulitnya. Perbedaan lain adalah susunan tulang lelaki berbeda dengan perempuan, langkah kaki perempuan lebih pendek daripada langkah laki-laki. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan susunan tulang perempuan dan laki-laki. Jika dilihat dari segi fisik, kekuatan laki- laki lebih besar daripada perempuan (Kamal, 2005:18-19). Jika melihat dari ciri- ciri fisiknya, laki-laki lebih cocok untuk menanggung pekerjaan yang berat seperti sector pertanian bila dibandingkan dengan perempuan.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki- laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat dan dikonstruksikan oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat konstruksi sosial.

Terdapat 3 teori gender yang dikemukakan oleh United Nation Population Fund (UNPFA) pada tahun 2001 (Widyastuti, Rahmawati, & Purnamaningrum, 2009:134) yaitu :

1. Teori nurtureyaitu rumusan yang dibentuk oleh masyarakat sehingga mengakibatkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Rumusan ini berisi kaum laki-laki yang dianggap sama dengan kaum yang berkuasa sedangkan perempuan yang dianggap sebagai kaum tertindas dan terperdaya.

2. Teori natureyaitu paham yang memandang adanya perbedaan laki- laki dan perempuan sebagai takdir Tuhan yang mesti diterima manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Adanya perbedaan secara biologis merupakan pertanda perbedaan tugas dan peran antara laki-laki dan perempuan dimana beberapa diantaranya dapat diganti dan tidak dapat diganti karena takdir alamiah.

3. Teori equilibrium (keseimbangan) yaitu hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai satu kesatuan yang saling menyempurnakan, karena setiap laki-laki dan perempuan memiliki kelemahan dan keutamaan masing-masing, maka dari itu harus saling bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan negara. Oleh karena itu semua

kebijakan dan strategi pembangunan harus dipertimbangkan keseimbangan antara perempuan dan laki-laki.

Dalam konsep gendernya dikatakan, bahwa perbedaan suatu sifat yang melekat baik dalam kaum laki-laki maupun perempuan merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, kasih sayang, anggun, cantik, sopan, emosional, atau keibuan, dan perlu perlindungan. Sementara laki-laki dianggap kuat, keras, rasional, jantan, perkasa, galak, dan melindungi. Padahal sifat-sifat tersebut merupakan sifat yang dapat dipertukarkan. Berangkat dari asumsi inilah kemudian muncul berbagai ketimpangan diantara laki-laki dan perempuan.

Ideology gender merupakan suatu pandangan hidup yang berisi suatu set ide yang saling berhubungan. Ide ini oleh masyarakat digunakan untuk membangun sebuah konstruksi sosial yang disepakati bersama sebagai pandangan hidup untuk mengatur kehidupan. Pandangan dan aturan hidup ini, tidak sama disetiap waktu, dan tempat. Oleh karena itu, setiap masyarakat mempunyai pandangan dan aturan kehidupan yang berbeda yang kemudian dinamakan budaya. Budaya inilah yang berlangsung secara turun temurun dalam kehidupan masyarakat (Murniati, 2004:78).

Secara ideal masih terdapat anggapan bahwa peran utama perempuan berada di sekitaran rumah dan tugas-tugas domestic. Aktivitas lain seperti sector produksi dianggap sebagai tugas sekunder. Kewanitaan atau feminitas perempaun ditentukan oleh peran dalam sector-sektor domestic. Konsep perempuan sebagai ibu dan istri merupakan konsep yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan

perempuan. Ideology gender mendasarkan pekerjaan perempuan dan laki-laki dianggap sebagai penguasa yang memiliki hak-hak istimewa dan otoritas terbesar dalam keluarga yang mana tugas pokoknya adalah mencari nafkah sementara perempuan berperan sebagai ibu rumah tangga yang harus memberikan tenaga dan perhatiannya demi kepentingan keluarga tanpa memperoleh imbalan, serta kekuasaan (Abdullah, 1997:89).

Analisis gender juga tidak hanya melihat perbedaan peran dan kegiatan antara laki-laki dan perempuan tetapi juga melihat relasi mereka. Dari relasi ini maka tampak status perempuan dan laki-laki. Kaum laki-laki meletakkan statusnya lebih tinggi dari kaum perempuan. Situasi ini dinamakan perempuan dalam status subordinasi atau warga kelas kedua (the secong sex)yang menyebabkan perempuan menjadi lebih direndahkan (Abdullah, 1997:91).

Ideology gender menjadi rancu dan merusak relasi antara perempuan dan laki-laki, ketika dicampur-adukkan dengan pengertian seks (jenis kelamin). Seks adalah biologis manusiawi yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Pada waktu tertentu, perbedaan seks dan gender tidak dilihat secara kritis maka muncullah masalah gender yang berwujud ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender menyebabkan ketimpangan hubungan antara laki-laki dan perempuan yaitu pemosisian yang tidak seimbang dimana perempuan dianggap orang yang berkiprah dalam sector domestic sementara laki-laki ditempatkan sebagai kelompok yang berhak mengisi sector public. Masalah ketidakadilan gender ini berbentuk pandangan posisi subordinat terhadap perempuan, beban ganda perempuan, serta kekerasan terhadap perempuan (Murniati, 2004:79).

Kesimpulan dari pengertian gender perempuan yakni kaum laki-laki yang dianggap memiliki status lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan.

Pandangan ini kemudian menimbulkan pemahaman bahwa perempuan harus tunduk kepada kaum laki-laki. Masyarakat yang memberikan pandangan bahwa laki-laki (suami) adalah penguasa di dalam keluarga menyebabkan setiap anggota keluarga termasuk istri harus tunduk kepadanya. Perempuan dianggap sebagai orang yang berkiprah dakam sector domestic sehingga aktivitas lain seperti sector produksi dianggap sebagai tugas sekunder. Oleh sebab itu, permasalahan yang timbul berupa ketidakadilan gender yang berbentuk pandangan posisi subordinat terhadap perempuan, beban ganda perempuan, pemberian upah yang rendah serta kekerasan terhadap perempuan.

Dokumen terkait